Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit kulit. Kondisi ini cenderung sembuh
dengan sendirinya menjadi bekas luka depresi.
Dermopati Diabetikum dengan gambaran klinis lesi Bulat atau oval,Warna coklat
kemerahan, Awalnya bersisik tapi kemudian mendatar dan menjadi menjorok
Dermopati Diabetikum Umumnya terjadi pada kedua tulang kering, selain itu juga
dapat ditemukan pada Lengan, Anterior paha, Lateral kaki
Dermopathy diabetes cenderung terjadi pada pasien yang lebih tua atau mereka
yang telah menderita diabetes selama setidaknya 10-20 tahun
Necrobiosis lipoidica dengan klinis berupa lesi bulat, oval atau tidak teratur. Pusat
patch menjadi mengkilap, pucat, menipis, dengan pembuluh darah yang menonjol
(telangiectasia)
belum
diketahui
diduga
Granuloma annulare, dengan klinis lesinya berupa plaque anular yang berwarna
merah seperti daging, atau papul-papul berwarna merah kecoklatan dengan
susunan bilateral
Granuloma Annulare, penyebabnya tidak diketahui dan dijumpai pada kulit anakanak, remaja atau dewasa muda.
Granuloma annulare on the elbow. Terapi dengan kortikosteroid intralesi dan topical
dan niacinemide
Bula Diabetikum
Diabetes bula, juga dikenal sebagai bullosis diabeticorum dengan adanya bentuk
lepuh blister yang besar, longgar, tanpa rasa nyeri dan non-inflammatoris, sering
terjadi pada ekstremitas bawah tapi terkadang juga bisa ditemui pada tangan dan
jari.
Penyebab terbentuknya bula diabetikum belum diketahui secara pasti. Bula
biasanya muncul secara secara tiba-tiba dan kelainan ini bukan akibat dari trauma
maupun infeksi. Diabetes bula tampaknya lebih sering terjadi pada pria daripada
wanita d an terjadi antara usia 17-84 tahun.
Sering terjadi pada pasien yang memiliki diabetes yang berlangsung lama, diabetes
type 1 atau dengan komplikasi diabetes ganda dengan neuropati perifer. Diagnosis
diferensial meliputi epidermolisis bulosa acquisita, porfiria cutanea tarda, bulosa
pemfigoid, bulosa impetigo, lecet koma, dan eritema multiforme.
Terdapat 2 tipe bula diabetikum yaitu intraepidermal dan subepidermal. Bula
intraepidermal terdiri dari cairan jernih, steril, nonhemorragik, dan umumnya sembuh
sendiri dalam waktu 2 sampai 5 minggu tanpa skar atropi. Tipe bula subepidermal
memiliki ciri yang sama dengan bula intraepidermal hanya saja kadang-kadang tipe
subepidermal berupa bula hemorragik dan penyembuhannya menimbulkan skar
atropi.
Diabetes bula biasanya spontan sembuh dalam 2-6 minggu. Pengobatan terdiri dari
aspirating lecet dan menerapkan petroleum jelly atau salep antibiotik topikal untuk
mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah infeksi sekunder
Bullosis diabeticorum dengan klinis bentuk lepuh blister yang besar, longgar, tanpa
rasa nyeri dan non-inflammatoris
Bula Diabetikum yang tanpak mengelupas. Bula atau melepuh ini terjadi secara
spontan pada kaki dan tangan pasien diabetes. Biasanya pada diabetes kronis.
Diabetic bullae, terdiri atas bentuk bula intraepidermal dan bula subepidermal
juga dapat diberikan. Pilihan lain untuk kandidiasis vagina oral satu dosis 150 mg
flukonazol.
Kandidiasis oral sering ditemukan pada penderita diabetes mellitus yang tidak
terkontrol. Secara klinis kandidiasi oral memberikan gambaran berwarna putih, ada
bagian eritematous, daerah dengan fissure terutama pada sudut mulut atau patch
berwarna putih pada buccal dan palatum.pengobatan mungkin tergantung pada
normalisasi gula darah dan penggunaan obat anti candida atau anti jamur.
Selain itu infeksi juga dapat terjadi pada kaki dan tangan, misalnya Candida
paronychia yang umumnya terjadi pada diabetes merupakan Candida paronychia
kronik dan biasanya melibatkan tangan tetapi mungkin terjadi pada kaki. Sering
dimulai pada lipatan kuku lateral tanpak eritema, bengkak, dan pemisahan lipat dari
batas lateral kuku. Infeksi lebih lanjut dapat mengakibatkan keterlibatan lipatan kuku
proksimal dan pemisahan kutikula dari kuku.
Dermatofitosis
Diabetes mellitus dikenal sebagai faktor predisposisi terjadinya infeksi dermatofita
meskipun hal ini tidak umum yang melibatkan kuku dan area intertriginosa.
Infeksi dangkal yang umum disebabkan oleh
mentagrophytes , dan Epidermophyton floccosum
onikomikosis atau tinea pedis perlu untuk dipantau
menjadi pelabuhan masuk kuman untuk infeksi. Hal
pasien dengan komplikasi neurovaskular dan intertrigo.
Trichophyton rubrum, T
. Pada pasien diabetes,
dan dirawat, karena dapat
ini terutama berlaku untuk
Neuropati diabetik ini berupa gangguan motorik, sensorik dan autonom yang
masing-masing memegang peranan pada terjadinya luka kaki.
Faktor predisposisi terbentuknya gangren diabetikum ini adalah trauma ringan,
infeksi lokal, atau tindakan lokal (misalnya ekstraksi kuku). Gangren terutama terlihat
pada penderita yang berusia setengah tua atau lebih.
Gangren sering menyebar begitu cepat sehingga tidak dapat dihentikan dengan
antibiotik saja. Jaringan yang telah rusak oleh gangren tidak dapat diselamatkan,
oleh karena itu sebelum jaringan tersebut rusak atau mengalami kematian
pengobatan masih dapat dilakukan (dengan antibiotik), namun jika jaringan yang
mengalami ganggren atau kematian, maka tindakan debridemen dan amputasi
merupakan langkah penatalaksanaan yang di tempuh.
Namun ada juga pendapat bahwa salah satu kemungkinan penyebab kulit kuning
mungkin glikosilasi produk akhir. Hal ini diketahui bahwa protein yang memiliki waktu
perputaran yang lama, seperti kolagen kulit, menjalani glikosilasi dan menjadi
kuning. Suatu produk glikosilasi canggih yang telah diidentifikasi, 2 - (2-furoyl) -4 (5)
- (2-furanil)-1H-imidazol, dimana produk ini memiliki rona kuning yang
jelas.VASKULAR MANIFESTASI DARI DIABETES MELLITUS
Diabetes angiopathy
Angiopati diabetik merupakan bentuk angiopathy berhubungan dengan diabetes
mellitus. Angiopathy sendiri adalah istilah umum untuk penyakit dari pembuluh darah
(arteri , vena , dan kapiler ). Diabetes angiopaty merupakan komplikasi kornis dari
diabetes melitus
Ada dua jenis angiopathy: macroangiopathy dan microangiopathy
Makroangiopati
Makroangiopati merupakan angiopathy pembuluh darah besar . Penderita diabetes
memiliki insiden dan prevalensi yang lebih tinggi pada penyakit pembuluh darah
besar, dan memungkinkan terjadinya infark miokard dan stroke pada usia yang jauh
lebih muda daripada non-diabetes
Kelainan pembuluh darah besar (atherosclerosis) juga dapat terjadi pada
ekstremitas bawah dan mengakibatkan atropi kulit, kerontokan rambut, dingin pada
kaki, distropi kuku, dan lain-lain. Risiko relatif penyakit pembuluh besar dalam
populasi yang paling tinggi untuk perempuan daripada laki-laki pada penderita
diabetes
Langkah pertama untuk terjadinya makroangipathy adalah rusaknya sel endotel oleh
karena pengaruh lemak atau oleh karena pengaruh tekanan darah. Keadaan ini
diikuti oleh melekatnya dan berkumpulnya sel-sel platelet. Kejadian ini berlangsung
lebih cepat dibandingkan dengan non diabetes. Platelet ini mempunyai pengaruh
stimulasi terhadap proliferasi otot polos. Sel otot dari tunika media akan
berproliferasi kedalam tunika intima dan kedalam lumen dari pembuluh Clot
ataupun plaque yang terbentuk akan terdiri dari deposit-deposit lemak, platelets,
dan sel otot.
Mikroangiopati
Mikroangiopati merupakan komplikasi kronik yang mengenai pembuluh darah kecil
(arteri kecil, arteriola, venula dan kapiler). Klinisnya dapat berupa hemorragik,
eksudat, devaskularisasi pada area yang terkena.
Lesi yang terutama pada angiopathy dan merupakan tanda dari diabetik vascular
disease adalah penebalan dari membrana basalis kapiler. Penebalan ini semakin
nyata bila perjalanan penyakit diabetes semakain lama, dan mungkin ada hubungan
dengan tingkat kontrol terhadap gula darah, walaupun penyataan ini masih
memerlukana penelitian lebih lanjut. Sebagian besar pembuluh darah mengalami
penebalan membrana basalis. Patologis yang pasti tentang terjadinya penebalan
membrana basalis ini belum diketahui. Tetapi telah dapat ditunjukkan bahwa
membrana basalis yang menebal ini permaebilitasnya meningkat terhadap cairan
dan protein. Hal ini akan menghalangi masuknya leukosit lebih jauh ke dalan cairan
interstitial dan akan menyebabkan menurunnya pertahanan terhadap infeksi bakteri.
Selain itu juga penebalan membran basalis pembuluh darah ini juga akan
menyebabkan terjadinya stenosis aliran darah, yang akibatnya akan menyebabkan
kondisi iskemik dan berakhir pada nekrosis jaringan sekitarnya.
Keadaan pada diabetes melitus yang berhubungan dengan penyakit mikrovaskuler
menyebabkan kebutaan (diabetik retinopaty), gagal ginjal (diabetik nefropati), dan
neuropati,
Williamson menyatakan bahwa hanya satu mekanisme untuk terjadinya angiopathy,
baik makroangiopathy ataupun mikroangiopathy, yaitu meningkatnya permeabilitas
membran dari pembuluh darah besar dan pembuluh darah kecil.
Forsham menyatakan bahwa akibat langsung dari hiperglikemia yang berlama-lama
akan mengakibatkan terjadinya penebalan pada membrana basalis pada otot-otot
kapiler baik pada skeletal maupun pada coronary capiler.
Red Skin and Rubeosis Facei
Rubeosis facei merupakan keadaan dimana di jumpai kulit muka dan daerah mata
yang memerah atau flushed face yang di jumpai pada sekitar 3% to 59% dari
penderita diabetes melitus.
Kemerahan pada kulit wajah dan daerah mata yang dikenal dengan rubeosis facei
ini terjadi karena pembengkakan atau dilatasi dari pleksus vena dangkal atau vena
superfisial akibat dari microangiopathy fungsional(viskositas darah meningkat).
Karena variasi normal dalam kulit, tanda ini sulit untuk digunakan sebagai penanda
microangiopathy fungsional. Pada orang pirang dan berambut merah kulitnya akan
lebih berwarna merah karena pada kulit orang tersebut jumlah melainnya sangat
sedikit sehingga mengaburkan eritema atau kemerahan yang muncul.
Warna kemerahan pada kulit wajah ini selain mungkin disebabkan oleh
microangiopathy fungsional, juga karena efek sensitivitas matahari, atau dehidrasi.
Kontrol Ketat glukosa mungkin memperbaiki penampilan rubeosis facei, karena tidak
ada pengobatan yang spesifik untuk keadaan ini.
Pigmented Purpura
Purpura diabetikum adalah suatu kondisi kulit pada ekstremitas bagian bawah yang
merupakan hasil dari ekstravasasi sel darah merah dari pleksus vascular superficial.
Kelainan ini ditandai dengan macula kecil sampai patch, multiple yang berwarna
coklat kemerahan sampai orange. Kelainan ini sering diderita pada pasien diabetik
usia tua.
Diperkirakan bahwa sekitar satu-setengah dari orang dengan kondisi ini juga
memiliki dermopathy diabetes. Dalam sebagian besar pasien, dekompensasi jantung
dengan edema pada kaki diperkirakan menjadi faktor pencetus bagi purpura.
Periungual telangiectasia
Penyakit mikrovaskuler adalah komplikasi utama dari diabetes mellitus. Pada tingkat
kapiler, hal ini dapat disebabkan masalah struktural (dinding kapiler misalnya
menebal) dan masalah fungsional (viskositas darah meningkat).
Periungual telangiectasia adalah warna kemerahan disekitar daerah lipatan kuku,
dimana warna merah itu disebabkan oleh darah yang terdapat didalam pembuluh
darah akibat kapiler yang berdilatasi / teleagiectasia yang dekat dengan permukaan
kulit pada daerah lipatan kuku
Lesi dari telangiectasia periungual, muncul sebagai merah, melebar atau dilatasi
kapiler, yang mudah terlihat dengan mata telanjang dan merupakan hasil dari
hilangnya loop kapiler dan pelebaran kapiler yang tersisa. Periungual telangiectasia
lebih banyak dijumpai pada penderita Diabetes melitus type I.
Dilatasi Vena mikrosirkulasi periungual tampaknya menjadi indikator yang sangat
baik terjadinya microangiopathy fungsional (viskositas darah meningkat). Perubahan
struktural daerah ini mungkin diwakili oleh tortuositas (gambaran berkelok-kelok)
vena.
Penyakit Jaringan ikat juga dapat melibatkan telangiectases periungual, meskipun
lesi secara morfologis berbeda. Dalam diabetes, telangiectasia periungual sering
dikaitkan dengan eritema kuku lipat, disertai dengan nyeri jari dan "regged" kutikula.
Erupsi Xanthoma
Xanthoma diabetikorum tampak sebagai papul bulat berwarna kuning kemerahmerahan dan kadang- kadang disertai talangikekstatis atau dilatasi kapiler serta
dapat menimbulkan rasa gatal. beberapa xanthomas bisa bergabung dan
membentuk xanthomas tuberous
Kondisi ini dapat terjadi ketika trigliserida yang kaya lipoprotein naik ke tingkat yang
sangat tinggi. Resistensi terhadap insulin yang parah membuat sulit bagi tubuh
untuk membersihkan lemak dari darah.
Tempat predelesinya ialah bokong, siku, dan lutut. xantoma terutama terlihat pada
wanita berusia 20-50 tahu dengan obesitas. Trauma merupakan fakor predisposisi.
Erupsi Xanthoma terjadi pada 0,1% dari pasien diabetes. Fitur histologis utama
adalah pembentukan sel busa dalam dermis superfisial yang dicampur dengan
infiltrat limfositik dan neutrophilic.
Pengobatan untuk erupsi xanthomatosis terdiri dari mengendalikan tingkat lemak
dalam darah. Letusan kulit akan hilang selama beberapa minggu. Obat yang
mengendalikan berbagai jenis lemak dalam darah (obat penurun lipid) mungkin juga
diperlukan.
Xanthelasma
Xanthelasma merupakan bentuk xanthoma yang paling sering dijumpai.
Xanthelasma adalah kumpulan kolesetrol di bawah kulit dengan batas tegas
berwarna kekuningan biasanya di sekitar mata seperti benjolan, sehingga sering
disebut xanthelasma palpebra.
Xanthelasma atau plaque kekuningan yang sering ditemukan di dekat canthus
bagian dalam kelopak mata, terutama sering ditemukan di kelopak mata atas
daripada di kelopak mata bawah. Benjolan tersebut berwarna kuning atau putih,
berbentuk datar atau bergelombang dan lembut jika disenntuh.
Selain pada mata, mereka dapat ditemukan pada, lutut siku, dan telapak tangan.
Xanthelasma mungkin terlihat seperti jerawat, tetapi ketika ditekan tidak ada nanah
yang keluar.
Xanthelasma tersusun atas sel-sel xanthoma. Sel-sel ini merupakan histiosit dengan
deposit lemak intraseluler terutama dalam retikuler dermis atas. Lipid utama yang
disimpan pada hiperlipidemia dan xanthelasma normolipid adalah kolesterol.
Kebanyakan kolesterol ini adalah yang teresterifikasi.
KELAINAN KUKU PADA DIABETES MELLITUS
Oychomycosis dan paronikia
Kelainan pada kuku biasanya berupa oychomycosis dan paronikia biasanya
ditemukan ditangan tapi juga dapat ditemukan pada kaki. Infeksi biasanya mulai
pada daerah lateral kuku sebagai eritem, bengkak, dan terpisah antara pinggiran
kuku ke bagian lateral kuku. Kemudian infeksi lebih lanjut memberikan gambaran
pada kuku bagian proksimal dan memisahkan antara kutikula dan kuku. Adanya
pelembab yang terperangkap pada celah-celah tadi mengakibatkan jamur tumbuh
semakin pesat dan memperberat inflamasi yang terjadi. Pada saat itu dapat
terbentuk discharge purulen di tempat tersebut. diagnosa infeksi jamur dapat
ditegakkan dengan pengambilan sample discharge lalu dilakukan pengecatan
dengan KOH.
Yellow nails atau kuku kuning
Pasien lansia diabetes tipe 2 cenderung memiliki kuku kuning. Prevalensi dari kuku
kuning akibat diabetes 40% sampai 50% pada pasien dengan diabetes tipe 2 telah
dilaporkan, tetapi kadang-kadang kuku kuning juga ditemukan pada orang lanjut usia
normal (tanpa diabetes) dan pada pasien dengan onikomikosis, jadi ini bukan
kelainan spesifik dari diabetes.
Perubahan warna kuning pada diabetes paling jelas di ujung distal dari kuku hallux.
Terjadinya kuku kuning ini mungkin berhubungan dengan produk akhir dari
glikosilasi, mirip dengan proses terjadinya warna kuning pada kulit diabetes,
meskipun hal ini belum dikonfirmasi ataupun bisa juga berhubungan dengan
gangguan mikrosirkulasi ke kuku dan matriks kuku.
MANIFESTASI KUTANEUS DARI KOMPLIKASI DIABETES
Diabetic foot atau kaki diabetes
Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan komplikasi
kronik diabetes mellitus. Suatu penyakit pada penderita diabetes pada bagian kaki,
terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat membedakan suhu
panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang. Diabetes yang menderita neuropati
dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak
disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka
akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi
Kaki diabetik disebabkan oleh neuropati ( berkurangnya sensasi rasa nyeri
setempat), sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel
pembuluh darah (Angiopaty) dan berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Selain ketiga faktor diatas,ada faktor lain lain yang merupakan faktor resiko
terjadinya kaki diabetes, yaitu :
Faktor risiko demografis (usia, jenis kelamin, etnik, situasi sosial ), Faktor risiko
perilaku (ketrampilan manajemen diri sendiri sangat berkaitan dengan adanya
Kebanyakan reaksi kulit terhadap obat hipoglikemik oral telah dilaporkan dengan
generasi pertama sulfonilurea (misalnya, klorpropamid, tolbutamid [Orinase]).
Antara 1% dan 5% dari pasien yang meminum generasi pertama sulfonilurea
mengalami reaksi kulit dalam 2 bulan pertama pengobatan. Letusan makulopapular
adalah reaksi yang paling umum dan sering menghilang dengan penghentian obat.
Reaksi kulit lainnya adalah eritema umum, urtikaria, erupsi lichenoid, eritema
multiforme exsudativum, dermatitis eksfoliatif, eritema nodosum, dan reaksi
fotosensitifitas.
Generasi kedua sulfonil urea
Generasi kedua sulfonilurea seperti Glipizide (Glucotrol) dan glimepiride (Amaryl)
juga telah dikaitkan dengan reaksi kulit. Reaksi yang paling sering dikaitkan dengan
Glipizide yaitu photosensitivity, ruam, urtikaria, dan pruritus. Ini dilaporkan kurang
sering terjadi pada glimepiride.
Senyawa Biguanidin
Obat ini dapat menyebabkan reaksi-raksi dermatologik, tetapi jauh lebih jarang
daripada reaksi-reaksi dalam alat cerna.
Insulin
Obat ini dapat menyebabkan lipodistrofi, obesitas, reaksi-reaksi alergik (biasanya
urtika) atau kadang-kadang juga keloid. Lipodistrofi hipertrofi menimbulkan
penonjolan yang menyerupai lipoma tidak nyeri. Penonjolan akan menghilang dalam
beberapa pekan atau bulan, bila pemberian insulin dihentikan. Lipodistrofi atrofik
tampak sebagai kulit yang lekuk dan atrofik. Kelainan tersebut jarang mengalami
regresi spontan.
Alergi insulin mungkin bersifat lokal atau sistemik dan biasanya terjadi dalam bulan
pertama dari terapi insulin. Gambaran alergi lokal berupa Eritematosa atau nodul
pruritus, urtikaria pada tempat suntikan, mungkin muncul segera, dalam 15 menit
sampai 2 jam setelah injeksi, atau tertunda dengan onset 4 atau lebih jam setelah
injeksi. Gambaran reaksi alergi sistemik insulin dapat berupa utikaria umum dan
jarang terjadi syok anafilatik. Pada alergi lokal biasanya tidak memerlukan
pengobatan karena resolusi spontan, sedangkan alergi sistemik dapat diatasi
dengan penghentian insulin untuk bentuk lain dari terapi atau mungkin memerlukan
desensitisasi.
Metformin (Glucophage)
Obat antihyperglycemic biguanide-derivatif, adalah obat pilihan pertama oral pasien
diabetes tipe 2. Efek samping yang dilaporkan termasuk Dermal psoriatiform erupsi
obat, eritema multiforme exsudativum, dan vasculitis leukocytoclastic. Pedoman
Obat Letusan Litt ini memberikan risiko reaksi fotosensitifitas terhadap metformin
sebagai 1% sampai 10% tapi tidak ada referensi untuk mengutip pernyataan ini.
Eritema, eksantema, pruritus, urtikaria dan juga telah dilaporkan sebagai efek
samping dari metformin.
Acarbose (Precose)
Acarbose (Precose) adalah obat yang minimal diserap dari usus: hanya sekitar 1%
dari dosis mencapai aliran darah, dengan demikian jarang menyebabkan efek
samping.
menurut penelitian melaporkan kasus acarbose menyebabkan terjadinya eritema
multiforme. Obat-induced stimulasi limfosit dan uji tes patch untuk acarbose negatif.
Malassezia furfur
akan berkembang ke
bentuk miselial, dan bersifat lebih patogenik. Keadaan yang mempengaruhi
keseimbangan antara hospes dengan ragi tersebut diduga adalah faktor lingkungan
atau faktor individual. Faktor lingkungan diantaranya adalah lingkungan mikro
pada kulit, misalnya kelembaban kulit. Sedangkan faktor individual antara lain
adanya kecenderungan genetik, atau adanya penyakit yang mendasari misalnya
sindrom Cushing atau malnutrisi. (Radiono, 2001)
2.1.5. Patogenesis
Pityriasis versicolor
timbul bila
Malassezia furfur
berubah bentuk menjadi
bentuk miselia karena adanya faktor predisposisi, baik eksogen maupun endogen.
(Partogi, 2008)
1.
Faktor eksogen meliputi suhu, kelembaban udara dan keringat,
(Budimulja, 2001). Hal ini merupakan penyebab sehingga
Pityriasis
versicolor
banyak di jumpai di daerah tropis dan pada musim panas di
Universitas
Sumatera
Utara
7
daerah subtropis. Faktor eksogen lain adalah penutupan kulit oleh pakaian
atau kosmetik dimana akan mengakibatkan peningkatan konsentrasi CO2,
mikroflora dan pH. (Partogi, 2008)
2.
Sedangkan faktor endogen meliputi malnutrisi, dermatitis seboroik,
sindrom cushing, terapi imunosupresan, hiperhidrosis, dan riwayat
keluarga yang positif. Disamping itu bias juga karena Diabetes Melitus,
pemakaian steroid jangka panjang, kehamilan, dan penyakit penyakit
berat lainnya yang dapat mempermudah timbulnya
Pityriasis versicolor.
(Partogi, 2008)
Patogenesis dari makula hipopigmentasi oleh terhambatnya sinar matahari
yang masuk ke dalam lapisan kulit akan mengganggu proses pembentukan
melanin, adanya toksin yang langsung menghambat pembentukan melanin, dan
adanya asam azeleat yang dihasilkan oleh
Pityrosporum
dari asam lemak dalam
serum yang merupakan inhibitor kompetitf dari tirosinase. (Partogi, 2008)
2
.1.6. Diagnosa Banding
Diagnosa banding
Pityriasis versicolor
adalah :
a.
Dermatitis seboroik,
b.
Sifilis stadium II,
c.
Pityriasis rosea
,
d.
Psoriasis vulgaris
e.
Vitiligo,
f.
Morbus Hansen tipe Tuberkoloid,
g.
Eritrasma,
h.
Pityriasis Alba
i.
Hipopigmentasi pascainflamasi.
(Madani A, 2000)
.
2.1.7. Gambaran Klinis
Kelainan kulit
Pityriasis versicolor
sangat superfisial dan ditemukan
terutama di badan. Kelainan ini terlihat sebagai bercakbercak berwarnawarni,
bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai difus. Bercakbercak
Universitas
Sumatera
Utara
8
tersebut berfluoresensi bila dilihat dengan lampu Wood. Bentuk papulovesikular
dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan biasanya asimtomatik sehingga
adakalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia berpenyakit tersebut.
(Budimulja, 2002)
Kadangkadang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan
alasan berobat. Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau
kemungkinan pengaruh toksis jamur terhadap pembentukan pigmen, sering
dikeluhkan penderita. (Budimulja, 2002). Penderita pada umumnya hanya
mengeluhkan adanya bercak/makula berwarna putih (hipopigmentasi) atau
kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa gatal ringan yang umumnya muncul
saat berkeringat, (Radiono, 2001).
Bentuk lesi tidak teratur dapat berbatas tegas atau difus. Sering didapatkan
lesi bentuk folikular atau lebih besar, atau bentuk numular yang meluas
membentuk plakat. Kadangkadang dijumpai bentuk campuran, yaitu folikular
dengan numular, folikular dengan plakat ataupun folikular, atau numular dan
plakat. (Madani A, 2000)
Pada kulit yang terang, lesi berupa makula cokelat muda dengan skuama
halus di permukaan, terutama terdapat di badan dan lengan atas. Kelainan ini
biasanya bersifat asimtomatik, hanya berupa gangguan kosmetik. Pada kulit gelap,
penampakan yang khas berupa bercakbercak hipopigmentasi. Hilangnya pigmen
diduga ada hubungannya dengan produksi asam azelaik oleh ragi, yang