Ahlu Assunah
Ahlu Assunah
Ahlu Assunah
dengan pernyataanya la qodo wala qodar afalul ibad minal ibad wal amru unuf (tidak ada Qodo dan tidak
ada Qodar perbuatan manusia dari manusia bahkan Allah tidak tahu manusia akan berbuat apa, Allah baru
tahu setelah dilakukan oleh manusia ) lalu Mabad dan Ghailam ini dikenal sebagai pendiri Qodariyah,
pernyataan Mabad dan Ghailam diatas di modernisir oleh Washil bin Atho (pendiri Muktazilah) dengan
pernyataannya la qodowala qodar afalul ibad minal ibad bal wawlohu yalam (tidak ada Qodo dan tidak
ada Qodar perbuatan manusia dari manusia tapi Allah tahu).
Kaum Khawarij sebagaimana diatas mereka mengkufurkan Ali dan Muawiyah beserta orang yang
melakuka dosa besar, kata mereka orang yang melakukan dosa besar akan masuk neraka,. Lalu faham
Khawarij ini di tolak oleh faham bahwa semua yang ada hukumnya ditangguhkan kepada mahkamah
Allah, dengan statement terkenal mereka la hukma illa lillah (tidak ada hukum kecuali hukum Allah) maka
mereka menangguhkan menghukumi sesuatu didunia dan mereka menyerahkan semuanya kepada Allah,
faham ini terkenal dengan nama Murjiah.
Setelah kita mengetahui aliran dalam islam maka pertanyaannya
Waljamaah berada?
sekarang,
dimana
Ahlusunnah
ASPEK DOKTRINAL
Aswaja sebagai Madzhab
Syakh Muhammad Hasyim Asyari dalam kitab Risalah Ahlusunnah waljamaah nya menyatakan bahwa
Aswaja adalah attoriqotul mardiyah al maslukah salakaha rosulullah saw waman tabiahu ( aliran yang
diridoi yang dijalankan oleh rosul dan pengikutnya), kemudian dalam Qonun Asasi NU, beliau menyatakan
bahwa Aswaja dalam ber Aqidah mengikuri al-Asyari dan al-Maturidi, dalam berfiqih mengikuti
madzahibul arbaah yaitu Hanafi, Maliki, SyafiI dan Hambali, dalam bertasauf mengikuti Junaedi AlBagdadi dan Al-Gozali. Pernyataan Mbah Hasim diatas sejalan dengan pernyataan ulama-ulama Mutaakhirin
(sesudah tahun lima ratus). Adapun menurut Mutaqodimin rumusannya agak berbeda bisa dilihat dalam
alfarqu bainal firoq yang dikarang oleh Abdul Qohir bin Tohir al-Bagdadi beliau hidup di paruh abad ke
empat.
Kemudian Al-Bagdadi dalam alfarqu bainal firoq menjelaskan ada 15 hal yang disepakati oleh Aswaja dan
sesatlah orang yang menyalahinya.
1. dalam masalah Ushuludin menetapkan substansi ilmu ada yang khusus dan ada yang umum
2. mengetahui pencipta alam dan sifat-sifat dzatnya
3. mengetahui kebaruan alam
5. Sosial Kemasyarakatan;
6. Dan lain-lain
Walhasil, menurut K.H.Said Agil Siradj siapapun yang berfikir Moderat, berimbang, Proporsional dan
Toleran maka dia adalah Aswaja.
Manhajul fikri liahli sunnah wal jamaah
Rumusan Aswaja KH.Said Agil dinilai sangat naf karena masih global dan tidak aplikatif bahkan
menempatkan watak (karakter) berfikir Aswaja sebagai Manhaj berfikir , selain itu terjadi liberalisasi Aswaja
sehingga Aswaja tidak akan punya identitas dan akan melebur dengan golongan lain, karena kiai Said
mengungkapkan dalam buku Tasauf Sebagai Kritik Sosial bahwa syiah dan muktazilah itu masih termasuk
islam dan termasuk Aswaja, dengan Argumentasi syiah, muktazilah dan ahlusunah sama secara konsepsional
dalam masalah Uluhiyah (ketuhanan), Nubuwah (kenabian) dan samiyat ( yang didengar/hal diluar logika
seperti adanya surga, neraka, dll)
Oleh karena itu KH.Hamdun Ahmad mencoba membuat elaborasi baru tentang Aswaja dengan nama
manhajul fikri liahli sunnah wal jamaah supaya tercapainya almuhafadotu alal qodimissolih wal akhdu
biljadidil aslah dengan cara mempertahankan identitas Aswaja sebagai Madzhab yang mana itu warisan
intelektual masa lalu yang masih baik dan mencoba mendinamisir Aswaja dengan cara mengembangkan
Manhajul Fikrinya, tapi Manjahul Fikri
( Pola Fikir/metodologi berfikir) nya tidak terlepas dari watak berfikir Aswaja yaitu tasamuh, taadul,
tawazun, dan tawasuth.
Rumusan Manhajul Fikri Lil ahli Sunnah Wal Jamaah