Ulkus kornea merupakan kematian jaringan kornea yang dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri, jamur, virus atau suatu proses alergi-imunologi yang mengakibatkan hilangnya
sebagian permukaan kornea Terjadinya ulkus kornea biasanya didahului oleh faktor
pencetus yaitu rusaknya sistem barier epitel kornea oleh penyebab-penyebab seperti :
1. Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata,
sumbatan saluran lakrimal)
2. Oleh faktor-faktor eksternal yaitu : luka pada kornea (erosi kornea) karena
trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada muka
3. Kelainan lokal pada kornea, meliputi edema kornea kronik, keratitis exposure
(pada lagoftalmos, anestesi umum, koma), keratitis karena defisiensi vitamin A,
keratitis neuroparalitik, keratitis superficialis virus
4. Kelainan sistemik, meliputi malnutrisi, alkoholisme, sindrom Steven-Johnson,
sindrom defisiensi imun (AIDS, SLE)
5. Obat-obatan penurun sistem imun, seperti kortikosteroid, obat anestesi lokal
Ulkus marginal
Manifestasi Klinis
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa gejala subjektif dan gejala
objektif.
Gejala subjektif berupa eritema kelopak mata dan konjungtiva, sekret mukopurulen,
merasa ada benda asing di mata, pandangan kabur, bintik putih pada kornea pada
lokasi ulkus, mata berair, silau, nyeri. Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit
nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan
lapisan epitel kornea.
Gejala objektif berupa injeksi siliar, hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya
infiltrat, adanya hipopion
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. Pemeriksaan
diagnostik yang biasa dilakukan adalah:
1. Ketajaman penglihatan
2. Tes refraksi
3. Tes air mata
4. Pemeriksaan slit-lamp
5. Keratometri (pengukuran kornea)
6. Respon refleks pupil
7. Goresan ulkus untuk analisa atau kultur
8. Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
Komplikasi
Komplikasi dari ulkus kornea adalah perforasi kornea, uveitis, endoftalmitis.
Pengobatan
Pengobatan umumnya untuk ulkus adalah dengan siklopegik, antibiotik yang sesuai
topical dan subkonjungtiva, dan pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien
tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat, dan perlunya obat
sistemik. Secara umum tukak diobati:
Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi
sebagai incubator
Diberi antibiotik yang sesuai dengan kausa. Biasanya diberi local kecuali dalam
keadaan berat.
Benda asing dan bahan yang merangsang harus lekas dihilangkan. Erosi kornea
yang sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.
Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas dapat
diberikan sebagai salep, tetes, atau suntikan subkonjunctiva.
Bedah
Tindakan bedah meliputi
Flap konjungtiva
Keratoplasti tembus
Epidemiologi
Klasifikasi
1. Konjungtivitis hiperakut => hitungan jam - hari
Contoh :
o Konjungtivitis Neonatorum
Newcastle Conjungtivitis
Inclusion Conjungtivitis
3. Konjungtivitis kronis
Contoh :
Trachoma
Non Trachoma
S. Aureus
Syphilis
TB
Etiologi
1. Agen infeksi : virus, bakteri, jamur
2. Imunologi (alergik)
3. Autoimun
4. Iritatif : zat kimia
5. Berhubungan dengan penyakit sistemik
6. Idiopatik
Patofisiologi
Bila konjungtiva terpapar agen infeksi => melakukan perlawanan dengan:
Air mata => mengandung substansi antimikroba, termasuk lisozim dan antibodi (IgG dan
IgA).
Agen perusak => akibatkan kerusakan epitel konjungtiva, serta dapat pula membuat edema
epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertropi epitel, atau granuloma. Selain itu, edema dapat juga
terjadi pada stroma konjungtiva (kemosis = edema konjungtiva) dan hipertropi lapis limfoid
stroma (pembentukan folikel).
Sel radang (neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan sel plasma) bermigrasi dari stroma
konjungtiva melalui epitel permukaan. Selanjutnya, sel-sel tersebut bergabung dengan fibrin dan
mukus sel goblet membentuk eksudat konjungtiva yang mengakibatkan perlengketan tepian
palpebra (terutama pagi hari).
Pada konjungtivitis alergik, eosinofil dan basofil sering ditemukan dalam biopsi konjungtiva
Gejala Klinis
Sensasi benda asing : sensasi tergores, panas, penuh di sekitar mata, gatal, mata berair.
Hiperemia => tanda paling mencolok pada konjungtivitis akut. Kemerahan akan tampak
nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus (akibat dilatasi pembuluh ponjungtiva
posterior = injeksi konjungtiva). Bila dilatasi perilimbus atau injeksi siliaris =>
menandakan radang kornea atau struktur yang lebih dalam).
o Merah terang => indikasikan konjungtivitis bakterial.
o Bila keputihan mirip susu mengindikasikan konjungtivitis alergika.
o Hiperemia tanpa infiltrasi sel mengindikasikan iritasi oleh penyebab fisik seperti
angin, matahari, asap, dll.
Fotofobia
Jika ada sakit, pertanda kornea terkena. Sakit pada corpus siliaris dan iris mengesankan
terkenanya kornea.
Hipertropi papila => reaksi konjungtiva non-spesifik yang terjadi karena konjungtiva
terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut halus. Pada penyakit yang
mengalami nekrosis (seperti trachoma), eksudat dapat digantikan oleh jaringan granulasi
atau jaringan ikat.
o Konjungtiva papiler merah => mengesankan penyakit bakteri atau clamidia
o Papil besar poligonal dapa konjungtiva tarsus superior mengindikasikan
keratokonjungtivitis vernal.
o Papil pada inferior indikasikan keratokonjungtivitis atopik
Kemosis => indikasikan konjungtivitis alergika. Namun dapat juga pada konjungtivitis
gonokok atau meningokok akut dan terutama pada konjungtivitis adenovirus. Kemosis
konjungtiva bulbi terlihat pada pasien trikinosis. Kadang kemosis muncul sebelum ada
infiltrat atau eksudat.
Folikel (hiperplasia limfoid lokal berupa struktur kelabu atau putih yang avaskuler dan
bulat)
=>
kebanyakan
pada
konjungtivitis
karena
virus.
(Hanya viral dan laergi yang punya. Kecuali GO)
Granuloma (adalah lesi makrofag epithelioid berupa nodul kecil yang merupakan reaksi
peradangan lokal dari suatu jaringan tubuh = jaringan granulasi menyerupai tumor jinak).
Selalu mengenai stroma dan paling sering berupa kalazion.
keratokonjungtivitis
Kelenjar limfe pre-aurikuler => nyeri tekan.
epidemika.
Diagnosis
Anamnesis dan lakukan pemeriksaan fisik untuk identifikasi gejala klinis dari
konjungtivitis.
Pemeriksaan Lab :
o Pulasan: gram, giemsa, KOH
o Kultur
o Sentivitas test
Tatalaksana
Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada penyebabnya, terapi dapat
meliputi antibiotika sistemik atau topical, bahan anti inflamasi, irigasi mata, pembersihan
kelopak
mata
atau
kompres
hangat.
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara
menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Instruksikan kepada
pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata yang sehat,
untuk mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan
kain lap, handuk dan sapu tangan baru yang terpisah.
Komplikasi
Parut dapat juga mengubah bentuk palpebra superior dengan membalik bulu mata ke
dalam sehingga menggesek kornea => komplikasi lanjut : ulkus.
Prognosis
Bila ditangani dengan cepat dan dapat menghindarkan komplikasi serta penularan
terutama pada infeksi mikroorganisme, maka prognosisnya akan baik.