PENDAHULUAN
dari kuantitas kelulusan yaitu sekitar 40 % (data base Jurusan Pendidikan Bahasa
Inggris tahun 2013).
Berbicara (speaking) juga merupakan keterampilan yang sering digunakan
dalam interaksi dengan orang lain. Seringkali, orang lain menilai kemampuan
berbahasa Inggris seseorang dari kemampuan speaking. Namun, mahasiswa
sering merasakan kesulitan untuk mempraktekkan keterampilan speaking di
kelas. Mahasiswa sering merasa cemas untuk berlatih berbicara di kelas
speaking. Hal ini dapat dipengaruhi oleh masalah internal seperti motivasi dan
kemampuan yang rendah. Masalah eksternal seperti ketidakmampuan dosen untuk
mengajar juga dapat mempengaruhi kinerja mahasiswa.
Pengajaran yang inovatif dan metode pengajaran dalam speaking. Dosen
sering menggunakan strategi pembelajaran konvensional dan cenderung hanya
mentransfer materi yang tercantum dalam kurikulum dan silabus. Mereka tidak
memiliki kesadaran bahwa dosen juga harus membimbing siswa-siswa tentang
bagaimana mereka belajar dan memformulasikan proses dari kegiatan
pembelajaran. .
Watkins (2003) menyatakan bahwa cara pengajaran konvensional yang
menyoroti penguasaan konten sering menempatkan dosen sebagai aktor tunggal
yang mendominasi kelas dan menganggap mahasiswa sebagai pendengar saja.
Mahasiswa terpaksa belajar dengan menghafal materi itu. Mahasiswa juga
mendapatkan sedikit kesempatan untuk menunjukkan kompetensi mereka.
Dengan cara ini pengajaran cenderung membuat mahasiswa menjadi pasif dan
C. Tujuan Kegiatan
Kegiatan lesson study pada perkuliahan Speaking II dengan metode Role Play
(seni peran) bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kualitas pembelajaran mahasiswa dalam perkuliahan Speaking,
2) Meningkatkan rasa percaya diri, kemampuan speaking (berbicara), kemampuan
berpendapat, kemampuan bekerjasama, serta minat dan motivasi belajar
D. Sasaran Kegiatan
Sasaran program lesson study ini adalah mahasiswa kelas IIC program studi
Pendidikan Bahasa Inggris semester 1 pada mata kuliah Speaking II.
BAB II
KAJIAN TEORI
1. Konsep Dasar Speaking
Speaking activity dapat diartikan sebagai kegiatan berbicara, dimana
kegiatan berbicara yang dimaksud adalah berbicara dengan bahasa inggris. Jika
dilihat dari asal katanya, kata speaking berasal dari kata speak yaitu speak is
to express opinions; to say; to converse. Jadi speak disini adalah cara
mengeluarkan atau mengekspresikan pendapat, perkataan yang kita ingin
utarakan. Itulah pengertian speaking secara sederhana dan asal kata dari speaking.
Tetapi dalam arti luas speaking memiliki cangkupan yang cukup besar dalam
kehidupan kita. Seharinya banyak orang di dunia ini yang mengeluarkan
pendapatnya sehingga kita dapat menyimak, menyimpulkan dan juga mengambil
sikap dari apa yang mereka utarakan.
Ketika individu berbicara maka akan menghasilkan suatu vokal yang terdiri
dari suara-suara. Terdapat beberapa sistem utama ketika individu berbicara dan
menghasilkan suara, yaitu vokal, larynk, subglottal system, dimana terdiri dari
paru-paru dan gabungan beberapa otot untuk pernapasan dan pelepasan udara dan
tenggorokan. Subglottal system terdiri dari udara yang dibutuhkan untuk berbicara
dimana dihasilkan ketika pernapasan keluar. Dan dari sini pula dapat diambil
pengertian bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan individu untuk
menghasilkan suara, dimana untuk menghasilkan suara ini dibutuhkan beberapa
peristiwa mutakhir yang dapat diperkaya atau mengkhayal situasi pada suatu
tempat dan/ atau waktu tertentu, dan
3) Sosiodrama (sociodrama) yakni suatu pembuatan pemecahan masalah
kelompok yang dipusatkan pada suatu masalah yang berhubungan dengan
relasi kemanusiaan. Sosiodrama memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menentukan alternatif pemecahan masalah yang timbul dan menjadi perhatian
kelompok.
Berdasarkan kutipan tersebut, berarti metode Role Play (bermain peran)
adalah metode pembelajaran yang di dalamnya menampakkan adanya perilaku
pura-pura dari siswa yang terlihat dan/atau peniruan situasi dari tokoh-tokoh
tertentu sedemikian rupa. Dengan demikian metode bermain peran adalah metode
yang melibatkan siswa untuk pura-pura memainkan peran/ tokoh yang terlibat
dalam suatu kejadian/peristiwa.
Terdapat beberapa asumsi dalam model pembelajaran Role Play (bermain
peran) untuk mengembangkan perilaku dan nilai-nilai sosial, yang kedudukannya
sejajar dengan model-model mengajar lainnya. Mulyasa, menyatakan bahwa:
terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran bermain peran keempat
asumsi tersebut, yaitu :
(1) Bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan pengalaman
dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi di sini pada saat ini,
(2) Bermain peran memungkinkan para siswa untuk mengungkapkan perasaannya
yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain, tujuan
mengungkapkan perasaan adalah mengurangi beban emosional,
(3) Bermain peran, berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf
sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan
masalah tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa juga muncul dari
reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Dengan
demikian, siswa dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara
memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan dirinya secara optimal, dan
(4) Model bermain peran, berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi,
berupa sikap, nilai, perasaan dan sistem keyakinan, dapat diangkat ke taraf
sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para
siswa dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah
sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah (Mulyasa, E,
2005).
Persiapan metode Role Play (bermain peran) :
1. Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh
simulasi.
2. Dosen memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan.
3. Dosen menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi peranan yang
akan dimainkan oleh para pemeran serta waktu yang disediakan.
4. Dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya khususnya
pada siswa yang terlibat dalam pemeran simulasi (Wina Sanjaya, 2006).
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan langkah-langkah dalam metode Role
Play (bermain peran) menurut adalah sebagai berikut :
a. Dosen mempersiapkan rencana pembelajaran.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
BAB III
REALISASI PELAKSANAAN PROGRAM
dan fungsi berbicara, konsep dasar berbicara dan jenis-jenis berbicara. Ketiga, faktor
yang mempengaruhi efektivitas Speaking (berbicara) yang meliputi kecemasan
berbicara, bahasa tubuh, ciri-ciri pembicaraan ideal, dan perencanaan pembicaraan.
Keempat, pengembangan keterampilan berbicara yang meliputi metode pengajaran
berbicara, dan praktek berbicara dengan teman.
Persyaratan Mata Kuliah : Telah mengikuti Mata Kuliah Speaking 1,2 dan 3
Buku Acuan :
Brown, Douglas H.. 1980.
c. Refleksi :
Berdasarkan pengamatan observer pada lesson I, maka dikemukakan
beberapa hasil refleksi sebagai berikut :
1. Dosen model terlihat belum mampu memberikan penjelasan dengan
baik tentang materi yang akan dilakukan sehingga mahasiswa masih
belum memahami dengan jelas kegiatan yang akan mereka lakukan.
2. Dosen terkesan terlalu berfokus pada pemberian penjelasan tentang
metode perkuliahan yang akan dilakukan.
3. Masih banyak mahasiswa yang kurang begitu memahami tentang
metode pembelajaran yang dilakukan.
d. Rekomendasi :
Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi pada kegiatan open lesson I,
maka tim merekomendasikan beberapa hal untuk perbaikan perkuliahan
berikutnya. Adapun rekomendasi tersebut adalah:
1. Menggunakan media LCD untuk menjelaskan tentang metode
pembelajaran yang akan dilakukan oleh mahasiswa.
2. Dosen model memberikan contoh tentang pelaksanaan Role Play (seni
peran) dengan baik dan benar sehingga mahasiswa memahami dengan
baik.
3. Mempersiapkan secara matang materi apersepsi untuk membantu
mahasiswa memahami metode role play yang akan dilakukan.
Open Lesson II :
a. Waktu
b. Topik
c. Refleksi
Open Lesson IV :
a. Waktu
: 120 menit (pukul 13.00 15.00)
b. Topik
: At the Museum
c. Refleksi :
Berdasarkan pengamatan observer pada lesson IV, maka dikemukakan
beberapa hasil refleksi sebagai berikut :
1. Dosen model sudah dapat melakukan penilaian terhadap proses
pembelajaran.
2. Mahasiswa mampu bekerjasama dengan baik dalam bermain
peran, berekspresi dengan baik sesuai tokoh yang diperankan, dan
dapat melafalkan kata-kata bahasa Inggris dengan baik pada
dialog.
3. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan dan
masukan terhadap kelompok lain.
4. Dengan menggunakan metode ini dosen dapat memberikan masukan
yang lebih terarah dan merata pada setiap kelompok.
d. Rekomendasi :
Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi pada kegiatan open lesson IV,
maka tim merekomendasikan beberapa hal untuk perbaikan perkuliahan
berikutnya. Adapun rekomendasi tersebut adalah:
1. Tetap melanjutkan perkuliahan dengan menggabungkan pembelajaran
kooperatif dan Role Play dalam pengajaran Speaking.
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran, analisis data, dan
refleksi, maka dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran speaking dilaksanakan dengan teknik role play memberikan
kesempatan pada siswa untuk melakukan latihan pengembangan diri dan
kreatifitas dalam mengekspresikan diri pada saat bermain peran. Siswa
memerankan tokoh sesuai dengan karakter yang diperankan.
2. Diskusi guru dan siswa di awal kegiatan role play dilakukan untuk
mengidentifikasi materi yang terdapat di dalam naskah drama. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Richards, Jack C., and Theodore S. Rodgers. 1992. Approaches and Methods in
Language Teaching. A Description and Analysis. Cambridge: CUP.
Richards, Jack C., and Willy A. Renandya. 2002. Methodology in Language
Teaching. An Anthology of Current Practice. Cambridge: CUP
Petty, Geoff. (2004). Teaching Today, third edition. United Kingdom: Nelson
Thornes. Ltd.
Wiriaatmaja, Rochiati. (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk
Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya.