Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MANAJEMEN OPERASIONAL
Disusun Oleh:
Nathania Eda Ramadhani
Nafian Mida Rizani
Ela Nur Aini
Novitasari Arilistianti
Ismail Aziz
155020101111033
155020101111034
155020101111035
155020101111036
155020101111037
BAB II
PEMBAHASAN
1. Perkembangan Penamaan Manajemen Operasional
Manajemen Operasional memiliki tiga tahapan perkembangan teoretik dan
setiap fase perkembangan dimaksud memiliki nama yang khas. Pada mulanya
bernama Manajemen Pabrik (Manufacturing Management), kemudian menjadi
Manajemen Produksi (Production Management), dan terakhir bernama
Manajemen Operasional (Operations Management).
1. Manajemen Pabrik
Menurut Adam dan Ebert (1992) manajemen pabrik lahir bersamaan
dengan lahirnya revolusi industri di Inggris sekitar tahun 1785 dipicu
pemikiran Adam Smith, tentang spesialisasi (asas pembagian kerja)
dan efisiensi ekonomi. Manajemen Pabrik diperlukan karena revolusi
industri telah menggeser pengolahan manual atau kerja tangan
(hand-making production system) menjadi kerja mesin (machinemade production system). Manajemen Pabrik pada dasarnya
merupakan
metode
pengorganisasian
faktor-faktor
produksi,
termasuk sumber daya manusia, dalam usaha menghasilkan produk
barang secara massal dengan efisien. Tekanan utama Manajemen
Pabrik terletak pada usaha menghasilkan produk barang dengan
efisien. Oleh karena itu, orientasinya masih tunggal, yaitu
berproduksi untuk memperoleh keunggulan bersaing berdasarkan
basis biaya. Manajemen Pabrik ini berlangsung sampai dengan
kebangkitan industri di Jerman tahun 1930-an.
2. Manajemen Produksi (Production Management)
Era Manajemen Produksi mulai sejak 1930-1970. Manajemen Produksi
lahir sejak pemikiran Taylor yang terkenal dengan sebutan
manajemen ilmiah diterima secara luas dan diterapkan di lapangan
produksi. Gagasan Taylor mengenai produksi terutama bertujuan
untuk menghilangkan gerakan yang tidak memberikan nilai tambah
pada produk yang dihasilkan. Pada dasarnya manajemen produksi
juga melulu mengkaji tata produksi barang dan belum menaruh
perhatian pada produksi jasa. Namun demikian orientasi manajemen
produksi sudah lebih luas daripada manajemen pabrik. Manajemen
produksi sudah memperhatikan soal kualitas keluaran di samping
tekanan biaya atau efisiensi ekonomi.
3. Manajemen Operasional (Operations Management)
Manajemen operasional lahir sejak tahun 1970. Sasaran yang hendak
dicapai manajemen operasional ialah mewujudkan efisiensi ekonomi
(cost minimization) dalam proses produksi, kualitas yang tinggi (high
quality), dapat diserahkan ke pasar dalam waktu yang cepat (speed
produk yang dihasilkan organisasi menjadi produk yang lebih sesuai dengan
preferensi konsumen tersebut.
3.2 Penentuan Lokasi Produksi
Terdapat 2 kriteria dalam menentukan lokasi produksi, yaitu:
1. Kriteria subyektif, keputusan lokasi produksi berdasarkan pertimbangan
subyektif pemilik perusahaan dimana keputusan subyektif ini akan
membantu tercapainya keberhasilan dalam bisnis sekiranya keputusan
subyektif ini didukung oleh berbagai faktor yang memperkuat keputusan
subjektif.
2. Kriteria obyektif, mempertimbangkan berbagai faktor yang akan
mendukung tercapainya keberhasilan. Seperti regulasi pemerintah seputar
bisnis yang dijalankan, budaya masyarakat, akses terhadap pasar dan
pemasok, tingkat persaingan, dan akses transportasi.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Lokasi Kerja:
1. Biaya ruang kerja
Biaya untuk membeli ruang kerja dapat berbeda dari satu lokasi ke lokasi
lain tergantung dari letak tanah.
2. Ketersediaan dan biaya tenaga kerja
Perusahaan dapat memilih lokasi dimana terdapat banyak tenaga kerja
dengan keahlian khusus yang diperlukan. Biaya tenaga kerja sangat
bervariasi tergantung dari lokasi perusahaan.
3. Insentif pajak
Insentif pajak diberikan untuk menambah lapangan kerja dan
memperbaiki kondisi ekonomi di daerah-daerah yang menawarkan kridit
pajak.
4. Sumber permintaan
Biaya trasportasi dan jasa produk dapat dikurangi dengan memproduksi di
lokasi yang dekat sumber permintaan dari konsumen.
5. Akses trasportasi
Perusahaan lebih memilih lokasi dekat sumber utama transportasi agar
para konsumen lebih mudah mengakses perusahaan.
3.3 Pengaturan Proses Produksi Atau Operasi
Keputusan mengenai proses produksi menjadi keputusan yang penting dalam
melakukan desain sistem produksi. Proses produksi diatur sesuai dengan
keinginan dan keadaan perusahaan, dengan memilih dari berbagai alternatif
proses produksi sebagai berikut:
a. Secara umum, terdapat dua tipe proses produksi:
1. Sistem Produksi Intermiten
Sistem prosuksi dimana pengelolaan kegiatan produksi bersifat tidak
terus menerus, berkelanjutan dan menggunakan pola mulai selesai.
Artinya, kepastian mengenai kapan memulai proses produksi dan kapan
jasa apa yang diinginkan oleh pasien, apakah perlu kedokter anak atau
atau pemeriksaan gigi.
c. Rancangan Posisi Tetap
Rancangan sistem produksi dimana produk yang akan dibuat diletakkan
di satu tempat dan berbagai fasilitas seperti mesin, alat produksi, dan
tenaga kerjanya mengerjakan proses produksi ditempat tersebut.
d. Rancangan Sistem Modular
Sistem produksi yang dibangun dalam sebuah sel produksi (pola produksi
tertentu) yang dapat mengurangi penggunaan bahan baku, sumber
daya, maupun pergerakkan tenaga kerja, atau juga untuk memperbaiki
sistem kerja. Sistem modular ini dapat dikatakan merupakan gabungan
antara rancangan produk dan rancangan proses.
3.5 Pengelolaan dalam Kegiatan Operasi
a. Pengaturan Bahan Baku
Pengatuaran bahan baku dilakukan dalam mengefesienkan biaya
pemasaran dan penyimpanan yang akan dikeluarkan dalam satu periode
dengan penerapan metode EOQ (Economic Order Quantity) jika
asumsinya dapat dipenuhi.
Juga bisa menggunakan metode JIT (Just in Time) yaitu metode
pengelolaan bahan baku tanpa harus memiliki gudang penyimpanan,
karena bahan baku yang dibeli langsung diproduksi. Jika bahan baku
akan habis, levelansir selalu menyediakan dan mengantarkan sampai
lokasi tempat produksi. Dalam metode ini, levalinsir tidak boleh
terlambat, sebab akan mengganggu proses produksi.
b. Keputusan Operasi
Keputusan berkaitan dengan proses
Keputusan mengenai proses fisik berkenaan dengan fasilitas yang
akan dipakai untuk memproduksi barang dan jasa.
Keputusan berkaitan dengan kapasitas
Keputusan mengenai kapasitas yang diperlukan untuk menghasilkan
jumlah produk yang tepat, di tempat dan dalam waktu yang tepat
pula.
Keputusan berkaitan dengan kesediaan
Keputusan berkaitan kesediaan ini mencangkup apa yang akan
dipesan, berapa banyak, dan kapan dipesan.
Keputusan berkaitan dengan tenaga kerja
Keputusan berkaitan dengan tenaga kerja mencakup bagaimana
rekrutmen, proses seleksi diselesaikan, pelatihan dan pengembangan,
supervisi, kompensasi dan PHK.
Keputusan berkaitan dengan mutu
Keputusan yang menyangkut penentuan mutu produk harus menjadi
orientasi bersama dalam setiap proses operasi penetapan standar,
desain peralatan, pemilihan orang-orang terlatih dan pengawasan
terhadap produk yang dihasilkan.
3.6 Teknik Perencanaan dan Pengawasan Kegiatan Produksi
4. Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Organisasi/Perusahaan
Manajemen
Operasional
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: Kencana.
http://ariferari.blogspot.co.id/2015/02/makalah-manajemen-operasional.html