PENDAHULUAN
parameter tunggal dengan konsentrasi yang relatif tinggi. Disisi lain ada limbah dengan
10 parameter tapi dengan konsentrasi yang juga melewati ambang batas. Persoalannya
bukan yang mana lebih baik dari pada yang terburuk, melainkan seharusnya lebih
mendapat prioritas.
Tidak hanya berbahaya bagi kehidupan manusia dan lingkungan saja, pencemaran juga
berdampak terhadap makhluk yang hidup didalam air. Limbah yang dibuang langsung
keperairan dapat berdampak langsung terhadap kehidupan biota air seperti ikan. Apabila
sumber air tempat kehidupan biota air tercemar, maka siklus makanan didalam air akan
terganggu dan ekosistem air akan terganggu pula. Sehingga oraganisme-organisme
seperti plankton banyak yang mati karena banyak keracunan bahan tercemar, ikan-ikan
kecil pemakan-plankton banyak yang mati karena kekurangan makanan, demikian pula
ikan-ikan yang lebih besar pemakan ikan-ikan kecil bila kekurangan makanan akan
mati.
Oleh karena itu pada praktikum kali ini, akan dilakukan pengamatan mengenai dampak
yang akan ditimbulkan bagi biota air (ikan nila) yang hidup di dalam air yang tercemar
dengan air limbah lindi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara garis besar sumber pencemaran perairan pesisir dan lautan dapat dikelompokkan
menjadi tujuh kelas yaitu limbah, industri, limbah cair pemukiman (sewage), limbah
cair perkotaan (urban storm water), pertambangan, pelayaran (shipping), pertanian dan
perikanan budidaya. Sedangkan bahan pencemar utama yang terkandung dalam
buangan limbah dari ketujuh sumber tersebut berupa sediment, unsur hara (nutrient),
logam beracun (toxic metal), pestisida, organisme eksotik, organisme pathogen, sampah
dan oxygen depletingsubstance (bahan yang menyebabkan oksigen terlarut dalam air
berkurang) (Sugiharto, 1987).
Pencemaran perairan merupakan masalah lingkungan hidup yang perlu dipantau sumber
dan dampaknya terhadap ekosistem. Dalam memantau pencemaran air digunakan
kombinasi komponen fisika, kimia dan biologi. Penggunaan salah satu komponen saja
sering tidak dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya (Sugiharto, 1987).
Sifat kimia dari air limbah dapat diketahui dengan adanya zat kimia dalam air
buangan. Zat kimia yang terpenting dalam air limbah pada umumnya dapat
diklasifikasikan menjadi bahan organik dan pH.
c. Sifat bakteriologis
Sifat bakteriologis pada air buangan perlu diketahui untuk menaksir tingkat
kekotoran air limbah sebelum di buang kebadan air. Mikroorganisme yang penting
dalam air limbah dan air permukaan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. Protista, meliputi jamur, bakteri dan alga
2. Binatang dan tanaman
(Santiyono, 1994).
Disamping kotoran yang biasanya terkandung dalam persediaan air bersih air limbah
mengandung tambahan kotoran akibat pemakaian untuk keperluan rumah tangga,
komersial dan industri. Beberapa analisis yang dipakai untuk penentuan ciri-ciri fisik,
kimiawi dan biologis dari kotoran yang terdapat dari air limbah yaitu:
a. Ciri-ciri fisik
1. Bahan padat totalterdiri dari bahan padat tak terlarut atau bahan padat yang
terapung serta senyawa-senyawa yang larut dalam air. Kandungan bahan padat
terlarut ditentukan dengan mengeringkan serta menimbang residu yang didapat
dari pengeringan.
2. Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji kondisi umum
air limbah. Jika warnanya coklat muda, maka umur air kurang dari 6 jam. Warna
abu-abu muda sampai setengah tua merupakan tanda bahwa air limbah sedang
mengalami pembusukan atau telah ada dalam sistem pengumpul untuk beberapa
lama.
3. Penentuan bau menjadi semakin penting bila masyarakat sangat mempunyai
kepentingan langsung atas terjadinya operasi yang baik pada sarana pengolahan
air limbah. Senyawa utama yang berbau adalah hidrogen sulfida, senyawasenyawa lain seperti indol skatol, cadaverin dan mercaptan yang terbentuk pada
kondisi anaerobik dan menyebabkan bau yang sangat merangsang dari pada bau
hidrogen sulfida.
4. Suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari pada air bersih karena adanya
tambahan air hangat dari pemakaian perkotaan. Suhu air limbah biasanya
bervariasi dari musim ke musim dan juga tergantung pada letak geografisnya.
b. Ciri-ciri kimia
Selain pengukuran BOD, COD dan TOC pengujian kimia yang utama adalah yang
bersangkutan dengan amonia bebas, nitrogen organik, nitrit, nitrat, fosfor organik
dan fosfor anorganik. Nitrogen dan fosfor sangat penting karena kedua nutrien ini
telah sangat umum diidentifikasikan sebagai bahan untuk pertumbuhan gulma air.
Pengujian-pengujian lain seperti klorida, sulfat, pH serta alkalinitas diperlukan
untuk mengkaji dapat tidaknya air limbah yang sudah diolah dipakai kembali serta
untuk mengendalikan berbagai proses pengolahan.
(Sugiharto, 1987).
pernapasan yang besarnya perubahan diukur atas dasar irama membuka dan
menutupnya rongga buccal dan offer kulum. Pengukuran aktivitas pernafasan
merupakan cara yang amat peka untuk mengukur reaksi ikan terhadap kehadiran
senyawa pencemar (Chahaya, 2011).
Sebagai indikator dari toxicant sub lethal juga dapat dilihat dari frekuensi bentuk ikan.
Yang mana digunakan untuk membersihkan pembalikan aliran air pada insang, yang
merupakan monitoring pergerakan respiratory. Selain gerakan offer kulum dan
frekwensi batuk parameter darah merupakan indikator yang sensitif pada kehidupan
sebagai peringatan awal dari kwalitas air. Perubahan faal darah ikan yang diakibatkan
senyawa pencemar, akan timbul sebelum terjadinya kematian. Pemeriksaan darah
mempunyai kegunaan dalam menentukan adanya gangguan fisiologis tertentu dari ikan
(Chahaya, 2011).
Ikan nila (Oreochromis niloticus) dapat berkembang dengan baik dalam kondisi
perairan yang tenang dan bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan
kimia beracun (Chahaya, 2011).
Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan
ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Selain itu ikan
juga memerlukan tingkat kecerahan yang cukup, sekitar 20-30 cm (Chahaya, 2011).
Ikan nila dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air maupun terhadap
adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi tertentu. Reaksi ini
dapat ditunjukkan dalam percobaan di laboratorium, dimana terjadi perubahan aktivitas
pernapasan yang besar perubahannya diukur dengam membuka dan menutupnya rongga
buccal atau offer culum (insang). Pengukuran aktivitas pernapasan merupakan cara yang
amat peka untuk mengukur reaksi ikan terhadap senyawa pencemar (Chahaya, 2011).
Indikator dari toxicant sublethal juga dapat dilihat dari frekuensi perubahan bentuk ikan
nila yang mana digunakan untuk membersihkan pembalikan aliran air pada insang, yang
merupakan monitoring pergerakan respiratory. Selain gerakan insang dan frekuensi
perubahan bentuk ikan nila, perubahan parameter darah juga merupakan indikator yang
sensitif pada kehidupan sebagai peringatan awal dari kualitas air (Chahaya, 2011).
Perubahan fatal pada darah ikan nila yang diakibatkan senyawa pencemar akan timbul
sebelum terjadinya kematian. Pemeriksaan darah mempunyai kegunaan dalam
menentukan adanya gangguan fisiologis tertentu dari ikan nila. Parameter dari darah ini
dapat diukur dengan mengamati kadar hemoglobin, nilai hematokrit dan jumlah sel
darah merah (Chahaya, 2011).
Secara umum tanaman apu-apu adalah tanaman air yang biasa dijumpai mengapung di
perairan tenang atau kolam. Kayu apu terkenal sebagai tumbuhan pelindung akuarium.
Tumbuhan ini adalah satu satunya anggota marga Pistia. Orang juga mengenalnya
sebagai apu apu atau kapu kapu (Safitri (2009).
Klasifikasi Kayu Apu adalah
Kerajaan
Subkerajaan
Superdivisi
Divisi
Kelas
Sub-kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
(Safitri (2009).
: Plantae (tumbuhan)
: Tracheobionta
: Spermatophyta
: Magnoliophyta
: Liliopsida
: Arecidae
: Arales
: Araceae
: Pistia
: Pistia stratiotes L
Nama lokal tumbuhan ini adalah kayu apu. Bentuknya mirip dengan sayuran kol atau
kubis yang berukuran kecil. Banyak tumbuh di daerah tropis, terapung pada genangan
air yang tenang dan mengalir dengan lambat. Kayu apu mempunyai banyak akar
tambahan yang penuh dengan bulu-bulu akar yang halus, panjang dan lebat
(Safitri,2009).
Bentuk dan ukuran daunnya sangat bervariasi, dapat menyerupai sendok, lidah atau
rompong dengan ujung daun yang melebar. Warna daunnya hijau muda makin ke
pangkal makin putih. Susunan daun terpusat berbentuk roset. Batangnya sangat pendek,
bahkan terkadang tidak tampak sama sekali. Buah buninya bila telah masak pecah
sendiri serta berbiji banyak. Selain dengan biji, kayu apu berkembang biak dengan
selantar atau stolonnya (Safitri,2009).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.1
Praktikum Pengaruh Toksisitas Limbah Pada Biota Air (Ikan Nila) dilaksanakan pada
hari Selasa, 15 Maret 2016 s/d Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 15.00 WITA bertempat di
Laboratorium Rekayasa Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.
3.1.2
Praktikum Pengaruh Toksisitas Limbah Pada Biota Air (Tanaman) ini dilaksanakan pada
hari Jumat, 18 Maret 2016 s/d Sabtu, 2 April 2016 pukul 15.00 WITA dan bertempat di
Laboratorium Rekayasa Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
3.2.1.1 Alat untuk Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Ikan Nila
1. Aerator
2. Selang aerator
3. Aquarium
4. Timbangan digital
5. Gelas ukur 1000 mL
6. Penggaris
7. Stopwatch
8. Plastik gula
9. Alat tulis
10. Jerigen
11. Ember
12. Kamera
13. Jaring ikan
14. Counter
15. Baterai
3.2.1.2 Alat untuk Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Tanaman Eceng Gondok
1. Toples plastik dengan volume 2000 ml
2. Gelas ukur 1000 ml
3. pH meter
4. Timbangan digital
5. Jerigen plastik volume 10 liter
6. Plastik gula
7. Saringan
8. Penggaris
9. Gelas Erlenmeyer
10. Baskom
11. Baterai
12. Pipet ukur 25 ml
13. Alat tulis
14. Kamera
15. Ember
3.2.2 Bahan
3.2.2.1 Bahan untuk Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Tanaman
1.
2.
3.
4.
Akuades 9000 mL
Air limbah Lindi 1000 mL
Ikan Nila
Pakan ikan
Tisu
7. Dihitung dan dicatat kembali berat, ukuran, ciri-ciri serta respirasi masing-masing
ikan.
8. Diamati dan diidentifikasi masing-masing ikan.
9. Diidentifikasi kembali jika ada ikan yang mati.
10. Dilakukan identifikasi setiap harinya selama 3 hari terhadap ikan yang masih hidup.
3.3.2
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Tabel Pengamatan Ciri-ciri Ikan
Jenis Ikan
Ciri-Ciri
Gambar
Ikan 1
Ikan 2
1
2. Ada garis 2 diatas kepala
3. Aktif
Ikan 3
1.
2.
3.
4.
1. Sayap
Ikan 4
sebelah
kanan
jarang
digunakan
2. Ikan yang paling panjang
3. Aktif
Respirasi
Ikan 1
151
90
122
99
-
Ikan 2
90
92
130
48
92
Ikan 3
103
-
Ikan 4
150
125
143
156
125
Ikan 1
2,2
2,2
2,1
Berat (gram)
Ikan 2
Ikan 3
1,8
1,4
2,2
1,4
2,2
-
Ikan 4
1,5
1,7
1,5
3
4
2,2
2,2
1,9
1,8
2
1,6
120
100
Jumlah Re spirasi
80
60
40
20
0
Hari 0
Hari 1
Hari 2
Hari 3
Hari 4
Berat Ikan
2.5
2
Ikan 1
Ikan 2
Ikan 3
Ikan 4
1.5
Gram
1
0.5
0
Hari 0
Hari 1
Hari 2
Hari 3
4.1.2
Pembahasan
Hari 4
Dari hasil pengamatan selama 4 hari, pada saat aklimatisasi, masing-masing ikan
bertambah panjangnya, namun setelah adanya pemberian air limbah lindi, dari 4 ikan
hanya ada 2 ikan yang dapat bertahan. Dari masing-masing ikan tersebut mengalami
panjang yang makin mengecil akibat bagian tubuhnya yaitu pada bagian ekor dan sirip
mengalami kerapuhan setiap harinya.
Pada hari pertama pengamatan, masing-masing ikan mengalami kenaikan berat badan.
Ikan 1 dan 3 beratnya tetap sedangkan ikan 2 naik menjadi 2,2 gram dan ikan 4 naik
menjadi 1,7 gram dari hari awal pengujian. Masing-masing ikan masih bergerak aktif
dan tidak memiliki perubahan yang banyak. Namun untuk hari pertama seekor ikan
mati, yaitu ikanke 3. Untuk tingkat respirasinya, ikan 1 dan ikan 4 mengalami
penurunan, sedangkan ikan 2 mengalami peningkatan tingkat respirasi. Untuk panjang
tubuhnya, ikan 1 dan ikan 2 mengalami peningkatan dan ikan 3 dan 4 mengalami
penurunan.
Pada hari kedua pengamatan, ikan 1 mulai bergerak aktif dan tingkat respirasinya
mengalami peningkatan dari hari sebelumnya, serta berat badannya mengalami
penurunan karena ikan tidak memakan pakan ikan yang diberikan. Untuk ikan 4 juga
mengalami penurunan berat badan dan panjang badannya mengalami penurunan akibat
dari ekornya terputus. Untuk ikan ke 2 berat badannya bertambah dan untuk panjangnya
masih tetap dengan hari sebelumnya. Ekor masing-masing ikan tersebut bisa terputus
akibat dari karakteristik limbah yang memiliki pH bersifat basa. Dari segi fisiknya,
tubuh ketiga ikan tersebut memucat disekitar bagian badannya.
Pada hari ketiga, ikan 1 mengalami peningkatan panjang tubuhnya dari hari sebelumnya
dan beratnya meningkat, untuk ikan ke 2 mengalami kenurunan panjangnya karena
ekornya terputus dan beratnya mengalami penurunan. Ikan ke 3 juga mengalami
penurunan panjang, namun untuk berat ikan mengalami peningkatan. Respirasi ke 3
ikan mengalami kenaikan dan penurunan. Untuk ikan 1 dan 2 mengalami penurunan
dan untuk ikan ke 4 mengalami kenaikan yang tinggi.
Pada hari keempat, ikan 2 dan ikan 4 masih tetap hidup dan mengalami penurunan berat
ikan dan panjang ikan untuk ikan 4 mengalami peningkatan sedangkan ikan ke 3 tetap
(stabil). Namun ikan ikan tersebut hanya berenang di pinggir-pinggir aquarium
Kemampuan berenang dari ketiga ikan sudah tidak sebaik dan seaktif hari sebelumnya
akibat bagian ekor dan sirip yang terputus. Ikan yang bertahan sampai hari ke 4 hanya
ikan 2 dan ikan 4 saja.
Hasil Pengamatan
Tabel 4.4 Berat Tanaman Apu Apu
Pengamatan tanaman ke- (gram)
Hari ke-
0%
25%
50%
75%
7,5
7,8
8,8
8,3
7,9
8,0
9,2
8,4
Lanjutan Tabel 4.4 Berat Tanaman Apu - Apu
8,0
8,5
9,5
10,2
8,4
8,8
10,4
11,9
8,7
9,6
11,4
12,4
9,2
10,3
11,9
12,8
9,6
10,9
12,5
13,1
10,4
11,4
13,2
12,5
10,8
11,6
14,6
12,1
11,6
12,1
12,9
12,6
11,5
12,3
13,4
10,3
12,3
13,1
9,3
12,8
8,9
12,5
8,6
12,1
8,1
-
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
5
100%
9,3
9,9
10,5
11,3
11,8
12,4
13,2
-
1
0%
6,6
6,7
6,7
6,8
6,8
6,9
5
100%
6,3
6,3
6,4
6,4
6,7
6,9
6
7
8
9
10
11
12
13
7
6,4
7,2
7,2
6,9
7
6,5
7,2
7,3
7,1
6,5
7,2
7,4
7,1
6,6
7,2
7,2
6,6
7,2
7,2
6,7
7,3
7,4
6,7
7,5
6,7
Lanjutan Tabel 4.5 Panjang Daun Tanaman Apu Apu
14
7,5
6,7
15
7,5
6,8
Tabel 4.6 Jumlah Daun Tanaman Apu Apu
Hari ke0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1
0%
6
6
6
7
7
9
9
10
8
11
11
10
11
11
11
13
5
100%
7
7
7
8
9
9
9
-
Hari ke-
11
12
13
14
15
12
12
8
8
8
6
5,3
5
3
3
5,6
-
1
0%
0
20
27
30
43
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
58
66
71
73
93
98
103
107
117
128
140
69
73
86
92
100
108
115
-
78
82
90
97
-
5
100%
0
19
29
42
57
70
78
-
0%
25%
50%
75%
100%
10
8
Gram
6
4
2
0
0%
25%
50%
75%
100%
8
6
Lembar
4
2
0
0%
25%
50%
75%
100%
100
80
mL
60
40
20
0
4.2.2
Pembahasan
Dari hasil pengamatan tanaman, tingkat konsentrasi yang dipakai untuk praktikum
adalah 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%. Dari 3 hari aklimatisasi, tanaman yang
dijadikan bahan yaitu tanaman apu-apu tidak ada yang mati, hanya terdapat kekuningan
dipinggiran beberapa daunnya terutama di tingkat konsentrasi 100%.
Untuk tanaman dengan konsentrasi 0%, berat tanamannya mengalami peningkatan pada
hari-hari awal dan mengalami penurunan setelah hari ke t13 Ini dapat terjadi karena
daya serap akar tanaman mengalami kejenuhan. Selain itu pada hari-hari akhir ujungujung daunnya mengalami kekuningan dan terdapat tunas-tunas daun baru pada harihari akhir. Jumlah daun mengalami penngkatan sampai hari ke 7 lalu hari selanjutnya
mengalami penurunan dan ada penambahan lagi pada hari ke 12.
Pada tanaman dengan konsentrasi 25%, berat tanaman juga mengalami peningkatan
pada hari-hari awal dan mengalami penurunan setelah hari ke 10. Untuk kemampuan
adsorbsi tetap bertambah setiap harinya. Jumlah daun mengalami peningkatan sampai
hari ke 7, lalu hari selanjutnya mengalami penurunan. Hal tersebut dapat terjadi karena
daya adsorbsi tanaman ini mengalami kejenuhan di hari-hari pertengahan dan terdapat
perontokan daun tanaman akibat dari kandungan limbah lindi.
Pada tanaman dengan konsentrasi 50%, berat tanaman juga mengalami peningkatan
pada hari-hari awal dan mengalami penurunan setelah hari ke 9. Untuk kemampuan
adsorbsi terjadi peningkatan. Jumlah daun mengalami peningkatan pada hari awal dan
mengalami penurunan di hari ke delapan. Tanaman mati pada hari ke 12 disebabkan
karena kandungan dari limbah air lindi.
Pada tanaman dengan konsentrasi 75%, berat tanaman juga mengalami peningkatan
pada hari-hari awal dan mengalami penurunan setelah hari ke 7. Untuk jumlah daun
mengalami peningkatan di awal sampai hari ke 8. Tanaman apu apu pada hari ke 9
mati karena daun-daunnya mengalami penguningan dan semakin layu akibat kandungan
dari limbah lindi.
Pada tanaman dengan konsentrasi 100%, berat tanaman juga mengalami peningkatan
pada hari-hari awal. Pada tanaman kosentrasi 100% ini, daun-daunnya lebih cepat
mengalami penguningan di ujung-ujungnya dan mati pada hari ke 7. Hal tersebut dapat
terjadi karena daya absorbsi tanaman ini mengalami kejenuhan di hari-hari pertengahan.
BAB V
PENUTUP
1 Kesimpulan
a. Pengaruh limbah air lindi dengan ikan nila adalah air limbah lindi memiliiki
kandungan organik yang tinggi juga mengandung unsur logam seperti Zn sehingga
ikan yang dimasukkan kedalam air lindi akan cepat mati. Pada praktikum ikan nila
mengalami panjang yang makin mengecil akibat bagian tubuhnya yaitu pada bagian
ekor dan sirip mengalami kerapuhan, selain itu berat ikan mengalami peningkatan di
awal lalu mengalami penurunan berat badan. Untuk respirasi ikan, hampir semua
ikan pada awal-awal mengalami penurunan, namun setelah beberapa hari
mengalami penurunan dan peningkatan respirasi ikan. Dari 4 ikan yang tersisa
hanya 2 ekor ikan, untuk 2 ekor ikan yang mati yaitu ikan 3 dan ikan 1 dimana ikan
ke 3 mati pada hari ke 1 dan ikan ke 3 pada hari ke 4.
b. Pengaruh limbah air lindi dengan tanaman apu apu adalah air lindi yang banyak
mengandung bahan organik yang tinggi dan mengandung unsur logam
mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang ditaruh pada limbah air lindi, daun
tanaman akan lebih cepat berubah warna menjadi kuning, hal ini di sebabkan karena
terdapatnya kandungan logam pada limbah air lindi. Pada praktikum pada saat
aklimatisasi jumlah daun tanaman diambil berkisar 6-7 lembar daun, namun setelah
beberapa hari dilakukan percobaan dan pengamatan jumlah daun tanaman
mengalami peningkatan dan penurunan jumlah daun. Untuk berat tanaman
mengalami peningkatan dan penurunan. Untuk tanaman yang berada pada 100%,
75% dan 50% air lindi mati hari ke 7, 9 dan 12.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan biota air, khususnya ikan adalah
tempat ikan tersebut beradaptasi dan kandungan-kandungan bahan berbahaya dalam
air tersebut dan penambahan udara untuk ikan bernafas. Toksisitas suatu bahan
kimia terhadap ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, kadar
oksigen terlarut, derajat keasaman, spesies, umur dan derajat aklimatisasi ikan serta
efek-efek langsung bahan pencemar terhadap sifat air.
2 Saran
1. Sebaiknya pada praktikum pengaruh toksisitas terhadap biota air ikan dan tumbuhan
selanjutnya, praktikum dapat dipisahkan menjadi dua mata acara yang berbeda agar
lebih dapat dipahami.
2. Sebaiknya pada praktikum selanjutnya dapat menggunakan hewan uji lain selain
ikan seperti menggunakan mencit atau hewan lain yang biasanya digunakan untuk
uji toksikologi.