: Hergia Ginanjar
(213113111)
Scriber 1
: Noor Lopa
(213113065)
Scriber 2
: Reski Ika SP
(213113070)
Anggota :
Kartika
(213113116)
Regina Selviawati
(213113085)
Dicky Reza
(213113055)
Uyum
(213113014)
Ujang Nasep
(213113018)
Lendy Aryandi S
(213113074)
Nita Astriani NP
(213113053)
Arni Liestia
(213113076)
Widya Nitami
(213113034)
Gina Mutiara S
(213113091)
Iis Solihat
(213113024)
Salma Luqyana
213113011)
(213113004)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
beserta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Konsep
Keluarga. Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Jiwa 1.
Tidak lupa kami ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan dan pembuatan makalah ini. Semoga segala bantuan
yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi, maupun
sistematika. Oleh karena itu, kami sangat berterima kasih apabila ada kritik dan saran untuk
perbaikan dari kesalahan makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya
dalam upaya peningkatan wawasan wacana pendidikan nasional. Akhir kata kami hanya
dapat mengucapkan terima kasih dan semoga Allah selalu melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya kepada kita semua.
Tutor A
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
A. Skenario...........................................................................................................................4
B. Step 1 (Klasifikasi Dan Definisi Istilah).........................................................................4
C. Step 2 (Identifikasi Masalah)..........................................................................................5
D. Step 3 (Analisis Masalah)...............................................................................................5
BAB III PEMBAHASAN.........................................................................................................8
A. Pengertian NAPZA.........................................................................................................8
B. Jenis Jenis NAPZA......................................................................................................8
C. penyalahgunaan NAPZA..............................................................................................13
D. Tahapan pemakaian NAPZA.........................................................................................14
E. Faktor resiko penyalahgunaan NAPZA........................................................................15
F.
Dampak NAPZA...........................................................................................................17
G. Pencegahan NAPZA.....................................................................................................22
H. Penanganan NAPZA.....................................................................................................23
I.
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................27
A. Kesimpulan...................................................................................................................27
B. Saran..............................................................................................................................27
Daftar Pustaka..........................................................................................................................28
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disekitar kita saat ini, banyak sekali zat-zat adiktif yang negatif dan sangat
berbahaya bagi tubuh. Dikenal dengan sebutan narkotika dan obat-obatan terlarang.
Dulu, narkoba hanya dipakai secara terbatas oleh beberapa komunitas manusia di
berbagai negara. Tapi kini, narkoba telah menyebar dalam spektrum yang kian meluas.
Para era modern dan kapitalisme mutakhir, narkoba telah menjadi problem bagi umat
manusia diberbagai belahan bumi. Narkoba yang bisa mengobrak-abrik nalar yang
cerah, merusak jiwa dan raga, tak pelak bisa mengancam hari depan umat manusia.
Padahal 2.000 tahun yang lalu catatan-catatan mengenai penggunaan cocaine di daerah
Andes, penggunaan terkait adat, untuk survival/bertahan hidup (sampai sekarang)
menahan lapar dan rasa haus, rasa capek, bantu bernafas, sedangkan Opium digunakan
sebagai sedative (penawar rasa sakit) dan aphrodisiac (perangsang). Dahulu pada
banyak negara obat-obatan ini digunakan untuk tujuan pengobatan , namun seiring
berjalannya waktu , penyalahgunaan napza dimulai oleh para dokter, yang meresepkan
bahan bahan napza baru untuk berbagai pengobatan padahal tahu mengenai efek-efek
sampingnya. Kemudian ketergantungan menjadi parah sesudah ditemukannya morphine
(1804), diresepkan sebagai anaesthetic, digunakan luas pada waktu perang di abad ke19 hingga sekarang dan penyalahgunaan napza diberbagai negra yang sulit untuk
dikendalikan hingga saat ini. Tahun 1874 Alder Wright (ahli kimia dari London)
merebus morphin dengan asam anhidrat. Namun tahun 1898 pabrik obat Bayer
memproduksi obat dengan nama heroin sebagai alat penghilang sakit. Dan di akhir
tahun 70 an diberi campuran khusus agar candu tersebut didapat dalam bentuk obatobatan. Penggunaan obat-obatan jenis opium sudah lama dikenal di Indonesia, jauh
sebelum pecahnya Perang Dunia ke-2 pada zaman penjajahan Belanda. Pada umumnya
para pemakai candu (opium) tersebut adalah orang-orang Cina. Pemerintah Belanda
memberikan izin pada tempat-tempat tertentu untuk menghisap candu dan pengadaan
(supply) secara legal dibenarkan berdasarkan undang-undang. Orang-orang Cina pada
waktu itu menggunakan candu dengan cara tradisional, yaitu dengan jalan
menghisapnya melalui pipa panjang.
Hal ini berlaku sampai tibanya Pemerintah Jepang di Indonesia. Pemerintah
pendudukan Jepang menghapuskan Undang-Undang itu dan melarang pemakaian candu
(Brisbane Ordinance). Ganja (Cannabis Sativa) banyak tumbuh di Aceh dan daerah
Sumatera lainnya, dan telah sejak lama digunakan oleh penduduk sebagai bahan ramuan
makanan sehari-hari. Tanaman Erythroxylon Coca (Cocaine) banyak tumbuh di Jawa
Timur dan pada waktu itu hanya diperuntukkan bagi ekspor. Menghindari pemakaian
dan akibat-akibat yang tidak diinginkan, Pemerintah Belanda membuat UndangUndang (Verdovende Middelen Ordonantie) yang mulai diberlakukan pada tahun 1927
(State Gazette No.278 Juncto 536). Meskipun demikian obat-obatan sintetisnya dan
juga beberapa obat lain yang mempunyai efek serupa (menimbulkan kecanduan) tidak
dimasukkan dalam perundang-undangan tersebut. Setelah kemerdekaan, Pemerintah
Republik Indonesia membuat perundangundangan yang menyangkut produksi,
penggunaan dan distribusi dari obat-obat berbahaya (Dangerous Drugs Ordinance)
dimana wewenang diberikan kepada Menteri Kesehatan untuk pengaturannya (State
Gazette No.419, 1949). Pada waktu tahun 1970, masalah obat-obatan berbahaya jenis
narkotika menjadi masalah besar dan nasional sifatnya. Pada waktu perang Vietnam
sedang mencapai puncaknya pada tahun 1970 an, maka hampir di semua negeri,
terutama di Amerika Serikat penyalahgunaan obat (narkotika) sangat meningkat dan
sebagian besar korbannya adalah anak-anak muda. Nampaknya gejala itu berpengaruh
pula di Indonesia dalam waktu yang hampir bersamaan. Penyalahgunaan narkotika di
Indonesia semakin marak, maka Undang - Undang Anti Narkotika mulai direvisi.
Berpijak dari keadaan itu disusunlah Undang - Undang Tentang Narkotika Nomor 22
Tahun 1997, menyusul dibuatnya Undang - Undang Tentang Psikotropika Nomor 5
Tahun 1997. Dalam Undang-Undang tersebut mulai diatur pasal-pasal ketentuan pidana
terhadap pelaku kejahatan narkotika, dengan pemberian sanksi terberat berupa hukuman
mati. Sekarang telah diperbarui lagi dengan Undang - Undang No 35 Tahun 2009
tentang Narkotika.
B. Rumusan masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Skenario
Seorang perawat di unit rehabilitasi NAPZA mengkaji seorang klien dengan ketergantungan
NAPZA.klien tersebut mengatakan bahwa dirinya menggunakan metamfetamin, karena
memberika euforia yang cepat dan bertahan lama. Dari hasil pengkajian di dapatkan klien
menunjukkan prilaku hiperaktif, obsesif dan berisiko melakukan kekerasan. Didapatkan ula
halusinasi pendengaran dan delusi pada klien, sehingga klien sulit dibeakan dengan klien
dengan skzofrenia. Perawat tersebut memahami bahwa metamfetamin menyebabkan euforia
3 kali lebih besar dibandingkan kokain, dan dampaknya pun lebih buruk.
B. Step 1 (Klasifikasi Dan Definisi Istilah)
1. Napza (gina)
2. Euforia (uyum)
3. Metamfetamin (agung)
4. Obsesif (widya)
5. Kokain ( regina)
6. Halusinasi (afni)
7. Delusi (kartika)
8. Hiperaktif (salma)
9. Rehabilitasi (dicky)
Jawab
1. Napza (narkotika,psikotropika, dan zat aditif lain) atas bahan zat atau obat yang bila
masuk ke dalam tubuh terutama otak atau susunan saraf pusat yang menyebabkan
gangguan fisik, psikis dan fungsu sosialnya (nita)
2. Perasaan nyaman atau perasaan gembira yang secara berlebihan (Iis soihat)
3. Termasuk zat aditif jenis sabu-sabu (arni)
4. Obsesif adalah khayalan atau dorongan yang berulang yang tidak diinginkan dan
mengganggu (reski)
5. kokain adalah zat yang adiktif yang sering di salahgunakan dan merupakan zat yang
sangat berbahaya, kokain termasuk golongan narkotika (ujang)
6. halusinasi suatu presepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsangan dari luar (kartika)
7. delusi merupakan keyakinan seseorang yang salah dan idiosinfatik yang terus menerus di
pegang teguh walaupun terdapat bukti atau fakta yang tidak dapat di bantah dan jelasjelas bertentangan (regina)
8. hiperaktif peningkatan berlebihan atau abnormal aktivitas atau fungsi otot (lendi)
9. rehabilitasi pemulihan kebentuk atau fungsi yang normal setelah suatu penyakit atau luka
pemulihan pasien yang sakit atau luka sederajat fungsional yang optimal pada semua
jenis aktivitas (dicky)
C. Step 2 (Identifikasi Masalah)
1. Apa yang membedakan penyalahgunaan NAPZA dengan gangguan jiwa ?
2. Bagaimana batasan seseorang dapat dikatakan ketergantungan NAPZA ?
4
3.
4.
5.
6.
4. Definisi NAPZA adalah bahan atau zat atau obat yang bila masuk kedalam tubuh
manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak atau susunan saraf pusat, sehingga
menebabkan gangguan kesehatan fisik atau psikis dan fungsi sosialnya karena terjadi
kebiasaan, ketagihan dan ketergantungan (uyum dan loppa)
Jenis jenis NAPZA :
1) Narkotika
a. Narkotika golongan I
b. Narkotika golongan II
c. Narkotika golongan III
2) Psikotropika
a. Psikotropika golongan I
b. Psikotropika golngan II
c. Psikotropika golongan III
6
3) Zat adiktif
5. a. cenderung pemurung dan menyendiri
a. wajah pucat dan loyo
b. terdapat bau aneh yang tidak biasa di kamar atau tempat dia memakai NAPZA
c. matanya berair dan tangannya gemetaran
d. badannya lesu dan selalu gelisah
e. menjadi mudah tersinggung
f. mudah marah dan tidak bisa diatur (gina, hergia)
g. hiperaktif, obsesif dan berisiko melakukan kekerasan
6. Diagnosa keperawatan jiwa
a. resiko prilaku kekerasan
b. Penyalahgunaan zat
c. Koping individu tidak efektif
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian NAPZA
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya, meliputi
zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi fisik dan
psikis, serta menimbulkan ketergantungan (BNN, 2004). NAPZA adalah zat yang
memengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh orang yang mengonsumsinya.
Manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA bergantung pada seberapa banyak, seberapa
sering, cara menggunakannya, dan bersamaan dengan obat atau NAPZA lain yang
dikonsumsi (Kemenkes RI, 2010)
B. Jenis Jenis NAPZA
1. Narkotika
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
2. Psikotropika
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan
perilaku.
Psikotropika terdiri dari 4 golongan:
Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.
Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan
terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
Amphetamine.
Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
8
merasa gelisah Berkeringat Nafsu makan bertambah Sering berfantasi Euforia . Ganja
merupakan salah satu jenis narkotika yang dapat mengakibatkan kecanduan. Jika
pemakaiannya dihentikan, sipemakai sering mengalami
menghilangkan rasa sakit. Cara Penggunaan : Penggunaan opiat adalah dengan cara
dihisap. Adapun efek / gejala yang timbul dari narkotika jenis ini antara lain :
Memiliki semangat yang tinggi, Sering merasa waktu berjalan begitu lambat, Merasa
pusing / mabuk, Birahi meningkat, Timbul masalah kulit di bagian mulut dan
leherSering merasa sibuk sendiri
10. Kodein
Adalah sejenis obat batuk yang biasa digunakan / diresepkan oleh dokter, namun
obat ini memiliki efek ketergantungan bagi si pengguna. Cara Penggunaan : Kodein
merupakan hasil proses dari metilasi morfin. Cara penggunaannya dengan jalan
dihisap. Efek / gejalanya antara lain : Mengalami euforia Sering mengalami gatalgatal, Mengalami mual dan muntah, Mudah mengantuk, Mulut terasa kering,
Mengalami hipotensi, Mengalami depresi, Sering sembelit, Mengalami depresi saluran
pernafasan
11. Metadon
Efek yang ditimbulkan oleh narkotika ini adalah seperti heroin. Adapun efek /
gejalanya antara lain : Mengalami sembelit, Sering mengantuk tetapi tidak bisa tidur,
Pada wanita hamil dapat mengalami keguguran / bayi premature,Mengalami koma.
12. Barbiturat
Biasa digunakan sebagai obat tidur. Cara kerjanya mempengaruhi sistem syaraf.
Efek dari mengkonsumsi barbiturat dapat terlihat 3 hingga 6 jam. Efek dan gejalanya :
Sering sembrono Euforia, Sering merasa kebingungan, Mengalami pingsan,
Mengalami masalah pernafasan Psikontropika
C. penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang bersifat patologis,
paling sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya sehingga menimbulkan gangguan
dalam pekerjaan dan fungsi sosial. Sebetulnya NAPZA banyak dipakai untuk kepentingan
pengobatan, misalnya menenangkan klien atau mengurangi rasa sakit. Tetapi karena
efeknya enak bagi pemakai, maka NAPZA kemudian dipakai secara salah, yaitu bukan
untuk pengobatan tetapi untuk mendapatkan rasa nikmat. Penyalahgunaan NAPZA secara
12
tetap ini menyebabkan pengguna merasa ketergantungan pada obat tersebut sehingga
menyebabkan kerusakan fisik ( Sumiati, 2009).
Menurut Pasal 1 UU RI No.35 Tahun 2009 Ketergantungan adalah kondisi yang
ditandai oleh dorongan untuk menggunakan Narkotika secara terus-menerus dengan
takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunaannya
dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang
khas. Ketergantungan terhadap NAPZA dibagi menjadi 2, yaitu (Sumiati, 2009):
1. Ketergantungan fisik adalah keadaan bila seseorang mengurangi atau menghentikan
penggunaan NAPZA tertentu yang biasa ia gunakan, ia akan mengalami gejala putus
zat. Selain ditandai dengan gejala putus zat, ketergantungan fisik juga dapat ditandai
dengan adanya toleransi.
2. Ketergantungan psikologis adalah suatu keadaan bila berhenti menggunakan NAPZA
tertentu, seseorang akan mengalami kerinduan yang sangat kuat untuk menggunakan
NAPZA tersebut walaupun ia tidak mengalami gejala fisik.
NAPZA lebih rendah dibandingkan dengan pola asuh orang tua dengan disiplin yang
ketat. Fakta berbicara bahwa tidak semua keluarga mampu menciptakan kebahagiaan
bagi semua anggotanya. Banyak keluarga mengalami problem-problem tertentu. Salah
satunya ketidakharmonisan hubungan keluarga. Banyak keluarga berantakan yang
ditandai oleh relasi orangtua yang tidak harmonis dan matinya komunikasi antara
mereka. Ketidakharmonisan yang terus berlanjut sering berakibat perceraian. Kalau
pun keluarga ini tetap dipertahankan, maka yang ada sebetulnya adalah sebuah rumah
tangga yang tidak akrab dimana anggota keluarga tidak merasa betah. Orangtua sering
minggat dari rumah atau pergi pagi dan pulang hingga larut malam. Ke mana anak
harus berpaling? Kebanyakan diantara penyalahguna NAPZA mempunyai hubungan
yang biasa-biasa saja dengan orang tuanya. Mereka jarang menghabiskan waktu luang
dan bercanda dengan orang tuanya (Jehani, dkk, 2006).
15
kehidupan
kelompok.
Hasil
temuan
Tim
Kelompok
Kerja
1. Akan banyak uang yang dibutuhkan untuk penyembuhan dan perawatan kesehatan
pecandu jika tubuhnya rusak digerogoti zat beracun.
2. Dikucilkan dalam masyarakat dan pergaulan orang baik-baik. Selain itu biasanya
tukang candu narkoba akan bersikap anti sosial.
3. Keluarga akan malu besar karena punya anggota keluarga yang memakai zat
terlarang.
4. Kesempatan belajar hilang dan mungkin dapat dikeluarkan dari sekolah atau
perguruan tinggi alias DO /drop out.
5. Tidak dipercaya lagi oleh orang lain karena umumnya pecandu narkoba akan gemar
berbohong dan melakukan tindak kriminal.
6. Dosa akan terus bertambah karena lupa akan kewajibanTuhan serta menjalani
kehidupan yang dilarang oleh ajaran agamanya.
7. Bisa dijebloskan ke dalam tembok derita / penjara yangsangat menyiksa lahir batin.
Biasanya setelah seorang pecandu sembuh dan sudah sadar dari mimpi-mimpinya
maka ia baru akan menyesali semua perbuatannya yang bodoh dan banyak waktu
serta kesempatan yang hilang tanpa disadarinya. Terlebih jika sadarnya ketika
berada di penjara. Segala caci-maki dan kutukan akan dilontarkan kepada benda
haram tersebut, namun semua telah terlambat dan berakhir tanpa bisa berbuat apaapa.
a. Dampak Langsung Narkoba Bagi Jasmani / Tubuh Manusia
1) Gangguan pada jantung
2) Gangguan pada hemoprosik
3) Gangguan pada traktur urinarius
4) Gangguan pada otak
5) Gangguan pada tulang
6) Gangguan pada pembuluh darah
7) Gangguan pada endorin
8) Gangguan pada kulit
9) Gangguan pada sistem syaraf
10) Gangguan pada paru-paru
11) Gangguan pada sistem pencernaan
12) Dapat terinfeksi penyakit menular berbahaya seperti HIV AIDS, Hepatitis,
Herpes, TBC, dll.
17
18
c. Dampak Fisik
Adaptasi biologis tubuh kita terhadap penggunaan narkoba untuk jangka waktu
yang lama bisa dibilang cukup ekstensif, terutama dengan obat-obatan yang
tergolong dalam kelompok downers. Tubuh kita bahkan dapat berubah begitu
banyak hingga sel-sel dan organ-organ tubuh kita menjadi tergantung pada obat
itu hanyauntuk bisa berfungsi normal.
Salah satu contoh adaptasi biologis dapat dilihat dengan alkohol. Alkohol
mengganggu pelepasan dari beberapa transmisi syaraf di otak. Alkohol juga
meningkatkan cytocell dan mitokondria yang ada di dalam liver untuk
menetralisir zat-zat yang masuk. Sel-sel tubuh ini menjaditergantung pada
alcohol untuk menjaga keseimbangan baru ini.
Tetapi, bila penggunaan narkoba dihentikan, ini akan mengubah semua susunan
dan keseimbangan kimia tubuh.Mungkin akan ada kelebihan suatu jenis enzym
dan kurangnya transmisi syaraf tertentu. Tiba-tiba saja, tubuhmencoba untuk
mengembalikan
keseimbangan
didalamnya.Biasanya,
hal-hal
yang
ketergantungan
Ketergantungan
mental
ini
fisik,
lebih
terjadi
susah
juga
ketergantungan
untuk
dipulihkan
mental.
daripada
kelompok
atau
komunitas
yang
memiliki
risiko
tinggi
terhadap
Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat misalnya kodein,
bufremorfin, dan metadon. Substitusi bagi pengguna sedatif-hipnotik dan alkohol
dapat dari jenis anti ansietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah
dengan cara penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama
pemberian substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala
simptomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur atau
sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat putus zat tersebut (Purba, 2008).
2. Rehabilitasi
Yang dimaksud
dengan
rehabilitasi
adalah
upaya
memulihkan
dan
mengembalikan kondisi para mantan penyalahguna NAPZA kembali sehat dalam arti
sehat fisik, psikologik, sosial, dan spiritual. Dengan kondisi sehat tersebut diharapkan
mereka akan mampu kembali berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari.
Menurut Hawari (2006) jenis-jenis rehabilitasi antara lain :
a. Rehabilitasi Medik
Dengan rehabilitasi medik ini dimaksudkan agar mantan penyalahguna NAPZA
benar-benar sehat secara fisik. Termasuk dalam program rehabilitasi medik ini ialah
memulihkan kondisi fisik yang lemah, tidak cukup diberikan gizi makanan yang
bernilai tinggi, tetapi juga kegiatan olahraga yang teratur disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing yang bersangkutan.
b. Rehabilitasi Psikiatrik
Rehabilitasi psikiatrik ini dimaksudkan agar peserta rehabilitasi yang semula
bersikap dan bertindak antisosial dapat dihilangkan, sehingga mereka dapat
bersosialisasi dengan baik dengan sesama rekannya maupun personil yang
membimbing atau mengasuhnya. Termasuk rehabilitasi psikiatrik ini adalah
psikoterapi/konsultasi keluarga yang dapat dianggap sebagai rehabilitasi keluarga
terutama bagi keluarga-keluarga broken home. Konsultasi keluarga ini penting
dilakukan agar keluarga dapat memahami aspek-aspek kepribadian anaknya yang
terlibat penyalahgunaan NAPZA, bagaimana cara menyikapinya bila kelak ia telah
kembali ke rumah dan upaya pencegahan agar tidak kambuh.
c. Rehabilitasi Psikososial
Dengan rehabilitasi psikososial ini dimaksudkan agar peserta rehabilitasi dapat
kembali adaptif bersosialisasi dalam lingkungan sosialnya, yaitu di rumah, di
23
d. Rehabilitasi Psikoreligius
Rehabilitasi psikoreligius memegang peranan penting. Unsur agama dalam
rehabilitasi bagi para pasien penyalahguna NAPZA mempunyai arti penting dalam
mencapai penyembuhan. Unsur agama yang mereka terima akan memulihkan dam
memperkuat rasa percaya diri, harapan dan keimanan. Pendalaman, penghayatan
dan pengamalan keagamaan atau keimanan ini akan menumbuhkan kekuatan
kerohanian pada diri seseorang sehingga mampu menekan risiko seminimal
mungkin terlibat kembali dalam penyalahgunaan NAPZA.
e. Forum Silaturahmi
Forum silaturahmi merupakan program lanjutan (pasca rehabilitasi) yaitu
program atau kegiatan yang dapat diikuti oleh mantan penyalahguna NAPZA (yang
telah selesai menjalani tahapan rehabilitasi) dan keluarganya. Tujuan yang hendak
dicapai dalam forum silaturahmi ini adalah untuk memantapkan terwujudnya rumah
tangga/keluarga sakinah yaitu keluarga yang harmonis dan religius, sehingga dapat
memperkecil kekambuhan penyalahgunaan NAPZA.
f. Program Terminal
Pengalaman menunjukkan bahwa banyak dari mereka sesudah menjalani
program rehabilitasi dan kemudian mengikuti forum silaturahmi, mengalami
kebingungan untuk program selanjutnya. Khususnya bagi pelajar dan mahasiswa
yang karena keterlibatannya pada penyalahgunaan NAPZA di masa lalu terpaksa
putus sekolah menjadi pengangguran; perlu menjalani program khusus yang
dinamakan program terminal (re-entry program), yaitu program persiapan untuk
kembali melanjutkan sekolah/kuliah atau bekerja.
24
A. PENGKAJIAN
I.
Identitas Klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang: nama klien, panggilan klien, jenis kelamin (pria > wanita), usia
(biasanya pada usia produktif), pendidikan (segala jenis/ tingkat pendidikan
beresiko menggunakan NAPZA), pekerjaan (tingkat keseriusan/ tuntutan dalam
pekerjaannya dapat menimbulkan masalah), status (belum menikah, menikah
atau bercerai), kemudian nama perawat, tujuan, waktu, tempat pertemuan,
topik yang akan dibicarakan.
II.
Alasan Masuk
Biasanya karena timbul gejala-gejala penyalahgunaan NAPZA
(fsikososial) atau mungkin klien mengatakan tidak tahu, karena yang
membawanya ke RS adalah keluarganya. Alasan masuk tanyakan kepada klien
dan keluarga.
Pada scenario kasus
1) SMRS
Klien mengatakan
bahwa dirinya
menggunakan
Faktor Predisposisi
Kaji hal-hal yang menyebabkan perubahan perilaku klien menjadi
pecandu/ pengguna NAPZA, baik dari pasien maupun keluarga.
IV.
Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ akibat gejala
yang biasa timbul dari jenis NAPZA yang digunakan seperti tanda-tanda vital,
berat badan,dll.
V.
Psikososial
1) Genogram
a. Buatlah genogram minimal tiga gcncrasi yang dapat menggambarkan
hubungan klien dan keluarga.
b. Jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh.
c. Masalah keperawatan ditulis sesuai data
2) Konsep diri
a. Gambaran diri :
Klien merasa tubuhnya baik-baik saja
b. Identitas diri :
Klien kurang puas terhadap dirinya sendiri
c. Peran diri
:
Klien tidak mampu melaksanakan peran/tugas tersebut
d. Ideal diri
:
Klien menginginkan keluarga dan orang lain menghargainya
e. Harga diri
:
Kurangnya penghargaan keluarga terhadap perannya
3) Hubungan sosial
Klien penyalahgunaan NAPZA biasanya menarik diri dari aktivitas
keluarga maupun masyarakat. Klien sering menyendiri, menghindari kontak
mata langsung, sering berbohong dan lain sebagainya.
4) Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Menurut masyarakat, NAPZA tidak baik untuk kesehatan.
b. Kegiatan ibadah
Tidak menjalankan ibadah selama menggunakan NAPZA.
VI.
Status Mental
1) Penampilan.
26
Penampilan tidak rapi, tidak sesuai dan cara berpakaian tidak seperti
biasanya dijelaskan.
2) Pembicaraan
a. Amati pembicaraan yang ditemukan pada klien, apakah cepat, keras,
gagap, membisu, apatis dan atau lambat
b. Biasanya klien menghindari kontak mata langsung, berbohog atau
memanipulasi keadaa, bengong/linglung.
3) Aktivitas motorik
Klien biasanya menunjukkan keadaan lesu, tegang, gelisah, agitasi, Tik,
grimasen, termor dan atau komfulsif akibat penggunaan atau tidak
menggunakan NAPZA
4) Alam perasaan.
Klien bisa menunjukkan ekspresi gembira berlebihan pada saat
mengkonsumsi jenis psikotropika atau mungkin gelisah pada pecandu shabu.
5) Afek
Pada umumnya, afek yang muncul adalah emosi yang tidak terkendali.
Afek datar muncul pada pecandu morfin karena mengalami penurunan
kesadaran.
6) lnteraksi selama wawancara
Secara umum, sering menghindari kontak mata dan mudah tersingung.
Pecandu amfetamin menunjukkan perasaan curiga.
7) Persepsi.
Pada pecandu ganja dapat mengalami halusinasi pengelihatan
8) Proses pikir
Klien pecandu ganja mungkin akan banyak bicara dan tertawa sehingga
menunjukkan tangensial. Beberapa NAPZA menimbulkan penurunan
kesadaran, sehingga klien mungkin kehilangan asosiasi dalam
berkomunikasi dan berpikir.
9) lsi pikir
27
Makan
BAB/BAK,
Mandi
Berpakaian
lstirahat dan tidur
Penggunaan obat
Pemeliharaan kesehatan
Kegiatan di dalam rumah
Kegiatan di luar rumah
28
VIII.
Mekanisme Koping
1) Denial dari masalah
2) Proyeksi merupakan tingkah untuk melepaskan diri dari tanggung jawab
3) Disosiasi merupakan proses dari penggunaan zat adiktif
Pada kasus scenario mekanisme koping didapatkan Maladaptif.
IX.
X.
Pengetahuan Kurang
Biasanya tentang mekanisme koping dan akibat penyalahgunaan NAPZA
XI.
Aspek Medik
Sesuaikan dengan terapi medik yang diberikan.
B. ANALISA DATA
NO
DATA
1 DS : Tidak ada
DO : Saat dikaji klien menunjukan perilaku
hiperaktif , obsesif dan berisiko melakukan
2
MASALAH
Resiko perilaku
kekerasn
kekerasan
DS : Klien mengatakan bahwa dirinya
Efektif
DS
Gangguan
pemusatan perhatian
menggunakan metamfetamin.
DO : Saat dikaji didapatkan halusinasi
pendengaran dan delusi pada klien.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan perilaku hiperaktif, obsesif.
2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak mampu mengatasi
keinginan menggunakan zat adiktif.
3. Gangguan pemusatan perhatian berhubungan dampak penyalahgunaan zat
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
1
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Resiko perilaku
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
kekerasan berhubungan
dengan perilaku
klien mampu :
1) Dapat
hiperaktif, obsesif.
1) Pertahankan
lingkungan dalam
mengartikan
sentuhan
sebagai
ancaman.
2) Mencegah
kemungkinan
lain.
3) Keterlibatan
dalam
interpersonal
stimulus
yang
rendah.
2) Ciptakan
lingkungan
cedera
psikososial.
3) Observasi perilaku
klien
klien
kegiatan
akan
Intervensi
Individu :
setiap
15
menit.
4) Singkirkan semua
benda berbahaya .
5) Lindungi klien dan
orang
lain
dari
bahaya kekerasan.
6) Salurkan perilaku
30
merusak
pada
kegiatan fisik.
Keluarga :
1) Tingkatkan peran
serta
keluarga
dalam
setiap
tindakan
keperawatan.
2) Anjurkan keluarga
untuk
terus
memberikan
motivasi
kasih
juga
saying
terhadap klien.
2
efektif berhubungan
klien mampu :
1) Untuk
mengatasi keinginan
menggunakan zat adiktif.
situasi
mengatasi
keinginan
menggunakan
zat
adiktif.
2) Tidak berusaha kembali
menggunakan
metamfetamin
merasakan
kenyamanan.
Individu :
1) Identifikasikan
untuk
yang
menyebabkan
timbulnya sugesti.
2) Identifikasikan
perilaku
ketika
sugesti datang.
3) Diskusikan
cara
mengalihkan
pikiran dari sugesti
ingin
menggunakan zat
dengan
menciptakan
sugesti yang lebih
positif.
4) Latihan
menggunakan kata
kata ingin hidup
sehat, masa depan
31
klien
mengekspresikan
perasaanya.
Keluarga :
1) Motivasi keluarga
untuk
membantu
sugestinya
datang.
2) Diskusikan upaya
keluarga
membantu
klien
mengurangi
sugesti.
3) Bantu
suasana
mendukung
keakraban
3
Gangguan pemusatan
perhatian berhubungan
keperawatan selama 2 x 24
dampak penyalahgunaan
zat.
perhatiannya .
2) Tidak
berhalusinasi.
dirumah.
Individu :
1) Kaji dan evaluasi
dengan melakukan
psikotes
terus
tingkat
intelegansi klien.
2) Kaji
social
ekonomi
dan
tingkat pendidikan
klien.
3) Berikan
kegiatan
secara
bertahap
sesuai
kebutuhan
klien.
4) Berikan
reinforcement
prestasi
32
yang
dicapai klien.
5) Ikutsertakan dan
membuat
pada
jadwal
jam
tertentu.
6) Ikutsertkan
jam
klien
topic
topic
tertentu
seperti
AIDS,dampak zat
adiktif,hidup sehat.
Keluarga :
1) Ajarkan
pada
keluarga
tentang
prinsip prinsip
komunikasi
terapeutik.
2) Anjurkan
untuk
33
kepada
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya, meliputi
zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi fisik dan
psikis, serta menimbulkan ketergantungan. Adapun jenis-jenis NAPZA seperti Narkotika,
Psikotropika, Zat Adiktif Lainnya, Morfin, Heroin / putaw, Ganja / Kanabis / mariyuana,
Kokain,LSD atau Lysergic Acid / Acid / Trips / Tabs, Opiat / opium, Kodein, Metadon dan
Barbiturat. Dampak dari penyalahgunaan NAPZA sengat berdampak besar baik dari
fisik,organ-organ penting dalam tubuh. Faktor resiko NAPZA adalah seperti lingkungan,
teman sebya, kurangna pantauan dari orang tua. Pencegahan NAPZA bisa terbagi menjadi
primer, sekunder dan tersier. NAPZA bisa di tangani dengan terapi, rehabilitasi, forum
silaturahmi dan program terminal.
B. Saran
Sebagai petugas kesehatan kita hendaknya memberi pengarahan dan pendidikan
kesehatan terhadap dampak bahaya dari NAPZA kepada yang berisiko menjadi korban
penyalahgunaan NAPZA sehingga indonesia mampu menurunkan angka pengguna NAPZA
34
Daftar Pustaka
35