Anda di halaman 1dari 10

DENGUE HEMORAGIC FEVER

I.

Pendahuluan
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, ditandai
dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas,
lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati, disertai tanda perdarahan dikulit berupa
petechie, purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena,
hepatomegali, trombositopeni, dan kesadaran menurun atau renjatan.
Di indonesia virus dengue sampai saat ini telah di isolsi menjadi 4 serotipe
virus Dengue yang termasuk dalam grup B dalam Arthropedi bone viruses (arbu
viruses), yaitu DEN-1,DEN -2,DEN-3, dan DEN-4.Ternyata DEN-2 dan DEN-3
merupakan serotipe yang menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand, di laporkan
bahwa serotipe DEN-2 adalah dominan.sementara di Indnesia, yang terutama domian
adalah DEN-3, tetapi akhhir-akhir ini ada kecenderungan doinansi DEN-2.
Infeksi oleh salah satu serotipe meninbulkan anti badi seumur hidup terhadap
serotipe bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain. Virus
dengue terutama di tularkan melalui vektor nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes
albopictus, aedes poly nesiensis, dan beberapa spesies lain kurang berperan. Jenis
nyamuk ini terdapat hampir di seluruh indonesia kecuali di ketinggian lebi dari 1000
m di atas permukaan laut.

II.

Patofisiologi
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk

terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang
jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di
seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah pada
kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau seperti
pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Pelepasan zat
anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem kalikrein
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga cairan
dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya perembesaran plasma

akibatnya terjadi pengurangan volume plasma yang terjadi hipovolemia,


penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Selain itu sistem reikulo endotel bisa terganggu sehingga menyebabkan reaksi
antigen anti body yang akhirnya bisa menyebabkan Anaphylaxia.
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan
depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut akan
menyebabkan perdarahan karena gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan
akhirnya sampai pada perdarahan kelenjar adrenalin.
Plasma merembas sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat
renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang
sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan
plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan,
asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya renjatan ini biasanya pada hari ke-3
dan ke-7.
Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya gangguan
pada hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler, trombositopenia (trombosit
< 100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protrombin, faktor V, IX, X dan fibrinogen). Pembekuan yang meluas pada
intravaskuler (DIC) juga bisa terjadi saat renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti
petekie, ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat
pada traktus gastrointestinal.

III. Manifestasi Klinis


Kasus DHF di tandai oleh manifestasi klinis, yaitu: demam tinggi dan
mendadak yang dapat mencapa 40 C atau lebih dan terkadang di sertai dengan
kejang demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastric,
discomfort, nyeri perut kana atas atau seluruh bagian perut; dan perdarahan,
terutama perdarahan kulit,walaupun hanya berupa uji tuorniquet poistif. Selain itu,
perdarahan kulit dapat terwujud memar atau dapat juga dapat berupa perdarahan
spontan mulai dari ptechiae (muncul pada hari-hari pertama demam dan
berlangsung selama 3-6 hari) pada extremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis

dan perdarahan gusi. Sementara perdarahan gastrointestinal masif lebih jarang


terjadi dan biasanya hanya terjadi pada kasus dengan syok yang berkepanjangan
atau setelah syok yang tidak dapat teratasi. Perdarahan lain seperti perdarahan sub
konjungtiva terkadang juga di temukan. Pada masa konvalisen sering kali di
temukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali. Hepatomegali
pada umumnya dapat diraba pada permulaan penyakit dan pembesaran hati ini
tidak sejajar dengan beratanya penyakit. Nyeri tekan seringkali di temukan tanpa
ikterus maupun kegagalan peredaran darah (circulatory failure).
Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan
masa inkubasi antara 13-15 hari menurut WHO (1975) sebagai berikut:
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif, seperti
perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis. Epistaksis, Hematemesis,
Hematuri, dan melena)
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah
menurun (tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolik 20
mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama
pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita gelisah timbul sianosis
disekitar mulut.
Selain timbul demam, perdarahan yang merupakan ciri khas DHF gambaran klinis
lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah:
a. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu
menelan.
b. Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare,
konstipasi.
c. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot,
tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada
saluran tubuh dll.

d. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah thrombocytopenia


(kurang atau sama dengan 100.000 mm3) dan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit lebih atau sama dengan 20%).

IV. Diagnosis
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO
tahun 1997 terdiri dari kriteria klinis dan laboratorium.
Kriteria Klinis:
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus
menerus selama 2-7 hari.
b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan uji tourniquet positif,
petechie, echymosis, purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan
gusi, hematemesis dan malena. Uji tourniquet dilakukan dengan terlebih
dahulu menetapkan tekanan darah. Selanjutnya diberikan tekanan di antara
sistolik dan diastolik pada alat pengukur yang dipasang pada lengan di atas
siku; tekanan ini diusahakan menetap selama percobaan. Setelah dilakukan
tekanan selama 5 menit, diperhatikan timbulnya petekia pada kulit di
lengan bawah bagian medial pada sepertiga bagian proksimal. Uji
dinyatakan positif apabila pada 1 inchi persegi (2,8 x 2,8 cm) didapat lebih
dari 20 petekia.
c. Pembesaran hati (hepatomegali).
d. Syok (renjatan), ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan
nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan gelisah.
Kriteria Laboratorium:
a. Trombositopeni ( < 100.000 sel/ml)
b. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau
lebih.
3. Derajat Penyakit DBD, menurut WHO tahun 1997 diklasifikasikan dalam 4

derajat, yaitu :
a. Derajat I Demam disertai dengan gejala umum nonspesifik, satu-satunya
manifestasi perdarahan ditunjukkan melalui uji tourniquet yang positif.
4

b. Derajat II Selain manifestasi yang dialami pasien derajat I, perdarahan


spontan juga terjadi, biasanya dalam bentuk perdarahan kulit dan atau
perdarahan lainnya.
c. Derajat III Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi
nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (< 20 mmHg) atau
hipotensi disertai kulit lembab dan dingin serta gelisah.
d. Derajat IV Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala syok (renjatan) yang sangat berat
dengan tekanan darah dan denyut nadi yang tidak terdeteksi.
V.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita DBD pada dasarnya bersifat simptomatik dan

suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.


Penatalaksanaan DBD tanpa komplikasi:
a. Istirahat total di tempat tidur.
b. Diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau air
ditambah garam/oralit). Bila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena
tidak mau minum, muntah atau nyeri perut berlebihan, maka cairan
inravena harus diberikan.
c. Berikan makanan lunak
d. Medikamentosa yang bersifat simptomatis. Untuk hiperpireksia dapat
diberikan kompres, antipiretik yang bersifat asetaminofen, eukinin, atau
dipiron dan jangan diberikan asetosal karena dapat menyebabkan
perdarahan.
e. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.
Penatalaksanaan pada pasien syok :
a. Pemasangan infus yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl, ringer
laktat dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah syok diatasi.

b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap
jam, serta Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) tiap 4-6 jam pada hari
pertama selanjutnya tiap 24 jam.
c. Bila pada pemeriksaan darah didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka
diberi transfusi darah.
VI.

Komplikasi
Dalam penyakit DHF atau demam berdarah jika tidak segera di tangani akan

menimbulkan komplikasi adalah sebagai berikut:


a. Perdarahan

Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan jumlah


trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm dan koagulopati, trombositopenia,
dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan
pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet
positif, petechi, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis
dan melena.

Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 7, disebabkan
oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi
cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi
dan hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous
return), prelod, miokardium volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi
disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.
DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan aktivity dan
integritas system kardiovaskur, perfusi miokard dan curah jantung menurun,
sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel
secara progresif dan irreversibel, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien
akan meninggal dalam 12-24 jam.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan nekrosis
karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel kapiler. Terkadang
tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan
adanya reaksi atau kompleks virus antibody. 23

4. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasasi
aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya cairan dalam
rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea, sesak napas.

DAFTAR PUSTAKA
1. Universitas Sumatera Utara.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16366/2/Chapter
%2520II.pdf Diakses pada 22 November 2014.
2. Frans, Evisina Hanafiati. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya.

http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/Vol%20Edisi

%20Khusus%20Desember%202010/PATOGENESIS%20INFEKSI
%20VIRUS%20DENGUE.pdf
3. Hendrawanto. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Ketiga
Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia.1996. Hal 417 426.
4. Mubin Halim Prof. dr., Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam (Diagnosis
dan Terapi). Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2008.
5. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-mahendraku5468-2-babii.pdf
6. Dharmal, Rahajuningsih. Sri Rezeki Hadinegoro. Ika Priatni. Disfungsi
Endotel pada Demam Berdarah Dengue. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

10

Anda mungkin juga menyukai