Anda di halaman 1dari 39

Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Penyalahgunaan Napza

Makalah Diskusi Kelompok


disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa 1
Disusun oleh :
Tutorial A
Ketua

: Hergia Ginanjar

(213113111)

Scriber 1

: Noor Lopa

(213113065)

Scriber 2

: Reski Ika SP

(213113070)

Anggota :
Kartika

(213113116)

Regina Selviawati

(213113085)

Dicky Reza

(213113055)

Uyum

(213113014)

Ujang Nasep

(213113018)

Lendy Aryandi S

(213113074)

Nita Astriani NP

(213113053)

Arni Liestia

(213113076)

Widya Nitami

(213113034)

Gina Mutiara S

(213113091)

Agung K Adriansyah (213113099)

Iis Solihat

(213113024)

Salma Luqyana

Afni Noor Firstiani

213113011)

(213113004)

STIKES JENDRAL ACHMAD YANI CIMAHI


2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
beserta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Konsep
Keluarga. Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Jiwa 1.
Tidak lupa kami ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan dan pembuatan makalah ini. Semoga segala bantuan
yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi, maupun
sistematika. Oleh karena itu, kami sangat berterima kasih apabila ada kritik dan saran untuk
perbaikan dari kesalahan makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya
dalam upaya peningkatan wawasan wacana pendidikan nasional. Akhir kata kami hanya
dapat mengucapkan terima kasih dan semoga Allah selalu melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya kepada kita semua.

Cimahi, 22 April 2016

Tutor A

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
A. Skenario...........................................................................................................................4
B. Step 1 (Klasifikasi Dan Definisi Istilah).........................................................................4
C. Step 2 (Identifikasi Masalah)..........................................................................................5
D. Step 3 (Analisis Masalah)...............................................................................................5
BAB III PEMBAHASAN.........................................................................................................8
A. Pengertian NAPZA.........................................................................................................8
B. Jenis Jenis NAPZA......................................................................................................8
C. penyalahgunaan NAPZA..............................................................................................13
D. Tahapan pemakaian NAPZA.........................................................................................14
E. Faktor resiko penyalahgunaan NAPZA........................................................................15
F.

Dampak NAPZA...........................................................................................................17

G. Pencegahan NAPZA.....................................................................................................22
H. Penanganan NAPZA.....................................................................................................23
I.

Asuhan Keperawatan NAPZA......................................................................................26

BAB IV PENUTUP.................................................................................................................27
A. Kesimpulan...................................................................................................................27
B. Saran..............................................................................................................................27
Daftar Pustaka..........................................................................................................................28

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Disekitar kita saat ini, banyak sekali zat-zat adiktif yang negatif dan sangat
berbahaya bagi tubuh. Dikenal dengan sebutan narkotika dan obat-obatan terlarang.
Dulu, narkoba hanya dipakai secara terbatas oleh beberapa komunitas manusia di
berbagai negara. Tapi kini, narkoba telah menyebar dalam spektrum yang kian meluas.
Para era modern dan kapitalisme mutakhir, narkoba telah menjadi problem bagi umat
manusia diberbagai belahan bumi. Narkoba yang bisa mengobrak-abrik nalar yang
cerah, merusak jiwa dan raga, tak pelak bisa mengancam hari depan umat manusia.
Padahal 2.000 tahun yang lalu catatan-catatan mengenai penggunaan cocaine di daerah
Andes, penggunaan terkait adat, untuk survival/bertahan hidup (sampai sekarang)
menahan lapar dan rasa haus, rasa capek, bantu bernafas, sedangkan Opium digunakan
sebagai sedative (penawar rasa sakit) dan aphrodisiac (perangsang). Dahulu pada
banyak negara obat-obatan ini digunakan untuk tujuan pengobatan , namun seiring
berjalannya waktu , penyalahgunaan napza dimulai oleh para dokter, yang meresepkan
bahan bahan napza baru untuk berbagai pengobatan padahal tahu mengenai efek-efek
sampingnya. Kemudian ketergantungan menjadi parah sesudah ditemukannya morphine
(1804), diresepkan sebagai anaesthetic, digunakan luas pada waktu perang di abad ke19 hingga sekarang dan penyalahgunaan napza diberbagai negra yang sulit untuk
dikendalikan hingga saat ini. Tahun 1874 Alder Wright (ahli kimia dari London)
merebus morphin dengan asam anhidrat. Namun tahun 1898 pabrik obat Bayer
memproduksi obat dengan nama heroin sebagai alat penghilang sakit. Dan di akhir
tahun 70 an diberi campuran khusus agar candu tersebut didapat dalam bentuk obatobatan. Penggunaan obat-obatan jenis opium sudah lama dikenal di Indonesia, jauh
sebelum pecahnya Perang Dunia ke-2 pada zaman penjajahan Belanda. Pada umumnya
para pemakai candu (opium) tersebut adalah orang-orang Cina. Pemerintah Belanda
memberikan izin pada tempat-tempat tertentu untuk menghisap candu dan pengadaan
(supply) secara legal dibenarkan berdasarkan undang-undang. Orang-orang Cina pada

waktu itu menggunakan candu dengan cara tradisional, yaitu dengan jalan
menghisapnya melalui pipa panjang.
Hal ini berlaku sampai tibanya Pemerintah Jepang di Indonesia. Pemerintah
pendudukan Jepang menghapuskan Undang-Undang itu dan melarang pemakaian candu
(Brisbane Ordinance). Ganja (Cannabis Sativa) banyak tumbuh di Aceh dan daerah
Sumatera lainnya, dan telah sejak lama digunakan oleh penduduk sebagai bahan ramuan
makanan sehari-hari. Tanaman Erythroxylon Coca (Cocaine) banyak tumbuh di Jawa
Timur dan pada waktu itu hanya diperuntukkan bagi ekspor. Menghindari pemakaian
dan akibat-akibat yang tidak diinginkan, Pemerintah Belanda membuat UndangUndang (Verdovende Middelen Ordonantie) yang mulai diberlakukan pada tahun 1927
(State Gazette No.278 Juncto 536). Meskipun demikian obat-obatan sintetisnya dan
juga beberapa obat lain yang mempunyai efek serupa (menimbulkan kecanduan) tidak
dimasukkan dalam perundang-undangan tersebut. Setelah kemerdekaan, Pemerintah
Republik Indonesia membuat perundangundangan yang menyangkut produksi,
penggunaan dan distribusi dari obat-obat berbahaya (Dangerous Drugs Ordinance)
dimana wewenang diberikan kepada Menteri Kesehatan untuk pengaturannya (State
Gazette No.419, 1949). Pada waktu tahun 1970, masalah obat-obatan berbahaya jenis
narkotika menjadi masalah besar dan nasional sifatnya. Pada waktu perang Vietnam
sedang mencapai puncaknya pada tahun 1970 an, maka hampir di semua negeri,
terutama di Amerika Serikat penyalahgunaan obat (narkotika) sangat meningkat dan
sebagian besar korbannya adalah anak-anak muda. Nampaknya gejala itu berpengaruh
pula di Indonesia dalam waktu yang hampir bersamaan. Penyalahgunaan narkotika di
Indonesia semakin marak, maka Undang - Undang Anti Narkotika mulai direvisi.
Berpijak dari keadaan itu disusunlah Undang - Undang Tentang Narkotika Nomor 22
Tahun 1997, menyusul dibuatnya Undang - Undang Tentang Psikotropika Nomor 5
Tahun 1997. Dalam Undang-Undang tersebut mulai diatur pasal-pasal ketentuan pidana
terhadap pelaku kejahatan narkotika, dengan pemberian sanksi terberat berupa hukuman
mati. Sekarang telah diperbarui lagi dengan Undang - Undang No 35 Tahun 2009
tentang Narkotika.

B. Rumusan masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Apa yang dimaksud dengan NAPZA?


Apa saja jenis-jenis dari NAPZA ?
Apa yang menyebabkan penyalahgunaan NAPZA ?
Bagaimana tahapan pemakaian NAPZA ?
Apa saja faktor resiko penyalahgunaan NAPZA?
Apa dampak dari NAPZA ?
Bagaimana pencegahan NAPZA ?
Apa saja tindakan keperawatan untuk menangani NAPZA ?

C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Mahasiswa mampu mengetahui pengertian NAPZA


Mahasiswa mampu mengetahui Jenis Jenis NAPZA
Mahasiswa mampu mengetahui penyalahgunaan NAPZA
Mahasiswa mampu mengetahui Tahapan pemakaian NAPZA
Mahasiswa mampu mengetahui Faktor resiko penyalahgunaan NAPZA
Mahasiswa mampu mengetahui Dampak NAPZA
Mahasiswa mampu mengetahui Pencegahan NAPZA
Mahasiswa mampu mengetahui Asuhan Keperawatan NAPZA

BAB II
PEMBAHASAN

A. Skenario
Seorang perawat di unit rehabilitasi NAPZA mengkaji seorang klien dengan ketergantungan
NAPZA.klien tersebut mengatakan bahwa dirinya menggunakan metamfetamin, karena
memberika euforia yang cepat dan bertahan lama. Dari hasil pengkajian di dapatkan klien
menunjukkan prilaku hiperaktif, obsesif dan berisiko melakukan kekerasan. Didapatkan ula
halusinasi pendengaran dan delusi pada klien, sehingga klien sulit dibeakan dengan klien
dengan skzofrenia. Perawat tersebut memahami bahwa metamfetamin menyebabkan euforia
3 kali lebih besar dibandingkan kokain, dan dampaknya pun lebih buruk.
B. Step 1 (Klasifikasi Dan Definisi Istilah)
1. Napza (gina)
2. Euforia (uyum)
3. Metamfetamin (agung)
4. Obsesif (widya)
5. Kokain ( regina)
6. Halusinasi (afni)
7. Delusi (kartika)
8. Hiperaktif (salma)
9. Rehabilitasi (dicky)
Jawab
1. Napza (narkotika,psikotropika, dan zat aditif lain) atas bahan zat atau obat yang bila
masuk ke dalam tubuh terutama otak atau susunan saraf pusat yang menyebabkan
gangguan fisik, psikis dan fungsu sosialnya (nita)
2. Perasaan nyaman atau perasaan gembira yang secara berlebihan (Iis soihat)
3. Termasuk zat aditif jenis sabu-sabu (arni)
4. Obsesif adalah khayalan atau dorongan yang berulang yang tidak diinginkan dan
mengganggu (reski)
5. kokain adalah zat yang adiktif yang sering di salahgunakan dan merupakan zat yang
sangat berbahaya, kokain termasuk golongan narkotika (ujang)
6. halusinasi suatu presepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsangan dari luar (kartika)
7. delusi merupakan keyakinan seseorang yang salah dan idiosinfatik yang terus menerus di
pegang teguh walaupun terdapat bukti atau fakta yang tidak dapat di bantah dan jelasjelas bertentangan (regina)
8. hiperaktif peningkatan berlebihan atau abnormal aktivitas atau fungsi otot (lendi)
9. rehabilitasi pemulihan kebentuk atau fungsi yang normal setelah suatu penyakit atau luka
pemulihan pasien yang sakit atau luka sederajat fungsional yang optimal pada semua
jenis aktivitas (dicky)
C. Step 2 (Identifikasi Masalah)
1. Apa yang membedakan penyalahgunaan NAPZA dengan gangguan jiwa ?
2. Bagaimana batasan seseorang dapat dikatakan ketergantungan NAPZA ?
4

3.
4.
5.
6.

Bagaimana rentang respon penyalahgunaan NAPZA ?


Apa definisi NAPZA dan jenis-jenisnya ?
Bagaimana prilaku penyalahgunaan NAPZA ?
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan ketergantungan NAPZA ?

D. Step 3 (Analisis Masalah)


1. penyalahgunaan NAPZA bisa mengakibatkan gangguan mental, emosional dan fungsi
sosial sedangkan gangguan jiwa bisa disebabkan oleh banyak faktor diantaranya
penyalahgunaan NAPZA (regina, arni, reski)
2. a. Ketergantungan fisik:
a) toleransi : ( tubuh meminta peningkatan dosis tinggi)
b) kebiasaan : tanpa menggunakan narkoba mereka tidak bisa bekerja dengan baik
(tenaga)
b. ketergantungan psikologis
a) adict : mereka tidak bisa hidup tanpa narkoba ( afni, iis solihat,ujang)

3. rentang respon gangguan penggunaan NAPZA

4. Definisi NAPZA adalah bahan atau zat atau obat yang bila masuk kedalam tubuh
manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak atau susunan saraf pusat, sehingga
menebabkan gangguan kesehatan fisik atau psikis dan fungsi sosialnya karena terjadi
kebiasaan, ketagihan dan ketergantungan (uyum dan loppa)
Jenis jenis NAPZA :
1) Narkotika
a. Narkotika golongan I
b. Narkotika golongan II
c. Narkotika golongan III
2) Psikotropika
a. Psikotropika golongan I
b. Psikotropika golngan II
c. Psikotropika golongan III
6

3) Zat adiktif
5. a. cenderung pemurung dan menyendiri
a. wajah pucat dan loyo
b. terdapat bau aneh yang tidak biasa di kamar atau tempat dia memakai NAPZA
c. matanya berair dan tangannya gemetaran
d. badannya lesu dan selalu gelisah
e. menjadi mudah tersinggung
f. mudah marah dan tidak bisa diatur (gina, hergia)
g. hiperaktif, obsesif dan berisiko melakukan kekerasan
6. Diagnosa keperawatan jiwa
a. resiko prilaku kekerasan
b. Penyalahgunaan zat
c. Koping individu tidak efektif

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian NAPZA
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya, meliputi
zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi fisik dan
psikis, serta menimbulkan ketergantungan (BNN, 2004). NAPZA adalah zat yang
memengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh orang yang mengonsumsinya.
Manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA bergantung pada seberapa banyak, seberapa
sering, cara menggunakannya, dan bersamaan dengan obat atau NAPZA lain yang
dikonsumsi (Kemenkes RI, 2010)
B. Jenis Jenis NAPZA
1. Narkotika
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika


terdiri dari 3 golongan :
Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain,
Ganja.
Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.
Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan/atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein

2. Psikotropika
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan
perilaku.
Psikotropika terdiri dari 4 golongan:
Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.
Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan
terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
Amphetamine.
Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
8

potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :


Phenobarbital.
Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).
3. Zat Adiktif Lainnya
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang berpengaruh
psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi : Minuman Alkohol :
mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan
sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari hari dalam kebudayaan
tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan
memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman
beralkohol : Golongan A : kadar etanol 1-5 % (Bir). Golongan B : kadar etanol 5-20 %
(Berbagai minuman anggur). Golongan C : kadar etanol 20-45 % (Whisky, Vodca,
Manson House, Johny Walker). Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut )
mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang
keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering
disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin. Tembakau :
pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat. Dalam
upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama
pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol
sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.
4. Morfin
Morfin berasal dari kata morpheus ( dewa mimpi ) adalah alkaloid analgesik
yang sangat kuat yang ditemukan pada opium. Zat ini bekerja langsung pada sistem
saraf pusat sebagai penghilang rasa sakit. Cara Penggunaan : Cara penggunaannya
adalah dengan disuntikkan ke otot atau pembuluh darah.Gejala fisik pengguna : Pupil
mata menyempil ,Melambatnya denyut nadi Tekanan darah menurun Suhu badan
menurun Mengalami kelemahan pada otot, akan tetapi jika sudah kecanduan akan
mengalami kejang otot. Efek samping pemakaian : Menurunnya kesadaran pengguna
9

Menimbulkan euforia Kebingungan Berkeringat Dapat menyebabkan pingsan, dan


jantung berdebar-debar Menimbulkan gelisah, dan perubahan suasana hati Mulut
kering dan warna muka berubah Mengalami kejang lambung Produksi air seni
berkurang Mengakibatkan gangguan menstruasi dan impotensi
5. Heroin / putaw
Heroin dihasilkan dari pengolahan morfin secara kimiawi. Akan tetapi, reaksi
yang ditimbulkan heroin menjadi lebih kuat dari pada morfin itu sendiri, sehingga
mengakibatkan zat ini sangat mudah menembus ke otak. Cara Penggunaan : Cara
pemakaiannya adalah dengan cara disuntikkan ke anggota tubuh ataupun bisa juga
dengan cara dihisap. Gejala atau efek yang ditemukan pada pengguna hampir sama
dengan pengguna morfin, yaitu : Melambatnya denyut nadi Tekanan darah menurun
Otot menjadi lemas , Pupil mengecil, Hilang kepercayaan diri, Suka menyendiri ,
Seringkali berdampak kriminal, misalnya berbohong, menipu, Kesulitan saat buang air
besar, Sering tidur, Kemerahan dan rasa gatal pada hidung, Gangguan bicara (cadel)

6. Ganja / Kanabis / mariyuana


Ganja (Cannabis sativa syn. Cannabis indica) adalah tumbuhan budidaya yang
menghasilkan serat, kandungan zat narkotika terdapat pada bijinya. Narkotika ini
dapat membuat si pemakai mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan
tanpa sebab). Tumbuhan ini telah dikenal manusia sejak lama, seratnya digunakan
sebagai bahan pembuat kantung, dan bijinya digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan minyak. Awalnya, tanaman ini hanya ditemukan di negara-negara beriklim
tropis. Namun belakangan ini, di negara-negara beriklim dingin pun telah banyak
membudidayakan tanaman ini, yaitu dengan cara dikembangkan di rumah kaca. Cara
Penggunaan: Cara penggunaan narkotika jenis ini adalah dengan cara dipadatkan
menyerupai rokok lalu dihisap.
Efek / gejala yang terlihat dari pecandu ganja adalah : Denyut nadi dan jantung
lebih cepat Mulut dan tenggorokan terasa kering Sulit dalam mengingat Sulit diajak
berkomunikasi Kadang-kadang terlihat agresif Mengalami gangguan tidur Sering
10

merasa gelisah Berkeringat Nafsu makan bertambah Sering berfantasi Euforia . Ganja
merupakan salah satu jenis narkotika yang dapat mengakibatkan kecanduan. Jika
pemakaiannya dihentikan, sipemakai sering mengalami

sakit kepala, mual yang

berkepanjangan, sering merasa kelelahan dan badan menjadi lesu.


7. Kokain
Kokain merupakan berasal dari tanaman Erythroxylon coca di Amerika Selatan.
Biasanya daun tanaman ini dimanfaatkan untuk mendapatkan efek stimulan, yaitu
dengan cara dikunyah. Kokain dapat memicu metabolisme sel menjadi sangat cepat.
Kokain mempunyai 2 bentuk, yakni : Kokain hidroklorida, berupa kristal berwarna
putih, rasanya sedikit pahit, serta bersifat mudah larut. Kokain free base, ia tidak
berbau dan rasanya pahit. Cara Pemakaian Cara pemakaian kokain adalah dengan cara
dihirup atau sebagai bahan campuran rokok. Efek / gejala yang timbul dari pemakaian
kokain adalah : Dapat memberikan efek kegembiraan yang berlebihan bagi si pengguna
Sering merasa gelisah Menurunnya berat badan, Timbul masalah pada kulit,
Mengalami gangguan pernafasan, Sering kejang-kejang, Sering mengeluarkan dahak,
Mengalami emfisema ( kerusakan pada paru-paru) Turunnya selera makan, Mengalami
paranoid, Mengalami gangguan penglihatan, Sering merasa kebingungan
8. LSD atau Lysergic Acid / Acid / Trips / Tabs
Adalah jenis narkotika yang tergolong halusinogen. Biasanya berbentuk
lembaran kertas kecil, kapsul, atau pil. Cara pemakaiannya adalah diletakkan di lidah.
Narkotika ini akan bereaksi setelah 30 s/d 60 menit kemudian, dan akan berakhir
efeknya setelah 8 hingga 12 jam. Efek yang ditimbulkan Efek / gejala yang biasa
terlihat dari si pemakai adalah : Sering berhalusinasi mengenai berbagai kejadian,
tempat, warna, dan waktu, Sering terobsesi dengan apa yang ada dalam halusinasinya ,
Sering juga mengalami paranoid akibat hal-hal yang dihalusinasikannya ,Denyut
jantung dan tekanan darahnya meningkat ,Diafragma mata melebar, Mengalami
demam, Sering depresi dan merasa pusing, Memiliki rasa panik dan takut yang
berlebihan, Mengalami gangguan persepsi.
9. Opiat / opium
Adalah zat berbentuk bubuk yang dihasilkan oleh tanaman yang bernama
papaver somniferum. Kandungan morfin dalam bubuk ini biasa digunakan untuk
11

menghilangkan rasa sakit. Cara Penggunaan : Penggunaan opiat adalah dengan cara
dihisap. Adapun efek / gejala yang timbul dari narkotika jenis ini antara lain :
Memiliki semangat yang tinggi, Sering merasa waktu berjalan begitu lambat, Merasa
pusing / mabuk, Birahi meningkat, Timbul masalah kulit di bagian mulut dan
leherSering merasa sibuk sendiri
10. Kodein
Adalah sejenis obat batuk yang biasa digunakan / diresepkan oleh dokter, namun
obat ini memiliki efek ketergantungan bagi si pengguna. Cara Penggunaan : Kodein
merupakan hasil proses dari metilasi morfin. Cara penggunaannya dengan jalan
dihisap. Efek / gejalanya antara lain : Mengalami euforia Sering mengalami gatalgatal, Mengalami mual dan muntah, Mudah mengantuk, Mulut terasa kering,
Mengalami hipotensi, Mengalami depresi, Sering sembelit, Mengalami depresi saluran
pernafasan

11. Metadon
Efek yang ditimbulkan oleh narkotika ini adalah seperti heroin. Adapun efek /
gejalanya antara lain : Mengalami sembelit, Sering mengantuk tetapi tidak bisa tidur,
Pada wanita hamil dapat mengalami keguguran / bayi premature,Mengalami koma.
12. Barbiturat
Biasa digunakan sebagai obat tidur. Cara kerjanya mempengaruhi sistem syaraf.
Efek dari mengkonsumsi barbiturat dapat terlihat 3 hingga 6 jam. Efek dan gejalanya :
Sering sembrono Euforia, Sering merasa kebingungan, Mengalami pingsan,
Mengalami masalah pernafasan Psikontropika
C. penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang bersifat patologis,
paling sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya sehingga menimbulkan gangguan
dalam pekerjaan dan fungsi sosial. Sebetulnya NAPZA banyak dipakai untuk kepentingan
pengobatan, misalnya menenangkan klien atau mengurangi rasa sakit. Tetapi karena
efeknya enak bagi pemakai, maka NAPZA kemudian dipakai secara salah, yaitu bukan
untuk pengobatan tetapi untuk mendapatkan rasa nikmat. Penyalahgunaan NAPZA secara
12

tetap ini menyebabkan pengguna merasa ketergantungan pada obat tersebut sehingga
menyebabkan kerusakan fisik ( Sumiati, 2009).
Menurut Pasal 1 UU RI No.35 Tahun 2009 Ketergantungan adalah kondisi yang
ditandai oleh dorongan untuk menggunakan Narkotika secara terus-menerus dengan
takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunaannya
dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang
khas. Ketergantungan terhadap NAPZA dibagi menjadi 2, yaitu (Sumiati, 2009):
1. Ketergantungan fisik adalah keadaan bila seseorang mengurangi atau menghentikan
penggunaan NAPZA tertentu yang biasa ia gunakan, ia akan mengalami gejala putus
zat. Selain ditandai dengan gejala putus zat, ketergantungan fisik juga dapat ditandai
dengan adanya toleransi.
2. Ketergantungan psikologis adalah suatu keadaan bila berhenti menggunakan NAPZA
tertentu, seseorang akan mengalami kerinduan yang sangat kuat untuk menggunakan
NAPZA tersebut walaupun ia tidak mengalami gejala fisik.

D. Tahapan pemakaian NAPZA


Ada beberapa tahapan pemakaian NAPZA yaitu sebagai berikut :
1. Tahap pemakaian coba-coba (eksperimental)
Karena pengaruh kelompok sebaya sangat besar, remaja ingin tahu atau coba-coba.
Biasanya mencoba mengisap rokok, ganja, atau minum-minuman beralkohol.
Jarang yang langsung mencoba memakai putaw atau minum pil ekstasi.
2. Tahap pemakaian sosial
Tahap pemakaian NAPZA untuk pergaulan (saat berkumpul atau pada acara
tertentu), ingin diakui/diterima kelompoknya. Mula-mula NAPZA diperoleh secara
gratis atau dibeli dengan murah. Ia belum secara aktif mencari NAPZA.
3. Tahap pemakaian situasional
Tahap pemakaian karena situasi tertentu, misalnya kesepian atau stres. Pemakaian
NAPZA sebagai cara mengatasi masalah. Pada tahap ini pemakai berusaha
memperoleh NAPZA secara aktif.
4. Tahap habituasi (kebiasaan)
Tahap ini untuk yang telah mencapai tahap pemakaian teratur (sering), disebut juga
penyalahgunaan NAPZA, terjadi perubahan pada faal tubuh dan gaya hidup. Teman
13

lama berganti dengan teman pecandu. Ia menjadi sensitif, mudah tersinggung,


pemarah, dan sulit tidur atau berkonsentrasi, sebab narkoba mulai menjadi bagian
dari kehidupannya. Minat dan cita-citanya semula hilang. Ia sering membolos dan
prestasi sekolahnya merosot. Ia lebih suka menyendiri daripada berkumpul bersama
keluarga.
5. Tahap ketergantungan
Ia berusaha agar selalu memperoleh NAPZA dengan berbagai cara. Berbohong,
menipu, atau mencuri menjadi kebiasaannya. Ia sudah tidak dapat mengendalikan
penggunaannya. NAPZA telah menjadi pusat kehidupannya. Hubungan dengan
keluarga dan teman-teman rusak.
Pada ketergantungan, tubuh memerlukan sejumlah takaran zat yang dipakai, agar ia
dapat berfungsi normal. Selama pasokan NAPZA cukup, ia tampak sehat, meskipun
sebenarnya sakit. Akan tetapi, jika pemakaiannya dikurangi atau dihentikan, timbul
gejala sakit. Hal ini disebut gejala putus zat (sakaw). Gejalanya bergantung pada
jenis zat yang digunakan.
Orang pun mencoba mencampur berbagai jenis NAPZA agar dapat merasakan
pengaruh zat yang diinginkan, dengan risiko meningkatnya kerusakan organ-organ
tubuh. Gejala lain ketergantungan adalah toleransi, suatu keadaan di mana jumlah
NAPZA yang dikonsumsi tidak lagi cukup untuk menghasilkan pengaruh yang
sama seperti yang dialami sebelumnya. Oleh karena itu, jumlah yang diperlukan
meningkat. Jika jumlah NAPZA yang dipakai berlebihan (overdosis), dapat terjadi
kematian (Harlina, 2008).
E. Faktor resiko penyalahgunaan NAPZA
Menurut Soetjiningsih (2004), faktor risiko yang menyebabkan penyalahgunaan NAPZA
antara lain faktor genetik, lingkungan keluarga, pergaulan (teman sebaya), dan
karakteristik individu.
1. Faktor Genetik
Risiko faktor genetik didukung oleh hasil penelitian bahwa remaja dari orang tua
kandung alkoholik mempunyai risiko 3-4 kali sebagai peminum alkohol dibandingkan
remaja dari orang tua angkat alkoholik. Penelitian lain membuktikan remaja kembar
monozigot mempunyai risiko alkoholik lebih besar dibandingkan remaja kembar
2. Lingkungan Keluarga
Pola asuh dalam keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap penyalahgunaan NAPZA.
Pola asuh orang tua yang demokratis dan terbuka mempunyai risiko penyalahgunaan
14

NAPZA lebih rendah dibandingkan dengan pola asuh orang tua dengan disiplin yang
ketat. Fakta berbicara bahwa tidak semua keluarga mampu menciptakan kebahagiaan
bagi semua anggotanya. Banyak keluarga mengalami problem-problem tertentu. Salah
satunya ketidakharmonisan hubungan keluarga. Banyak keluarga berantakan yang
ditandai oleh relasi orangtua yang tidak harmonis dan matinya komunikasi antara
mereka. Ketidakharmonisan yang terus berlanjut sering berakibat perceraian. Kalau
pun keluarga ini tetap dipertahankan, maka yang ada sebetulnya adalah sebuah rumah
tangga yang tidak akrab dimana anggota keluarga tidak merasa betah. Orangtua sering
minggat dari rumah atau pergi pagi dan pulang hingga larut malam. Ke mana anak
harus berpaling? Kebanyakan diantara penyalahguna NAPZA mempunyai hubungan
yang biasa-biasa saja dengan orang tuanya. Mereka jarang menghabiskan waktu luang
dan bercanda dengan orang tuanya (Jehani, dkk, 2006).

3. Pergaulan (Teman Sebaya)


Di dalam mekanisme terjadinya penyalahgunaan NAPZA, teman kelompok
sebaya (peer group) mempunyai pengaruh yang dapat mendorong atau mencetuskan
penyalahgunaan NAPZA pada diri seseorang. Menurut Hawari (2006) perkenalan
pertama dengan NAPZA justru datangnya dari teman kelompok. Pengaruh teman
kelompok ini dapat menciptakan keterikatan dan kebersamaan, sehingga yang
bersangkutan sukar melepaskan diri. Pengaruh teman kelompok ini tidak hanya pada
saat perkenalan pertama dengan NAPZA, melainkan juga menyebabkan seseorang
tetap menyalahgunakan NAPZA, dan yang menyebabkan kekambuhan (relapse).
Bila hubungan orangtua dan anak tidak baik, maka anak akan terlepas ikatan
psikologisnya dengan orangtua dan anak akan mudah jatuh dalam pengaruh teman
kelompok. Berbagai cara teman kelompok ini memengaruhi si anak, misalnya dengan
cara membujuk, ditawari bahkan sampai dijebak dan seterusnya sehingga anak turut
menyalahgunakan NAPZA dan sukar melepaskan diri dari teman kelompoknya.
Marlatt dan Gordon (1980) dalam penelitiannya terhadap para penyalahguna
NAPZA yang kambuh, menyatakan bahwa mereka kembali kambuh karena ditawari
oleh teman-temannya yang masih menggunakan NAPZA (mereka kembali bertemu
dan bergaul). Kondisi pergaulan sosial dalam lingkungan yang seperti ini merupakan

15

kondisi yang dapat menimbulkan kekambuhan. Proporsi pengaruh teman kelompok


sebagai penyebab kekambuhan dalam penelitian tersebut mencapai 34%.
4. Karakteristik Individu
a. Umur
Berdasarkan penelitian, kebanyakan penyalahguna NAPZA adalah mereka yang
termasuk kelompok remaja. Pada umur ini secara kejiwaan masih sangat labil,
mudah terpengaruh oleh lingkungan, dan sedang mencari identitas diri serta senang
memasuki

kehidupan

kelompok.

Hasil

temuan

Tim

Kelompok

Kerja

Pemberantasan Penyalahgunaan Narkoba Departemen Pendidikan Nasional


menyatakan sebanyak 70% penyalahguna NAPZA di Indonesia adalah anak usia
sekolah (Jehani, dkk, 2006). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2004)
proporsi penyalahguna NAPZA tertinggi pada kelompok umur 17-19 tahun (54%).
b. Pendidikan
Menurut Friedman (2005) belum ada hasil penelitian yang menyatakan apakah
pendidikan mempunyai risiko penyalahgunaan NAPZA. Akan tetapi, pendidikan
ada kaitannya dengan cara berfikir, kepemimpinan, pola asuh, komunikasi, serta
pengambilan keputusan dalam keluarga.
Hasil penelitian Prasetyaningsih (2003) menunjukkan bahwa pendidikan
penyalahguna NAPZA sebagian besar termasuk kategori tingkat pendidikan dasar
(50,7%). Asumsi umum bahwa semakin tinggi pendidikan, semakin mempunyai
wawasan/pengalaman yang luas dan cara berpikir serta bertindak yang lebih baik.
Pendidikan yang rendah memengaruhi tingkat pemahaman terhadap informasi yang
sangat penting tentang NAPZA dan segala dampak negatif yang dapat
ditimbulkannya, karena pendidikan rendah berakibat sulit untuk berkembang
menerima informasi baru serta mempunyai pola pikir yang sempit. c. Pekerjaan
Hasil studi BNN dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia tahun
2009 di kalangan pekerja di Indonesia diperoleh data bahwa penyalahguna NAPZA
tertinggi pada karyawan swasta dengan prevalensi 68%, PNS/TNI/POLRI dengan
prevalensi 13%, dan karyawan BUMN dengan prevalensi 11% (BNN, 2010).
F. Dampak NAPZA
Dampak Tidak Langsung Narkoba Yang Disalahgunakan
16

1. Akan banyak uang yang dibutuhkan untuk penyembuhan dan perawatan kesehatan
pecandu jika tubuhnya rusak digerogoti zat beracun.
2. Dikucilkan dalam masyarakat dan pergaulan orang baik-baik. Selain itu biasanya
tukang candu narkoba akan bersikap anti sosial.
3. Keluarga akan malu besar karena punya anggota keluarga yang memakai zat
terlarang.
4. Kesempatan belajar hilang dan mungkin dapat dikeluarkan dari sekolah atau
perguruan tinggi alias DO /drop out.
5. Tidak dipercaya lagi oleh orang lain karena umumnya pecandu narkoba akan gemar
berbohong dan melakukan tindak kriminal.
6. Dosa akan terus bertambah karena lupa akan kewajibanTuhan serta menjalani
kehidupan yang dilarang oleh ajaran agamanya.
7. Bisa dijebloskan ke dalam tembok derita / penjara yangsangat menyiksa lahir batin.
Biasanya setelah seorang pecandu sembuh dan sudah sadar dari mimpi-mimpinya
maka ia baru akan menyesali semua perbuatannya yang bodoh dan banyak waktu
serta kesempatan yang hilang tanpa disadarinya. Terlebih jika sadarnya ketika
berada di penjara. Segala caci-maki dan kutukan akan dilontarkan kepada benda
haram tersebut, namun semua telah terlambat dan berakhir tanpa bisa berbuat apaapa.
a. Dampak Langsung Narkoba Bagi Jasmani / Tubuh Manusia
1) Gangguan pada jantung
2) Gangguan pada hemoprosik
3) Gangguan pada traktur urinarius
4) Gangguan pada otak
5) Gangguan pada tulang
6) Gangguan pada pembuluh darah
7) Gangguan pada endorin
8) Gangguan pada kulit
9) Gangguan pada sistem syaraf
10) Gangguan pada paru-paru
11) Gangguan pada sistem pencernaan
12) Dapat terinfeksi penyakit menular berbahaya seperti HIV AIDS, Hepatitis,
Herpes, TBC, dll.
17

13) Dan banyak dampak lainnya yang merugikan badan manusia.


b. Dampak Langsung Narkoba Bagi Kejiwaan / Mental Manusia
1) Menyebabkan depresi mental.
2) Menyebabkan gangguan jiwa berat / psikotik.
3) Menyebabkan bunuh diri.
4) Menyebabkan melakukan tindak kejehatan, kekerasan dan pengrusakan.
Efek depresi bisa ditimbulkan akibat kecaman keluarga, teman dan masyarakat atau
kegagalan dalam mencoba berhenti memakai narkoba. Namun orang normal yang
depresi dapat menjadi pemakai narkoba karena mereka berpikir bahwa narkoba
dapat mengatasi dan melupakan masalah dirinya, akan tetapi semua itu tidak benar.
Upaya pencegahan terhadap penyebaran narkoba di kalangan pelajar, sudah
seyogianya menjadi tanggung jawab kita bersama. Dalam hal ini semua pihak
termasuk orang tua, guru, dan masyarakat harus turut berperan aktif dalam
mewaspadai ancaman narkoba terhadap anak-anak kita.
Adapun upaya-upaya yang lebih kongkret yang dapat kita lakukan adalah
melakukan kerja sama dengan pihak yang berwenang untuk melakukan penyuluhan
tentang bahaya narkoba, atau mungkin mengadakan razia mendadak secara rutin.
Kemudian pendampingan dari orang tua siswa itu sendiri dengan memberikan
perhatian dan kasih sayang. Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat
terhadap gerak-gerik anak didiknya, karena biasanya penyebaran (transaksi)
narkoba sering terjadi di sekitar lingkungan sekolah.Yang tak kalah penting adalah,
pendidikan moral dan keagamaan harus lebih ditekankan kepada siswa. Karena
salah satu penyebab terjerumusnya anak-anak ke dalam lingkaran setan ini adalah
kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang mereka serap, sehingga
perbuatan tercela seperti ini pun, akhirnya mereka jalani.
Oleh sebab itu, mulai saat ini, kita selaku pendidik, pengajar, dan sebagai orang
tua, harus sigap dan waspada, akan bahaya narkoba yang sewaktu-waktu
dapatmenjerat anak-anak kita sendiri. Dengan berbagai upaya tersebut di atas, mari
kita jaga dan awasi anak didik kita,dari bahaya narkoba tersebut, sehingga harapan
kita untuk menelurkan generasi yang cerdas dan tangguh di masa yang akan datang
dapat terealisasikan dengan baik

18

c. Dampak Fisik
Adaptasi biologis tubuh kita terhadap penggunaan narkoba untuk jangka waktu
yang lama bisa dibilang cukup ekstensif, terutama dengan obat-obatan yang
tergolong dalam kelompok downers. Tubuh kita bahkan dapat berubah begitu
banyak hingga sel-sel dan organ-organ tubuh kita menjadi tergantung pada obat
itu hanyauntuk bisa berfungsi normal.
Salah satu contoh adaptasi biologis dapat dilihat dengan alkohol. Alkohol
mengganggu pelepasan dari beberapa transmisi syaraf di otak. Alkohol juga
meningkatkan cytocell dan mitokondria yang ada di dalam liver untuk
menetralisir zat-zat yang masuk. Sel-sel tubuh ini menjaditergantung pada
alcohol untuk menjaga keseimbangan baru ini.
Tetapi, bila penggunaan narkoba dihentikan, ini akan mengubah semua susunan
dan keseimbangan kimia tubuh.Mungkin akan ada kelebihan suatu jenis enzym
dan kurangnya transmisi syaraf tertentu. Tiba-tiba saja, tubuhmencoba untuk
mengembalikan

keseimbangan

didalamnya.Biasanya,

hal-hal

yang

ditekan/tidak dapat dilakukan tubuh saat menggunakan narkoba, akan


dilakukan secara berlebihan pada masa Gejala Putus Obat (GPO) ini.
Misalnya, bayangkan efek-efek yang menyenangkan dari suatu narkoba
dengan cepat berubah menjadi GPO yang sangat tidak mengenakkan saat
seorang pengguna berhentimenggunakan narkoba seperti heroin/putaw.
Contoh: Saatmenggunakan seseorang akan mengalami konstipasi, tetapi GPO
yang dialaminya adalah diare, dll.
GPO ini juga merupakan momok tersendiri bagi para pengguna
narkoba. Bagi para pecandu, terutama, ketakutan terhadap sakit yang akan
dirasakan saat mengalami GPO merupakan salah satu alasan mengapa mereka
sulit untuk berhenti menggunakan narkoba, terutama jenis putaw/heroin.
Mereka tidak mau meraskanpegal, linu, sakit-sakit pada sekujur tubuh dan
persendian,kram otot, insomnia, mual, muntah, dll yang merupakan selalu
muncul bila pasokan narkoba kedalam tubuh dihentikan.
Selain ketergantungan sel-sel tubuh, organ-organ vital dalam tubuh
seperti liver, jantung, paru-paru, ginjal,dan otak juga mengalami kerusakan
19

akibat penggunaan jangkapanjang narkoba. Banyak sekali pecandu narkoba


yang berakhiran dengan katup jantung yang bocor, paru-paru yang bolong,
gagal ginjal, serta liver yang rusak. Belum lagi kerusakan fisik yang muncul
akibat infeksi virus {Hepatitis C dan HIV/AIDS} yang sangat umum terjadi di
kalangan pengguna jarum suntik.
d. Dampak positif narkotika bagi kehidupan manusia
Walaupun begitu, setiap kehidupan memiliki dua sisi mata uang. Di balik
dampak negatif, narkotika juga memberikan dampak yang positif. Jika
digunakan sebagaimana mestinya, terutama untuk menyelamatkan jiwa
manusia dan membantu dalam pengobatan, narkotikamemberikan manfaat bagi
kehidupan manusia. Berikut dampak positif narkotika:
1)

OpioidOpioid atau opium digunakan selama berabad-abad sebagai


penghilang rasa sakit dan untuk mencegah batuk dan diare.

2) KokainDaun tanaman Erythroxylon coca biasanya dikunyah-kunyah untuk


mendapatkan efek stimulan, seperti untuk meningkatkan daya tahan dan
stamina serta mengurangi rasa lelah.
3) Ganja (ganja/cimeng)Orang-orang terdahulu menggunakan tanaman ganja
untuk bahan pembuat kantung karena serat yang dihasilkannya sangat
kuat. Biji ganja juga digunakan sebagai bahan pembuat minyak.
e. Dampak Mental
Selain

ketergantungan

Ketergantungan

mental

ini

fisik,
lebih

terjadi
susah

juga

ketergantungan

untuk

dipulihkan

mental.
daripada

ketergantungan fisik. Ketergantunganyang dialami secara fisik akan lewat


setelah GPO diatasi, tetapi setelah itu akan muncul ketergantungan mental,
dalam bentuk yang dikenal dengan istilah sugesti. Orang seringkali
menganggap bahwa sakaw dan sugesti adalah hal yang sama, ini adalah
anggapan yang salah. Sakaw bersifat fisik, dan merupakan istilah lain untuk
Gejala Putus Obat, sedangkan sugesti adalah ketergantungan mental, berupa
munculnya keinginan untuk kembali menggunakan narkoba. Sugesti ini tidak
akan hilang saat tubuh sudah kembali berfungsi secara norma
Sugesti ini bisa digambarkan sebagai suara-suara yang menggema di dalam
kepala seorang pecandu yang menyuruhnya untuk menggunakan narkoba.
20

Sugesti seringkali menyebabkan terjadinya 'perang' dalam diri seorang pecandu,


karena di satu sisi ada bagian dirinya yang sangat ingin menggunakan narkoba,
sementara ada bagian lain dalam dirinya yang mencegahnya. Peperangan ini
sangat melelahkan... Bayangkan saja bila Anda harus berperang melawan diri
Anda sendiri, dan Anda sama sekali tidak bisa sembunyi dari suara-suara itu
karena tidak ada tempat dimana Anda bisa sembunyi dari diri Anda sendiri dan
tak jarang bagian dirinya yang ingin menggunakan narkoba-lah yang menang
dalam peperanganini. Suara-suara ini seringkali begitu kencang sehingga ia
tidak lagi menggunakan akal sehat karena pikirannya sudah terobsesi dengan
narkoba dan nikmatnya efek dari menggunakan narkoba. Sugesti inilah yang
seringkali menyebabkan pecandu relapse. Sugesti ini tidak bisa hilang dan tidak
bisa disembuhkan, karena inilah yang membedakan seorang pecandu dengan
orang-orang yang bukan pecandu. Orang-orang yang bukan pecandu dapat
menghentikan penggunaannya kapan saja, tanpa ada sugesti, tetapi para pecandu
akan tetap memiliki sugesti bahkan saat hidupnya sudah bisa dibilang normal
kembali.Sugesti memang tidak bisa disembuhkan, tetapi kita dapat merubah cara
kita bereaksi atau merespon terhadapsugesti itu.
Dampak mental yang lain adalah pikiran dan perilaku obsesif kompulsif,
serta tindakan impulsive. Pikiran seorang pecandu menjadi terobsesi pada
narkoba dan penggunaan narkoba. Narkoba adalah satu-satunya hal yang ada
didalam pikirannya. Ia akan menggunakan semua daya pikirannya untuk
memikirkan cara yang tercepat untuk mendapatkan uang untuk membeli
narkoba. Tetapi ia tidak pernah memikirkan dampak dari tindakan yang
dilakukannya, seperti mencuri, berbohong, atau sharing needle karena
perilakunya selalu impulsive, tanpa pernah dipikirkan terlebih dahulu.
Ia juga selalu berpikir dan berperilaku kompulsif, dalam artian ia selalu
mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama. Misalnya, seorang pecandu yang
sudah keluar dari sebuah tempat pemulihan sudah mengetahui bahwa ia tidak
bisa mengendalikan penggunaan narkobanya, tetapi saat sugestinya muncul, ia
akan berpikir bahwa mungkin sekarang ia sudah bisa mengendalikan
penggunaannya, dan akhirnya kembali menggunakan narkoba hanya untuk
menemukan bahwa ia memang tidak bisa mengendalikan penggunaannya, Bisa
dikatakan bahwa dampak mental dari narkoba adalah mematikan akal sehat para
21

penggunanya, terutama yang sudah dalam tahap kecanduan. Ini semua


membuktikan bahwa penyakit adiksi adalah penyakit yang licik, dan sangat
berbahaya.
G. Pencegahan NAPZA
Pencegahan penyalahgunaan NAPZA, meliputi (BNN, 2004) :
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer atau pencegahan dini yang ditujukan kepada mereka, individu,
keluarga,

kelompok

atau

komunitas

yang

memiliki

risiko

tinggi

terhadap

penyalahgunaan NAPZA, untuk melakukan intervensi agar individu, kelompok, dan


masyarakat waspada serta memiliki ketahanan agar tidak menggunakan NAPZA. Upaya
pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor yang dapat menghabat
proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan pada kelompok atau komunitas yang sudah
menyalahgunakan NAPZA. Dilakukan pengobatan agar mereka tidak menggunakan
NAPZA lagi.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ditujukan kepada mereka yang sudah pernah menjadi penyalahguna
NAPZA dan telah mengikuti program terapi dan rehabilitasi untuk menjaga agar tidak
kambuh lagi. Sedangkan pencegahan terhadap penyalahgunaan NAPZA yang kambuh
kembali adalah dengan melakukan pendampingan yang dapat membantunya untuk
mengatasi masalah perilaku adiksinya, detoksifikasi, maupun dengan melakukan
rehabilitasi kembali.
H. Penanganan NAPZA
1. Terapi
Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan detoksifikasi. Detoksifikasi
adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus zat, dengan dua cara
yaitu:
a. Detoksifikasi Tanpa Subsitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat yang
mengalami gajala putus zat tidak diberi obat untuk menghilangkan gejala putus zat
tersebut. Klien hanya dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
b. Detoksifikasi dengan Substitusi
22

Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat misalnya kodein,
bufremorfin, dan metadon. Substitusi bagi pengguna sedatif-hipnotik dan alkohol
dapat dari jenis anti ansietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah
dengan cara penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama
pemberian substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala
simptomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur atau
sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat putus zat tersebut (Purba, 2008).

2. Rehabilitasi
Yang dimaksud

dengan

rehabilitasi

adalah

upaya

memulihkan

dan

mengembalikan kondisi para mantan penyalahguna NAPZA kembali sehat dalam arti
sehat fisik, psikologik, sosial, dan spiritual. Dengan kondisi sehat tersebut diharapkan
mereka akan mampu kembali berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari.
Menurut Hawari (2006) jenis-jenis rehabilitasi antara lain :
a. Rehabilitasi Medik
Dengan rehabilitasi medik ini dimaksudkan agar mantan penyalahguna NAPZA
benar-benar sehat secara fisik. Termasuk dalam program rehabilitasi medik ini ialah
memulihkan kondisi fisik yang lemah, tidak cukup diberikan gizi makanan yang
bernilai tinggi, tetapi juga kegiatan olahraga yang teratur disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing yang bersangkutan.
b. Rehabilitasi Psikiatrik
Rehabilitasi psikiatrik ini dimaksudkan agar peserta rehabilitasi yang semula
bersikap dan bertindak antisosial dapat dihilangkan, sehingga mereka dapat
bersosialisasi dengan baik dengan sesama rekannya maupun personil yang
membimbing atau mengasuhnya. Termasuk rehabilitasi psikiatrik ini adalah
psikoterapi/konsultasi keluarga yang dapat dianggap sebagai rehabilitasi keluarga
terutama bagi keluarga-keluarga broken home. Konsultasi keluarga ini penting
dilakukan agar keluarga dapat memahami aspek-aspek kepribadian anaknya yang
terlibat penyalahgunaan NAPZA, bagaimana cara menyikapinya bila kelak ia telah
kembali ke rumah dan upaya pencegahan agar tidak kambuh.
c. Rehabilitasi Psikososial
Dengan rehabilitasi psikososial ini dimaksudkan agar peserta rehabilitasi dapat
kembali adaptif bersosialisasi dalam lingkungan sosialnya, yaitu di rumah, di
23

sekolah/kampus dan di tempat kerja. Program ini merupakan persiapan untuk


kembali ke masyarakat. Oleh karena itu, mereka perlu dibekali dengan pendidikan
dan keterampilan misalnya berbagai kursus ataupun balai latihan kerja yang dapat
diadakan di pusat rehabilitasi. Dengan demikian diharapkan bila mereka telah
selesai menjalani program rehabilitasi dapat melanjutkan kembali ke sekolah/kuliah
atau bekerja.

d. Rehabilitasi Psikoreligius
Rehabilitasi psikoreligius memegang peranan penting. Unsur agama dalam
rehabilitasi bagi para pasien penyalahguna NAPZA mempunyai arti penting dalam
mencapai penyembuhan. Unsur agama yang mereka terima akan memulihkan dam
memperkuat rasa percaya diri, harapan dan keimanan. Pendalaman, penghayatan
dan pengamalan keagamaan atau keimanan ini akan menumbuhkan kekuatan
kerohanian pada diri seseorang sehingga mampu menekan risiko seminimal
mungkin terlibat kembali dalam penyalahgunaan NAPZA.
e. Forum Silaturahmi
Forum silaturahmi merupakan program lanjutan (pasca rehabilitasi) yaitu
program atau kegiatan yang dapat diikuti oleh mantan penyalahguna NAPZA (yang
telah selesai menjalani tahapan rehabilitasi) dan keluarganya. Tujuan yang hendak
dicapai dalam forum silaturahmi ini adalah untuk memantapkan terwujudnya rumah
tangga/keluarga sakinah yaitu keluarga yang harmonis dan religius, sehingga dapat
memperkecil kekambuhan penyalahgunaan NAPZA.
f. Program Terminal
Pengalaman menunjukkan bahwa banyak dari mereka sesudah menjalani
program rehabilitasi dan kemudian mengikuti forum silaturahmi, mengalami
kebingungan untuk program selanjutnya. Khususnya bagi pelajar dan mahasiswa
yang karena keterlibatannya pada penyalahgunaan NAPZA di masa lalu terpaksa
putus sekolah menjadi pengangguran; perlu menjalani program khusus yang
dinamakan program terminal (re-entry program), yaitu program persiapan untuk
kembali melanjutkan sekolah/kuliah atau bekerja.

24

I. Asuhan Keperawatan NAPZA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

A. PENGKAJIAN
I.
Identitas Klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang: nama klien, panggilan klien, jenis kelamin (pria > wanita), usia
(biasanya pada usia produktif), pendidikan (segala jenis/ tingkat pendidikan
beresiko menggunakan NAPZA), pekerjaan (tingkat keseriusan/ tuntutan dalam
pekerjaannya dapat menimbulkan masalah), status (belum menikah, menikah
atau bercerai), kemudian nama perawat, tujuan, waktu, tempat pertemuan,
topik yang akan dibicarakan.
II.

Alasan Masuk
Biasanya karena timbul gejala-gejala penyalahgunaan NAPZA
(fsikososial) atau mungkin klien mengatakan tidak tahu, karena yang
membawanya ke RS adalah keluarganya. Alasan masuk tanyakan kepada klien
dan keluarga.
Pada scenario kasus
1) SMRS

Klien mengatakan

bahwa dirinya

menggunakan

metamfetamin, karena memberikan euforia yang cepat dan bertahan


lama.
2) Saat dikaji

Saat dikaji didapatkan klien menunjukan perilaku

hiperaktif,obesif, dan berisiko melakukan kekerasan. Didapatkan pula


25

halusinasi pendengaran dan delusi pada klien tersebut.


III.

Faktor Predisposisi
Kaji hal-hal yang menyebabkan perubahan perilaku klien menjadi
pecandu/ pengguna NAPZA, baik dari pasien maupun keluarga.
IV.

Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ akibat gejala
yang biasa timbul dari jenis NAPZA yang digunakan seperti tanda-tanda vital,
berat badan,dll.

V.

Psikososial
1) Genogram
a. Buatlah genogram minimal tiga gcncrasi yang dapat menggambarkan
hubungan klien dan keluarga.
b. Jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh.
c. Masalah keperawatan ditulis sesuai data
2) Konsep diri
a. Gambaran diri :
Klien merasa tubuhnya baik-baik saja
b. Identitas diri :
Klien kurang puas terhadap dirinya sendiri
c. Peran diri
:
Klien tidak mampu melaksanakan peran/tugas tersebut
d. Ideal diri
:
Klien menginginkan keluarga dan orang lain menghargainya
e. Harga diri
:
Kurangnya penghargaan keluarga terhadap perannya
3) Hubungan sosial
Klien penyalahgunaan NAPZA biasanya menarik diri dari aktivitas
keluarga maupun masyarakat. Klien sering menyendiri, menghindari kontak
mata langsung, sering berbohong dan lain sebagainya.
4) Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Menurut masyarakat, NAPZA tidak baik untuk kesehatan.
b. Kegiatan ibadah
Tidak menjalankan ibadah selama menggunakan NAPZA.

VI.

Status Mental
1) Penampilan.
26

Penampilan tidak rapi, tidak sesuai dan cara berpakaian tidak seperti
biasanya dijelaskan.
2) Pembicaraan
a. Amati pembicaraan yang ditemukan pada klien, apakah cepat, keras,
gagap, membisu, apatis dan atau lambat
b. Biasanya klien menghindari kontak mata langsung, berbohog atau
memanipulasi keadaa, bengong/linglung.
3) Aktivitas motorik
Klien biasanya menunjukkan keadaan lesu, tegang, gelisah, agitasi, Tik,
grimasen, termor dan atau komfulsif akibat penggunaan atau tidak
menggunakan NAPZA
4) Alam perasaan.
Klien bisa menunjukkan ekspresi gembira berlebihan pada saat
mengkonsumsi jenis psikotropika atau mungkin gelisah pada pecandu shabu.
5) Afek
Pada umumnya, afek yang muncul adalah emosi yang tidak terkendali.
Afek datar muncul pada pecandu morfin karena mengalami penurunan
kesadaran.
6) lnteraksi selama wawancara
Secara umum, sering menghindari kontak mata dan mudah tersingung.
Pecandu amfetamin menunjukkan perasaan curiga.
7) Persepsi.
Pada pecandu ganja dapat mengalami halusinasi pengelihatan
8) Proses pikir
Klien pecandu ganja mungkin akan banyak bicara dan tertawa sehingga
menunjukkan tangensial. Beberapa NAPZA menimbulkan penurunan
kesadaran, sehingga klien mungkin kehilangan asosiasi dalam
berkomunikasi dan berpikir.
9) lsi pikir

27

Pecandu ganja mudah percaya mistik, sedangkan amfetamin


menyebabkan paranoid sehingga menunjukkan perilaku phobia. Pecandu
amfetamin dapat mengalami waham curiga akibat paranoidnya.
10) Tingkat kesadaran
Menunjukkan perilaku bingung, disoreientasi dan sedasi akibat pengaruh
NAPZA.
11) Memori.
Golongan NAPZA yang menimbulkan penurunan kesadaran mungkin
akan menunjukkan gangguan daya ingat jangka pendek.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Secara umum klien NAPZA mengalami penurunan konsentrasi. Pecandu
ganja mengalami penurunan berhitung.
13) Kemampuan penilaian
Penurunan kemampuan menilai terutama dialami oleh klien alkoholik.
Gangguan kemampuan penilaian dapat ringan maupun bermakna.
14) Daya tilik diri
Apakah mengingkari penyakit yang diderita atau menyalahkan hal-hal
diluar dirinya.
VII.

Perubahan Kebutuhan Persiapan Pulang


Data yang harus dikaji untuk mengetahui masalah yang mungkin dihadapi
klien saat pulang dari tempat rehabilitasi/Rumah Sakit. Data dan masalah ini
berguna untuk sesegera mungkin membuat renacana dan implemantasi tindakan
keperawatan. Lakukan observasi tentang:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

Makan
BAB/BAK,
Mandi
Berpakaian
lstirahat dan tidur
Penggunaan obat
Pemeliharaan kesehatan
Kegiatan di dalam rumah
Kegiatan di luar rumah

28

VIII.

Mekanisme Koping
1) Denial dari masalah
2) Proyeksi merupakan tingkah untuk melepaskan diri dari tanggung jawab
3) Disosiasi merupakan proses dari penggunaan zat adiktif
Pada kasus scenario mekanisme koping didapatkan Maladaptif.

IX.

Masalah Psikososial dan Lingkungan


Klien NAPZA tentu bermasalah dengan psikososial maupun lingkungannya.

X.

Pengetahuan Kurang
Biasanya tentang mekanisme koping dan akibat penyalahgunaan NAPZA

XI.

Aspek Medik
Sesuaikan dengan terapi medik yang diberikan.

B. ANALISA DATA
NO
DATA
1 DS : Tidak ada
DO : Saat dikaji klien menunjukan perilaku
hiperaktif , obsesif dan berisiko melakukan
2

MASALAH
Resiko perilaku
kekerasn

kekerasan
DS : Klien mengatakan bahwa dirinya

Koping Individu Tidak

menggunakan metamfetamin , karena

Efektif

memberikan efek euforia yang cepat dan bertahan


lama.
DO
: Tidak ada
3

DS

: Klien mengatakan bahwa dirinya


29

Gangguan

pemusatan perhatian

menggunakan metamfetamin.
DO : Saat dikaji didapatkan halusinasi
pendengaran dan delusi pada klien.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan perilaku hiperaktif, obsesif.
2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak mampu mengatasi
keinginan menggunakan zat adiktif.
3. Gangguan pemusatan perhatian berhubungan dampak penyalahgunaan zat

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
1

Diagnosa Keperawatan

Perencanaan

Resiko perilaku

Tujuan
Setelah dilakukan tindakan

kekerasan berhubungan

keperawatan selama 2x 24 jam

dengan perilaku

klien mampu :
1) Dapat

hiperaktif, obsesif.

1) Pertahankan
lingkungan dalam

mengartikan

sentuhan

sebagai

ancaman.
2) Mencegah
kemungkinan
lain.
3) Keterlibatan
dalam
interpersonal

stimulus

yang

rendah.
2) Ciptakan
lingkungan

cedera

diri sendiri atau orang

psikososial.
3) Observasi perilaku
klien

klien
kegiatan
akan

klien kembali dalam


realita.

Intervensi
Individu :

setiap

15

menit.
4) Singkirkan semua
benda berbahaya .
5) Lindungi klien dan
orang

lain

dari

bahaya kekerasan.
6) Salurkan perilaku
30

merusak

pada

kegiatan fisik.
Keluarga :
1) Tingkatkan peran
serta

keluarga

dalam

setiap

tindakan
keperawatan.
2) Anjurkan keluarga
untuk

terus

memberikan
motivasi
kasih

juga
saying

terhadap klien.
2

Koping individu tidak

Setelah dilakukan tindakan

efektif berhubungan

keperawatan selama 2x24 jam

dengan tidak mampu

klien mampu :
1) Untuk

mengatasi keinginan
menggunakan zat adiktif.

situasi
mengatasi

keinginan
menggunakan

zat

adiktif.
2) Tidak berusaha kembali
menggunakan
metamfetamin
merasakan
kenyamanan.

Individu :
1) Identifikasikan

untuk

yang

menyebabkan
timbulnya sugesti.
2) Identifikasikan
perilaku

ketika

sugesti datang.
3) Diskusikan
cara
mengalihkan
pikiran dari sugesti
ingin
menggunakan zat
dengan
menciptakan
sugesti yang lebih
positif.
4) Latihan
menggunakan kata
kata ingin hidup
sehat, masa depan

31

penting, masih ada


harapan.
5) Bantu

klien

mengekspresikan
perasaanya.
Keluarga :
1) Motivasi keluarga
untuk

membantu

klien mampu jujur


bila

sugestinya

datang.
2) Diskusikan upaya
keluarga
membantu

klien

mengurangi
sugesti.
3) Bantu

suasana

mendukung
keakraban
3

Gangguan pemusatan

Setelah dilakukan tindakan

perhatian berhubungan

keperawatan selama 2 x 24

dampak penyalahgunaan

jam klien mampu :


1) Memusatkan

zat.

perhatiannya .
2) Tidak
berhalusinasi.

dirumah.
Individu :
1) Kaji dan evaluasi
dengan melakukan
psikotes

terus

tingkat

intelegansi klien.
2) Kaji
social
ekonomi

dan

tingkat pendidikan
klien.
3) Berikan

kegiatan

secara

bertahap

sesuai

kebutuhan

klien.
4) Berikan
reinforcement
prestasi
32

yang

dicapai klien.
5) Ikutsertakan dan
membuat
pada

jadwal

jam

tertentu.
6) Ikutsertkan

jam
klien

pada seminar dan


diskusi kelompok
dengan

topic

topic

tertentu

seperti
AIDS,dampak zat
adiktif,hidup sehat.
Keluarga :
1) Ajarkan

pada

keluarga

tentang

prinsip prinsip
komunikasi
terapeutik.
2) Anjurkan

untuk

terus dampingi dan


tetap memberikan
support
klien.

33

kepada

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya, meliputi
zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi fisik dan
psikis, serta menimbulkan ketergantungan. Adapun jenis-jenis NAPZA seperti Narkotika,
Psikotropika, Zat Adiktif Lainnya, Morfin, Heroin / putaw, Ganja / Kanabis / mariyuana,
Kokain,LSD atau Lysergic Acid / Acid / Trips / Tabs, Opiat / opium, Kodein, Metadon dan
Barbiturat. Dampak dari penyalahgunaan NAPZA sengat berdampak besar baik dari
fisik,organ-organ penting dalam tubuh. Faktor resiko NAPZA adalah seperti lingkungan,
teman sebya, kurangna pantauan dari orang tua. Pencegahan NAPZA bisa terbagi menjadi
primer, sekunder dan tersier. NAPZA bisa di tangani dengan terapi, rehabilitasi, forum
silaturahmi dan program terminal.

B. Saran
Sebagai petugas kesehatan kita hendaknya memberi pengarahan dan pendidikan
kesehatan terhadap dampak bahaya dari NAPZA kepada yang berisiko menjadi korban
penyalahgunaan NAPZA sehingga indonesia mampu menurunkan angka pengguna NAPZA

34

Daftar Pustaka

Muhlisin Abi, 2012.Keperawatan jiwa, Yogyakarta


Sudiharto, 2012. Asuhan keperawatan jiwa, jakarta
Dorland, W. N. (2012). Kamus Saku Kedokteran. Jakarta: EGC
http :// keperwatan jiwa.org
http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2014/03/20/957/dampak langsung dan tidak
langsung penyalahgunaan narkoba
http://scrib.penyalahgunaan napza.org

35

Anda mungkin juga menyukai