LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. Y
Usia
: 33 tahun
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
Status
: Menikah
Agama
: Islam
No. RM
: 125740
: 26 Agustus 2015
A. ANAMNESIS (SUBYEKTIF)
KELUHAN UTAMA
Sesak nafas
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas. Keluhan ini sudah dirasakan sejak
5 bulan terakhir dan memberat 1 minggu ini. Sesak dirasakan terutama saat berjalan
jauh dan kecapekan setelah beraktivitas. Pasien menyatakan bahwa keluhan ini
dirasakan hilang timbul. Sehari-hari pasien hanya menggunakan 1 bantal saat tidur.
Sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca, debu dan emosi. mengi (-), nyeri dada (-).
Awalnya pasien sempat berobat ke Balai Kesehatan Paru Magelang dan
sampai saat ini sudah berjalan 3 bulan pasien mengaku kontrol dan minum obat
secara rutin sehingga keluhan yang dirasakan pasien 5 bulan terakhir ini berkurang.
1
Kemudian saat kontrol terakhir pasien disarankan untuk berobat ke spesialis jantung
di RST Soedjono Magelang.
Saat berobat ke poliklinik jantung RST dr. Soedjono Magelang pasien
mengeluh sesak dan kedua kakinya bengkak, pasien juga mengeluh batuk (+),
berdahak sedikit berwarna putih kental, namun tidak ada darah. Mual (-), muntah (-),
nyeri ulu hati (-), demam (-), makan minum (+), BAK BAB tidak ada keluhan.
Kemudian pasien disarankan untuk mondok.
Pasien bekerja sebagai pegawai swasta yang tidak menentu dan sering berada
di luar ruangan. Pasien tidak bisa mengontrol makanannya, pasien lebih sering makan
ikan, daging, telur, ayam dibanding sayur dan pasien suka makan makanaan asin,
bersantan dan gorengan. Pasien mengaku telah berhenti merokok 3 tahun belakangan
walaupun sebelumnya pasien merokok sehari sebungkus lebih dari 15 tahun.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
-
RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien sudah berobat untuk keluhannya di Balai Kesehatan Paru Magelang,
namun tidak ada perubahan maka dari itu pasien datang ke RST dr. Soedjono
Magelang melalui poliklinik jantung, pasien tidak mengetahui obat yang diberikan
kepadanya hanya ingat jumlah obat yang diberikan lebih dari satu obat.
Kesadaran
Vital Sign
TD
Nadi
Suhu
RR
: 200/130 mmHg
: 96x/menit
: 36,6 C
: 28x/menit
BMI
: BB = 75 kg
TB = 158 cm
BMI = 30,12
MATA
-
:
Conjungtiva anemis (-/-)
Sklera Ikterik (-/-)
Edema palpebra (-)
Eksophtalamus (-)
Pupil isokor (+/+)
Reflek cahaya (+/+)
HIDUNG
-
TELINGA
3
MULUT
-
Sariawan (-)
Pembesaran tonsil (-)
Gusi berdarah (-)
Karies gigi (+)
Lidah kotor (-)
Tepi lidah hiperemis (-)
Atrofil papil (-)
Bau pernafasan yang khas (-)
LEHER
-
THORAKS
-
Cor
Inspeksi
Palpasi
: IC tidak terlihat
: IC tidak kuat angkat
Perkusi
Auskulas
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Simetris
: Vokal Fremitus kanan = kiri
: Sonor pada kedua lapang paru
: Rhonki +/+, Wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
: Cembung
: BU (+)
: Timpani
: NT (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, CVA (-/-)
EXTREMITAS
-
Edema :
Sup : -/Inf : +/+
Sianosis -/Akral hangat
Tidak kering
Capilla refil <2 detik
Motorik 5/5 5/5
DAFTAR MASALAH
SUBYEKTIF
1. Sesak sejak 5 bulan terakhir dan memberat 1 minggu ini, hilang timbul
2. Sesak dirasakan terutama saat berjalan jauh dan kecapekan setelah
beraktivitas
3. Batuk (+), berdahak sedikit berwarna putih kental
4. Bengkak di kedua kaki
5. Sudah berobat untuk keluhannya di BKPM, berkurang namun sesak dan
bengkak di kedua kaki masih ada
6. Pasien tidak dapat mengontrol makanannya(gorengan, asin dan santan)
7. Perokok berat selama 15 tahun(>1 bungkus rokok sehari, walaupun sudah
berhenti 3 tahun yang lalu)
OBYEKTIF
1.
2.
3.
4.
5.
6.
TD
: 200/130 mmHg
RR
: 28 x/ menit
JVP (5+3) cmH2O
IC kuat angkat
Auskultasi jantung : S4(+) Gallop (+) murmur (-)
Batas Jantung : Kanan atas: ICS III Linea Para Sternalis Dextra
Kanan bawah: ICS IV Linea Midstternalis Dextra
Kiri atas: ICS II Linea Para Sternalis Sinistra
Kiri bawah: ICS VI Linea Axillaris Anterior Sinistra
7. Auskultasi
: Rhonki +/+, Wheezing -/HIPOTESIS
-
Observasi Dyspnea
5
Hipertensi
HF
Kardiomiopati
Bronkitis
PPOK
GGK
PLANNING
DIAGNOSIS
-
Darah lengkap
Kimia darah
Elektrolit
Rontgen thorak
EKG
ECHO
TERAPI
-
RL + Cernevit 10 tpm
Captopril 3x50 mg
Letonal 3x100 g
MONITORING
-
Ku dan VS
ESO
EDUKASI
-
HASIL
7,4 10/L
11.5 %
5,6 %
92,9 %
0,9 10/ L
0,4 10/ L
6,1 10/ L
5,06 106/ L
14,0 g/dL
43,1 %
73,6 fL
23,0 Pg
32.4 g/dL
12,3 %
34,3 fL
230 x10/mm
9,1 fL
12,6fL
0,20 %
REFERENSI
4,8 10.0
20,0 40,0
1,0-15,0
50,0 70,0
0,6 4,1
0,1 -1,0
2,0 7,0
3,5 5,50
11.0 15.0
36.6 48,0
80,0 99,0
26,0 32,0
32.6 36.0
11.5 14.5
39,0 46,0
150 450
7.4 10.5
10,0 14,0
0,10 - 0,20
Hasil
77 mg/dl
91 mg/dl
31 mg/dl
1,9 mg/dl
Referensi
70-115
0,00 170,0
17,00 43,00
0,900 1,300
7
Colesterol
Triglyceride
HDL
Uric acid
SGOT
SGPT
LDL
193 mg/dl
138 mg/dl
61 mg/dl
8,73 mg/dl
20 U/L
14 U/L
105
0,000 200,0
0,000 -150,0
55,50 79,50
3,600 8,200
0,000 37,00
0,000 41,00
0,000 150,0
EKG (26-08-2015)
KESAN:
-
Bronkitis
Kardiomegali
ECHO (27-08-2015)
HASIL:
Dimensi LA dilatasi
Dimensi LV dilatasi
LVH (+) consentric dengan acentric
Hipokonsentris LV all wall
Fungsi sistolik LV (EF%)
Fungsi diastolik LV terganggu (EA>1)
WC : 225
10
FOLLOW UP
(Tgl 27-08-2015)
S
-
Batuk dahak
putih kental
Sesak berkurang
BAB/ BAK +
normal
Edema di kedua
tungkai mulai
sedikit berkurang
O
KU/KES:
A
Observasi
Therapi
Sakit
Dyspnea
sedang/composmentis
Hipertensi
VS
HHD
TD : 180/130
N : 90x/menit
S : 36,3
R : 24x/menit
HF
setengah duduk
-
HIDUNG
-
batas normal
Epistaksis (-)
Kardiomiopati
Bronkitis
Captopril 3x50
mg
Kedua meatus
arcusticus normal
Pendengaran baik
Tidak ada discharge
MULUT
-
Sariawan (-)
Pembesaran tonsil (-)
Caries dentis (+)
Gusi berdarah (-)
Lidah pucat (-)
Lidah kotor (-)
Tepi lidah hiperemis
(-)
Atrofil papil (-)
Bau pernafasan yang
Letonal 3x100 g
Monitoring
-
Ku dan VS
Gejala klinis
ESO
EDUKASI
-
Istirahat yang
cukup
Minum obat
teratur
Makan makanan
yang bergizi
TELINGA
-
RL + Cernevit 10
tpm
MATA
Conjungtiva anemis (-/-)
Sklera Ikterik (-/-)
Edema palpebra (-)
Eksophtalamus (-)
Pupil isokor (+/+)
Reflek cahaya (+/+)
O2 posisi
Berbaring jangan
terlalu datar
Kalau batuk,
tutup dengan
tangan, saptu
tangan, masker
11
khas (-)
LEHER
-
Perbesaran kelenjar
tyroid (-)
JVP (5+3) cmH2O
Kaku kuduk (-)
THORAKS
-
Cor
: S4 (+),
Pulmo
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Vokal Fremitus
kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada
kedua lapang paru
Auskultasi
Abdomen
: Cembung
Auskultasi : BU (+)
4x/menit
Perkusi : Timpani
12
FOLLOW UP
(Tgl 28-08-2015)
S
-
Batuk dahak
putih
Sesak berkurang
Edema di kedua
O
KU/KES:
Sakit
Kardiomiopati
sedang/composmentis
Bronkitis
VS
tungkai mulai
TD : 170/120
N : 90x/menit
S : 36,5
R : 24x/menit
berkurang
A
Hipertensi
P
Therapi
-
setengah duduk
-
Conj.anemis (-/-)
Sklera Ikterik (-/-)
Edema palpebra (-)
Eksophtalamus (-)
Pupil isokor (+/+)
Reflek cahaya (+/+)
RL + Cernevit 10
tpm
Captopril 3x50
MATA
-
O2 posisi
mg
-
Letonal 3x100 g
Monitoring
-
Ku dan VS
Gejala klinis
ESO
13
HIDUNG
EDUKASI
batas normal
Epistaksis (-)
Istirahat yang
cukup
Minum obat
teratur
Makan makanan
yang bergizi
TELINGA
Kedua meatus
arcusticus normal
Pendengaran baik
Tidak ada discharge
Berbaring jangan
terlalu datar
Kalau batuk,
tutup dengan
tangan, saptu
MULUT
-
Sariawan (-)
Pembesaran tonsil (-)
Caries dentis (+)
Gusi berdarah (-)
Lidah pucat (-)
Lidah kotor (-)
Tepi lidah hiperemis
(-)
Atrofil papil (-)
Bau pernafasan yang
tangan, masker
khas (-)
LEHER
-
Perbesaran kelenjar
tyroid (-)
JVP (5+3) cmH2O
Kaku kuduk (-)
THORAKS
-
Cor
14
Dextra
Kiri atas: ICS II Linea
Para Sternalis Sinistra
Kiri bawah: ICS VI Linea
Axillaris Anterior Sinistra
Auskulas: S4 (+),
Murmur (-), Gallop (-)
-
Pulmo
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Vokal Fremitus
kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada
kedua lapang paru
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Cembung
Auskultasi : BU (+)
4x/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Soefl, nyeri
tekan (-), hepar tidak
teraba, lien tidak teraba,
CVA (-/-)
EXTREMITAS
-
(dbn)
Motorik 5/5 5/5
15
FOLLOW UP
(Tgl 29 08 2015)
S
-
Sesak berkurang
Batu kering
Edema di kedua
tungkai
berkurang
O
KU/KES:
A
Hipertensi
Sakit
HF
sedang/composmentis
Kardiomiopati
VS
Bronkitis
TD : 140/90
N : 84x/menit
S : 36,2
R : 24x/menit
P
Therapi
-
setengah duduk
-
HIDUNG
-
batas normal
Epistaksis (-)
Captopril 3x50
mg
Kedua meatus
arcusticus normal
Pendengaran baik
Tidak ada discharge
MULUT
-
Sariawan (-)
Pembesaran tonsil (-)
Caries dentis (+)
Letonal 3x100 g
Monitoring
-
Ku dan VS
Gejala klinis
ESO
EDUKASI
-
Istirahat yang
cukup
Minum obat
teratur
Makan makanan
yang bergizi
TELINGA
-
RL + Cernevit 10
tpm
MATA
-
O2 posisi
Berbaring jangan
terlalu datar
Kalau batuk,
tutup dengan
tangan, saptu
tangan, masker
16
(-)
Atrofil papil (-)
Bau pernafasan yang
khas (-)
LEHER
-
Perbesaran kelenjar
tyroid (-)
JVP (5+3) cmH2O
Kaku kuduk (-)
THORAKS
-
Cor
: S4 (+),
Pulmo
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Vokal Fremitus
kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada
kedua lapang paru
Auskultasi
17
Abdomen
Inspeksi
: Cembung
Auskultasi : BU (+)
4x/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Soefl, nyeri
tekan (-), hepar tidak
teraba, lien tidak teraba,
CVA (-/-)
EXTREMITAS
-
FOLLOW UP
(Tgl 30-08-2015)
S
-
Tidak ada
O
KU/KES:
A
Hipertensi
keluhan
Sakit
Kardiomiopati
sedang/composmentis
Bronkitis
P
Therapi
-
RL + Cernevit 10
tpm
VS
TD : 140/90
Captopril 3x50
18
N : 84x/menit
S : 36,2
R : 24x/menit
mg
-
Monitoring
MATA
-
Letonal 3x100 g
Ku dan VS
Gejala klinis
ESO
EDUKASI
-
HIDUNG
Istirahat yang
cukup
batas normal
Epistaksis (-)
Minum obat
teratur
Makan makanan
yang bergizi
Berbaring jangan
terlalu datar
TELINGA
Kedua meatus
arcusticus normal
Pendengaran baik
Tidak ada discharge
Kalau batuk,
tutup dengan
tangan, saptu
tangan, masker
MULUT
-
Sariawan (-)
Pembesaran tonsil (-)
Caries dentis (+)
Gusi berdarah (-)
Lidah pucat (-)
Lidah kotor (-)
Tepi lidah hiperemis
(-)
Atrofil papil (-)
Bau pernafasan yang
khas (-)
LEHER
-
Perbesaran kelenjar
tyroid (-)
JVP (5+3) cmH2O
Kaku kuduk (-)
THORAKS
19
Cor
: S4 (+),
Pulmo
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Vokal Fremitus
kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada
kedua lapang paru
Auskultasi: Rhonki +/+,
Wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi
: Cembung
Auskultasi : BU (+)
4x/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Soefl, nyeri
tekan (-), hepar tidak
teraba, lien tidak teraba,
CVA (-/-)
EXTREMITAS
-
20
Tidak kering
Capilla refil
(dbn)
Motorik 5/5 5/5
DIAGNOSA
-
Diagnosis Utama
Diagnosis Komplikasi
Diagnosis Etiologi
Diagnosis Penyerta
Diagnosis Fungsional
Diagnosis Anatomi
Diagnosis EKG
Diagnosis Faktor Resiko
: Kardiomiopati Dilatasi
: Edema paru akut
: Hipertensi
: Bronkitis
: Kardiomiopati Dilatasi
: Kardiomegali
: Sinus takikardi
: Riwayat Hipertensi, Obese
PENATALAKSANAAN
Therapi
-
RL + Cernevit 10 tpm
Captopril 3x50 mg
Letonal 3x100 g
Monitoring
21
Ku dan VS
Gejala klinis
ESO
EDUKASI
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
HIPERTENSI
Hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darahsistolik lebih
dari 140 mmHg dan atau diastolik 90 mmHg. Kondisi ini sering tanpa gejala.
Peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan komplikasi,
seperti stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Mulai dari tidak bergejala sampai dengan bergejala.
22
Kebiasaan merokok.
Obesitas.
Dislipidemia.
Diabetus Melitus.
Diagnosis Banding
1. Proses akibat white coat hypertension.
2. Proses akibat obat.
3. Nyeri akibat tekanan intraserebral.
4. Ensefalitis.
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan perubahan gaya hidup.
24
25
26
Gizi seimbang dan pembatasan gula, garam dan lemak (Dietary Approaches
To Stop Hypertension).
Stop merokok.
Edukasi tentang cara minum obat di rumah, perbedaan antara obat-obatan yang
harus diminum untuk jangkapanjang (misalnya untuk mengontrol tekanan darah) dan
pemakaian jangka pendek untuk menghilangkan gejala (misalnya untuk mengatasi
mengi), cara kerja tiap-tiap obat, dosis yang digunakan untuk tiap obat dan berapa
kali minum sehari. Penjelasan penting lainnya adalah tentang pentingnya menjaga
kecukupan pasokan obat-obatan dan minum obat teratur seperti yang disarankan
meskipun tak ada gejala.
Individu dan keluarga perlu diinformasikan juga agar melakukan pengukuran
kadar gula darah, tekanan darah dan periksa urin secara teratur. Pemeriksaan
komplikasi hipertensi dilakukan setiap 6 bulan atau minimal 1 tahun sekali.
Prognosis
Prognosis umumnya bonam apabila terkontrol.
Sarana Prasarana
Laboratorium untuk melakukan pemeriksaan urinalisis, glukometer dan profil
lipid.
EKG.
Radiologi.
Obat-obat antihipertensi.
28
KARDIOMIOPATI
29
Etiologi
Tidak
ada
etilogi
yang
pasti
dari
kardimiopati,
tetapi
Primer
penyebabnya)
b.
Sekunder
(penyakit
otot
dengan
adanya
Kelainan autoimun
Hipertensi sistemik
Kardiomiopati dilatasi
Kardiomiopati dilatasi adalah jenis kardiomiopati dengan ciri-ciri yaitu
terdapatnya dilatasi ruang ventrikel yang progresif dan disertai disfungsi dari
kontraksi ventrikel saat sistolik. Penyakit ini memiliki banyak etiologi antara lain:
genetik, bahan toksik (alkohol, doxorubicin), peripartum, miokarditis virus, tetapi
pada sebagian besar kasus penyebabnya adalah idiopatik. Dilatasi ruang yang terjadi
lebih sering mengenai salah satu ventrikel saja.
Dilatasi ruang ventrikel biasanya diikuti pembesaran dinding ventrikel tetapi
pembesaran dinding yang terjadi masih lebih kecil dibandingkan dengan dilatasi
30
yang telah terjadi, dampak buruk yang terakhir adalah pada saat diastolik volume
darah yang masuk ke atrium kiri menjadi lebih besar karena mendapat tambah darah
yang disebabkan oleh regurgitasi ventrikel kiri yang pada akhirnya akan menambah
jumah darah di ventrikel kiri, sehingga memperparah dilatasi yang telah terjadi.
Penurunan stroke volume karena menurunnya kontraktilitas miokardium dan
ditambah dengan adanya regurgitasi katup mitral akan menimbulkan gejala kelelahan
31
dan kelemahan pada otot rangka karena kurangnya suplai darah ke otot rangka. Pada
kardiomiopati dilatasi juga terjadi peningkatan tekanan pengisian ventrikel yang akan
menimbulkan gejala-gejala kongesti paru seperti dispnea, ortopnea, ronki basah dan
juga gejala-gejala kongesti sistemik seperti peningkatan tekanan vena jugularis,
hepatomegali dan edema perifer.
miokardium dan fibrosis terjadi karena adanya kompeks imun yang merusak yang
timbul karena dipicu oleh komponendari tubuh virus. Walapun demikian terdapat hal
yang kontradiktif yaitu pemakaian obat penekan imun tidak memberikan perbaikan
pada pasien kardiomiopati oleh sebab virus. Pada sekelompok kecil orang yang
mengkonsumsi minuman beralkohol secara kronis dan berlebihan dapat mengalami
kardiomiopati dilatasi. Walaupun patofisiologi dari keadaan ini tidak diketahui, etanol
diduga menganggu fungsi sel dengan cara menghambat fosforilasi oksidatif dari
mitokondria dan oksidasi dari asam lemak. Kardiomiopati dilatasi oleh sebab
peripartum adalah bentuk dari kardiomiopati dilatasi dengan gejala gagal jantung
yang terjadi pada bulan terakhir kehamilan atau sampai 6 bulan masa postpartum.
Faktor resiko untuk keadaan ini adalah ras afroamerika, dan multipara. Penyebab
mengapa peripartum dapat menyebabkan
kardiomiopati dilatasi masih belum diketahui, kemungkinannya adalah karena adanya
faktor-faktor seperti: hipertensi pada kehamilan, overload cairan, defisiensi nutrisi,
akibat metabolik lain dan kemungkinan adanya gangguan sistem imun telah diajukan
juga sebagai penyebabnya. Penelitian terbaru juga telah membuktikan faktor lain
seperti
tingginya
kadar
prolaktin
dengan
kejadian
kardiomiopati
dilatasi.
Kardiomiopati dilatasi oleh karena familial atau genetik, jenis kardiomiopati dilatasi
ini sekitar 20-30% dari yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai idiopatik.
Merupakan kelainan autosomal dominan, resesif dan terkait kromosom X serta juga
melibatkan penurunan oleh mitokondria yang akan menyebabkan defek pada
kekuatan kontraksi miokardium, pembentukan energi dan masa hidup dari
kardiomiosit. Telah diketahui bahwa mutasi pada kardiomiopati dilatasi adalah mutasi
yang terjadi pada gen-gen yang mengkode sitoskeleton, miofibril dan protein
membran nukleus dari kardiomiosit.
Kardiomiopati Hipertrofi
Kardiomiopati hipertrofi merupakan kardiomiopati dengan ciri yang dominan
adalah terjadinya hipertrofi otot jantung. Etiologinya adalah kelainan genetik dengan
33
34
35
ataupun kematian mendadak. Contohnya mutasi pada beta miosin rantai berat yang
mengubah aktivitas listrik diasosiasikan
dengan prognosis yang buruk dibandingkan mutasi pada gen lain.
Walaupun hipertrofi pada kardiomiopati dapat mengenai semua bagian dari
ventrikel tetapi septum ventrikel yang paling umum terkena sekitar 90% dari kasus,
yang lebih jarang terjadi adalah hipertrofi pada dinding ventrikel atau terlokalisasi
pada apeks atau regio tengah dari ventrikel kiri. Tidak seperti hipertrofi ventrikel
yang disebabkan oleh hipertensi, dimana miositnya membesar secara uniform dan
tersusun rapih, gambaran mikroskopis otot jantung pada penderita kardiomiopati
hipertrofi sangat berbeda yaitu susunan kardiomiositnya kacau/miosit disarray dan
banyak terdapat jaringan ikat yang merupakan ciri khas dari kardiomiopati hipertrofi.
Kardiomiopati restriktif
Kardiomiopati resktriktif merupakan kardiomiopati dengan ciri kekakuan
ventrikel yang abnormal serta gangguan dalam pengisian ventrikel. Angka kejadian
kardiomiopati jenis ini lebih jarang dibandingkan kedua jenis kardiomiopati lainnya.
37
Etiologi dari keadaan ini adalah idiopatik, genetik, radiasi, infiltrasi (amiloid,
sarkoidosis, hemokromatosis,glycogen), skleroderma. Kekakuan ventrikel yang
abnormal dan gangguan pengisian ventrikel disebabkan karena terbentuknya banyak
jaringan parut pada endokardium dan infiltrasi miokardium oleh substansi yang
abnormal.
Gambaran mikroskopis pada kardiomiopati restriktif yaitu: terlihat adanya
fibrosis interstitial dalam bentuk patchy atau difus yang bervariasi dari minimal
sampai ekstensif.
Patofisiologi Kardiomiopati restriktif
Berkurangnya kemampuan regang dari ventrikel menjadi dasar dari kelainan
yang terjadi, yang berupa gangguan pada saat pengisian ventrikel. Gangguan
pengisian ventrikel menyebabkan dua macam kelainan, yaitu: meningkatnya tekanan
vena sistemik dan paru dengan ciri kongesti vaskular kiri dan kanan. Kedua adalah
berkurangnya ukuran ruang ventrikel dengan penurunan volume sekuncup dan curah
jantung. Sama seperti pada kardiomiopati dilatasi, kongesti vena akan menyebabkan
peningkatan tekanan vena jugularis, hepatomegali dan edema perifer sedangkan
penurunan curah jantung akan menyebabkan kelemahan dan kelelahan pada otot
rangka.
Patogenesis Kardiomiopati restriktif
Belum diketahui secara jelas. Kardiomiopati merupakan penyakit yang
mengenai miokardium. Perjalanan penyakit ini bersifat kronis progresif dan menuju
ke keadaan gagal jantung. Penyakit ini dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk
perubahan anatominya menjadi tiga yaitu kardiomiopati dilatasi, hipertrofik dan
restriktif. Etiologi dari masing-masing kardiomiopati sangat banyak dan sangat
mungkin bertambah seiring bertambahnya ilmu pengetahuan., sedangkan untuk
38
patogenesisnya masih belum diketahui dengan baik, hal ini membuat kardiomiopati
menarik untuk diteliti lebih lanjut, selain untuk menambah pengetahuan kita tentang
penyakit ini tetapi juga untuk menemukan terapi yang paling tepat.
Patofisiologi
Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi
secara
potensial
dalam
terbentuknya
hipertensi;
faktor-faktor
tersebut adalah:
simpatik
(tonus
simpatis
dan/atau
variasi
diurnal),
Asupan
natrium
(garam)
cukupnya
asupan
berlebihan
Tidak
kalium dan kalsium
Meningkatnya
sekresi
renin
Perubahan
dalam
ekspresi
Abnormalitas
tahanan
Diabetes mellitus
Resistensi insulin
Obesitas
Meningkatnya
aktivitas
Perubahan
reseptor
Berubahnya
transpor
ion
dalam sel
40
41
42
Manifestasi klinis
Kardiomiopati dilatasi
Kelelahan dan
kelemahan
Dispneu saat
beraktivitas
Paroksimal Nokturnal
Dispneu
Batuk dan mudah
jantung
Insufisiensi mitral dan
tricuspid
Tekanan darah
lelah
Distensi vena jugularis
Kongesti vena sistemik
Disritmia atau blok
normal/turun
Hepatomegali
Asites
Pittimg edema pada
jantung
Gagal jantung (bagian
kiri)
Emboli sistemik/
Kardiomegali sedang-
berat
Suara S3 dan S4
gallop pada auskultasi
pulmonary
43
Komplikasi
Komplikasi dari Kardiomiopati Dilatasi sebagai berikut:
Gagal jantung
Merupakan penyakit yang paling umum terjadi pada DCM.
Terjadi ketika otot jantung tidak cukup kuat untuk memompa
darah yang cukup untuk seluruh tubuh, menyebabkan
edema di paru-paru dan/ atau jaringan/ perifer. Beberapa
orang memiliki penyakit yang stabil dan kondisi yang agak
sedikit buruk. Sementara yang lain memiliki gejala berubahubah yang disebut gagal jantung. Hal ini mempengaruhi
kedua sisi jantung( kiri dan kanan) menyebabkan gejala
sesak nafas, edema tungkai, bendungan vena jugularis dan
perut terasa penuh.
Risiko
dari
bekuan
tersebut
diatasi
dengan
dengan
warfarin/
antikoagulan,
untuk
mencegah
Ektopik ventrikular
Kadang-kadang ada 1 denyut tambahan di luar
denyut jantung. Tidak memerlukan pengobatan,
tidak berbahaya, dan dapat ditemukan pada orang
normal.
2.
Ventrikular takikardia
Merupakan denyut jantung yang sangat cepat.
Berkaitan dengan penurunan drastis dari tekanan
darah dan gejala dari pusing sesak nafas atau
bahkan pingsan. Tapi dapat juga asimtomatik.
Dapat
berespon
terhadap
obat
atau
ICD/
Ventricular
fibrillation
(VF)/
fibrilasi
ventrikel
Jarang terjadi. Kelainan yang berat dan serius dari
aktivitas
elektrik
irama
jantung.
Dapat
Heart block
hipotensi
2.
3.
4.
pusing
5.
gangguan pencernaan
Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi: Pada foto rontgen dada, terlihat adanya
kardiomegali, terutama ventrikel kiri. Juga ditemukan
adanya bendungan paru dan efusi pleura
b. Elektrokardiograf: ditemukan adanya sinus takikardia,
aritmia atrial dan ventrikel, kelainan segmen ST dan
gelombang T dan gangguan konduksi intraventrikular.
Kadang-kadang ditemukan voltase QRS yang rendah,
atau gelombang Q patologis, akibat nekrosis miokard.
c. Ekokardiograf : Tampak ventrikel kiri membesar,
disfungsi ventrikel kiri, dan kelainan katup mitral
waktu diastolik, akibat complience dan tekanan
pengisian yang abnormal.
d. Bila terdapat insufisiensi trikuspid, pergerakan septum
menjadi paradoksal. Volume akhir diastolik dan akhir
sistolik membesar dan parameter fungsi pompa
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Paracentesisi : untuk mengangkat kelebihan
cairan di perut.
Rotating tourniquets
Memberikan tourniquet pada tungkai menurunkan
kembalinya darah vena. Sirkulasi darah vena di
tungkai bawah dibatasi, dan muatan kerja dari
jantung diperkecil/dikurangi. Tourniquet biasanya
digunakan selama dekompensasi dan edema
pulmonary keras dan hanya sampai kekuatan
kardiak ditingkatkan. Beberapa ahli menentang
penggunaan ini karena menyebabkan darah
berkumpul pada ekstremitas bagian bawah,
Kriteria
untuk
seleksi
dilakukannya
sengatan
listrik
untuk
mengkoordinasikan
kanan.
Implan
tindakan
ventrikel
cardioverter-defbrillator
kiri
dan
(ICDs), yang
positif
dan
digunakan
untuk
Kegiatan
mereka
dengan
peningkatan
efisiensi
cardiac
output
yang
besar,
dosis
lebih
rendah
digunakan
untuk
dan muntah.
Vasodilator
Vasodilator menyebabkan relaksasi otot secara
halus
oleh
karena
mempersatukan
vena,
ACE
inhibitor
(seperti
Captopril,
dapat
digunakan
untuk
mencegah
adalah
batuk
kering
peningkatan
sintesis
bradikinin),
rash,
(akibat
rasa
Beta-blockers
(seperti
Metoprolol,
Carvedilol, Bisoprolol )
Jika timbul gagal jantung, maka terjadi peningkatan
produksi
adrenalin
yang
dapat
menyebabkan
penggunaan
jangka
panjang
akan
kelelahan
yang
memburuk,
tangan
Digoxin
Digunakan untuk mengontrol denyut jantung jika
terjadi fibrilasi atrium. Meskipun denyut jantung
normal,
Digoxin
diberikan
utnuk
membantu
Diuretika
(seperti
Furosemide,
Bumetamide, Amiloride )
Obat ini dikenal sebagai pil air dan digunakan
untuk mengurangi retensi cairan dalam tubuh
dengan meningkatkan produksi urine. Jika gejala
sudah
teratasi,
dikurangi.
diatasi
Efek
dengan
penggunaan
sampingnya
kombinasi
obat
ini
hipokalemia,
antara
dapat
dan
Furosemide
Bila pasien
dapat
berupa
kehilangan
potassium,
Warfarin/ antikoagulan
Untuk mencegah pembentukan bekuan darah.
Obat ini mengencerkan darah dan bekerja dengan
baik untuk mencegah stroke. Tapi, penggunaan
warfarin yang berlebihan juga menyebabkan darah
tidak dapat membeku.
atrium.
Mengurangi
risiko
kematian
pembuluh
darah
perifer,
sensitivitas
dan
immunosupressan
dapat
vasodilator
kongesti.
digunakan
Golongan
kalsium
untuk
dikombinasi
dianjurkan
untuk
melawan
antagonis
tidak
pemberiannya
harus
pengobatan.
Pencegahan
dipertimbangkan
dalam
pilihan
1) Pencegahan primer
a. Anjurkan klien
untuk
mengurangi
konsumsi
Punya
anggota
keluarga
Mempunyai
kondisi
lain
Mengidap
melitus,
menderita
kelainan
diabetes
metabolik
atau
5.
6.
utama
ventrikel). Faktor
jantung
risiko
Anda
untuk
memompa
kardiomiopati
(kiri
dilatasi
meliputi:
1. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
2. Pengerasan dan penyempitan arteri (aterosklerosis)
3. Masalah katup jantung
4. Kerusakan pada otot jantung dari serangan jantung
sebelumnya
5. Tingkat jantung yang cepat (takikardia)
6. Riwayat keluarga kardiomiopati dilatasi
7. Alkoholisme
8. Beberapa obat kemoterapi untuk mengobati kanker
9. Kokain penyalahgunaan
10.
11.
atau diabetes
12.
mineral
14.
kekebalan
15.
PEMBAHASAN
Pengobatan diajukan selain pada tekanan darah juga pada komplikasi-komplikasi
yang terjadi, yaitu dengan :
-
kardiovaskular.
Menurunkan faktor risiko terhadap penyakit kardiovaskular
terhadap
penyakit
semaksimal mungkin.
Untuk mengobati tekanan darah dapat ditinjau 3 faktor fisiologis, yaitu:
-
golongan antisimpatis.
Menurunkan tahanan perifer dengan obat vasodilator.
Bila sudah dalam tahap gagal jantung hipertensi, maka prinsip pengobatan sama
dengan pengobatan gagal jantung yang lain, yaitu diuretik, dan penghambat
ACE/ARB, penghambat beta, dan penghambat aldosteron.
BAB III
ANALISIS KASUS
Pasien seorang laki-laki, usia 33 tahun datang dengan keluhan sesak nafas.
Keluhan ini sudah dirasakan sejak 5 bulan terakhir dan memberat 1 minggu ini.
Sesak dirasakan terutama saat berjalan jauh dan kecapekan setelah beraktivitas.
Pasien menyatakan bahwa keluhan ini dirasakan hilang timbul. Sehari-hari pasien
hanya menggunakan 1 bantal saat tidur. Sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca, debu
dan emosi. mengi (-), nyeri dada (-), adanya nyeri yang menjalar ke tangan dan
punggung (-), berdebar (-)
Pembahasan: Sesak napas merupakan keluhan subyektif yang timbul bila
ada perasaan tidak nyaman maupun gangguan kesulitan lainnya saat bernapas
yang tidak sebanding dengan tingkat aktifitas. Sesak napas dapat disebabkan oleh
adanya gangguan baik di organ paru karena adanya obstruksi (hambatan aliran
udara) pada penyakit asma, PPOK, bronkiektasis, bronkitis ataupun adanya
restriksi (hambatan pengembangan paru) pada penyakit TB paru, pneumothoraks,
efusi pleura. Selain kelainan pada paru, bila ada keluhan sesak napas kita dapat
mencurigai adanya kelianan pada jantung pada gagal jantung, metabolik pada
penyakit gagak ginjal kronik ataupun ketoasidosis, pada anemia atau adanya
gangguan psikis pada pasien. Sehari-hari pasien hanya menggunakan 1 bantal saat
tidur, menandakan pasien tidak mengalami ortopnea, yaitu pasien sulit bernafas
saat berbaring yang merupakan tanda khas gagal jantung sehingga dapat ditarik
hipotesis sementara bahwa belum terjadi gagal jantung pada pasien.
Awalnya pasien sempat berobat ke Balai Kesehatan Paru Magelang dan
sampai saat ini sudah berjalan 3 bulan pasien mengaku kontrol dan minum obat
secara rutin sehingga keluhan yang dirasakan pasien 5 bulan terakhir ini
berkurang. Kemudian saat kontrol terakhir pasien disarankan untuk berobat ke
spesialis jantung di RST Soedjono Magelang. Saat berobat ke poliklinik jantung
RST dr. Soedjono Magelang pasien mengeluh sesak dan kedua kakinya bengkak,
pasien juga mengeluh batuk (+), berdahak sedikit berwarna putih kental, namun
tidak ada darah. Mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), demam (-), makan minum
(+), BAK BAB tidak ada keluhan. Kemudian pasien disarankan untuk mondok.
Pembahasan: adanya batuk berdahak berwarna putih kental ini dapat kita
curigai menjadi salah satu penyebab sesak yang suka dialami oleh pasien. Pasien
juga mengeluh bengkak pada kedua kakinya, kaki bengkak atau edema perifer
ICS III Linea Para Sternalis Dextra, kanan bawah: ICS IV Linea
Midstternalis Dextra, kiri atas ICS II Linea Para Sternalis Sinistra, kiri bawah ICS
VI Linea Axillaris Anterior Sinistra, Pitting edem ekstremitas inferior (+/+).
Sesak nafas yang dialami pasien menyebabkan kompensasi frekuensi nafas
meningkat dan menyebabkan nadi meningkat. JVP meningkat menandakan
adanya tahanan pada bagian jantung kanan. Ronkhi merupakan suara nafas
tambahan yang terdengar saat ekspirasi. Terjadi karena obstruksi saluran
pernafasan yang dapat terjadi karena sekresi, udem atau tumor.Redup saat perkusi
dibasal kemungkinan disebabkan adanya suatu cairan atau massa. Batas jantung
yang melebar merupakan suatu peningkatan kerja dari jantung untuk
memompakan darah. Pitting edem terjadi akibat tekanan onkotik menurun
akibatnya terjadi ekstravasasi cairan ke interstitial.
1. Lasix injeksi
Kandungan
Indikasi:
Mekanisme
Kerja
Dosis:
Pemberian
Obat:
Kontra
Indikasi:
Perhatian:
Efek
Samping:
Interaksi
Obat:
Kemasan:
2. Letonal
Kandungan
Indikasi:
Mekanisme
Kerja
Dosis:
Sprinolakton 25 mg
Hipertensi esensial, edema akibat : payah jantung kongestif, sirosis hati
dengan atau tanpa asites, sindroma nefrotik, hiperaldosteronisme primer,
pencegahan hipokalemia pada penderita dengan digitalis terapi, terapi
tambahan pada hipertensi maligna
secara langsung meningkatkan ekskresi Na+ menurunkan sekresi K+ dalam
tubulus kontortus distal.
Dosis:Dewasa : Untuk hipertensi esensial : 50-100 mg/hari dosis tunggal atau
terbagi, selama minimal 2 minggu. Untuk gangguan edema : 100 mg/hari
dosis tunggal atau terbagi. Untuk gagal jantung kongestif : 100 mg/hari.
Untuk sirosis hati (ratio Na/K urin > 1) : 100 m/hari. Rasio Na/K < 1 : 200400 mg/hari. Anak : 3.3 mg/kg berat badan/hari dosisi tunggal atau terbagi.
Pemberian
Obat:
Kontra
Indikasi:
Perhatian:
Efek
Samping:
Interaksi
Obat:
Kemasan:
3. Captopril
Kandungan
Indikasi:
Mekanisme
Kerja
Dosis:
ACE inhibitor
Untuk hipertensi berat hingga sedang, gagal jantung yang tidak cukup
responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan digitalis
Kaptopril merupakan obat antihipertensi dan efekif dalam penanganan gagal
jantung dengan cara supresi sistem renin angiotensin aldosteron. Renin
adalah enzim yang dihasilkan ginjal dan bekerja pada globulin plasma untuk
memproduksi angiotensin I yang besifat inaktif. "Angiotensin Converting
Enzyme" (ACE), akan merubah angiotensin I menjadi angiotensin Il yang
besifat aktif dan merupakan vasokonstriktor endogen serta dapat
menstimulasi sintesa dan sekresi aldosteron dalam korteks adrenal.
Peningkatan sekresi aldosteron akan mengakibatkan ginjal meretensi natrium
dan cairan, serta meretensi kalium. Dalam kerjanya, kaptopril akan
menghambat kerja ACE, akibatnya pembentukan angiotensin ll terhambat,
timbul vasodilatasi, penurunan sekresi aldosteron sehingga ginjal mensekresi
natrium dan cairan serta mensekresi kalium. Keadaan ini akan menyebabkan
penurunan tekanan darah dan mengurangi beban jantung, baik 'afterload'
maupun 'pre-load', sehingga terjadi peningkatan kerja jantung. Vasodilatasi
yang timbul tidak menimbulkan reflek takikardia.
Dewasa: Hipertensi, dosis awal: 12,5 mg tiga kali sehari.
Bila setelah 2 minggu, penurunan tekanan darah masih belum memuaskan
maka dosis dapat ditingkatkan menjadi 25 mg tiga kali sehari. Bila setelah 2
minggu lagi, tekanan darah masih belum terkontrol sebaiknya ditambahkan
obat diuretik golongan tiazida misal hidroklorotiazida 25 mg setiap
hari.
Dosis diuretik mungkin dapat ditingkatkan pada interval satu sampai dua
minggu. Maksimum dosis kaptopril untuk hipertensi sehari tidak boleh lebih
dari 450 mg.
Gagal jantung 12,5- 25 mg tiga kali sehari; diberikan bersama diuretik dan
Pemberian
Obat:
Kontra
Indikasi:
Perhatian:
Efek
Samping:
Interaksi
Obat:
Kemasan:
digitalis, dari awal terapi harus dilakukan pengawasan medik secara ketat.
Untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal dsiis perlu dikurangi
disesuaikan dengan klirens kreatinin penderita.
Diberikan 1 jam sebelum makan
Penderita yang hipersensitif terhadap kaptopril atau penghambat ACE lainnya
Wanita hamil, wanita menyusui, pemberian pada anak-anak, lanjut usia harus
hati-hati karena sensitivitasnya terhadap efek hipotensif, penyakit ginjal.
Proteinuria, sindroma nefrotik serta membran glomerulopati pada penderita
hipertensi, neutropenia/agranulositosis, hipotensi, ruam dan pruritus, kadangkadang terjadi demam dan eosinofilia, batuk
Teriadi perubahan rasa (taste alteration), retensi kalium ringan sering terjadi,
terutama pada penderita gangguan ginjal, sehingga perlu diuretik yang
meretensi kalium seperti amilorida dan pemberiannya harus dilakukan
dengan hati-hati.
Alkohol,Obat anti inflamasi terutama indometasin, Suplemen potassium atau
obat yang mengandung potassium, Obat-obat berefek hipotensi.
Setiap tablet mengandung kaptopril 12,5 mg.
Setiap tablet mengandung kaptopril 25 mg.
Setiap tablet mengandung kaptopril 50 mg.
4. Cernevit
Kandunga
n
Indikasi:
1. Retinol palmite
3500 IU
2. Colicalciferol
200 IU
3. Tocopherol
11,2 IU
4. Ascorbic acid
125 mg
5. Nicotinamide
46 mg
6. Pantothenic acid
17,25 mg
7. Pyridoxine
4,53 mg
8. Riboflavin
4,14 mg
9. Thiamin
3,51 mg
10. Folic acid
414 mcg
11. D-biotin
60 mcg
12. Cyanocobalamine
5,5 mcg
13. Glycin
250 mg
14. Glycocholic acid
140 mg
15. Soybean lecithin
112,5 mg
16. Sodium hydroxide
q.s. pH= 5,9
Sebagai multivitamin harian dengan dosis maintenance untuk dewasa dan anak
di atas 11 tahun yang menerima nutrisi parenteral. Jiga diindikasikan dalam
situasi lain dimana pemberian intravena diperlukan, seperti operasi, luka bakar
luas, patah tulang dan trauma lain, penyakit infeksi berat dan koma yang
memicu keadaan stress dengan peningkatan kebutuhan metabolik dan nutrisi
Dosis:
Kontra
Indikasi:
Perhatian:
Efek
Samping:
Kemasan:
jaringan berkurang
Dewasa dan anak-anak di atas 11 tahun dapat diberikan 1 vial perhari. Mulamula harus ditambahkan 5 ml air untuk injeksi ke dalam vial dan dikocok
perlahan untuk melarutkan lyophilised powder. Larutan ini kemudian dapat
diberikan melalui intravena secara perlahan atau dengan infus dalam isotonic
saline atau larutan glukosa.
Hipervitaminosis, hipersensitivitas
Reaksi anafilaksis
Reaksi alergi, ruam, eritema, gatal,skait kepala, cemas, kekakuan otot,
urtikaria, diplopia
Bubuk steril liofilisasi dalam vial.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sylvia Anderson Price, RN , phd; Lorraine Mccarty Wilson, RN, PhD,
2005. Patofisiologi konsep klinis proses proses penyakit. EGC : Jakarta
2. Huon H.Gray; Keith D, Dawkiens, John M.Morgan; dkk. 2003.Lecture
Notes Kardiologi. Erlangga : Jakarta
3. Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed V.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia ; Jakarta
4. Dicstain A, Filippatos G, Cohen, SA, et al. 2008. Guidelines for the
diagnosis and treatmen of acute and chronic heart failure. Europian heart
journal.
5. http://emedicine.medscape.com/article/163062-overview. Di akses 08 juni
2014
6. Katzung BG. Farmakologi Dasar Klinik. Salemba Medika. 2001
7. Braunwald E. Heart Failure and cor pulmonale. Harrisons Principle of
Internal Medicine. 16 ed. Chicago: McGraw-Hill; 2005. P. 1367
8. Dayer M, Cowie MR. Heart Failur : diagnosis and healthcare burden. Clin
Med 2004;4:13 8
9. Rani, A Aziz, dkk. Gagal Jantung Kronik. Dalam: Panduan pelayanan
medik, perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam indonesia. Jakarta :
PB PAPDI. 2008,54-56
10. Rosendorff C. Essential cardiology principle and practice. 2ed. New
Jersey:Humana Press; 2005.
11. Abraham WT, Acker MA, Ackerman MJ, Ades PA, Antman EM, Anversa
P, et al. Braunwald Heart Disease. 9ed. Philadelphia: Elsevier;2012.
12. Lilly LS. Patophysiology of heart disease. 5ed. Philadelphia: Lippincott
William&Wilkins;2011.
13. Kumar, Abbas, Fausto, Aster. Robbins and Cotran Pathologic basis of
disease. 8ed. Philadelphia: Saunders;2010.