Anda di halaman 1dari 9

HEPATITIS

1. Pengertian
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono
Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia
serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)

2. Anatomi Fisiologi
Hati terletak di bawah diafragma kanan, dilindungi bagian bawah tulang iga kanan. Hati
normal kenyal dengan permukaannya yang licin (Chandrasoma, 2006). Hati merupakan
kelenjar tubuh yang paling besar dengan berat 1000-1500 gram. Hati terdiri dari dua lobus
utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior, lobus kiri
dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum Falsiformis (Noer, 2002).
Setiap lobus dibagi menjadi lobuli. Setiap lobulus merupakan badan heksagonal yang terdiri
atas lempeng-lempeng sel hati berbentuk kubus mengelilingi vena sentralis. Diantara
lempengan terdapat kapiler yang disebut sinusoid yang dibatasi sel kupffer. Sel kupffer
berfungsi sebagai pertahanan hati (Price, 2006). Sistem biliaris dimulai dari kanalikulus
biliaris, yang merupakan saluran kecil dilapisi oleh mikrovili kompleks di sekililing sel hati.
Kanalikulus biliaris membentuk duktus biliaris intralobular, yang mengalirkan empedu ke
duktus biliaris di dalam traktus porta (Chandrasoma, 2006)
Fungsi dasar hati dibagi menjadi :
Fungsi vaskular untuk menyimpan dan menyaring darah. Ada dua macam aliran darah pada
hati, yaitu darah portal dari usus dan darah arterial, yang keduanya akan bertemu dalam
sinusoid. Darah yang masuk sinusoid akan difilter oleh sel Kupffer.
Fungsi metabolik. Hati memegang peran penting pada metabolisme karbohidrat, protein,
lemak, vitamin (Guyton, 1997).
Fungsi ekskretorik. Banyak bahan diekskresi hati di dalam empedu, seperti bilirubin,
kolesterol, asam empedu, dan lain-lain.
Fungsi sintesis. Hati merupakan sumber albumin plasma; banyak globulin plasma, dan
banyak protein yang berperan dalam hemostasis (Chandrasoma, 2006).

anatomi hati
3. Penyebab
Type A
Type B
Metode Fekal-oral
Parenteral
transmisi melalui orang seksual,
lain
perinatal

Type C
Parenteral jarang
seksual, orang ke
orang, perinatal

Type D
Parenteral perinatal,
memerlukan
koinfeksi dengan
type B
Keparaha Tak ikterik Parah
Menyebar luas,
Peningkatan insiden
n
dan
dapat berkembang kronis dan gagal
asimtomatik
sampai kronis
hepar akut
Sumber Darah, feces, Darah, saliva, Terutama melalui Melalui darah
virus
saliva
semen,
darah
sekresi vagina

Type E
Fekal-oral

Sama dengan
D
Darah, feces,
saliva

Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.

Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis
aku

4. Patofisiologi

Silahkan klik pada gambar untuk mendownload bagan patofisiologi hepatitis

5. Tanda dan Gejala


a. Masa tunas
Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)

Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)


Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
b. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 27 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu
hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise,
lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5
hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
c. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan
bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian
menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa
seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
d. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul
bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine
tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

6. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah :
1. Komplikasi akut : Kern Ikterik pada bayi dan anak, coma hepatikum.
2. Komplikasi yang menahun : Serosis Hepatis, Hepatoma, Hematemesis Melena
7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen

urobilirubin direk

bilirubun serum total

bilirubin urine

urobilinogen urine

urobilinogen feses

b. Pemeriksaan protein

protein totel serum

albumin serum

globulin serum

HbsAG

c. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase

AST atau SGOT

ALT atau SGPT

LDH

Amonia serum

2. Waktu protombin

respon waktu protombin terhadap vitamin K

3. Radiologi

foto rontgen abdomen

pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel
radioaktif

kolestogram dan kalangiogram

arteriografi pembuluh darah seliaka

4. Pemeriksaan tambahan

Laparoskopi

biopsi hati

8. Penatalaksanaan Medis
1. Pencegahan

1. Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan sebaiknya tidak menjadi
donor darah karena dapat menular melalui darah dan produk darah.
2. pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi pengaruh
yang baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg BB, intramuskular.
2. Obat-obatan terpilih.
a. Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa dimana ada reaksi imun yang
berlebihan.
Contoh :

Hidrocotison 100 mg intravena tiap 6 jam.

Interveron, hanya diberi pada kasus kasus agak berat.

Starting dosis 40 mg / hr dan dikurangi secara bertahap sampai berhenti sesudah 6


minggu.

b. Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.


c. Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
d. Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr intravena.
e. Roboransia.
f. Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
g. Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.
h. Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
3. Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
4. Jika penderita enak, tidak napsu makan atau muntah muntah sebaiknya di berikan infus
glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan makanan yang cukup
5. Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat obatan yang mengubah
susunan feora usus, isalnya neomisin ataukanamycin samapi dosis total 4-6 mg / hr. laktosa
dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus sedemikian banyak sehingga Ph feces
berubah menjadi asam.

9. Pengkajian Keperawatan

PENGKAJIAN
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati
Aktivitas

Kelemahan

Kelelahan

Malaise

Sirkulasi

Bradikardi ( hiperbilirubin berat )

Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa

Eliminasi

Urine gelap

Diare feses warna tanah liat

Makanan dan Cairan

Anoreksia

Berat badan menurun

Mual dan muntah

Peningkatan oedema

Asites/Acites

Neurosensori

Peka terhadap rangsang

Cenderung tidur

Letargi

Asteriksis

Nyeri / Kenyamanan

Kram abdomen

Nyeri tekan pada kuadran kanan

Mialgia

Atralgia

Sakit kepala

Gatal ( pruritus )

Keamanan

Demam

Urtikaria

Lesi makulopopuler

Eritema

Splenomegali

Pembesaran nodus servikal posterior

Seksualitas

Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

10. Diagnosa Keperawatan


Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perasaan tidak
nyaman di kuadran atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan,
kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual
dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada perut atas
4. Kelelahan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu

6. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder


terhadap inflamasi hepar
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent
virus
8. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada pada perut atas dan
punggung, terapi tirah baring

Anda mungkin juga menyukai