Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan hal terpenting penunjang kehidupan. Segala aspek kegiatan memerlukan
air sebagai bahan pokok dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Selain itu tubuh
makhluk hidup sebagian besar adalah air sehingga tubuh sangat bergantung dengan air.
Air di bumi sangat melimpah, hal ini dapat dilihat dengan begitu luas lingkungan
perairan di bumi dan lebih dari 98% air yang ada di bumi terdapat di bawah permukaan
tanah di bawah pori-pori batuan. Air yang letaknya berada di bawah permukaan tanah
biasa disebut dengan air tanah. Contoh air tanah seperti sumur bor, sumur gali dan
sumur patek. Selain air tanah, ada juga air permukaan.
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air
seperti danau, sungai, lautan, dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai,
lautan, dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan
merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga
mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai macam fungsinya sangat membantu
kehidupan manusia. Kualitas air adalah tingkat pencemaran akibat proses alami dan
aktivitas budaya manusia yang mempengaruhi kelayakan air ditinjau dari segi fisik,
kimia, dan biologis. Karena kualitas air memegang peranan penting dalam kehidupan
baik organisme air maupun manusia.
Banyaknya zat pencemaran pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar
oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga mengakibatkan kehidupan dalam air
terganggu serta mengurangi perkembangannya. Akibat matinya bakteri-bakteri, maka
proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga
terhambat. Panas dari industri juga akan membawa dampak bagi kematian organisme,
apabila air limbah tidak didinginkan terlebih dahulu.
Dampak pencemaran limbah terhadap lingkungan harus dilihat dari jenis parameter
pencemar dan konsentrasinya dalam air limbah. Dari satu sisi suatu limbah mempunyai

parameter tunggal dengan konsentrasi yang relatif tinggi. Disisi lain ada limbah dengan
10 parameter tapi dengan konsentrasi yang juga melewati ambang batas. Persoalannya
bukan yang mana lebih baik dari pada yang terburuk, melainkan seharusnya lebih
mendapat prioritas.
Tidak hanya berbahaya bagi kehidupan manusia dan lingkungan saja, pencemaran juga
berdampak terhadap makhluk yang hidup didalam air. Limbah yang dibuang langsung
keperairan dapat berdampak langsung terhadap kehidupan biota air seperti ikan. Apabila
sumber air tempat kehidupan biota air tercemar, maka siklus makanan didalam air akan
terganggu dan ekosistem air akan terganggu pula. Sehingga oraganisme-organisme
seperti plankton banyak yang mati karena banyak keracunan bahan tercemar, ikan-ikan
kecil pemakan-plankton banyak yang mati karena kekurangan makanan, demikian pula
ikan-ikan yang lebih besar pemakan ikan-ikan kecil bila kekurangan makanan akan
mati.
Oleh karena itu pada praktikum kali ini, akan dilakukan pengamatan mengenai dampak
yang akan ditimbulkan bagi biota air (ikan nila) yang hidup di dalam air yang tercemar
dengan air limbah lindi.

1.2 Tujuan Praktikum


a. Dapat mengetahui dampak limbah lindi terhadap ikan nila.
b. Dapat mengetahui pengaruh limbah bekas lindi terhadap tanaman apu-apu.
c. Dapat mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan biota air,
khususnya ikan nila

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Air


Pencemaran perairan adalah suatu perubahan fisika, kimia dan biologi yang tidak
dikehendaki pada ekosistem perairan yang akan menimbulkan kerugian pada sumber
kehidupan, kondisi kehidupan dan proses industri. Pencemaran perairan pesisir
didefinisikan sebagai dampak negatif, pengaruh yang membahayakan terhadap
kehidupan biota, sumberdaya dan kenyamanan ekosistem perairan serta kesehatan
manusia dan nilai guna lainnya dari ekosistem perairan yang disebabkan secara
langsung oleh pembuangan bahan-bahan atau limbah ke dalam perairan yang berasal
dari kegiatan manusia (Sugiharto, 1987).
Pencemar air dikelompokkan sebagai berikut:
a. Bahan buangan organik
Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau
terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga hal ini dapat mengakibatkan semakin
berkembangnya mikroorganisme dan mikroba patogen pun ikut juga berkembang
biak di mana hal ini dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit.
b. Bahan buangan anorganik
Bahan buangan anorganik pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat
membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan
anorganik ini masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion
logam di dalam air, sehingga hal ini dapat mengakibatkan air menjadi bersifat sadah
karena mengandung ion kalsium (Ca) dan ion magnesium (Mg). Selain itu ion-ion
tersebut dapat bersifat racun seperti timbal (Pb), arsen (As) dan air raksa (Hg) yang
sangat berbahaya bagi tubuh manusia.
c. Bahan buangan zat kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya seperti bahan pencemar air yang berupa
sabun,bahan pemberantas hama, zat warna kimia, larutan penyamak kulit dan zat
radioaktif. Zat kimia ini di air lingkungan merupakan racun yang mengganggu dan
dapat mematikan hewan air, tanaman air dan mungkin juga manusia.
(Sugiharto, 1987).

Secara garis besar sumber pencemaran perairan pesisir dan lautan dapat dikelompokkan
menjadi tujuh kelas yaitu limbah, industri, limbah cair pemukiman (sewage), limbah
cair perkotaan (urban storm water), pertambangan, pelayaran (shipping), pertanian dan
perikanan budidaya. Sedangkan bahan pencemar utama yang terkandung dalam
buangan limbah dari ketujuh sumber tersebut berupa sediment, unsur hara (nutrient),
logam beracun (toxic metal), pestisida, organisme eksotik, organisme pathogen, sampah
dan oxygen depletingsubstance (bahan yang menyebabkan oksigen terlarut dalam air
berkurang) (Sugiharto, 1987).
Pencemaran perairan merupakan masalah lingkungan hidup yang perlu dipantau sumber
dan dampaknya terhadap ekosistem. Dalam memantau pencemaran air digunakan
kombinasi komponen fisika, kimia dan biologi. Penggunaan salah satu komponen saja
sering tidak dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya (Sugiharto, 1987).

2.2 Pengertian Air Limbah


Air limbah adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang dapat
membahayakan kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya yang muncul karena hasil
aktivitas atau kegiatan manusia (Santiyono, 1994).
Untuk mengetahui lebih luas tentang air limbah maka perlu diketahui kandungan apa
saja yang terdapat didalam air limbah dan bagaimana sifat-sifatnya. Pada intinya air
limbah dapat dikelompokan menjadi 3 sifat yaitu sifat fisik, sifat kimia dan sifat
biologis. Sifat-sifat tersebut adalah:
a. Sifat fisik
Penentuan tercemar atau tidaknya air limbah sangat dipengaruhi oleh sifat fisik yang
mudah dilihat. Adapun sifat fisik yangpenting adalah kandungan zat padat yang
berefek estetika, kejernihan, warna, bau dan temperatur. Zat organik yang ada pada
air limbah sebagian besar mudah terurai (degradable) yang merupakan sumber
makanan dan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Salah satu faktor
yang mempengaruhi sifat fisik tersebut adalah turbiditas atau kekeruhan.
b. Sifat kimia

Sifat kimia dari air limbah dapat diketahui dengan adanya zat kimia dalam air
buangan. Zat kimia yang terpenting dalam air limbah pada umumnya dapat
diklasifikasikan menjadi bahan organik dan pH.
c. Sifat bakteriologis
Sifat bakteriologis pada air buangan perlu diketahui untuk menaksir tingkat
kekotoran air limbah sebelum di buang kebadan air. Mikroorganisme yang penting
dalam air limbah dan air permukaan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. Protista, meliputi jamur, bakteri dan alga
2. Binatang dan tanaman
(Santiyono, 1994).
Disamping kotoran yang biasanya terkandung dalam persediaan air bersih air limbah
mengandung tambahan kotoran akibat pemakaian untuk keperluan rumah tangga,
komersial dan industri. Beberapa analisis yang dipakai untuk penentuan ciri-ciri fisik,
kimiawi dan biologis dari kotoran yang terdapat dari air limbah yaitu:
a. Ciri-ciri fisik
1. Bahan padat totalterdiri dari bahan padat tak terlarut atau bahan padat yang
terapung serta senyawa-senyawa yang larut dalam air. Kandungan bahan padat
terlarut ditentukan dengan mengeringkan serta menimbang residu yang didapat
dari pengeringan.
2. Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji kondisi umum
air limbah. Jika warnanya coklat muda, maka umur air kurang dari 6 jam. Warna
abu-abu muda sampai setengah tua merupakan tanda bahwa air limbah sedang
mengalami pembusukan atau telah ada dalam sistem pengumpul untuk beberapa
lama.
3. Penentuan bau menjadi semakin penting bila masyarakat sangat mempunyai
kepentingan langsung atas terjadinya operasi yang baik pada sarana pengolahan
air limbah. Senyawa utama yang berbau adalah hidrogen sulfida, senyawasenyawa lain seperti indol skatol, cadaverin dan mercaptan yang terbentuk pada
kondisi anaerobik dan menyebabkan bau yang sangat merangsang dari pada bau
hidrogen sulfida.

4. Suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari pada air bersih karena adanya
tambahan air hangat dari pemakaian perkotaan. Suhu air limbah biasanya
bervariasi dari musim ke musim dan juga tergantung pada letak geografisnya.
b. Ciri-ciri kimia
Selain pengukuran BOD, COD dan TOC pengujian kimia yang utama adalah yang
bersangkutan dengan amonia bebas, nitrogen organik, nitrit, nitrat, fosfor organik
dan fosfor anorganik. Nitrogen dan fosfor sangat penting karena kedua nutrien ini
telah sangat umum diidentifikasikan sebagai bahan untuk pertumbuhan gulma air.
Pengujian-pengujian lain seperti klorida, sulfat, pH serta alkalinitas diperlukan
untuk mengkaji dapat tidaknya air limbah yang sudah diolah dipakai kembali serta
untuk mengendalikan berbagai proses pengolahan.
(Sugiharto, 1987).

2.3 Ikan sebagai Alat Memonitor Pencemaran


Efek racun dari beberapa polutan kimia dalam lingkungan dapat diuji dengan
menggunakan spesies ysng mewakili lingkungan yang ada di perairan tersebut. Spesies
yang diuji harus dipilih atas dasar kesamaan biokemis dan fisiologis dari spesies dimana
hasil percobaan digunakan. Kriteria organisme yang cocok untuk digunakan sebagai uji
hayati tergantung dari beberapa faktor :
a. Organisme harus sensitif terhadap material beracun dan perubahan lingkungan.
b. Penyebanya luas dan mudah didapat dalam jumlah yang banyak.
c. Mempunyai arti ekonomi, rekreasi dan kepentingan ekologi baik secara daerah
maupun nasional.
d. Mudah dipelihara dalam laboratorium.
e. Mempunyai kondisi yang baik, bebas dari penyakit dan parasit.
f. Sesuai untuk kepentingan uji
(Chahaya, 2011).
Ikan dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air maupun terhadap adanya
senyawa pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi tertentu. Reaksi ini dapat
ditunjukkan dalam percobaan di laboratorium, di mana terjadi perubahan aktivitas

pernapasan yang besarnya perubahan diukur atas dasar irama membuka dan
menutupnya rongga buccal dan offer kulum. Pengukuran aktivitas pernafasan
merupakan cara yang amat peka untuk mengukur reaksi ikan terhadap kehadiran
senyawa pencemar (Chahaya, 2011).
Sebagai indikator dari toxicant sub lethal juga dapat dilihat dari frekuensi bentuk ikan.
Yang mana digunakan untuk membersihkan pembalikan aliran air pada insang, yang
merupakan monitoring pergerakan respiratory. Selain gerakan offer kulum dan
frekwensi batuk parameter darah merupakan indikator yang sensitif pada kehidupan
sebagai peringatan awal dari kwalitas air. Perubahan faal darah ikan yang diakibatkan
senyawa pencemar, akan timbul sebelum terjadinya kematian. Pemeriksaan darah
mempunyai kegunaan dalam menentukan adanya gangguan fisiologis tertentu dari ikan
(Chahaya, 2011).

2.4 Bahan Pencemar Ekosistem Perairan


Kualitas air dipengaruhi oleh faktor alami (yaitu iklim, musim, mineralogi dan vegetasi)
dan kegiatan manusia. Bahan pencemaran yang masuk ke dalam air dapat
dikelompokkan atas limbah organik, logam berat dan minyak. Masing-masing
kelompok ini sangat berpengaruh terhadap organisme perairan. Logam berat merupakan
bahan pencemar yang paling banyak ditemukan diperairan akibat limbah industri dan
limbah perkotaan (Santiyono, 1994).
Kerusakan ekosistem akibat pencemaran logam berat sering dijumpai khususnya untuk
ekosistem perairan. Hal ini terjadi karena adanya logam berat yang bersifat racun bagi
organisme dalam perairan. Akibat organisme yang paling sensitif pertama kali
mengalami akibat buruk dan juga organisme yang tidak mampu bertahan akan musnah,
sehingga keseimbangan rantai makanan dan ekosistem perairan akan mengalami
kerusakan (Warlina, 2004).

2.5 Ikan Nila sebagai Indikator Pencemaran

Ikan nila (Oreochromis niloticus) dapat berkembang dengan baik dalam kondisi
perairan yang tenang dan bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan
kimia beracun (Chahaya, 2011).
Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan
ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Selain itu ikan
juga memerlukan tingkat kecerahan yang cukup, sekitar 20-30 cm (Chahaya, 2011).
Ikan nila dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air maupun terhadap
adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi tertentu. Reaksi ini
dapat ditunjukkan dalam percobaan di laboratorium, dimana terjadi perubahan aktivitas
pernapasan yang besar perubahannya diukur dengam membuka dan menutupnya rongga
buccal atau offer culum (insang). Pengukuran aktivitas pernapasan merupakan cara yang
amat peka untuk mengukur reaksi ikan terhadap senyawa pencemar (Chahaya, 2011).
Indikator dari toxicant sublethal juga dapat dilihat dari frekuensi perubahan bentuk ikan
nila yang mana digunakan untuk membersihkan pembalikan aliran air pada insang, yang
merupakan monitoring pergerakan respiratory. Selain gerakan insang dan frekuensi
perubahan bentuk ikan nila, perubahan parameter darah juga merupakan indikator yang
sensitif pada kehidupan sebagai peringatan awal dari kualitas air (Chahaya, 2011).
Perubahan fatal pada darah ikan nila yang diakibatkan senyawa pencemar akan timbul
sebelum terjadinya kematian. Pemeriksaan darah mempunyai kegunaan dalam
menentukan adanya gangguan fisiologis tertentu dari ikan nila. Parameter dari darah ini
dapat diukur dengan mengamati kadar hemoglobin, nilai hematokrit dan jumlah sel
darah merah (Chahaya, 2011).

2.6 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Apu - Apu

Secara umum tanaman apu-apu adalah tanaman air yang biasa dijumpai mengapung di
perairan tenang atau kolam. Kayu apu terkenal sebagai tumbuhan pelindung akuarium.
Tumbuhan ini adalah satu satunya anggota marga Pistia. Orang juga mengenalnya
sebagai apu apu atau kapu kapu (Safitri (2009).
Klasifikasi Kayu Apu adalah
Kerajaan
Subkerajaan
Superdivisi
Divisi
Kelas
Sub-kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
(Safitri (2009).

: Plantae (tumbuhan)
: Tracheobionta
: Spermatophyta
: Magnoliophyta
: Liliopsida
: Arecidae
: Arales
: Araceae
: Pistia
: Pistia stratiotes L

Nama lokal tumbuhan ini adalah kayu apu. Bentuknya mirip dengan sayuran kol atau
kubis yang berukuran kecil. Banyak tumbuh di daerah tropis, terapung pada genangan
air yang tenang dan mengalir dengan lambat. Kayu apu mempunyai banyak akar
tambahan yang penuh dengan bulu-bulu akar yang halus, panjang dan lebat
(Safitri,2009).
Bentuk dan ukuran daunnya sangat bervariasi, dapat menyerupai sendok, lidah atau
rompong dengan ujung daun yang melebar. Warna daunnya hijau muda makin ke
pangkal makin putih. Susunan daun terpusat berbentuk roset. Batangnya sangat pendek,
bahkan terkadang tidak tampak sama sekali. Buah buninya bila telah masak pecah
sendiri serta berbiji banyak. Selain dengan biji, kayu apu berkembang biak dengan
selantar atau stolonnya (Safitri,2009).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

1 Waktu dan Tempat Praktikum

3.1.1

Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Pengaruh Toksisitas Limbah


Pada Biota Air (Ikan)

Praktikum Pengaruh Toksisitas Limbah Pada Biota Air (Ikan Nila) dilaksanakan pada
hari Selasa, 15 Maret 2016 s/d Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 15.00 WITA bertempat di
Laboratorium Rekayasa Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.
3.1.2

Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Pengaruh Toksisitas Limbah


Pada Biota Air (Tanaman)

Praktikum Pengaruh Toksisitas Limbah Pada Biota Air (Tanaman) ini dilaksanakan pada
hari Jumat, 18 Maret 2016 s/d Sabtu, 2 April 2016 pukul 15.00 WITA dan bertempat di
Laboratorium Rekayasa Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
3.2.1.1 Alat untuk Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Ikan Nila
1. Aerator
2. Selang aerator
3. Aquarium
4. Timbangan digital
5. Gelas ukur 1000 mL
6. Penggaris
7. Stopwatch
8. Plastik gula
9. Alat tulis
10. Jerigen
11. Ember
12. Kamera
13. Jaring ikan
14. Counter
15. Baterai
3.2.1.2 Alat untuk Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Tanaman Eceng Gondok
1. Toples plastik dengan volume 2000 ml
2. Gelas ukur 1000 ml
3. pH meter

4. Timbangan digital
5. Jerigen plastik volume 10 liter
6. Plastik gula
7. Saringan
8. Penggaris
9. Gelas Erlenmeyer
10. Baskom
11. Baterai
12. Pipet ukur 25 ml
13. Alat tulis
14. Kamera
15. Ember
3.2.2 Bahan
3.2.2.1 Bahan untuk Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Tanaman
1.
2.
3.
4.

Air limbah Lindi


Akuades
Tanaman apu - apu
Tisu

3.2.2.2 Bahan untuk Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Ikan


1.
2.
3.
4.
5.

Akuades 9000 mL
Air limbah Lindi 1000 mL
Ikan Nila
Pakan ikan
Tisu

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Cara Kerja untuk Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Ikan
1. Dipersiapkan aquarium untuk dipakai.
2. Diisi aquarium dengan air limbah lindi sebanyak 9000 mL dengan menggunakan
gelas ukur 1000 mL.
3. Dimasukkan air akuades sebanyak 1000 mL ke dalam aquarium dengan
menggunakan gelas ukur 1000 mL.
4. Diberi keterangan, ditimbang berat, diukur panjang, diamati ciri-ciri, dan dicatat
masing-masing ikan nila (ikan 1, ikan 2, ikan 3, dan ikan 4).
5. Dimasukkan ikan nila ke dalam aquarium dan dipasang aerator.
6. Dibiarkan ikan nila beradaptasi.

7. Dihitung dan dicatat kembali berat, ukuran, ciri-ciri serta respirasi masing-masing
ikan.
8. Diamati dan diidentifikasi masing-masing ikan.
9. Diidentifikasi kembali jika ada ikan yang mati.
10. Dilakukan identifikasi setiap harinya selama 3 hari terhadap ikan yang masih hidup.

3.3.2

Cara Kerja untuk Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Tanaman

3.3.2.1 Cara Kerja Aklimatisasi Tanaman


1. Diambil tanaman kemudian dimasukkan ke dalam satu wadah.
2. Dibersihkan akarnya dari sisa tanah yang menempel.
3. Dimasukkan tanaman yang telah dibersihkan bagian akarnya ke dalam ember yang
telah berisi air bersih.
4. Didiamkan selama tujuh hari.
3.3.2.2 Cara Kerja Uji Pendahuluan Tanaman
1. Disiapkan tanaman kemudian diukur berat dan panjangnya.
2. Dimasukkan air limbah lindi yang telah diencerkan dengan akuades dengan
konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% dari volume 1000 mL untuk tanaman yang
sudah terlebih dahulu dijenuhkan pada air bersih.
3. Dimasukkan tanaman ke dalam toples yang telah berisi air limbah lindi dan akuades
sebagai pengencer.
4. Didiamkan dan diamati selama 3 hari tanaman apu-apu.
3.3.2.3 Cara Kerja Untuk Pengukuran Tanaman
1. Disiapkan tanaman kemudian diukur berat dan panjangnya.
2. Dimasukkan air limbah lindi yang telah diencerkan dengan akuades dengan
konsentrasi 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100% dari volume 1000 mL untuk tanaman
yang sudah terlebih dahulu dijenuhkan pada air bersih.
3. Dimasukkan tanaman ke dalam toples yang telah berisi air limbah lindi dan akuades
sebagai pengencer.
4. Ditandai batas awal air dengan menggunakan spidol.
5. Didiamkan selama 15 hari pada tempat yang terkena sinar matahari dan terhindar
dari hujan.
6. Diamati berat dan panjang tanaman.
7. Bila terjadi pengurangan volume air dilakukan penambahan akuades sebagai kontrol
volume air.

8. Diukur tanaman apu-apu setiap harinya.


9. Diulangi langkah dari langkah ke 5 sampai 15 hari.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Toksisitas Menggunakan Ikan


4.1.1

Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Tabel Pengamatan Ciri-ciri Ikan

Jenis Ikan

Ciri-Ciri

Gambar

1. Ikan yang paling besar


2. Warnanya keemasan
3. Aktif

Ikan 1

1. Ikan yang besar ke 2 setelah ikan ke

Ikan 2

1
2. Ada garis 2 diatas kepala
3. Aktif

Ikan 3

1.
2.
3.
4.

Warnanya paling gelap


Ukurannya paling kecil
Sayap kiri lemah
Pasif

1. Sayap

Ikan 4

sebelah

kanan

jarang

digunakan
2. Ikan yang paling panjang
3. Aktif

Tabel 4.2 Pengamatan Respirasi Ikan Nila


Hari Ke0
1
2
3
4

Respirasi
Ikan 1
151
90
122
99
-

Ikan 2
90
92
130
48
92

Ikan 3
103
-

Ikan 4
150
125
143
156
125

Tabel 4.3 Pengamatan Berat Ikan Nila


Hari Ke0
1
2

Ikan 1
2,2
2,2
2,1

Berat (gram)
Ikan 2
Ikan 3
1,8
1,4
2,2
1,4
2,2
-

Ikan 4
1,5
1,7
1,5

3
4

2,2
2,2

1,9
1,8

2
1,6

Grafik Respirasi Ikan


180
160
140
Ikan 1
Ikan 2
Ikan 3
Ikan 4

120
100
Jumlah Re spirasi

80
60
40
20
0
Hari 0

Hari 1

Hari 2

Hari 3

Hari 4

Grafik 4.1 Perkembangan Respirasi Ikan

Berat Ikan
2.5
2
Ikan 1
Ikan 2
Ikan 3
Ikan 4

1.5
Gram

1
0.5
0
Hari 0

Hari 1

Hari 2

Hari 3

Grafik 4.2 Berat Ikan

4.1.2

Pembahasan

Hari 4

Dari hasil pengamatan selama 4 hari, pada saat aklimatisasi, masing-masing ikan
bertambah panjangnya, namun setelah adanya pemberian air limbah lindi, dari 4 ikan
hanya ada 2 ikan yang dapat bertahan. Dari masing-masing ikan tersebut mengalami
panjang yang makin mengecil akibat bagian tubuhnya yaitu pada bagian ekor dan sirip
mengalami kerapuhan setiap harinya.
Pada hari pertama pengamatan, masing-masing ikan mengalami kenaikan berat badan.
Ikan 1 dan 3 beratnya tetap sedangkan ikan 2 naik menjadi 2,2 gram dan ikan 4 naik
menjadi 1,7 gram dari hari awal pengujian. Masing-masing ikan masih bergerak aktif
dan tidak memiliki perubahan yang banyak. Namun untuk hari pertama seekor ikan
mati, yaitu ikanke 3. Untuk tingkat respirasinya, ikan 1 dan ikan 4 mengalami
penurunan, sedangkan ikan 2 mengalami peningkatan tingkat respirasi. Untuk panjang
tubuhnya, ikan 1 dan ikan 2 mengalami peningkatan dan ikan 3 dan 4 mengalami
penurunan.
Pada hari kedua pengamatan, ikan 1 mulai bergerak aktif dan tingkat respirasinya
mengalami peningkatan dari hari sebelumnya, serta berat badannya mengalami
penurunan karena ikan tidak memakan pakan ikan yang diberikan. Untuk ikan 4 juga
mengalami penurunan berat badan dan panjang badannya mengalami penurunan akibat
dari ekornya terputus. Untuk ikan ke 2 berat badannya bertambah dan untuk panjangnya
masih tetap dengan hari sebelumnya. Ekor masing-masing ikan tersebut bisa terputus
akibat dari karakteristik limbah yang memiliki pH bersifat basa. Dari segi fisiknya,
tubuh ketiga ikan tersebut memucat disekitar bagian badannya.
Pada hari ketiga, ikan 1 mengalami peningkatan panjang tubuhnya dari hari sebelumnya
dan beratnya meningkat, untuk ikan ke 2 mengalami kenurunan panjangnya karena
ekornya terputus dan beratnya mengalami penurunan. Ikan ke 3 juga mengalami
penurunan panjang, namun untuk berat ikan mengalami peningkatan. Respirasi ke 3
ikan mengalami kenaikan dan penurunan. Untuk ikan 1 dan 2 mengalami penurunan
dan untuk ikan ke 4 mengalami kenaikan yang tinggi.

Pada hari keempat, ikan 2 dan ikan 4 masih tetap hidup dan mengalami penurunan berat
ikan dan panjang ikan untuk ikan 4 mengalami peningkatan sedangkan ikan ke 3 tetap
(stabil). Namun ikan ikan tersebut hanya berenang di pinggir-pinggir aquarium
Kemampuan berenang dari ketiga ikan sudah tidak sebaik dan seaktif hari sebelumnya
akibat bagian ekor dan sirip yang terputus. Ikan yang bertahan sampai hari ke 4 hanya
ikan 2 dan ikan 4 saja.

4.2 Uji Toksisitas Menggunakan Tanaman


4.2.1

Hasil Pengamatan
Tabel 4.4 Berat Tanaman Apu Apu
Pengamatan tanaman ke- (gram)
Hari ke-

0%
25%
50%
75%
7,5
7,8
8,8
8,3
7,9
8,0
9,2
8,4
Lanjutan Tabel 4.4 Berat Tanaman Apu - Apu
8,0
8,5
9,5
10,2
8,4
8,8
10,4
11,9
8,7
9,6
11,4
12,4
9,2
10,3
11,9
12,8
9,6
10,9
12,5
13,1
10,4
11,4
13,2
12,5
10,8
11,6
14,6
12,1
11,6
12,1
12,9
12,6
11,5
12,3
13,4
10,3
12,3
13,1
9,3
12,8
8,9
12,5
8,6
12,1
8,1
-

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

5
100%
9,3
9,9
10,5
11,3
11,8
12,4
13,2
-

Tabel 4.5 Panjang Daun Tanaman Apu Apu


Hari ke0
1
2
3
4
5

1
0%
6,6
6,7
6,7
6,8
6,8
6,9

Pengamatan tanaman ke- (cm)


2
3
4
25%
50%
75%
6,2
6,6
6,6
6,2
6,6
6,7
6,3
6,8
6,8
6,4
6,9
7,1
6,4
6,9
7,2
6,4
7,1
7,2

5
100%
6,3
6,3
6,4
6,4
6,7
6,9

6
7
8
9
10
11
12
13

7
6,4
7,2
7,2
6,9
7
6,5
7,2
7,3
7,1
6,5
7,2
7,4
7,1
6,6
7,2
7,2
6,6
7,2
7,2
6,7
7,3
7,4
6,7
7,5
6,7
Lanjutan Tabel 4.5 Panjang Daun Tanaman Apu Apu
14
7,5
6,7
15
7,5
6,8
Tabel 4.6 Jumlah Daun Tanaman Apu Apu
Hari ke0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

1
0%
6
6
6
7
7
9
9
10
8
11
11
10
11
11
11
13

Pengamatan tanaman ke- (lembar)


2
3
4
25%
50%
75%
6
7
7
6
7
7
6
7
7
7
7
8
8
7
8
9
8
9
9
8
10
10
8
10
11
7
10
11
7
13
8
12
8
12
8
8
7
-

5
100%
7
7
7
8
9
9
9
-

Tabel 4.7 Panjang Akar Tanaman Apu Apu


Pengamatan tanaman ke- (cm)
1
2
3
4
5
0%
25%
50%
75%
100%
0
5
4,6
4,5
4,2
4,1
1
6
5
4,6
4,4
4,3
2
6
4
4,8
4,5
4,7
3
7
3
5
4,5
5
4
8
3,5
5
4,5
5,1
Lanjutan Tabel 4.7 Panjang Akar Tanaman Apu Apu
5
9
3,8
5
4,7
5,3
6
9
4,1
5,3
5
5,3
7
10
4,3
5,4
5
8
11
5
5,4
5
9
11
5,2
5,5
10
13
6
5,6
-

Hari ke-

11
12
13
14
15

12
12
8
8
8

6
5,3
5
3
3

5,6
-

Tabel 4.8 Kemampuan Tanaman dalam Adsorbsi


Hari ke0
1
2
3
4

1
0%
0
20
27
30
43

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

58
66
71
73
93
98
103
107
117
128
140

Pengamatan tanaman ke- (mL)


2
3
4
25%
50%
75%
0
0
0
27
21
30
36
33
45
45
46
57
58
55
64
69
77
80
86
91
99
107
117
120
125
130

69
73
86
92
100
108
115
-

78
82
90
97
-

5
100%
0
19
29
42
57
70
78
-

BERAT TANAMAN APU - APU


16
14
12

0%
25%
50%
75%
100%

10
8
Gram

6
4
2
0

Grafik 4.3 Berat Tanaman Apu Apu

Jumlah Daun Tanaman Apu -Apu


14
12
10

0%
25%
50%
75%
100%

8
6

Lembar

4
2
0

Grafik 4.4 Jumlah Daun Tanaman Apu - Apu

Kemampuan Tanaman dalam Adsorbsi


160
140
120

0%
25%
50%
75%
100%

100
80
mL

60
40
20
0

Grafik 4.5 Kemampuan Tanaman dalam Adsorbsi

4.2.2

Pembahasan

Dari hasil pengamatan tanaman, tingkat konsentrasi yang dipakai untuk praktikum
adalah 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%. Dari 3 hari aklimatisasi, tanaman yang
dijadikan bahan yaitu tanaman apu-apu tidak ada yang mati, hanya terdapat kekuningan
dipinggiran beberapa daunnya terutama di tingkat konsentrasi 100%.
Untuk tanaman dengan konsentrasi 0%, berat tanamannya mengalami peningkatan pada
hari-hari awal dan mengalami penurunan setelah hari ke t13 Ini dapat terjadi karena
daya serap akar tanaman mengalami kejenuhan. Selain itu pada hari-hari akhir ujungujung daunnya mengalami kekuningan dan terdapat tunas-tunas daun baru pada harihari akhir. Jumlah daun mengalami penngkatan sampai hari ke 7 lalu hari selanjutnya
mengalami penurunan dan ada penambahan lagi pada hari ke 12.
Pada tanaman dengan konsentrasi 25%, berat tanaman juga mengalami peningkatan
pada hari-hari awal dan mengalami penurunan setelah hari ke 10. Untuk kemampuan
adsorbsi tetap bertambah setiap harinya. Jumlah daun mengalami peningkatan sampai
hari ke 7, lalu hari selanjutnya mengalami penurunan. Hal tersebut dapat terjadi karena
daya adsorbsi tanaman ini mengalami kejenuhan di hari-hari pertengahan dan terdapat
perontokan daun tanaman akibat dari kandungan limbah lindi.
Pada tanaman dengan konsentrasi 50%, berat tanaman juga mengalami peningkatan
pada hari-hari awal dan mengalami penurunan setelah hari ke 9. Untuk kemampuan
adsorbsi terjadi peningkatan. Jumlah daun mengalami peningkatan pada hari awal dan
mengalami penurunan di hari ke delapan. Tanaman mati pada hari ke 12 disebabkan
karena kandungan dari limbah air lindi.
Pada tanaman dengan konsentrasi 75%, berat tanaman juga mengalami peningkatan
pada hari-hari awal dan mengalami penurunan setelah hari ke 7. Untuk jumlah daun
mengalami peningkatan di awal sampai hari ke 8. Tanaman apu apu pada hari ke 9
mati karena daun-daunnya mengalami penguningan dan semakin layu akibat kandungan
dari limbah lindi.

Pada tanaman dengan konsentrasi 100%, berat tanaman juga mengalami peningkatan
pada hari-hari awal. Pada tanaman kosentrasi 100% ini, daun-daunnya lebih cepat
mengalami penguningan di ujung-ujungnya dan mati pada hari ke 7. Hal tersebut dapat
terjadi karena daya absorbsi tanaman ini mengalami kejenuhan di hari-hari pertengahan.

4.3 Faktor Kesalahan dan Kendala Praktikum


Terdapat beberapa faktor kesalahan yang ditimbulkan praktikan pada praktikum kali ini,
yaitu pada saat mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk aquarium seperti
aerator, selang yang menghubungkan aerator dengan aquarium tidak terpasang dengan
sempurna sehingga pada saat pemasukan air selang menjadi mengapung sehingga ikan
cepat mati. Faktor kesalahan yang terakhir yaitu kurang telitinya praktikan dalam
mengukur penyerapan apu - apu sehingga perbandingan penyerapan air dan
pengencerannya tidak sesuai. Selain itu praktikan juga lupa memberi tanda pada toples
yang digunakan sehingga praktikan sulit menghitung adsorpsi tanaman.

BAB V
PENUTUP

1 Kesimpulan
a. Pengaruh limbah air lindi dengan ikan nila adalah air limbah lindi memiliiki
kandungan organik yang tinggi juga mengandung unsur logam seperti Zn sehingga
ikan yang dimasukkan kedalam air lindi akan cepat mati. Pada praktikum ikan nila
mengalami panjang yang makin mengecil akibat bagian tubuhnya yaitu pada bagian
ekor dan sirip mengalami kerapuhan, selain itu berat ikan mengalami peningkatan di
awal lalu mengalami penurunan berat badan. Untuk respirasi ikan, hampir semua
ikan pada awal-awal mengalami penurunan, namun setelah beberapa hari
mengalami penurunan dan peningkatan respirasi ikan. Dari 4 ikan yang tersisa

hanya 2 ekor ikan, untuk 2 ekor ikan yang mati yaitu ikan 3 dan ikan 1 dimana ikan
ke 3 mati pada hari ke 1 dan ikan ke 3 pada hari ke 4.
b. Pengaruh limbah air lindi dengan tanaman apu apu adalah air lindi yang banyak
mengandung bahan organik yang tinggi dan mengandung unsur logam
mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang ditaruh pada limbah air lindi, daun
tanaman akan lebih cepat berubah warna menjadi kuning, hal ini di sebabkan karena
terdapatnya kandungan logam pada limbah air lindi. Pada praktikum pada saat
aklimatisasi jumlah daun tanaman diambil berkisar 6-7 lembar daun, namun setelah
beberapa hari dilakukan percobaan dan pengamatan jumlah daun tanaman
mengalami peningkatan dan penurunan jumlah daun. Untuk berat tanaman
mengalami peningkatan dan penurunan. Untuk tanaman yang berada pada 100%,
75% dan 50% air lindi mati hari ke 7, 9 dan 12.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan biota air, khususnya ikan adalah
tempat ikan tersebut beradaptasi dan kandungan-kandungan bahan berbahaya dalam
air tersebut dan penambahan udara untuk ikan bernafas. Toksisitas suatu bahan
kimia terhadap ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, kadar
oksigen terlarut, derajat keasaman, spesies, umur dan derajat aklimatisasi ikan serta
efek-efek langsung bahan pencemar terhadap sifat air.

2 Saran
1. Sebaiknya pada praktikum pengaruh toksisitas terhadap biota air ikan dan tumbuhan
selanjutnya, praktikum dapat dipisahkan menjadi dua mata acara yang berbeda agar
lebih dapat dipahami.
2. Sebaiknya pada praktikum selanjutnya dapat menggunakan hewan uji lain selain
ikan seperti menggunakan mencit atau hewan lain yang biasanya digunakan untuk
uji toksikologi.

Anda mungkin juga menyukai