SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat
mencapai gelar sarjana Kedokteran Gigi
OLEH :
MUH. TEGAR JAYA
J111 12 104
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
MAKASSAR
2015
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat
mencapai gelar sarjana Kedokteran Gigi
OLEH :
MUH. TEGAR JAYA
J111 12 104
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
MAKASSAR
2015
ii
iii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa yang tercantum namanya di bawah ini :
Nama
Nim
: J111 12 104
Keadaan
Jaringan
Periodonsium
Pada
Anak
Amiruddin, S.Sos
NIP.19661121199011 003
iv
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil alamiin, Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena
berkat rahmat, hidayah, ridho, dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Perbandingan Keadaan Jaringan Periodonsium pada Anak
Pengguna Space Maintainer Cekat dan Lepasan di Klinik Ilmu Kedokteran Gigi
Anak RSGMP Universitas Hasanuddin sebagai syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana kedokteran gigi. Tak lupa pula shalawat dan salam penulis haturkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari zaman zahiliyah
menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, bimbingan,
dukungan, serta doa dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan tulus
hati penulis ucapkan rasa terimakasih kepada :
1. drg. Nurhaedah H. Galib, Sp.KGA, sebagai dosen pembimbing skripsi yang
senantiasa meluangkan waktu, tenaga, pikiran, serta ilmunya kepada penulis,
serta selalu memberikan pesan- pesan moral yang sangat bermanfaat bagi
kehidupan penulis kedepannya, terutama dalam menjadi dokter gigi
profesional seperti beliau. Terima kasih atas bantuannya, semoga Allah
senantiasa memberikan keselamatan dan rahmat-Nya kepada dokter serta
keluarganya, Aamin.
2. Dr. drg. Bahruddin Thalib, M.Kes, Sp.Pros, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
vii
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii
PERNYATAAN ........................................................................................................ iv
ABSTRAK .................................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ................................................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah .............................................................................................. 4
1.3. Tujuan penelitian ............................................................................................... 5
1.5. Manfaat penelitian ............................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tumbuh kembang kraniofasial ........................................................................ 6
2.1.1. Pertumbuhan dan perkembangan cranium vault ................................................ 7
2.1.2. Pertumbuhan dan perkembangan basis cranium ................................................ 8
2.2.
ix
xi
xii
DAFTAR GAMBAR
No
Teks
Halaman
2.1
Perkembangan kraniofasial
2.2
Erupsi gigi
14
2.3
32
2.4
34
2.5
36
2.6
38
2.7
39
2.8
41
2.9
41
2.10
Jaringan periodonsium
43
2.11
Gingiva normal
50
2.12
Hasil probing
66
xiii
DAFTAR TABEL
No
Teks
Halaman
2.1
17
2.2
18
5.1
83
5.2
84
85
87
88
89
5.8
92
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan oklusi dari gigi desidui menuju gigi permanen merupakan suatu
rangkaian kejadian yang dapat terjadi secara bertahap dan tepat waktu. Periode
pergantian dari gigi ini berpengaruh pada beberapa faktor seperti pada faktor
fungsional, estetik dan oklusi, namun apabila rangkaian ini terganggu maka akan
muncul beberapa masalah yang akan mempengaruhi perkembangan oklusi dan gigi
permanen. Ketika gangguan tersebut muncul, tindakan perbaikan yang diperlukan
yaitu memulihkan proses normal dari perkembangan oklusi.1
Periode gigi desidui merupakan periode yang penting dalam perkembangan
anak, apabila terjadi kerusakan pada gigi anak dan tidak dapat lagi dirawat secara
konservatif maka akan terjadi tanggalnya gigi desidui sebelum waktunya atau gigi
penggantinya belum erupsi (premature loss), akibatnya perkembangan lengkung gigi
anak akan menjadi kurang berkembang.2
Pada dasarnya lengkung gigi desidui dapat mengalami perubahan dalam ukuran
dimensi rata- rata, hal ini disebabkan oleh adanya pergeseran dari gigi- geligi rahang
atas yang dapat mengubah posisi gigi- geligi rahang bawah atau sebaliknya, dan pada
akhirnya dimensi lengkung gigi mengalami perubahan. Pada masa perkembangan,
gigi desidui akan terus mengalami perubahan dimensi ukuran panjang dan lebar
lengkung gigi sejalan dengan pertambahan umur dan erupsi gigi permanen.2
Perkembangan rahang anak dengan gigi- geligi yang lengkap tentu akan lebih
baik dibanding perkembangan rahang anak dengan beberapa gigi yang telah tanggal
sebelum waktunya. Anak dengan gigi yang tanggal sebelum waktunya sangat
berpotensi terhadap terjadinya gigi berjejal, kejadian ini sering terjadi pada periode
gigi bercampur yang disebabkan oleh tanggalnya gigi desidui yang terlalu cepat
sedangkan gigi penggantinya belum erupsi sehingga terjadi pergeseran gigi yang ada
dalam mulut dan menyebabkan ruang bagi gigi penggantinya tidak mencukupi.1
Hilangnya ruang untuk tempat tumbuhnya gigi permanen dapat diantisipasi
dengan menggunakan alat space maintainer yang fungsinya mempertahankan ruang
yang ada. Space maintainer ini umumnya terdiri dari dua jenis yaitu space
maintainer cekat dan lepasan. Dalam menentukan penggunaan kedua jenis space
maintainer, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu tahap perkembangan
gigi, jumlah gigi yang hilang, oklusi, lengkung rahang, usia pasien, kondisi
psikologis, dan tingkat kooperatif pasien. Beberapa tipe space maintainer yang
tersedia saat ini yaitu band and loop atau modifikasi crown and loop, distal shoe,
mandibular lingual arch, palatal arch, dan space maintainer lepasan.1
Perawatan dengan space maintainer selain memberikan dampak positif, piranti
ini juga memberikan dampak negatif. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
perawatan ortodontik seperti space maintainer mempunyai peranan penting terhadap
peningkatan dan perubahan jumlah mikroorganisme rongga mulut. Penelitian yang
dilakukan oleh Noranjo dkk, membuktikan bahwa dengan adanya piranti ortodontik
dan protesa akan memperbanyak jumlah kandida, tidak hanya di oklusal tetapi pada
semua sisi rongga mulut.3
periodontal, terjadi resorpsi pada tulang alveolar, serta kerusakan pada jaringan
pendukung lainnya. Dampak lebih parah yang akan timbul yaitu terjadinya
kegoyangan gigi hingga kehilangan gigi. 5
Pada anak- anak dan remaja, berbagai penyakit periodontal dapat terjadi,
beberapa diantaranya dapat merusak dengan cepat. Untuk melihat prevalensi
penyakit periodontal, khususnya pada anak- anak dapat digunakan standar
pengukuran WHO dengan menggunakan probe ujung berbentuk bola 0,5 mm dan
lingkaran hitam pada 3,5 sampai 5,5 mm yang berfungsi mengukur kedalaman poket
pada sulkus gingiva.5
Anak- anak merupakan usia yang paling rentan terkena penyakit periodontal,
terlebih lagi pada anak yang memakai piranti ortodonti karena pada usia ini anakanak belum bisa mandiri dan membutuhkan perhatian khusus dari keluarga
terdekatnya mengenai perlindungan kesehatan.3 Anak- anak biasanya tidak begitu
memahami tetantang perawatan space maintainer yang diberikan, mereka tidak
mengetahui cara membersihkan mulut dengan baik serta tidak memahami instruksiinstruksi khusus yang perlu dilakukan untuk merawat piranti space maintainer yang
ada di dalam mulutnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut
mengenai keadaan jaringan periodonsium pada anak- anak yang menggunakan space
maintainer, kemudian dihubungkan dengan keluhan yang dialami serta kebiasaan
membersihkan rongga mulut pasien selama pemakaian alat space maintainer. Maka
dari itu penulis mengangkat judul yaitu perbandingan keadaan jaringan periodonsium
pada anak pengguna space maintainer cekat dan lepasan di Klinik Ilmu Kedokteran
Gigi Anak RSGMP Universitas Hasanuddin.
1.2. Rumusan masalah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumbuh kembang kraniofasial
Pertumbuhan kranium terjadi sangat cepat pada tahun pertama dan kedua setelah
lahir dan lambat laun akan menurun kecepatannya. Pada anak usia 4-5 tahun
besarnya kranium sudah mencapai 90% kranium dewasa. Mekanisme pertumbuhan
kartilagio, sutura, dan periosteum penting dalam pembesaran basis kranium.
Pertumbuhan kartilago daerah kranium terutama terjadi pada basis kranium, daerah
septum tulang, dan kondilus mandibula. Semua daerah pertumbuhan kartilago
berperan dalam pertumbuhan kepala, pertumbuhan sutura- sutura tulang kepala
mempengaruhi besar ukuran kepala pada semua dimensi. Sutura yang memisahkan
fasial dan kranium diperkirakan tersusun sedemikian rupa sehingga pertumbuhannya
akan menggerakkan fasial ke depan dan ke bawah.6
Basis kranium terbagi dua yaitu basis kranium posterior dan anterior. Basis
kranium posterior dimulai dari basis osipital sampai sela tursika, sedangkan basis
kranium anterior dimulai dari sela tursika sampai nasion. Pertumbuhan basis kranium
anterior lebih cepat selesai dibandingkan basis kranium posterior. Basis kranium
posterior akan terus meluas karena adanya spenoosipital sinkondrosis. Pertumbuhan
basis kranium posterior akan berhenti setelah dewasa pada saat terjadi kalsifikasi
pada spenoosipital sinkondrosis.6
keseluruhan volume serta ketebalan tulang yang akan mengubah bentuknya, sebagai
contoh pada tulang parietal yang relatif datar pada saat lahir akan menjadi cembung
pada akhir periode pertumbuhan.7
2.1.2. Pertumbuhan dan perkembangan basis kranium
Basis kranium merupakan dasar kranium yang terletak di bawah otak dan
merupakan batas antara kranium dan wajah. Fungsinya selain mendukung dan
melindungi otak serta tulang spinal, juga berguna untuk menegakkan tubuh,
melindungi persendian tengkorak, kolumna vertebrata, mandibula dan sebagian
maksila. Fungsi terpenting lainnya adalah sebagai daerah penyangga diantara otak,
wajah, dan regio faringeal, dimana pertumbuhan berjalan dengan cara berlainan.
Pertumbuhan basis kranium dipengaruhi oleh suatu keseimbangan yang kompleks
antara pertumbuhan sutura, perpanjangan sinkondrosis, pergerakan kortikal yang luas
serta remodeling.6
Basis kranium posterior akan terus meluas karena adanya spenoosipital
sinkondrosis.
Spenoosipital
sinkondrosis
adalah
suatu
kartilago
yang
dengan perlahan sampai maturitas. Wajah berkembang ke arah depan dan bawah
dalam kaitannya dengan kranium. Bertambah lebarnya rangka wajah postnatal
terutama dipengaruhi oleh deposisi permukaan dan resorpsi internal pada cavitas
orbitalis, cavum nasi, cavitalis paranasalis, dan cavum oris.7
2.2. Pertumbuhan dan perkembangan rahang
Rahang adalah bagian dari struktur total kepala dan setiap rahang bisa
mempunyai hubungan posisional yang bervariasi terhadap struktur lain dari kepala,
variasi semacam itu bisa terjadi pada ketiga bidang yaitu sagital, vertikal, dan lateral.
Posisi rahang juga dihubungkan dengan basis anterior kranium dan masing- masing
rahang dapat bervariasi dalam hubungannya terhadap kranium.6
Rahang memiliki dua komponen yaitu tulang alveolar yang merupakan tempat
gigi- geligi dan tulang basal yang membentuk struktur utama rahang. Pembagian
tulang- tulang rahang menjadi komponen basal dan alveolar bersifat artifisial karena
keduanya berasal dari tulang yang sama, tetapi pembagian tersebut dapat diterima
karena mengalami perkembangan dan memiliki fungsi yang berbeda. Setiap kondisi
patologis yang mempengaruhi pertumbuhan rahang bisa menimbulkan efek besar
terhadap oklusi gigi. Malformasi kongenital baik bawaan maupun dapatan, trauma,
serta infeksi selama tahun- tahun pertumbuhan dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan rahang.7
Lebar wajah ketika bayi lahir adalah dua pertiga besar wajah dewasa, tinggi
wajah adalah setengahnya, dan kedalaman wajah adalah sepertiga kedalaman
dewasa. Bagian rangka wajah yang terletak di bawah bidang frankfurt adalah kirakira seperdelapan besar kranium ketika bayi lahir. Pada saat dewasa besarnya
meningkat menjadi sepertiga besar kranium, dengan kata lain regio infraorbitalis atau
bagian rangka wajah yang berhubungan dengan mastikasi tumbuh lebih besar setelah
bayi lahir daripada kranium regio olfaktoris dan regio orbitalis dari wajah. Pada
orang dewasa, kepala membentuk seperdelapan dari tinggi total tubuh. Oleh karena
itu, antara lahir sampai maturasi tubuh tentunya tumbuh lebih pesat, baik pada
proporsi maupun ukuran dibandingkan kepala.6
2.2.1. Maksila
Pertumbuhan maksila dipengaruhi oleh pertumbuhan otak, pertumbuhan tulang
cranial dan nasalseptal memberikan pengaruh signifikan terhadap pergerakan maju
mundur maksila dari lahir hingga umur 7 tahun. Setelah umur 7 tahun hingga
dewasa, pengaruh- pengaruh tersebut berkurang secara drastis seiring pertumbuhan
sutural dan pertumbuhan permukaan intramembranosa. Pertumbuhan postnatal
maksila seluruhnya terjadi dengan osifikasi intramembran karena tidak terdapat
kartilago. Pertumbuhan maksila terjadi melalui dua cara yaitu aposisi sutura yang
menghubungkan maksila dengan kranium dan basis kranial serta remodeling tulang.
Sementara maksila tumbuh ke bawah dan depan, permukaan anteriornya mengalami
remodeling. Hampir seluruh permukaan anterior maksila mengalami resorpsi kecuali
daerah disekitar spina nasalis anterior. Saat terjadi pertumbuhan maksila ke arah
bawah dan depan, ruang antara sutura yang terbuka diisi oleh proliferasi tulang.7
Aposisi terjadi pada kedua sisi sutura sehingga tulang tempat perlekatan maksila
bertambah besar, tepi posterior maksila yang merupakan daerah tuberositas
mengalami aposisi sehingga menambah ruang untuk tempat erupsi gigi molar
permanen. Aposisi permukaan terjadi di sebelah anterior lengkung tulang maksila,
10
dimana panjang maksila akan bertambah setelah umur dua tahun yang terjadi akibat
dari tuberositas maksila dan dengan pertumbuhan sutura sepanjang tulang palatal.7
2.2.2. Mandibula
Mandibula merupakan tulang kraniofasial yang sangat mobile dan merupakan
tulang yang sangat penting karena terlibat dalam fungsi- fungsi vital antara lain
pengunyahan, pemeliharaan jalan udara, berbicara, dan ekpresi wajah. Mandibula
adalah tulang pipih berbentuk U dengan mekanisme pertumbuhan melalui proses
osifikasi endokondral maupun aposisi periosteal (osifikasi intramembranous) dan di
mandibula merupakan tempat melekatnya otot- otot serta gigi. Menurut Proffit dan
Fields, pertumbuhan mandibula ada dua macam yaitu8 :
1. Pola pertama, bagian posterior mandibula dan basis kranium tetap, sementara
dagu bergerak ke bawah dan ke depan.
2. Pola kedua, dagu dan korpus mandibula hanya berubah sedikit sementara
pertumbuhan sebagian besar terjadi pada tepi posterior ramus, koronoid dan
kondilus mandibula. Gerakan pertumbuhan mandibula pada umumnya
dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di maksila.
Dagu bergerak ke bawah dan depan hanya sebagai akibat pertumbuhan kondilus
dan tepi posterior ramus mandibula. Korpus mandibula bertambah panjang melalui
aposisi tepi posteriornya, sementara ramus bertambah tinggi melalui osifikasi
endokondral pada kondilus dan remodeling tulang. Selain tumbuh ke bawah dan ke
depan, mandibula juga tumbuh ke lateral melalui aposisi permukaan lateral korpus,
ramus, dan alveolaris mandibula. Untuk mengimbangi aposisi lateral, terjadi resorpsi
pada permukaan lingualnya. Pembentukan prosesus alveolaris dikontrol oleh erupsi
11
gigi dan resorpsi bila gigi tanggal ataupun diekstraksi. Gigi pada kedua lengkung
tidak menjadi protrusi ketika maksila dan mandibula tumbuh dan berpindah tempat
karena adanya relasi interkuspal gigi. Pertumbuhan prosesus alveolaris sangat aktif
selama erupsi dan berperan penting selama erupsi serta terus memelihara hubungan
oklusal selama pertumbuhan vertikal maksila dan mandibula.6
2.3. Tahap erupsi
Tahap erupsi gigi merupakan suatu proses yang berkesinambungan dimulai dari
awal pembentukan melalui beberapa tahap sampai gigi muncul ke rongga mulut.
Pada tahap erupsi terjadi pergerakan mahkota gigi yang telah terbentuk dari tempat
asalnya menembus mukosa alveolar dan muncul di rongga mulut sampai berkontak
dengan gigi lawannya. Meskipun erupsi gigi muncul pada waktu yang berbeda pada
setiap orang, namun terdapat waktu erupsi yang umum terjadi. Erupsi gigi memiliki
3 tahapan, yang pertama dikenal sebagai tahapan decidous dentition dimana hanya
terdapat gigi desidui dalam mulut, ketika gigi permanen pertama erupsi maka gigi
memasuki tahapan kedua yaitu mixed dentition (tahap gigi campuran), lalu setelah
gigi desidui terakhir tanggal maka terjadi fase terakhir yaitu permanent dentition
(fase gigi permanen). Saat melewati tahap akhir pembentukan mahkota gigi,
selanjutnya gigi akan memasuki tahap erupsi gigi yang terdiri dari dua tahap yaitu7,8 :
1. Tahap pra- erupsi
Pada tahap pra- erupsi terjadi pembentukan benih gigi, kemudian rahang
mengalami pertumbuhan pesat di bagian lateral lalu meningkat ke arah anterior dan
berlanjut ke arah posterior, fase ini dipengaruhi oleh tumbuhnya jaringan disekitar
kantong gigi. Selain itu, saat mahkota gigi permanen sedang terbentuk, maka
12
kantong gigi yang berada dalam tulang rahang bergerak secara lambat ke arah labial
maupun bukal. Pergerakan kantong gigi bukan merupakan mekanisme erupsi karena
erupsi baru terjadi ketika akar gigi mulai terbentuk.
Proses penting yang terjadi dalam tahap pra- erupsi adalah resorpsi tulang
alveolar serta akar gigi desidui dan juga adanya gerakan mahkota gigi menembus
mukosa alveolar. Gigi molar pertama permanen adalah gigi permanen yang paling
pertama menembus ke luar, lalu diikuti oleh gigi seri sentral bawah.
2. Tahap erupsi
Tahap erupsi secara garis besar terdiri dari tahap pra- fungsional dan tahap
fungsional, pada tahap pra- fungsional terjadi proses pembentukan akar gigi yang
bersamaan dengan sampainya gigi pada daratan oklusal. Ketika gigi menembus
jaringan mukosa dalam mulut, gerakannya menjadi sangat cepat dan prosesnya akan
berakhir ketika mahkota gigi telah mencapai posisi oklusi fungsional dalam rongga
mulut. Gigi didesak keluar sebagai hasil dari kekuatan yang berasal dari bawah
seperti pertumbuhan tulang alveolar, akar, tekanan darah, tekanan cairan dalam
jaringan, dan hasil tarikan jaringan penghubung di sekitar ligamentum periodontal.
Pada tahap fungsional, erupsi terjadi setelah gigi mencapai oklusi. Proses erupsi
pada tahap ini terjadi sangat lambat, pada tahap ini terjadi pemakaian permukaan
insisal atau oklusal gigi oleh karena proses pengunyahan dan gigi tersebut berusaha
mempertahankan kontak oklusal. Tahap fungsional terjadi terus- menerus sepanjang
umur seseorang dan berhenti jika gigi tersebut hilang atau dicabut.
13
14
tumbuh tidak mempunyai petunjuk sehingga letaknya salah dan gigi permanen
tumbuh tidak pada posisi yang ideal. Selain itu gigi desidui yang telah tanggal
sebelum erupsi akan menyebabkan pertumbuhan lengkung rahang terganggu,
lengkung rahang akan menyempit sehingga tidak cukup menampung semua gigi
dalam susunan yang teratur, akibatnya susunan gigi- geligi tidak beraturan.9
15
16
Insisivus sentral
6,5
Insisivus lateral
5,0
Kaninus
18
6,5
Molar pertama
14
7,0
Molar kedua
24
8,5
Insisivus sentral
4,0
Insisivus lateral
4,5
Kaninus
16
5,5
Molar pertama
12
8,0
Molar kedua
20
9,5
Gigi atas :
Gigi bawah :
Pada umur 6 tahun gigi- geligi permanen mulai erupsi, biasanya gigi molar
pertama atau insisivus atas. Seperti halnya pada gigi- geligi desidui, gigi- geligi
17
permanen memiliki waktu erupsi dan lebar mesio- distal yang bervariasi. Saat gigi
permanen mulai erupsi maka di dalam lengkung rahang terdapat gigi- geligi desidui
dan gigi- geligi permanen dalam waktu yang bersamaan, inilah yang dinamakan
periode gigi- geligi bercampur.10
Tabel 2.2 Waktu erupsi dan lebar mesio- distal gigi- geligi permanen.
Waktu erupsi (bulan)
Insisivus sentral
7,5
8,5
Insisivus lateral
8,5
6,5
Kaninus
11,5
8,0
Premolar pertama
10,0
7,0
Premolar kedua
11,0
6,5
Molar pertama
6,0
10,0
Molar kedua
12,0
9,5
Insisivus sentral
6,5
5,5
Insisivus lateral
7,5
6,0
Kaninus
10,0
7,0
Premolar pertama
10,5
7,0
Premolar kedua
11,0
7,0
Molar pertama
6,0
11,0
Molar kedua
12,0
10,5
Gigi atas :
Gigi bawah :
18
19
permanen karena gigi permanen yang belum siap erupsi dirangsang untuk segera
tumbuh, hal tersebut bisa saja menyebabkan berbagai masalah misalnya gigi berjejal,
gigi yang keluar dari garis pertumbuhan, serta gangguan fungsi lainnya seperti
mastikasi dan artikulasi. Ada beberapa dampak yang ditimbulkan akibat hilangnya
gigi desidui secara prematur, beberapa dampak yang ditimbulkan yaitu8,11 :
1. Dampak terhadap gigi permanen
Dampak yang paling penting dari tanggalnya gigi- geligi desidui yang terlalu
dini adalah penutupan ruang pada lengkung rahang sehingga gigi penggantinya tidak
mempunyai tempat untuk bererupsi. Tanggalnya gigi desidui pada lengkung rahang
yang sempit akan menimbulkan susunan yang berjejal pada gigi penggantinya, oleh
karena itu perlu dipertimbangkan untuk melakukan pencabutan keseimbangan pada
regio berbeda atau pemasangan alat space maintainer.
2. Dampak terhadap fungsi dan kesehatan rongga mulut
Tanggalnya gigi desidui yang terlampau cepat bisa mempengaruhi fungsi
mastikasi karena dengan hilangnya gigi- geligi pada lengkung rahang maka tekanan
kunyah akan berkurang. Tanggalnya gigi anterior pada gigi desidui bisa
mempengaruhi fungsi bicara yaitu penyebutan huruf- huruf tertentu menjadi
terganggu, serta mengganggu fungsi estetik karena akan mempengaruhi penampilan
anak. Dampak lain yang ditimbulkan yaitu hilangnya daerah penimbunan makanan
dan sepsis oral, selain itu tanggalnya gigi desidui terutama gigi molar dapat
mengurangi insiden karies bagi gigi yang tersisa.
20
21
22
yang baik dan tidak kabur. Ketepatan metode pengukuran ini sangat bergantung pada
teknik pengambilan gambar yaitu jarak target film, ada tidaknya distorsi pada film,
kejelasan batas mahkota, dan overlapping. Diperlukan radiografi foto secara vertikal
agar tidak ada penyimpangan jarak kemudian dilakukan pengukuran jarak antara gigi
c, m1, dan m2 dengan gigi pengganti yang ada dalam foto radiografi.12
Misalnya
= 17 mm
= 19 mm
Maka gigi pengganti yang nantinya erupsi tidak akan mendapat tempat yang
cukup akibatnya gigi menjadi berjejal. Menurut Nance, perbedaan ukuran jarak atau
selisih gigi desidui dengan gigi permanen normalnya adalah 0,9 1 mm untuk
rahang atas dan 1,7- 2 mm untuk rahang bawah. Selisih ukuran ruang ini disebut
leeway space yang berguna untuk memberikan ruang untuk erupsi gigi C, P1, dan P2
serta untuk mengatasi gigi berjejal.12
2.8.3. Metode Huckaba
Metode Huckaba pada analisa gigi bercampur menggunakan foto radiologi
periapikal. Metode ini memerlukan gambaran radiografi yang jelas dan tidak
mengalami distorsi. Distorsi gambaran radiografi pada umunya lebih sedikit terjadi
pada foto periapikal dibandingkan dengan foto panoramik. Meskipun menggunakan
film tunggal, seringkali sulit untuk menghindari distorsi terutama pada gigi yang
panjang seperti kaninus sehingga pada akhirnya akan mengurangi tingkat akurasi.8
Metode radiografi yang digunakan dalam analisis Huckaba tidak jauh beda
dengan pengukuran pada metode Nance, dimana dalam prosedur perhitungan analisis
23
24
Menurut Foster, gigi- geligi dapat digolongkan dalam dua tipe yaitu tidak
berjejal apabila tersedia ruangan yang berlebih atau cukup untuk tempat tumbuhnya
gigi- geligi premolar dan kaninus yang belum erupsi dan dikatakan berjejal apabila
ada sedikit kekurangan ruangan ataupun terdapat kekurangan ruang yang banyak
untuk tempat tumbuhnya gigi premolar dan kaninus yang belum erupsi.8
2.9. Space maintainer
Space maintainer adalah alat yang dipasang untuk mempertahankan ruang bekas
gigi desidui yang mengalami premature lost atau premature extraction (pencabutan
dini). Pemasangan alat ini bertujuan agar tidak terjadi penyempitan ruang akibat
bergesernya gigi tetangga dan juga ekstrusi/ elongasi dari gigi antagonisnya.3
Ada berbagai macam tipe space maintainer yang sering digunakan, secara
umum bisa dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu cekat dan lepasan. Tipe
lepasan dapat digunakan untuk periode relatif singkat yaitu kurang lebih satu tahun
sedangkan untuk tipe cekat didesain dengan bagus dan tidak mengganggu jaringan
rongga mulut agar dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama yaitu kurang lebih
dua tahun.3
2.9.1. Indikasi dan kontra indikasi penggunaan space maintainer
Space maintainer digunakan untuk mempertahankan ruang bekas pencabutan
akan tetapi penggunaan space maintainer terkadang menimbulkan kerusakan pada
jaringan lunak rongga mulut terutama pada penggunaan dalam jangka waktu yang
lama.12 Indikasi dan kontra indikasi pada pemakaian space maintainer harus
diperhatikan dengan baik agar perawatan dapat berhasil sesuai dengan yang
diharapkan tanpa menimbulkan efek negatif pada jaringan sekitar.
25
26
6. Jika ada kebiasaan buruk dari anak seperti menempelkan lidah di area gigi
yang hilang atau sering menghisap bibir maka dengan pemasangan space
maintainer
sambil
mempertahankan
ruang
yang
ada
juga
dapat
27
kelainan jaringan periodonsium, karies, maupun iritasi pada jaringan disekitar karena
desain dari alat space maintainer yang rumit misalnya pada tipe cekat.8
Adapun beberapa keuntungan penggunaan space maintainer yaitu1,8 :
1. Mencegah hilangnya ruang pada lengkung rahang sehingga gigi dapat erupsi
dengan baik dan menempati posisinya pada lengkung rahang
2. Mencegah ekstrusi gigi antagonis dari gigi yang mengalami premature loss
3. Mencegah gigi permanen yang berjejal akibat penyempitan ruang pada gigi
yang akan erupsi
4. Mengembalikan fungsi estetik, fungsi artikulasi/ fonetik, serta fungsi
pengunyahan yang normal
5. Menambah kepercayaan diri anak
6. Meningkatkan kesehatan gigi dan mulut pada anak
Adapun kerugian yang ditemukan saat menggunakan space maintainer yaitu12,13,15 :
1. Kadang mengakibatkan tipping atau rotasi pada gigi penyangga
2. Menyebabkan retensi plak sehingga terjadi daerah demineralisasi, karies, dan
kelainan jaringan periodonsium pada area gigi penyangga
3. Pada beberapa jenis space maintainer harus dilakukan preparasi pada gigi
penyangga sehingga mengakibatkan bentuk anatomis normal gigi berubah
4. Beberapa jenis space maintainer terutama yang tipe cekat membutuhkan
waktu kontrol yang lebih lama
5. Beberapa komponen alat space maintainer bisa bersifat sitotoksik karena
terbuat dari logam yang disolder
6. Pada beberapa kasus ditemukan gangguan fungsi bicara dan pengunyahan
28
7. Ada beberapa jenis space maintainer yang dapat mengganggu estetik dari
gigi- geligi misalnya pada jenis space maintainer lepasan
8. Pada jenis space maintainer lepasan, kebanyakan alat hilang maupun berubah
bentuk karena tidak dijaga dengan baik
9. Jenis space maintainer lepasan bilateral apabila digunakan dalam waktu
yang lama tanpa kontrol yang ketat dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan rahang ke arah lateral
2.9.3. Syarat- syarat space maintainer
Ada berbagai syarat yang harus terpenuhi dalam pembuatan maupun
pemasangan space maintainer. Alat space maintainer yang dibuat harus sederhana
dan nyaman dipakai sehingga tidak mengganggu jaringan sekitar dan tidak membuat
rongga mulut terasa sesak. Plat yang tebal dan besar akan menyita ruang gerak lidah
sehingga fungsi bicara maupun mastikasi terganggu.12
Semakin sederhana alat space maintainer maka makin disukai oleh
penggunanya. Hal ini disebabkan karena jaringan disekitar alat menjadi mudah
melakukan penyesuaian, selain itu juga sangat mudah dilakukan tindakan
pemeliharaan. Dalam pembuatan space maintainer, retensi harus benar- benar baik
agar alat tidak terlepas saat dipakai. Alat yang kecil ada kemungkinan bisa tertelan
dan dapat membahayakan pasien. Oleh karena itu, ada beberapa syarat yang harus
terpenuhi dalam pembuatan space maintainer diantaranya yaitu16,12 :
1. Alat space maintainer harus mampu mempertahankan proksimal dimensi
yang diperlukan, berarti alat ini harus mampu menahan desakan pada bagian
distal maupun mesial agar ukuran ruang dapat dipertahankan.
29
2. Alat ini tidak boleh mengganggu erupsi gigi antagonisnya sehingga tidak
boleh mengalami prematur kontak dengan gigi antagonis.
3. Tidak boleh mengganggu erupsi gigi permanen misalnya pada pembuatan
distal shoe, plat yang tertanam tidak boleh berada tepat diatas mahkota gigi
yang akan erupsi agar erupsinya tidak terhalang.
4. Tidak memberi tekanan abnormal pada gigi penyangga sehingga jaringan
periodonsium tetap sehat begitu juga dengan keadaan tulang alveolarnya.
5. Tidak mempengaruhi fungsi bicara, pengunyahan, dan fungsi pergerakan
sendi temporomandibular joint.
6. Tidak boleh ada komponen alat yang tajam yang bisa mengakibatkan iritasi
jaringan lunak disekitar alat.
7. Didesain sederhana, ekonomis, dan mudah dibersihkan.
8. Dapat dilakukan penyesuaian atau sedikit perbaikan bila diperlukan.
2.9.4. Jenis- jenis space maintainer
Ada berbagai macam tipe space maintainer yang sering digunakan, secara
umum Foster membaginya menjadi dua kelompok yaitu space maintainer cekat dan
lepasan. Selain itu ada klasifikasi menurut Snawder yaitu space maintainer cekat
dengan band, space maintainer cekat tanpa band dengan etsa asam, space maintainer
lepasan dengan band atau semi- cekat, space maintainer lepasan tanpa band, space
maintainer fungsional, dan yang terakhir space maintainer non fungsional.
Sedangkan jenis space maintainer lainnya yang dikemukakan oleh Finn dapat
dikelompokkan menjadi 5 jenis yaitu space maintainer lepasan (removable), cekat
(fixed) dan semi cekat (semi-fixed), space maintainer dengan band atau tanpa band,
30
space maintainer fungsional dan non fungsional, space maintainer aktif dan pasif,
dan yang terakhir space maintainer jenis kombinasi.8
Pembagian jenis space maintainer yang paling umum saat ini adalah
berdasarkan tipe cekat dan lepasan. Space maintainer lepasan bisa digunakan untuk
periode yang relatif singkat, biasanya hanya sampai 1 tahun. Berbeda dengan jenis
space maintainer cekat, jika didesain dengan baik alat ini dapat digunakan dalam
jangka waktu yang lama tanpa merusak jaringan rongga mulut, biasanya space
maintainer jenis ini digunakan sampai 2 tahun.12
2.9.4.1. Space maintainer cekat
Alat space maintainer cekat memiliki banyak kelebihan dalam hasil perawatan
dibandingkan dengan space maintainer lepasan namun dalam proses pembuatannya
sangat rumit dan menggunakan banyak komponen alat. Banyak pasien pengguna
space maintainer yang mengeluhkan seringnya makanan tersangkut serta kesulitan
dalam membersihkan area disekitar alat, hal ini mengakibatkan banyaknya terjadi
kelainan baik pada gigi penyangga seperti karies, pada jaringan periodonsium seperti
gingivitis maupun periodontitis, dan pada jaringan lunak di sekitar alat seperti
stomatitis kontak.1
Space maintainer tipe cekat merupakan space maintainer yang didesain untuk
mempertahankan ruang dan terpasang secara cekat di dalam mulut. Space maintainer
tipe ini tidak dapat diubah posisinya dan juga tidak dapat dilepas apabila ingin
dibersihkan. Beberapa tipe yang umum dijumpai pada jenis space maintainer ini
yaitu space maintainer band and loop, space maitainer crown and loop, distal shoe,
lingual arch, dan space maintainer palatal arch/ nance appliance.12
31
Pilih stainless steel band untuk dipasang pada gigi sebelah distal pada ruangan
baik molar kedua desidui maupun molar satu permanen. Cobakan band pada
32
gigi, band harus kencang untuk retensi alat supaya kokoh. Jika alat kendor maka
dapat terjadi demineralisasi email dibawah band.
2.
Dengan band pada gigi, ambil cetakan alginate dari cetakan lengkung gigi
kemudian keluarkan band dari gigi dengan menggunakan tang pencabut band
selanjutnya tempatkan dengan akurat dalam cetakan sticky wax.
3.
Alirkan gips yang telah dipanaskan sampai suhu 130C di bawah tekanan uap
kemudian letakkan ke dalam cetakan dengan hati- hati untuk menghindari
melesetnya band.
4.
Bentuk sebuah loop dengan kawat 0,9 mm atau 1,0 mm, loop harus cukup lebar
supaya premolar dapat erupsi dan tidak boleh menekan gingival.
5.
6.
Haluskan hasil solder dengan stone dan rubber wheel. Penghalusan dilakukan
pada model kerja untuk mencegah rusaknya alat.
7.
Cobakan alat tersebut dalam mulut pasien dan diperiksa apakah alat tersebut
sudah sesuai.
8.
Bersihkan dan keringkan gigi lalu isolasi dengan cotton roll dan saliva ejector.
Berikan campuran semen polikarboksilat pada bagian dalam band lalu dudukkan
dengan tekanan jari menggunakan band setter. Setelah itu buang semua
kelebihan semen bila telah mengeras.
33
Untuk membuat suatu space maintainer jenis crown and loop dapat digunakan
metode direk maupun indirek. Dengan metode direk alat dipasang secara langsung
dalam mulut pasien tanpa menggunakan cetakan model gips, sebelum pemasangan
alat terlebih dahulu dilakukan preparasi pada gigi. Dalam metode indirek pembuatan
space maintainer harus dilakukan di laboratorium dengan menggunakan cetakan
gips dari rahang yang akan digunakan, setelah alat tersebut jadi baru kemudian
ditempatkan dalam mulut pasien.14
34
4. Cobakan kembali alat dalam mulut anak dan periksa kedudukannya serta
hubungan oklusi gingivalnya.
5. Angkat alat dan satukan sekali lagi, mesial ke daerah buccal dilas untuk
menahan loop kawat tetap berada pada posisinya.
6. Solder loop kawat ke mahkota lalu gunakan solder bar dan ujung karbon pada
bagian yang disatukan.
7. Alat tersebut kemudian dipolis.
8. Gosok alat dalam air panas untuk menghilangkan flux yang larut dalam air
lalu bersihkan bagian dalam mahkota dengan stone hijau sampai tidak ada
residu yang tertinggal.
b. Pembuatan secara indirek/ tidak langsung
1. Cetak rahang anak dengan alginat
2. Cor model dengan gips ortodontik
3. Pasang mahkota stainless pada gigi
4. Bentuk loop kawat ukuran 0,036 mm lalu pasang setelah itu satukan dan
solder seperti pada metode direk.
3. Distal shoe space maintainer
Distal shoe adalah pilihan space maintainer dimana molar dua desidui hilang
sebelum erupsi molar satu permanen. Fungsi dari distal shoe adalah menuntun erupsi
dari molar satu permanen ke posisinya yang normal dalam lengkung rahang. Distal
shoe bersifat sementara dan harus diganti dengan space maintainer tipe lepasan
mengikuti erupsi gigi molar permanen. Alat ini dibuat dengan metode indirek pada
sebagian besar kasus.12
35
Komponen alat distal shoe adalah guide plane metal, yaitu sejenis plat yang
berfungsi menuntun molar permanen agar erupsi pada posisinya. Agar efektif guide
plane harus meluas ke dalam processus alveolar sehingga berkontak dengan molar
satu permanen kurang lebih 1 mm di bawah marginal ridge mesial.12
Dari cetakan alginat pada lengkung rahang anak didapatkan hasil cetakan gips
ortodontik.
2.
Gigi molar satu desidui yang berdampingan dengan molar dua desidui yang
hilang dikecilkan dengan hati- hati dengan tapered fissure bur sehingga dapat
dipasangkan suatu mahkota stainless stell.
3.
Ketika mahkota terpasang pada model gips, partikel gips pada bagian dalam
dibersihkan dengan cotton bud yang basah.
4.
Pengukuran pada hasil radiografi daerah molar dengan pengukuran gaunge dapat
memberikan informasi yang diperlukan untuk menetapkan panjang lempengan
metal yang akan meluas ke distal (shoe).
36
5.
Jika shoe telah dibengkokkan, panjang yang tepat dipilih dan daerah ridge pada
gips digergaji atau diukir sehingga proyeksi gingival pada shoe dapat dipasang.
6.
Ketika pemasangan yang tepat telah dipastikan, ujung mesial dari shoe terlebih
dahulu disatukan dengan permukaan distal mahkota dan kemudian disolder
dengan wire silver ukuran 25 lalu lilitkan dua kali disekitar penggunaan tadi.
Flux yang banyak harus diberikan sebelum disolder dengan menggunakan
metode solder flame (nyala api) atau eletrik. Flux adalah bahan yang digunakan
untuk mencegah oksidasi dan memudahkan mengalirnya bahan solder.
7.
Alat yang telah disolder digosok dengan sikat gigi yang keras lalu dimasukkan
ke dalam air panas untuk menghilangkan flux solder, kemudian alat dipolis dan
disterilkan lalu siap untuk dipasang dalam mulut pasien.
8.
Untuk memasang alat ini, pertama- tama dilakukan anastesi pada regio molar
pasien, molar satu desidui dipersiapkan untuk mahkota dan suatu insisi dengan
curved bard-parker blade dibuat pada ridge dititik distal ke margin molar satu
desidui yang sesuai dengan pengukuran yang dilakukan pada hasil radiografi.
9.
10. Foto radiografi dilakukan pada daerah molar untuk mengetahui apakah space
maintainer distal shoe berada pada posisi yang benar.
11. Alat ini disemen pada tempatnya dengan semen hard eugenol-based atau
duralon. Setelah erupsi dari molar satu, space maintainer dilepas dan kemudian
diganti dengan space maintainer jenis crown and loop atau band and loop.
37
4. Lingual Arch
Lingual arch merupakan space maintainer pilihan setelah kehilangan gigi
multipel pada lengkung rahang bawah terutama jika insisivus permanen rahang
bawah terlihat crowded. Alat ini digunakan sebagai space maintainer bilateral cekat
pada rahang bawah dan bersifat pasif karena tidak dapat diatur begitu perangkat ini
disemen pada gigi molar.12
Lingual arch terbuat dari kawat yang memanjang disekitar daerah lingual dari
rahang, kawat itu terhubung dengan kedua sisi pada gigi molar, alat ini didesain
sedemikian rupa agar kedua gigi molar tidak dapat bergeser ke arah mesial dan
menutupi daerah tempat erupsi gigi premolar permanen.2
2.
Band yang telah dicobakan pada mulut anak dikeluarkan dan ditempatkan pada
model studi
3.
Suatu kawat baja berukuran 0,036- 0,040 inchi dibentuk pada lengkungan dan
meluas ke depan untuk membuat kontak dengan daerah cingulum insisivus.
38
4.
Kawat diperluas ke posterior sepanjang 1/3 tengah dari permukaan lingual dari
band molar baru kemudian alat disolder dengan baik.
5.
Setelah alat terpasang tepat pada model studi maka selanjutnya alat diinsersikan
ke dalam mulut pasien.
39
40
2. Gigitiruan penuh
Alat ini sering digunakan pada anak yang mengalami infeksi rongga mulut yang
hebat sehingga harus mencabut semua giginya. Konstruksi gigitiruan penuh akan
menyebabkan penampilan yang bertambah baik dan efektif serta dapat menuntun
molar satu permanen ke posisi erupsi yang tepat.12
Pembuatan gigitiruan penuh diharapkan dapat menggantikan fungsi dari gigi
desidui yang hilang. Gigitiruan harus memiliki retensi dan stabilisasi yang baik.
Retensi yang dimaksud yaitu ketahanan gigitiruan terhadap daya lepas saat gigitiruan
diam sedangkan stabilisasi berkaitan dengan daya lepas saat alat berfungsi.12
41
2.
3.
4.
Lakukan kontrol plak secara rutin dan skeling dengan hati-hati di area sekitar
gigi maupun di sekitar alat space maintainer yang terdapat plak serta kalkulus
5.
6.
Gunakan sikat gigi yang lunak untuk menghilangkan sisa- sisa makanan serta
berkumur dengan larutan chlorhexidine untuk menghindari dental plak
7.
Lakukan kontrol rutin ke dokter gigi minimal tiap empat bulan sekali.
42
2.11.1. Gingiva
Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang paling luar, gingiva
sering digunakan sebagai indikator jika jaringan periodontal mengalami suatu
43
kelainan, hal ini disebabkan karena kebanyakan penyakit periodontal dimulai dari
gingiva. Kadang- kadang gingiva juga dapat menggambarkan keadaan tulang
alveolar yang berada di bawahnya.21
Gingiva merupakan bagian dari membran mukosa mulut yang melekat pada
tulang alveolar serta menutupi dan mengelilingi leher gigi. Pada permukaan rongga
mulut, gingiva meluas dari puncak marginal gingiva sampai ke pertautan
mukogingival. Pertautan mukogingival ini merupakan batas antara gingiva dan
mukosa mulut lainnya. Mukosa mulut dapat dibedakan dengan mudah dari gingiva
karena warnanya merah gelap dan permukaannya licin atau halus mengkilat. Hal ini
dapat dijumpai pada permukaan vestibular mandibula maupun maksila serta
permukaan oral mandibula. Pada permukaan oral maksila tidak dijumpai pertautan
mukogingival sama sekali karena gingiva berbatasan dengan membran mukosa mulut
yang menutupi palatum durum yang tipenya sama dengan gingiva.12
Gingiva mengelilingi gigi dan meluas sampai ke ruang interdental. Gingiva di
antara permukaan oral dan vestibular berhubungan satu sama lain melalui gingiva
yang berada di interdental. Secara anatomis gingiva dibagi menjadi dua bagian yaitu
gingiva cekat (attached gingiva) dan gingiva tidak cekat (unattached gingiva) yang
terdiri atas gingiva bebas (free gingiva) dan marginal gingiva.5
Untuk kepentingan klinis yang khusus, bagian gingiva yang berada di ruang
interdental dipisahkan secara klinis sebagai suatu bagian khusus dari gingiva. Hal ini
disebabkan karena bagian gingiva tersebut digunakan sebagai indikator yang paling
akurat untuk mengetahui terjadinya penyakit gingiva sedini mungkin. Adapun
pembagian dari gingiva yaitu5,22,23 :
44
45
gingiva cekat terlihat seperti kulit jeruk. Stipling disebabkan oleh adanya tarikan
serat- serat kolagen pada jaringan gingiva cekat ke sementum atau tulang.
Lebar gingiva cekat bervariasi dari satu individu ke individu yang lain, juga
antara satu gigi dengan gigi yang lain di dalam mulut yang sama. Lebar gingiva cekat
pada rahang bawah berkisar antara 3,3- 3,9 mm dan pada rahang atas berkisar 3,54,5 mm. Umumnya gingiva cekat yang paling lebar dijumpai pada regio anterior dan
semakin menyempit ke arah regio posterior. Gingiva cekat paling sempit dijumpai
pada regio premolar satu rahang bawah yaitu berkisar 1,8 mm dan pada rahang atas
berkisar 1,9 mm. Keadaan ini sering dihubungkan dengan perlekatan otot maupun
frenulum yang ada pada daerah tersebut, sedangkan lebar di daerah palatal tidak
mungkin diukur karena sulit membedakan antara batas akhir gingiva cekat dan
permulaan dari mukosa bagian palatal.
Fungsi dari gingiva cekat adalah menahan jika ada tekanan mekanik yang terjadi
selama pengunyahan, bicara, dan sikat gigi. Selain itu juga berfungsi melindungi
lepasnya gingiva bebas pada saat ada tekanan yang menuju ke mukosa alveolar.
3. Papila interdental
Papila interdental atau gingiva interdental merupakan bagian gingiva yang
mengisi ruangan interdental yaitu ruangan diantara dua gigi yang letaknya
berdekatan dari daerah akar sampai titik kontak. Gingiva interdental terdiri atas
bagian lingual dan bagian fasial. Bagian samping menunjukkan batas yang dibentuk
oleh gingiva bebas dari dua gigi yang berdekatan dan bagian tengah dari papila
interdental dibentuk oleh gingiva cekat.
Col merupakan lembah yang menurun dalam bagian gingiva interdental dan
letaknya langsung dari arah akar ke titik kontak. Col tidak dijumpai jika tidak ada
46
dua gigi yang berdekatan atau tidak ada titik kontak maupun gingiva yang menyusut.
Gingiva interdental berfungsi mencegah terjadinya penumpukan makanan di antara
dua gigi selama pengunyahan.
2.11.2. Sementum
Sementum adalah struktur terkalsifikasi yang menutupi akar anatomis gigi dan
terdiri atas matriks terkalsifikasi yang mengandung serabut kolagen. Kandungan zat
anorganik dalam sementum adalah sekitar 40-50%. Selain melapisi akar gigi,
sementum juga berperan dalam mengikat gigi ke tulang alveolar yaitu dengan adanya
serat utama ligamentum periodontal yang tertanam di dalam sementum (serat
sharpey). Sementum ini tipis pada daerah dekat perbatasannya dengan email dan
makin menebal ke arah apeks gigi. Berdasarkan morfologinya, sementum dibagi
menjadi dua tipe yaitu sementum aseluler (sementum primer) dan sementum seluler
(sementum sekunder).5
Sementum seluler adalah sementum yang pertama kali terbentuk, menutup
kurang lebih sepertiga servikal atau hingga setengah panjang akar, dan tidak
mengandung sel- sel. Sementum dibentuk sebelum gigi- geligi mencapai bidang
oklusal, ketebalannya berkisar 30- 230m. Serat sharpey merupakan struktur utama
dimana perannya adalah mendukung gigi.5
Sementum seluler terbentuk setelah gigi mencapai bidang oklusal, bentuknya
kurang teratur (ireguler) dan mengandung sel- sel sementosit pada rongga yang
terpisah- pisah (lakuna- lakuna) yang berhubungan satu sama lain melalui
anastomosis kanalikuli. Dibandingkan dengan sementum aseluler, sementum seluler
kurang terkalsifikasi dan hanya mengandung sedikit serat sharpey. Sementum
47
aseluler maupun seluler tersusun membentuk lamela- lamela yang dipisahkan oleh
garis inkremental yang berjalan pararel dengan sumbu panjang gigi.24
Adapun beberapa fungsi dari sementum yaitu23 :
1. Menahan gigi pada soket tulang dengan perantara serabut prinsipal ligamen
periodonsium
2. Mengompensasi keausan struktur gigi karena pemakaian dengan cara
pembentukan terus- menerus
3. Memudahkan terjadinya pergeseran mesial fisiologis
4. Memungkinkan penyusunan kembali serabut ligamen periodonsium secara
terus- menerus
2.11.3. Ligamentum periodontal
Ligamentum periodontal merupakan jaringan pengikat yang mengisi ruang
antara permukaan gigi dengan dinding soket, mengelilingi akar gigi bagian koronal,
dan turut serta mendukung gingiva. Kebanyakan penyakit yang mengenai
ligamentum periodontal jika tidak dilakukan perawatan dengan baik akhirnya akan
menyebabkan hilangnya gigi.5
Banyak sekali istilah yang diberikan pada jaringan ini, seperti membran
periodontal, perisementum, dental periosteum, dan alveole dental membrane. Istilah
periodontal berasal dari bahasa Yunani yaitu peri yang artinya sekeliling dan oudous
yang berarti gigi. Jaringan ini disebut membran walaupun sebenarnya jaringan ini
tidak sama dengan membran fibrous seperti fascia dan kapsul organ periosteum.
Struktur dan fungsinya memang mirip dengan jaringan tersebut akan tetapi
48
sebenarnya berbeda karena jaringan ini selain berperan sebagai periosteum gigi atau
periosteum tulang alveolar juga berfungsi sebagai pendukung gigi.21
Adapun fungsi dari ligamen periodonsium yaitu23 :
1. Memelihara aktifitas biologik sementum dan tulang
2. Mensuplai nutrisi serta membersihkan produk sisa melalui aliran darah dan
pembuluh limfe
3. Memelihara relasi gigi terhadap jaringan keras dan lunak
4. Menghantarkan tekanan taktil dan sensasi nyeri melalui jalur trigeminal lalu
diteruskan melalui ujung saraf proprioseptif.
2.11.4. Tulang alveolar
Tulang alveolar merupakan bagian maksila dan bagian mandibula yang
membentuk dan mendukung soket gigi, secara anatomis tidak ada batas yang jelas
antara tulang alveolar dengan maksila maupun mandibula. Bagian tulang alveolar
yang membentuk dinding soket gigi disebut alveolar proprium. Alveolar proprium
didukung oleh bagian tulang alveolar lainnya yang dikenal dengan nama tulang
alveolar pendukung. Tulang alveolar membentuk soket yang mendukung dan
melindungi akar gigi.5
Secara anatomis tulang alveolar dibagi menjadi dua bagian, yang pertama yaitu
alveolar proprium yang merupakan lapisan tipis tulang yang mengelilingi akar dan
memberikan tempat perlekatan bagi ligamentum periodonsium, tulang ini disebut
juga sebagai lamina dura atau plat kribriform. Bagian kedua yaitu tulang alveolar
pendukung yang merupakan bagian prosesus alveolar yang mengelilingi tulang
alveolar proprium dan memberi dukungan terhadap soket. Tulang alveolar
49
pendukung terdiri dari dua bagian yaitu tulang kompakta yang terdapat pada bagian
vestibular dan oral presesus alveolar serta tulang kanselus (tulang spongiosa) yang
terletak di antara tulang alveolar proprium dan tulang kortikal.24
2.12. Gambaran klinis gingiva normal
Gambaran klinis gingiva sangat diperlukan sebagai dasar untuk mengetahui
perubahan patologis yang terjadi pada gingiva yang terjangkit penyakit. Gingiva
merupakan jaringan periodonsium yang paling umum digunakan dalam mengukur
tingkatan suatu penyakit periodonsium karena gingiva merupakan jaringan terluar
yang paling rentan berkontak langsung dengan faktor- faktor yang menyebabkan
penyakit misalnya plak, kalkulus, dan faktor lainnya.22
Untuk mengetahui adanya suatu kelainan pada jaringan periodonsium dapat
diketahui dari perubahan yang terjadi pada gingiva, perubahan ini diantaranya seperti
perubahan pada warna gingiva, besar gingiva, kontur gingiva, konsistensi, tekstur,
hingga kecenderungan perdarahan pada saat dilakukan palpasi maupun probing pada
soket gingiva. Untuk menentukan gambaran klinis dari gingiva yang sehat dapat
dilakukan dengan melihat beberapa bagian pada gingiva, diantaranya yaitu22,24,25 :
50
1. Warna gingiva
Warna gingiva normal umumnya merah jambu (pink coral). Hal ini disebabkan
oleh adanya pasokan darah, tebal, dan derajat lapisan keratin epitelium serta sel- sel
pigmen. Warna ini bervariasi untuk setiap orang dan erat hubungannya dengan
pigmentasi kutaneous. Pigmentasi pada gingiva biasanya terjadi pada individu
berkulit gelap. Pigmentasi pada gingiva cekat berkisar dari cokelat sampai hitam.
Warna pigmentasi pada mukosa alveolar lebih merah karena mukosa alveolar tidak
mempunyai lapisan keratin dan epitelnya tipis.
2. Besar gingiva
Besar gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler dan pasokan
darah. Ukuran dari gingiva menunjukkan jumlah total dari elemen seluler dan
intraseluler yang dimiliki serta suplai vaskularnya. Ketebalan dari gingiva rata- rata
sekitar 0,25- 0,5 mm. Apabila terdapat perubahan pada ukuran dari gingiva maka
menunjukkan adanya penyakit periodontal.
3. Kontur gingiva
Kontur dan besar gingiva sangat bervariasi, hal ini terjadi karena kontur gingiva
melekat pada permukaan gigi individu sehingga bentuknya tergantung pada bentuk
dan kesejajaran dalam lengkung gigi, lokasi, dan bentuk pada daerah kontak
promksimal serta luas embrasure gingiva sebelah fasial dan lingual. Selain itu,
kontur gingiva juga tergantung dari kontur sementoenamel junction gigi.
4. Konsistensi
Konsistensi pada gingiva normal adalah padat dan kenyal serta melekat erat pada
tulang alveolar. Adanya kepadatan pada bagian gingiva disebabkan oleh berbagai
hal, diantaranya karena didukung oleh adanya susunan lamina propia secara alami
51
52
Permukaan luar dari epitel ini ditutupi oleh keratin. Epitelium ini terdiri atas stratum
korneum, stratum granulosum, stanum spinosum, dan stratum basale. Epitelium
memiliki bagian yang menonjol ke bagian jaringan pengikat yang disebut papila,
dengan adanya jaringan pengikat ini maka bagian epitelium yang tidak mempunyai
sistem pembuluh darah dapat memperoleh pasokan darah yang lebih banyak dari
jaringan pengikat yang ada di bawahnya.22
Sel- sel lain yang terdapat dalam epitelium adalah limfosit, kadang- kadang
dijumpai sel plasma dari leukosit polimorfonuklear. Selain itu terdapat sel- sel
dendrit seperti sel langerhans dan melanosit. Melanosit akan membentuk granulo
melanin yang dikirim ke sel basal sehingga mengakibatkan sel basal mengalami
pigmentasi.22
Jaringan pengikat gingiva merupakan jaringan pengikat padat yang terdiri atas
serat kolagen dan sedikit serat elastik. Serat- serat retikuler beramifikiasi diantara
serat kolagen dan meneruskan diri dengan retikular pada dinding pembuluh darah.
Lapisan lamina propianya akan langsung melekat pada periosteum tulang alveolar.23
Seperti halnya gingiva, bagian luar marginal gingiva terdiri atas tratified
epithelium yang mengandung keratin, parakeratin, serta dijumpai adanya rete pegs.
Permukaan luar epitelium ini akan melanjutkan diri dengan epitelium gingiva cekat
sedangkan pada bagian dalamnya tidak mengandung keratin.23
Marginal gingiva membentuk dinding jaringan lunak sulkus gingiva dan
terhubung dengan gigi pada dasar sulkus melalui epithelial attachment. Epitelium
pada sulkus gingiva tidak mengandung keratin serta tidak sampai ke batas koronal
epitelial
attachment.
Epitelium
ini
sifatnya
permeabel
sehingga
produk
53
sebagai
gingivitis maupun
periodontitis yang terjadi sebagai akibat adanya plak, bakteri, atau kalkulus pada
supragingiva. Pada umumnya penyakit periodontal bermula sebagai gingivitis dan
hanya pada beberapa individu akan berlanjut menjadi periodontitis.23
Penyakit periodontal pada anak- anak dan remaja dapat terbatas pada jaringan
gingiva atau berupa rusaknya jaringan periodonsium dan dalam beberapa kasus dapat
menyebabkan hilangnya gigi. Gingivitis merupakan kejadian umum pada anak- anak
yang berusia 5 tahun, terutama terjadi sekitar usia remaja yang mempengaruhi lebih
dari 80% anak muda sementara populasi tersebut hampir seluruhnya mempunyai
pengalaman gingivitis.21
Periodontitis biasanya disertai dengan gingivitis dan mengakibatkan kerusakan
ireversibel pada jaringan pendukung di sekitar gigi termasuk tulang alveolar, bentuk
parahnya seperti agresif periodontitis yang menyebabkan kerusakan periodonsium
selama masa kanak- kanak. Penyakit periodontal terjadi pada usia berapapun dan
54
prosesnya terjadi secara lambat. Tahap awal umumnya terjadi pada usia remaja, oleh
sebab itu sangat penting untuk mengenali masalah periodontal serta memperhatikan
kesehatan gigi dan mulut anak untuk mencapai keadaan mulut yang sehat dimasa
dewasa. Ada berbagai macam bentuk penyakit jaringan periodonsium yang dapat
ditemukan pada anak- anak, diantaranya yaitu12,21,23,26 :
1. Gingivitis Kronis
Gingivitis kronis adalah infeksi periodontal yang paling umum pada anak- anak
dan remaja. Gingivitis kronis dapat disebabkan oleh induksi plak, hormon steroid
terkait gingivitis, obat berlebih yang dapat mempengaruhi keadaan pada gingiva,
serta beberapa faktor lainnya. Temuan awal klinis pada gingivitis mencakup
kemerahan dan pembengkakan pada bagian marginal gingiva dan biasanya
mengalami perdarahan. Setelah dilakukan pemeriksaan, kondisi tersebut terus
berlangsung dan jaringan yang awalnya edematous dapat menjadi lebih fibrois.
Kedalaman probing dapat terjadi dan betambah jika hipertrofi atau hiperplasia terjadi
secara signifikan.
Ada banyak klasifikasi gingivitis kronis pada anak- anak yang saat ini
digunakan, diantaranya yaitu gingivitis marginalis kronis yaitu peradangan gusi pada
daerah margin gingiva, eruption gingivitis yang merupakan gingivitis pada sekitar
gigi yang sedang erupsi, selain itu ada juga gingivitis yang terjadi karena karies dan
loose teeth, gingivitis karena maloklusi dan malposisi, gingivitis karena alergi, serta
gingivitis yang terjadi karena resesi gusi akibat sikat gigi dan alat ortodontik.
2. Agresif Periodontitis
Gambaran utama dari agresif periodontitis adalah hilangnya perlekatan gingiva
yang cepat dan kehilangan tulang secara agresif. Agrsif periodontitis dapat berupa
55
kronis
merupakan
penyakit
peradangan
pada
jaringan
periodonsium yang disebabkan terutama oleh bakteri spesifik pada subgingiva yang
dapat menimbulkan respon inflamasi gingiva dan berlanjut ke struktur jaringan
penyangga gigi yaitu sementum, ligamentum periodontal, dan tulang alveolar.
Keadaan ini mengakibatkan hilangnya perlekatan gingiva, kerusakan tulang alveolar
yang dalam, terjadi pembentukan poket periodontal, dan kegoyangan gigi yang
mengakibatkan tanggalnya gigi.
Periodontitis kronis paling umum terjadi pada orang dewasa namun tidak
menutup kemungkinan terjadi pada anak- anak dan remaja. Hal ini dapat berupa
56
localized yaitu kurang dari 30% dari gigi yang terkena ataupun generalized yaitu
lebih besar dari 30% gigi yang terkena dan ditandai oleh laju perkembangan dari
lambat sampai sedang yang mungkin termasuk periode kehancuran tulang alveolar
yang cepat. Selain itu, tingkat keparahan penyakit dapat bersifat ringan yaitu 1-2 mm
kehilangan perlekatan klinis, sedang apabila 3-4 mm kehilangan perlekatan klinis,
dan berat bila lebih 5 mm kehilangan perlekatan serta keadaan klinis tampak parah.
4. Periodontitis sebagai manifestasi penyakit sistemik
Periodontitis sebagai manifestasi penyakit sistemik dapat mempengaruhi
penderita diabetes melitus yang bergantung pada hormon insulin (Insulin Dependent
Mellitus/IDDM), sindrom papillon, Hypophosphatasia, Neuropenia, Sindrom
Chediak-Higashi, Leukimia, Hystiocytosis X, Acrodynia, Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS), Sindrom Down, dan defisiensi adhesi leukosit. Area subgingival
terdapat bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans dan Capnocytophaga sp.
Pada anak- anak yang menderita AIDS dapat terserang dalam bentuk Acute
Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG) namun tidak ada laporan pasien anak prepubertal yang menderita AIDS dengan kehilangan tulang alveolar.
Periodontitis sebagai manifestasi penyakit sistemik pada anak adalah penyakit
langka yang sering dimulai antara waktu gigi primer erupsi sampai dengan usia 4
atau 5 tahun. Periodontitis terjadi dalam bentuk localized dan generalized. Dalam
bentuk localized bagian yang terkena menunjukkan kehilangan tulang yang cepat dan
inflamasi minimal pada gingiva, sedangkan dalam bentuk generalized ada
kehilangan tulang yang cepat sekitar hampir semua gigi dan ditandai dengan
inflamasi
57
58
penyakit periodontitis seperti bakteri gram negatif. Beberapa bakteri gram negatif
yang terdapat pada periodontitis yaitu Actinobacillus actinomycetemcomitans,
Prophyromonas gingivalis, dan Bacteroides forsythus.12
Faktor penyabab penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor
lokal (eksintrik) dan faktor sistemik (insintrik). Faktor lokal merupakan faktor
penyebab yang berada di lingkungan sekitar gigi sedangkan faktor sistemik
dihubungkan dengan metabolisme dan kesehatan umum. Kerusakan tulang dalam
penyakit periodontal disebabkan oleh faktor lokal yaitu inflamasi gingiva dan trauma
dari oklusi atau gabungan keduanya. Kerusakan yang disebabkan oleh inflamasi
gingiva mengakibatkan pengurangan ketinggian tulang alveolar, sedangkan trauma
dari oklusi menyebabkan hilangnya tulang alveolar pada sisi permukaan akar.23
59
60
pernafasan, bibir, rahang, dan juga karena kebiasaan membuka mulut terlalu lama,
hal ini juga terjadi pada penderita pilek dan beberapa anak dengan gigi depan atas
protrusi sehingga mengalami kesulitan menutup bibir. Semua keadaan tersebut
menyebabkan visikositas (kekentalan) saliva dan akan bertambah pada permukaan
gingiva maupun permukaan gigi, aliran saliva menjadi berkurang, populasi bakteri
bertambah banyak, lidah dan palatum menjadi kering dan akhirnya memudahkan
terjadinya penyakit periodonsium.
5. Sifat fisik makanan
Sifat fisik makanan merupakan hal yang penting karena makanan yang bersifat
lunak seperti bubur atau campuran semiliquid membutuhkan sedikit pengunyahan
dan menyababkan debris mudah melekat disekitar gigi dan bisa berfungsi sebagai
sarang bakteri serta memudahkan pembentukan kalkulus. Makanan yang mempunyai
tekstur keras dan kaku dapat menjadi massa yang sangat lengket bila bercampur
dengan saliva. Makanan yang demikian tidak dikunyah secara biasa melainkan
dikulum di dalam mulut sampai lunak dan bercampur dengan saliva atau makanan
cair. Makanan yang baik untuk gigi adalah yang mempunyai sifat self cleansing dan
berserat, yaitu makanan yang dapat membersihkan gigi dan jaringan mulut secara
lebih efektif misalnya sayuran mentah yang segar, buah- buahan, dan ikan yang
sifatnya tidak melekat pada permukaan gigi.
6. Iatrogenik dentistry
Iatrogenik dentistry merupakan iritasi yang ditimbulkan karena pekerjaan dokter
gigi yang tidak hati- hati dan teliti sewaktu melakukan perawatan pada gigi dan
jaringan sekitarnya sehingga mengakibatkan kerusakan pada jaringan sekitar gigi
misalnya ketika melakukan preparasi klas II amalgam, preparasi bagian proksimal,
61
dan juga kesalahan pemasangan alat fungsional seperti space maintainer, hal- hal
tersebut dapat menyababkan kerusakan jaringan periodontal bila tidak berhati- hati
dalam pengerjaannya. Adaptasi atau kontak yang salah juga dapat menyababkan
terjadi penyakit periodontal. Penyingkiran kalkulus baik menggunakan alat manual
maupun eletrik juga harus berhati- hati karena dapat menimbulkan kerusakan
jaringan gingiva.
7. Trauma dari oklusi
Trauma dari oklusi dapat menyebabkan kerusakan jaringan periodonsium.
Tekanan oklusal yang menyebabkan kerusakan jaringan disebut traumatik oklusi.
Trauma dari oklusi dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu perubahan tekanan
oklusal misalnya adanya gigi yang elongasi, pencabutan gigi yang tidak diganti,
kebiasaan buruk seperti bruxism, dan berkurangnya kapasitas periodonsium untuk
menahan tekanan oklusi serta kombinasi keduanya.
2.15.2. Faktor sistemik
Respon jaringan terhadap bakteri, rangsangan kimia, serta fisik dapat diperberat
oleh keadaan sistemik. Metabolisme jaringan membutuhkan mineral- mineral seperti
hormon, vitamin, nutrisi, dan oksigen. Bila keseimbangan material ini terganggu
maka dapat mengakibatkan gangguan lokal yang berat. Gangguan keseimbangan
dapat berupa kurangnya materi yang dibutuhkan oleh sel- sel untuk penyembuhan.
Adanya gangguan keseimbangan tersebut dapat memperberat atau menyebabkan
kerusakan jaringan periodontal. Adapun beberapa faktor sistemik yang berperan
dalam menyebabkan penyakit pada jaringan periodonsium yaitu12,23 :
62
1. Demam tinggi
Pada anak- anak sering terjadi penyakit periodontal selama menderita demam
tinggi misalnya disebabkan oleh influenza atau batuk yang parah, hal ini karena anak
yang sakit tidak dapat membersihkan rongga mulutnya secara optimal dan makanan
yang diberikan biasanya berbentuk cair. Pada keadaan ini saliva serta debris
berkumpul pada mulut dan menyebabkan mudahnya terbentuk plak yang
menyebabkan terjadinya penyakit periodontal.
2. Defisiensi vitamin
Diantara banyak penyakit, vitamin C sangat berpengaruh pada jaringan
periodontal karena fungsinya dalam pembentukan serat jaringan ikat. Defisiensi
vitamin C sebenarnya tidak menyebabkan penyakit periodontal tetapi adanya iritasi
lokal menyebabkan jaringan kurang dapat mempertahankan kesehatan jaringan
tersebut sehingga terjadi reaksi inflamasi.
3. Drugs atau obat- obatan
Obat- obatan dapat menyebabkan hiperplasia, hal ini sering terjadi pada anakanak yang menderita epilepsi yang mengkonsumsi obat anti kejang, yaitu phenytoin
(dilatin). Dilatin bukan penyabab langsung penyakit jaringan periodontal akan tetapi
hiperplasia gingiva memudahkan terjadinya penyakit bila dikonsumsi secara rutin
dan dalam waktu yang lama.
4. Hormonal
Faktor hormonal dapat menyebabkan penyakit periodontal, hal ini kebanyakan
ditemukan pada wanita dibanding pria. Pada wanita hamil, gusi menjadi lebih sensitif
disebabkan oleh fluktuasi kadar hormon yang meningkatkan aliran darah ke gusi.
63
Selain itu, peningkatan hormon estrogen dan progesteron selama masa remaja dapat
memperparah inflamasi margin gingiva bila ada faktor lokal seperti plak yang
menjadi pemicu timbulnya penyakit periodontal.
2.16. Pengaruh alat fungsional terhadap kesehatan gingiva
Perawatan dengan alat fungsional umumnya dilakukan selama masa anak- anak.
Klinisi membagi opini mengenai hubungan perawatan alat fungsional dengan kondisi
periodontal. Beberapa peneliti menyatakan tidak terdapat kerusakan periodontal
permanen akibat dari perawatan piranti dengan alat yang dipasang secara cekat,
sedangkan peneliti lain meyakini perawatan dengan alat fungsional kemungkinan
menyebabkan kerusakan periodontal pada tahap gingivitis kronis. Hubungan antara
perawatan dan penyakit periodontal mungkin terjadi jika komponen alat memberi
kontribusi pada akumulasi plak dan kesulitan pembersihan plak subgingiva.19
Pada penderita gingivitis yang menggunakan piranti cekat sangat penting untuk
menjaga dan meningkatkan kebersihan gigi dan mulut, mengingat komponenkomponen piranti yang melekat pada gigi memudahkan terbentuknya akumulasi plak
pada daerah tersebut. Adanya bakteri dalam rongga mulut merupakan flora normal
dalam keadaan seimbang pada pasien yang tidak menggunakan alat fungsional,
namun pada pasien pemakai piranti cekat keadaannya menjadi berbeda. Alat-alat
yang terdapat dalam rongga mulut, seperti band, loop, archwire, dan plat akrilik
menyebabkan bakteri lebih mudah berkembang biak. Bakteri akan bertambah banyak
apabila penderita kurang merawat kebersihan gigi dan mulut, selain itu tekanan pada
gigi ke arah apikal dapat mengakibatkan dislokasi plak supragingiva dan
meningkatkan resiko penyakit periodontal.4
64
65
margin gingiva. Skor keempat area selanjutnya dijumlahkan dan dibagi empat, dan
akan menjadi skor gingival untuk gigi yang bersangkutan. Dengan menjumlahkan
seluruh skor gigi dan dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa maka akan didapat
skor gingival indeks seseorang. Untuk lebih mempermudah penilaian, Loe and
Sillness membagi kriteria penilaian gingivitis berdasarkan skor. Adapun kriteria
penilaian indeks gingiva menurut Loe and Silness yaitu5 :
Skor 0
Skor 1
Skor 2
Skor 3
66
Skor 2
Skor 3
Skor 4
67
dianggap dapat mewakili keseluruhan gigi dalam rongga mulut. Keenam gigi
tersebut yaitu gigi 16, 21, 24, 36, 41, dan 44. Jika salah satu gigi indeks tersebut
tidak ada, misalnya pada anak- anak yang gigi premolarnya belum erupsi maka
dilakukan penggantian dengan cara menentukan gigi tetangga yang lebih ke distal.5
Periontal Disease Index menilai gingivitis dan hilangnya perlekatan jaringan
periodonsium, masing- masing dikategorikan dalam tiga tingkatan. Untuk
periodontitis dengan skor 4, 5, dan 6 tidak ditentukan dengan mengukur kedalaman
poket tetapi yang diukur adalah hilangnya perlekatan dari pertautan sementoemail
hingga ke dasar poket. Periodontal Disease Index seseorang adalah jumlah seluruh
skor gigi dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa. Ada dua aspek pada pengukuran
ini yang sering digunakan yaitu pemilihan gigi indeks menurut Ramfjord dan
pengukuran hilangnya perlekatan serat periodontal. Adapun kriteria dari PDI yaitu5 :
Skor
0
Kondisi gingiva
1
3
ulserasi
Kondisi periodontal
4
68
69
70
71
dari penelitian gigi telah menemukan solusi pembilasan yang akan menghambat
pembentukan plak. Dengan diperkenalkannya chlorhexidine oleh Davies, agen
kemoterapi topikal tersedia menjadi pengendalian plak secara kimia. Penggunaan
Chlorhexidine harus dilakukan hanya dalam jangka waktu yang singkat.
7. Profesional care
Pasien tidak dapat meningkatkan kebersihan mulutnya apabila persyaratan untuk
kebersihan yang baik tidak diciptakan. Profesional care seperti penghapusan
kalkulus, deposit plak, stain, serta root planing penting untuk dilakukan. Untuk
debridement supragingiva dapat digunakan instrumen seperti scaler dengan berbagai
macam blade. Kuret juga harus digunakan selama prosedur, terutama di daerah
bicuspid gigi molar dan saat pengangkatan kalkulus pada bagian sub gingiva. Setelah
pengangkatan kalkulus, selanjutnya dilakukan tindakan pemolesan menggunakan
pasta profilaksis. Poles dari bagian mahkota hingga permukaan gingiva, lakukan
dengan hati- hati dan bagian sulkus gingiva harus terkena menyeluruh saat diirigasi.
72
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka konsep penelitian
Spece Maintainer
SM Cekat
Faktor Lokal
Faktor Sistemik
Faktor Primer
Faktor Sekunder
Plak Bakteri
Bad Habbit
Debris
SM Lepasan
Kalkulus
Iatrogenik
73
BAB IV
METODE PENELITIAN
: Lapangan
b. Waktu penelitian
: Transversal
c. Substansi
: Dasar
: Analitik
e. Perlakuan
: Observasional
74
75
76
peneliti
melihat
terdapat
atau
tidaknya
kelainan
jaringan
77
78
Skor
Sehat
Peradangan ringan
0,1- 1,0
Peradangan sedang
1,1- 2,0
Peradangan berat
2,1- 3,0
79
Handskun
2.
Masker
3.
4.
Kaca mulut
5.
Gelas kumur
6.
Senter
7.
Alat tulis
8.
Informed consent
9.
Kuesioner
Provine iodine
2.
Air
3.
Tissue
4.
Alkohol 70%
5.
Tampon
80
81
BAB V
HASIL PENELITIAN
82
33.3
66.7
5
12
7
3
18.5
44.4
25.9
11.1
12
15
44.4
55.6
22
5
81.5
18.5
19
8
70.3
29.7
9
3
15
33.3
11.1
55.6
4
8
15
0
27
14.8
29.6
55.6
0
100
83
cekat dan 15 sampel (55.6%) yang menggunakan space maintainer lepasan. Sebanyak
5 orang (18.5%) dari 27 sampel telah menggunakan space maintainer lebih dari satu
tahun. Dari total keseluruhan pasien terdapat 8 orang (29.7%) yang sering melepas
alat space maintainernya, sementara 19 orang lainnya rutin menggunakan alat
tersebut. Selain itu, berdasarkan letak space maintainer kebanyakan dalam posisi
bilateral, adapun yang letaknya unilateral kiri ada 9 orang dan unilateral kanan hanya
sebanyak 3 orang. Berdasarkan kategori jaringan gingiva, paling banyak sampel
memiliki kondisi gingiva dengan peradangan sedang, yaitu sebanyak 15 orang
(55.6%).
Tabel 5.2. Distribusi jenis kelamin, usia, jenis space maintainer, dan lama
pemakaian space maintainer berdasarkan jenis space maintainernya.
Jenis Kelamin, Usia, dan Lama
Pemakaian Space Maintainer
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia
7 tahun
8 tahun
9 tahun
10 tahun
Lama Pemakaian Space Maintainer
< 1 tahun
1 2 tahun
Kondisi Jaringan Gingiva
Sehat
Peradangan ringan
Peradangan sedang
Peradangan berat
Total
Total
n(%)
5 (41.7%)
7 (58.3%)
4 (26.7%)
11 (73.3%)
9 (33.3%)
18 (66.7%)
3 (25%)
4 (33.3%)
4 (33.3%)
1 (8.3%)
2 (13.3%)
8 (53.3%)
3 (20%)
2 (13.3%)
5 (18.5%)
12 (44.4%)
7 (25.9%)
3 (11.1%)
8 (66.7%)
4 (33.3%)
14 (93.3%)
1 (6.7%)
22 (81.5%)
5 (18.5%)
0 (0%)
3 (25%)
9 (75%)
0 (0%)
12 (44.4%)
4 (26.7%)
5 (33.3%)
6 (40%)
0 (0%)
15 (55.6%)
4 (14.8%)
8 (29.6%)
15 (55.6%)
0 (0%)
27 (100%)
Tabel 5.2, memperlihatkan distribusi jenis kelamin, usia, jenis space maintainer,
dan lama pemakaian space maintainer berdasarkan jenis space maintainernya. Hasil
84
Total
n(%)
5 (41.7%)
6 (50%)
1 (8.3%)
9 (60%)
4 (26.7%)
2 (13.3%)
14 (51.9%)
10 (37%)
3 (11.1%)
4 (33.3%)
8 (66.7%)
0 (0%)
8 (53.3%)
5 (33.3%)
2 (13.3%)
12 (44.4%)
13 (48.1%)
2 (7.4%)
3 (25%)
9 (75%)
0 (0%)
9 (60%)
6 (40%)
0 (0%)
12 (44.4%)
15 (55.6%)
0 (0%)
7 (58.3%)
5 (41.7%)
0 (0%)
6 (40%)
6 (40%)
3 (20%)
13 (48.1%)
11 (40.7%)
3 (11.1%)
85
1 (8.3%)
9 (75%)
2 (16.7%)
0 (0%)
14 (93.3%)
1 (6.7%)
1 (3.7%)
23 (85.2%)
3 (11.1%)
1 (8.3%)
11 (91.7%)
0 (0%)
12 (44.4%)
8 (53.3%)
6 (40%)
1 (6.7%)
15 (55.6%)
9 (33.3%)
17 (63%)
1 (3.7%)
27 (100%)
86
Tabel 5.4. Distribusi perawatan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan sampel
selama pemakaian space maintainer berdasarkan jenis space maintainernya.
Total
n(%)
3 (25%)
8 (66.7%)
1 (8.3%)
3 (20%)
8 (53.3%)
4 (26.7%)
6 (22.2%)
16 (59.3%)
5 (18.5%)
5 (41.7%)
6 (50%)
1 (8.3%)
9 (60%)
4 (26.7%)
2 (13.3%)
14 (51.9%)
10 (37%)
3 (11.1%)
8 (66.7%)
4 (33.3%)
0 (0%)
7 (46.7%)
6 (40%)
2 (13.3%)
15 (55.6%)
10 (37%)
2 (7.4%)
6 (50%)
6 (50%)
0 (0%)
12 (44.4%)
5 (33.3%)
7 (46.7%)
3 (20%)
15 (55.6%)
11 (40.7%)
13 (48.2%)
3 (11.1%)
27 (100%)
Tabel 5.4, menunjukkan distribusi perawatan kesehatan gigi dan mulut yang
dilakukan sampel selama pemakaian space maintainer berdasarkan jenis space
maintainernya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa baik pada kelompok space
maintainer cekat dan lepasan, keduanya memiliki jumlah sampel yang mayoritas
87
menyikat gigi dua kali sehari. Namun, hanya 50% sampel pada kelompok cekat yang
kadang-kadang menyikat di daerah space maintainer dan pada kelompok alat
lepasan, 60% total sampel tidak pernah menyikat di daerah alat tersebut. Mayoritas
sampel pada kedua kelompok alat juga tidak pernah membersihkan karang gigi
setelah pemakaian space maintainer. Walaupun demikian, kedua kelompok memiliki
jumlah sampel terbanyak yang kadang-kadang melakukan kunjungan ke dokter gigi.
Tabel 5.5. Distribusi keluhan yang dialami sampel selama pemakaian space maintainer
berdasarkan kondisi jaringan gingivanya
Keluhan yang Dialami Selama Pemakaian
Space Maintainer (SM)
Rasa sakit atau ngilu saat mengunyah
Tidak pernah
Kadang-kadang
Sering
Gusi memerah / berdarah saat sikat gigi
Tidak pernah
Kadang-kadang
Sering
Gusi bengkak setelah menggunakan SM
Tidak pernah
Kadang-kadang
Sering
Kesulitan mengunyah saat menggunakan SM
Tidak pernah
Kadang-kadang
Sering
Mengunyah menggunakan sisi yang terdapat SM
Tidak pernah
Kadang-kadang
Sering
Makanan sering tersangkut pada alat SM
Tidak pernah
Kadang-kadang
Sering
Total
Total
n(%)
4 (100%)
0 (0%)
0 (0%)
5 (62.5%)
3 (37.5%)
0 (0%)
5 (33.3%)
7 (46.7%)
3 (20%)
14 (51.9%)
10 (37%)
3 (11.1%)
4 (100%)
0 (0%)
0 (0%)
4 (50%)
4 (50%)
0 (0%)
4 (26.7%)
9 (60%)
2 (13.3%)
12 (44.4%)
13 (48.1%)
2 (7.4%)
3 (75%)
1 (25%)
0 (0%)
2 (25%)
6 (75%)
0 (0%)
7 (46.7%)
8 (53.3%)
0 (0%)
12 (44.4%)
15 (55.6%)
0 (0%)
1 (25%)
2 (50%)
1 (25%)
5 (62.5%)
2 (25%)
1 (12.5%)
7 (46.7%)
7 (46.7%)
1 (6.7%)
13 (48.1%)
11 (40.7%)
3 (11.1%)
0 (0%)
4 (100%)
0 (0%)
0 (0%)
6 (75%)
2 (25%)
0 (0%)
13 (86.7%)
1 (6.7%)
1 (3.7%)
23 (85.2%)
3 (11.1%)
3 (75%)
1 (25%)
0 (0%)
4 (14.8%)
2 (25%)
5 (62.5%)
1 (12.5%)
8 (29.6%)
4 (26.7%)
11 (73.3%)
0 (0%)
15 (55.6%)
9 (33.3%)
17 (63%)
1 (3.7%)
27 (100%)
88
Tabel 5.6. Distribusi perawatan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan sampel selama pemakaian
space maintainer berdasarkan kondisi peradangan jaringan gingiva
Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut Selama
Pemakaian Space Maintainer (SM)
Frekuensi menyikat gigi dalam sehari
Satu kali
Dua kali
Tiga kali
Menyikat daerah di sekitar SM
Tidak pernah
Kadang-kadang
Sering
Total
n(%)
0 (0%)
3 (75%)
1 (25%)
0 (0%)
4 (50%)
4 (50%)
6 (40%)
9 (60%)
0 (0%)
6 (22.2%)
16 (59.3%)
5 (18.5%)
3 (75%)
1 (25%)
0 (0%)
3 (37.5%)
4 (50%)
1 (12.5%)
8 (53.3%)
5 (33.3%)
2 (13.3%)
14 (51.9%)
10 (37%)
3 (11.1%)
89
2 (50%)
2 (50%)
0 (0%)
2 (25%)
4 (50%)
2 (25%)
11 (73.3%)
4 (26.7%)
0 (0%)
15 (55.6%)
10 (37%)
2 (7.4%)
0 (0%)
3 (75%)
1 (25%)
4 (14.8%)
3 (37.5%)
4 (50%)
1 (12.5%)
8 (29.6%)
8 (53.3%)
6 (40%)
1 (6.7%)
15 (55.6%)
11 (40.7%)
13 (48.1%)
3 (11.1%)
27 (100%)
Tabel 5.6, memperlihatkan distribusi perawatan kesehatan gigi dan mulut yang
dilakukan sampel selama pemakaian space maintainer berdasarkan kondisi
peradangan jaringan gingiva. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sampel yang
menyikat gigi tiga kali sehari tidak mengalami peradangan jaringan gingiva derajat
sedang. Selain itu, sampel yang tidak pernah menyikat di daerah sekitar space
maintainer cenderung mengalami peradangan gingiva hingga derajat sedang dan
hanya 13.3% sampel yang sering menyikat daerah di sekitar space maintainer yang
mengalami peradangan sedang. Setelah pemakaian space maintainer, sampel yang
sering membersihkan karang giginya tidak ada yang mengalami peradangan gingiva
derajat sedang, sedangkan yang tidak pernah membersihkan karang gigi mengalami
peradangan gingiva sedang hingga 73.3% dari total sampel. Adapun kelompok
sampel yang sering ke dokter gigi setelah pemakaian space maintainer hanya 6.7%
sampel yang mengalami kondisi peradangan gingiva derajat sedang, sebaliknya
sebanyak 53.3% atau delapan orang dari 15 orang yang mengalami kondisi
peradangan gingiva sedang tidak pernah melakukan kunjungan ke dokter gigi setelah
pemakaian space maintainer.
90
n (%)
Nilai GI
Mean SD
9 (33.3%)
18 (66.7%)
1.33 0.866
1.44 0.705
5 (18.5%)
12 (44.4%)
7 (25.9%)
3 (11.1%)
2.00 0.00
1.42 0.669
1.00 0.816
1.33 1.15
22 (81.5%)
5 (18.5%)
27 (100%)
1.27 0.767
2.00 0.00
1.41 0.747
91
Pemakaian Space
Maintainer (SM)
SM Cekat
1.75 0.452a
SM Lepasan
1.13 0.834a
Mean SD
Selisih (Mean
Difference)
95% CI
(Min Max)
p-value
0.617
0.095 - 1.138
0.041*
Uji normalitas data: Shapiro-Wilk test; p<0.05; distribusi data tidak normal
*Mann Whitney U test: p<0.05; significant
Tabel
5.8,
memperlihatkan
perbedaan
keadaan
jaringan
periodonsium
berdasarkan nilai gingival indeks (GI) antara pengguna space maintainer cekat dan
lepasan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, semakin tinggi nilai GI, maka
kondisi peradangan jaringan gingiva semakin parah. Hasil penelitian memperlihatkan
bahwa nilai GI kelompok sampel yang menggunakan space maintainer cekat lebih
tinggi daripada yang menggunakan space maintainer lepasan. Terlihat nilai GI
pengguna space maintainer cekat mencapai 1.75, sedangkan space maintainer
lepasan hanya 1.13. Terdapat selisih sebesar 0.617. Hal ini menunjukkan bahwa
keadaan jaringan periodonsium space maintainer cekat lebih buruk daripada
pengguna space maintainer lepasan.
Hasil penelitian juga memperlihatkan rentang nilai 95% confidence interval (CI)
yaitu sebesar 0.095 1.138. Rentang nilai positif menunjukkan bahwa nilai GI
pengguna space maintainer cekat lebih besar daripada lepasan. Selain itu, rentang
tersebut juga berarti bahwa bila pengukuran dilakukan pada populasi, akan terdapat
selisih atau perbedaan antara pengguna space maintainer cekat dan lepasan sebesar
0.095 hingga 1.138. Dengan demikian, menurut hasil penelitian, setiap saat nilai GI
pengguna cekat akan lebih tinggi daripada lepasan dengan perbedaan nilai berkisar
92
0.095 hingga 1.138. Hal ini juga didukung dengan hasil uji statistik, Mann Whitney
U test, yang menunjukkan nilai p:0.041 (p<0.05), yang berarti bahwa terdapat
perbedaan keadaan jaringan periodonsium yang signifikan antara pengguna space
maintainer cekat dan lepasan berdasarkan nilai GI. Penelitian ini menggunakan uji
non-parametrik karena syarat uji parametrik (independent sample t-test) tidak
terpenuhi dalam penelitian ini, yaitu distribusi data tidak normal pada kedua
kelompok data.
93
BAB VI
PEMBAHASAN
Tabel 5.1, Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin, usia, jenis space
maintainer, lama penggunaan space maintainer, rutinitas pemakaian space
maintainer, letak space maintainer dan kondisi jaringan gingiva. Secara keseluruhan,
jumlah sampel yang menggunakan space maintainer cekat dan lepasan berjumlah 27
orang dengan jumlah perempuan mencapai 18 orang (66.7%) dan laki-laki mencapai 9
orang (33.3%). Berdasarkan usia, jumlah sampel yang paling banyak berusia 8 tahun,
yaitu sejumlah 12 orang (44.4%), sedangkan jumlah sampel yang paling sedikit
berusia 10 tahun. Pada usia 8 tahun merupakan usia optimal pemasangan space
maintainer pada anak karena pada usia ini kebanyakan terjadi premature lose dan
sangat diindikasikan untuk mempertahankan lengkung ruang yang ada agar
pergerakan gigi molar pertama permanen tidak bergerak ke mesial dan memperkecil
ruang yang diperlukan untuk erupsi gigi premolar yang akan erupsi, untuk itu
pemasangan space maintainer harus dilaksanakan segera sebelum gigi premolar
permanen erupsi.6
Dalam penelitian ini sampel yang menggunakan space maintainer cekat
berjumlah 12 orang (44.4%), sedangkan yang menggunakan space maintainer lepasan
sebanyak 15 orang (55.6%). Dari total keseluruhan pasien terdapat 8 orang (29.7%)
yang sering melepas alat space maintainernya, sementara 19 orang lainnya rutin
menggunakan alat tersebut. Dari observasi yang dilakukan, pasien yang sering
94
melepas alat space maintainernya mempunyai masalah terhadap kondisi alat space
maintainer di dalam mulut, beberapa diantaranya yaitu alat yang tidak terpasang
dengan baik pada posisinya sehingga terasa longgar saat mengunyah makanan,
sebaiknya dalam mendesain space maintainer perlu diperhatikan beberapa faktor.
Pada space maintainer lepasan sebaiknya perhatikan ketepatan kontak antara basis
gigi tiruan dengan mukosa mulut, perlu diperhatikan juga kondisi jaringan lunak dan
tulang alveolar yang mendukung alat space maintainer saat berfungsi, apabila retensi
dan stabilitas space maintainer dirasa kurang sebaiknya diberi perluasan sayap lingual
dibagian posterior ke arah retromylohyoid sehingga dihasilkan retensi yang baik.
Selain itu, letak klamer retainer pada gigi yang dijadikan abutment harus pada posisi
yang benar agar tidak terjadi rotasi, dan tekanan kunyah bisa disalurkan secara merata
ke seluruh area space maintainer agar tidak memberi tekanan berlebih pada jaringan
dibawahnya. Pada space maintainer cekat, ada dua komponen yang perlu
diperhatikan, yaitu band dan loop. Sebaiknya ukuran diameter molar band harus
seimbang dengan besarnya diameter gigi molar yang menjadi abutment, hal ini
dilakukan untuk menghindari penggunaan dental cement berlebih yang lama
kelamaan cenderung mudah larut dan mengakibatkan retensi menjadi tidak stabil.
Selain itu, letak loop sebaiknya berada diatas sepertiga tengah band dan tidak
menyentuh jaringan lunak, kemudian ujung dari loop harus bersandar dengan baik
pada bagian distal gigi tetangga.16 Alasan lain space maintainer jarang digunakan
yaitu karena anak merasa tidak nyaman memakai space maintainer karena belum
terbiasa dan cenderung malas menggunakan alat tersebut, jika terjadi hal seperti ini
yang harus dilakukan yaitu meberi motivasi pada anak dan orangtuanya dan
95
96
menurut etiologi disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor primer dan faktor sekunder.
Faktor primer merupakan iritasi bakteri pada plak dan faktor sekunder terdiri dari
faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal pada lingkungan gingiva merupakan
predisposisi dari akumulasi deposit plak pada pemakaian alat space maintainer, oral
hygiene yang buruk, faktor iatrogenik atau kesalahan saat mendesain dan pemasangan
alat, adanya karies, adanya perdarahan pada gusi karena kesalahan saat menyikat gigi,
maupun karena bad habbit seperti mendorong area alat space maintainer dengan
lidah. Sedangkan faktor sistemik adalah faktor yang mempengaruhi tubuh secara
keseluruhan meliputi genetik, nutrisional, obat- obatan, dan hormonal.12
Tabel 5.2, Distribusi jenis kelamin, usia, jenis space maintainer, dan lama
pemakaian space maintainer berdasarkan jenis space maintainernya. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak menggunakan space
maintainer cekat dibandingkan lepasan, sebaliknya jenis kelamin perempuan lebih
banyak menggunakan space maintainer lepasan (73.3%). Pemilihan jenis space
maintainer tidak selamanya berkaitan dengan jenis kelamin, tetapi dilihat dari
kondisi kehilangan giginya, apakah unilateral atau bilateral. Pada kasus kehilangan
gigi bilateral, perawatan space maintainer yang dianjurkan yaitu dengan space
maintainer lepasan karena dapat mengakses dua regio sekaligus. Adapun
pertimbangan pemilihan space maintainer berdasarkan jenis kelamin berhubungan
dengan tingkat kooperatif anak dalam menerima perawatan, pada anak laki- laki
cenderung susah untuk menerima instruksi yang diberikan dibandingkan anak
perempuan, sehingga pemberian space maintainer cekat lebih cocok pada anak lakilaki karena dipasang secara cekat dan tidak dapat diubah posisinya di dalam mulut.
97
Pemilihan space maintainer lepasan lebih banyak dilakukan pada anak perempuan
karena mereka dapat mendengar instruksi yang diberikan dengan baik dan dapat
melaksanakan instruksi tersebut dengan rutin, seperti menyikat gigi, membersihkan
alat space maintainer, melepaskan alat sebelum tidur, dan instruksi lainnya.11
Hasil lain yang ditemukan yaitu sebanyak 75% dari total sampel atau 9 orang
yang menggunakan alat cekat menderita peradangan gingiva derajat sedang,
sedangkan pada alat lepasan, hanya 40% sampel yang menderita peradangan gingiva
derajat sedang. Tidak ada seorang pun sampel yang menderita peradangan derajat
berat. Hasil ini sejalan dengan penelitian Naranjo dkk, yang mengatakan bahwa
pemasangan band dan loop pada space maintainer cekat akan mengganggu
lingkungan ekologis dengan adanya akumulasi biofilm pada daerah retentif. Terdapat
perubahan yang nyata pada indeks plak dan gingival pada kelompok eksperimen
penelitiannya yang memperlihatkan terjadinya peningkatan perdarahan dan inflamasi
yang memperburuk kondisi periodontal, hal ini juga dapat ditemukan pada pengguna
space maintainer lepasan, namun resiko terjadinya peradangan masih lebih rendah
dibandingkan pada pengguna cekat karena alat ini mudah dilepas dan mudah diakses
untuk dibersihkan.22 Berhubungan dengan peradangan gingiva yang terjadi, studi
memperlihatkan bahwa pemasangan alat fungsional seperti space maintainer dapat
meningkatkan jumlah plak yang menyebabkan hyperplasia gingiva dan terbentuknya
pseudopocket. Situasi ini menyebabkan perubahan pada ekosistem sub-gingiva, dan
memudahkan terjadinya peningkatan level pathogen pada jaringan periodontal
dengan mempercepat faktor virulensi yang menstimulasi sel untuk melepaskan
beberapa tipe cytokine inflamasi seperti interleukin 1 (IL-1), interleukin 6 (IL-6)
98
dan interleukin 8 (IL-8), serta Tumor Growth Factor (TGF) yang mengatur reaksi
inflamasi pada jaringan periodontal.27
Tabel 5.3, memperlihatkan distribusi keluhan yang dialami sampel selama
pemakaian space maintainer berdasarkan jenis space maintainernya. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa kelompok sampel yang menggunakan space maintainer
lepasan kebanyakan tidak pernah mengeluhkan rasa sakit atau ngilu saat mengunyah
dibandingkan yang menggunakan alat cekat. Terlihat pada tabel, sebanyak 60% dari
total sampel yang menggunakan alat lepasan tidak pernah mengeluhkan rasa sakit
atau ngilu saat mengunyah, sedangkan pada space maintainer cekat jumlah sampel
hanya mencapai 41.7% yang tidak pernah mengeluhkan keluhan tersebut. Keluhan
rasa sakit pada saat mengunyah bisa terjadi akibat kesalahan letak maupun kesalahan
desain dari space maintainer, selain itu bisa dipengaruhi oleh kondisi jaringan
pendukung yang sensitif. Penempatan posisi band serta loop harus diposisi yang
benar agar tercipta retensi dan stabilisasi yang baik sehingga saat proses mengunyah
tidak menekan jaringan disekitarnya, begitu juga dengan sisi alat yang kasar harus
dipolis dengan baik agar tidak mengiritasi. Pada pengguna space maintainer lepasan
keluhan sakit pada saat mengunyah lebih sedikit ditemukan, hal ini berkaitan dengan
desain dari space maintainer lepasan yang cenderung lebih simpel, selain itu pada
space maintainer lepasan menggunakan dukungan tooth dan tissue bone sehingga
tekanan oklusal saat mengunyah tidak pada satu sisi saja melainkan disalurkan ke
seluruh jaringan pendukung, hal ini dapat meminimalisir rasa sakit saat
mengunyah.22
99
Hal yang sejalan juga ditemukan pada keluhan gusi memerah/ berdarah saat
sikat gigi dan bengkak setelah menggunakan space maintainer, dimana kelompok
sampel yang menggunakan space maintainer lepasan lebih banyak tidak pernah
mengeluhkan keluhan-keluhan tersebut dibandingkan yang menggunakan space
maintainer cekat. Keluhan gusi memerah atau berdarah yang tinggi pada pengguna
space maintainer cekat berkaitan dengan akumulasi plak pada komponen alat space
maintainer yang menyebabkan destruksi jaringan periodontal. Plak gigi merupakan
faktor resiko dari pathogenesis penyakit gingivitis dan periodontitis, dan
perkembangan penyakit periodontal tergantung dari keseimbangan antara biofilm
mikroba, sistem imun, dan reaksi inflamasi. Daerah gigi yang tertutup oleh
komponen cekat akan lebih sulit dibersihkan dibandingkan pada area space
maintainer lepasan, selain itu beberapa pasien tidak terlalu mengetahui bagaimana
menjaga standar kebersihan yang baik yang sebenarnya sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan perawatan. Penyikatan gigi yang benar sangat berpengaruh positif
terhadap kesehatan gingiva, selain itu kontrol rutin ke dokter gigi diperlukan agar
tindakan preventif seperti skeling dan pemberian topikal floride dapat dilakukan.5
Adapun keluhan kesulitan mengunyah saat menggunakan alat space maintainer
paling banyak dikeluhkan pada kelompok yang menggunakan alat lepasan
dibandingkan yang cekat. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 20% sampel
pengguna alat lepasan yang sering mengeluhkan kesulitan mengunyah, sedangkan
tidak ada seorang pun sampel pengguna alat cekat yang sering mengeluhkan keluhan
tersebut. Walaupun demikian, terdapat 41.7% sampel pengguna space maintainer
cekat yang kadang-kadang mengeluhkan keluhan sulit mengunyah. Keluhan ini pada
100
dasarnya sering dijumpai pada pengguna space maintainer, baik cekat maupun
lepasan diawal pemakaian. Pada dasarnya, pada pengguna space maintainer terutama
tipe cekat mengalami penurunan tekanan kunyah sehingga sulit mengunyah makanan
dengan tekstur padat dan mulut terasa penuh, untuk itu ada baiknya pada awal
penggunaan pasien harus mengkonsumsi makanan yang lunak sampai proses
adaptasi berjalan baik. Alat space maintainer kadang bergeser sedikit ketika
digunakan untuk mengunyah, apalagi bila retainer tidak berada pada posisi yang
tepat. Selain itu biasa terjadi luka di mulut dan radang gusi karena space maintainer
menekan gusi, untuk itu dibutuhkan ketelitian seorang dokter dalam mendesain alat
space maintainer agar tercipta retensi dan stabilisasi yang baik sehingga tidak
mengganggu proses mastikasi dan artikulasi.16
Hal yang sejalan ditemukan pada keluhan mengunyah menggunakan sisi yang
terdapat alat space maintainer dan seringnya tersangkut makanan pada alat. Kedua
keluhan ini lebih sedikit ditemukan pada kelompok yang menggunakan alat space
maintainer cekat daripada space maintainer lepasan. Keluhan seringnya makanan
tersangkut pada alat space maintainer cekat maupun lepasan disebabkan karena
bentuk dari kawat retensi yang mengakibatkan terjebaknya sisa makanan di sekitar
alat tersebut, selain itu pengguna alat space maintainer sulit menjangkau sisa
makanan yang terjebak disekitar alat dengan menggunakan sikat gigi, sehingga bisa
saja mengakibatkan akumulasi plak dan menyebabkan gingivitis, untuk itu perlu
dilakukan beberapa trik khusus pada pengguna space maintainer, diantaranya selalu
bersihkan gigi setelah selesai makan terutama pada bagian disekitar basis, klamer,
band, dan loop dengan menggunakan sikat gigi khusus dengan bulu yang halus agar
101
tidak mengganggu komponen alat, selain itu iris kecil- kecil semua makanan yang
masuk dan kunyah secara perlahan- lahan, kemudian hindari memakan permen karet,
daging, kerupuk, serta makanan bertekstur keras lainnya.4
Tabel 5.4, Distribusi perawatan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan
sampel selama pemakaian space maintainer berdasarkan jenis space maintainernya.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa baik pada kelompok space maintainer cekat
dan lepasan, keduanya memiliki jumlah sampel yang mayoritas menyikat gigi dua
kali sehari, namun hanya 50% sampel pada kelompok cekat yang kadang-kadang
menyikat di daerah space maintainer dan pada kelompok alat lepasan 60% total
sampel tidak pernah menyikat di sekitar area alat tersebut. Menyikat gigi merupakan
metode yang paling sederhana, aman, dan efektif dalam mengontrol plak. Frekuensi
dan ketepatan metode sikat gigi juga sangat berpengaruh. Pada pengguna space
maintainer disarankan untuk selalu menyikat gigi sehabis makan, terutama pada
bagian yang terdapat komponen alat karena umumnya makanan akan banyak
tertahan disekitar komponen alat tersebut, seperti pada kawat klamer yang menjadi
retensi maupun disekitar molar band, jika plak ini tidak dibersihkan maka akan
meningkatkan kerentanan terhadap karies dan infeksi periodontal.5 Selain itu,
mayoritas sampel (56.6%) pada kedua kelompok pengguna space maintainer juga
tidak pernah membersihkan karang gigi setelah pemakaian space maintainer,
padahal tindakan skeling sangat diperlukan untuk mengangkat plak maupun kalkulus
yang terperangkap dibagian subgingiva yang tidak dapat dijangkau oleh sikat gigi.
102
Tabel 5.5, Distribusi keluhan yang dialami sampel selama pemakaian space
maintainer berdasarkan kondisi jaringan gingivanya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sampel yang tidak pernah mengeluhkan rasa sakit saat mengunyah ternyata
tidak seluruhnya memiliki kondisi jaringan gingiva yang sehat. Dari 14 orang yang
tidak pernah mengeluhkan rasa sakit, terdapat lima orang yang kondisi
peradangannya ringan dan sedang, sedangkan yang kondisi jaringan gingivanya sehat
hanya empat orang. Demikian pula dengan yang tidak pernah mengeluh gusinya
memerah/ berdarah saat sikat gigi, dari 12 orang yang tidak pernah mengeluhkan
keluhan tersebut, hanya empat sampel yang benar- benar memiliki kondisi jaringan
gingiva yang sehat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari American Academy
of Periodontology yang mengungkapkan bahwa banyak kasus tahap awal dari
penyakit gusi dan periodontal seringkali tanpa gejala rasa sakit, banyak orang yang
menderita penyakit periodontal tetapi mereka tidak menyadarinya. Kejadian seperti
ini dinamakan silent desease dimana kebanyakan pasien tidak menyadari ketika
mereka sedang mengalami permasalahan gusi atau periodontal, padahal tanda dari
kerusakan jaringan sudah mulai nampak seperti gusi memerah bahkan berdarah, gusi
sering bengkak, halitosis, serta resesi gingiva.22
Hasil penelitian lainnya ditemukan sampel dengan kondisi jaringan gingiva
peradangan sedang sebanyak 8 orang (53.3%) mengeluhkan kadang-kadang gusi
bengkak setelah menggunakan space maintainer, dan sisanya tidak pernah
mengeluhkan gusi bengkak. Terdapat hubungan erat antara jumlah bakteri di dalam
plak dengan besarnya potensi patologis plak tersebut dan juga antara kecepatan
pembentukan plak yang terjadi pada alat space maintainer dengan peradangan
103
yang
kadang-kadang
mengeluhkan
kesulitan
mengunyah
saat
104
itu, sampel yang tidak pernah menyikat area di sekitar space maintainer cenderung
mengalami peradangan gingiva hingga derajat sedang dan hanya 13.3% sampel yang
sering menyikat daerah di sekitar space maintainer yang mengalami peradangan
sedang. Hasil ini sejalan dengan laporan percobaan mengenai hubungan antara
frekuensi penyikatan gigi dengan keadaan oral hygiene yang dilakukan oleh Loe
dkk. Dalam penelitian tersebut membuktikan bahwa timbulnya gingivitis mempunyai
hubungan erat dengan umur plak, dan ternyata dengan frekuensi penyikatan gigi dua
kali sehari gingival akan tetap sehat.5 Setelah pemakaian space maintainer, sampel
yang sering membersihkan karang giginya tidak ada yang mengalami peradangan
gingiva derajat sedang, sedangkan yang tidak pernah membersihkan karang gigi
mengalami peradangan gingiva sedang hingga 73.3% dari total sampel. Perlu
diketahui
bahwa
pencegahan
utama
terjadinya
gingivitis
adalah
dengan
105
106
107
108
yang menempel pada gigi- gigi terutama pada gigi molar akan sulit untuk
dibersihkan sehingga cenderung terjadi penumpukan plak gigi disekitar komponen
alat, hal ini sangat berbeda dengan space maintainer lepasan, dimana pembersihan
gigi bisa dilakukan dengan mudah karena alat dapat dilepas terlebih dahulu. Space
maintainer cekat harus didesain sebaik mungkin agar tidak terjadi akumulasi plak
atau menghalangi proses pembersihan alatnya, salain itu pasien space maintainer
cekat harus giat dalam menjaga kebersihan mulutnya. Metode oral hygiene yang
tepat seharusnya diajarkan dan ditekankan pada pasien saat pemasangan space
maintainer, supaya dapat mencegah kemungkinan terjadinya gingivitis maupun
kelainan jaringan periodontal lainnya. Salah satu usaha pencegahan yang dapat
dilakukan dalam hubungan plak dan karies ialah kontrol plak. Diantara bermacammacam kontrol plak, metode yang paling sederhana, aman, dan efektif adalah
menyikat gigi. Pada pengguna space maintainer dianjurkan untuk memakai sikat gigi
khusus, sikat gigi khusus ini dipakai karena mampu membersihkan kotoran yang
menempel disela-sela gigi dan kawat yang tidak bisa dijangkau oleh sikat gigi biasa.5
Hasil penelitian juga memperlihatkan rentang nilai 95% confidence interval (CI)
yaitu sebesar 0.095 1.138. Rentang nilai positif menunjukkan bahwa nilai GI
pengguna space maintainer cekat lebih besar daripada lepasan. Selain itu, rentang
tersebut juga berarti bahwa bila pengukuran dilakukan pada populasi, akan terdapat
selisih atau perbedaan antara pengguna space maintainer cekat dan lepasan sebesar
0.095 hingga 1.138. Dengan demikian, menurut hasil penelitian setiap saat nilai GI
pengguna cekat akan lebih tinggi daripada lepasan dengan perbedaan nilai berkisar
0.095 hingga 1.138. Hal ini juga didukung dengan hasil uji statistik, Mann Whitney
109
U test, yang menunjukkan nilai p:0.041 (p<0.05), yang berarti bahwa terdapat
perbedaan kondisi jaringan periodonsium yang signifikan antara pengguna space
maintainer cekat dan lepasan berdasarkan nilai gingival indeks.
Penelitian ini menggunakan uji non-parametrik karena syarat uji parametrik
(independent sample t-test) tidak terpenuhi dalam penelitian ini, yaitu distribusi data
tidak normal pada kedua kelompok data.
110
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
111
tipe cekat sebesar 1.75, nilai ini lebih tinggi dari pengguna lepasan dan
menunjukkan keadaan jaringan periodonsium dengan peradangan sedang.
3. Hasil penelitian memperlihatkan nilai gingival indeks kelompok sampel yang
menggunakan
space
maintainer
cekat
lebih
tinggi
daripada
yang
Hal yang dapat penulis sarankan setelah melakukan penelitian ini yaitu:
1. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih mempunyai keterbatasan,
Penulis mengharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan
variabel yang lebih luas, perbandingan jenis space maintainer dengan bentuk
yang beraneka ragam, serta jumlah sampel yang lebih banyak agar hasil
analisis dari penelitian yang didapatkan akan lebih akurat.
2. Kedepannya perlu dilakukan penelitian sejenis dan lebih lanjut mengenai
hubungan terjadinya kelainan jaringan periodonsium pada pengguna space
112
113
DAFTAR PUSTAKA
1. Clarice S. Management of premature primary tooth loss in the child patient.
CDA Journal; 2013; 41(8): 612-6
2. Fithriyah RE, Runkat J. Pemeliharaan ruangan dan bentuk lengkung akibat
premature loss dengan space maintainer cekat. Prosiding PIN IDGAI V;
2011: 491-2, 494-6
3. Nasir N, Christou P, Topouzelis N. The orthodontic periodontic
interrelationship in integrated treatment challenges a systematic review.
Journal of oral rehabilitation; 2010; 37: 113
4. Sebbar M, Abidine Z, Laslami N, Bentahar Z. Periodontal helath and
orthodontics. Intech open science journal; 2015; 32: 717-23
5. Putri MH, Herijuliati E, Nurjana N. Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras
dan jaringan pendukung gigi. Jakarta: EGC; 2010. Hal. 26-30, 34-5, 39-45,
53-7, 196-7
6. Foster TD, Buku ajar ortodonsi ed 3. Jakarta: EGC;2007.Hal 4-8, 12-3, 26-8,
226-8, 313-5
7. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary orthodontics 5 ed.
Canada : Elsever; 2013. P.41-5, 73-5, 82-5
8. Singh G. Texbook of orthodontics 2 ed. New Delhi: Jaypee Brothers; 2007.
P.28, 38-42, 85-91, 195-200, 549-51, 679
9. Peedikayil FC. Delayed tooth eruption. Eletronic journal of dentistry; 2011;
1(4): 81-84
10. Harshanur IW. Anatomi gigi. Jakarta: EGC; 2012. Hal. 99, 101, 214-5
11. Barsley RE, et al. Treatment planning in dentistry. St Louis : Elsever Mosby;
2007. P. 155-8
12. McDonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for the child and adolescent 8
ed. UK: Mosby; 2004. P. 415, 425-7, 429-33, 628, 631-2, 635-42
13. Horax S. Management of premature loss of primary first molar case with
simple fixed space maintainer. Journal dentofacial; 2009; 8(1): 22-4
14. Subekti A, Kuswandari S. The use of crown (SSC) and loop as space
maintainer in premature loss of mandibular second primary molar on children
aged 5 years. The Indonesians journal of dental research; 2012: 189-191
114
115
LAMPIRAN
116