PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui cara kerja PCT 40 level control
2. Mempelajari karakter kerja float switch sensor
3. Mempelajari karakter proportional pressure sensor pada control level dengan
mode PID
4. Mempelajari karakter PSV untuk control level pada mode control manual
5. Membandingkan respon pengendalian antara mode direct action dan reverse
action
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Istilah-istilah dan Variabel-variabel pada level Control
Istilah istilah pada level control
1. Masukan
Masukan atau input adalah rangsangan dari luar yang diterapkan ke sebuah
sistem kendali untuk memperoleh tanggapan tertentu dari sistem pengaturan.
Masukan juga sering disebut respon keluaran yang diharapkan.
2. Keluaran
Keluaran atau output adalah tanggapan sebenarnya yang didapatkan dari suatu
sistem kendali.
3. Plant
Seperangkat peralatan atau objek fisik dimana variabel prosesnya akan
dikendalikan,
4. Proses
Berlangsungnya operasi peng endalian suatu variabel proses, misalnya proses
kimiawi, fisika, biologi, ekonomi, dan sebagainya.
5. Sistem
Kombinasi atau kumpulan dari berbagai komponen yang bekerja secara
bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.
6. Diagram blok
Bentuk kotak persegi panjang yang digunakan untuk mempresentasikan model
matematika dari sistem fisik.
7. Fungsi Alih (Transfer Function)
Perbandingan antara keluaran (output) terhadap masukan (input) suatu sistem
pengendalian.
Variabel-variabel pada level control
1. Variabel terkendali (Controlled variable)
Besaran atau variabel yang dikendalikan, biasanya besaran ini dalam diagram
kotak disebut process variable (PV). Dalam level control yaitu laju alir.
2. Manipulated variable
Masukan dari suatu proses yang dapat diubah -ubah atau dimanipulasi agar
process variable besarnya sesuai dengan set point (sinyal yang diumpankan
pada suatu sistem kendali yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan
keluaran sistem kontrol). Dalam level control yaitu laju alir dan variabel
gangguan.
3. Variabel Gangguan (disturbance)
Suatu sinyal yang mempunyai kecenderungan untuk memberikan efek yang
melawan terhadap keluaran sistem pengendalian(variabel terkendali). Besaran
ini juga lazim disebut load.
4. Sensing element
Bagian paling ujung suatu sistem pengukuran ( measuring system) atau sering
disebut sensor. Sensor bertugas mendeteksi gerakan atau fenomena lingkungan
yang diperlukan sistem kontroler. Dalam level control sebagai sensor yaitu
Transmitter
Alat yang berfungsi untuk membaca sinyal sensing element dan mengubahnya
supaya dimengerti oleh controller.
5. Aktuator
Piranti elektromekanik yang berfungsi untuk menghasilkan daya gerakan.
Perangkat bisa dibuat dari system motor listrik (motor DC servo, moto r DC
stepper, ultrasonic motor, linier moto, torque motor , solenoid), sistem
pneumatik dan hidrolik. Untuk meningkatkan tenaga mekanik aktuator atau
torsi gerakan maka bisa dipasang sistem gear box atau sprochet chain.
6. Transduser
Piranti yang berfungsi untuk mengubah satu bentuk energi menjadi energi
bentuk lainnya atau unit pengalih sinyal. Suatu contoh mengubah sinyal
gerakan mekanis menjadi energi listrik yang terjadi pada peristiwa pengukuran
getaran. Terkadang antara transmiter dan tranduser dirancukan, keduanya
memang mempunyai fungsi serupa. Transduser lebih bersifat umum, namun
transmiter pemakaiannya pada sistem pengukuran.
7. Measurement Variable
Sinyal yang keluar dari transmiter, ini merupakan cerminan sinyal pengukuran.
8. Setting point
Besar variabel proses yang dikehendaki. Suatu kontroler akan selalu berusaha
menyamakan variabel terkendali terhadap set point.
9. Error
Selisih antara set point dikurangi variabel terkendali. Nilainya bisa positif atau
negatif, bergantung nilai set point dan variabel terkendali. Makin kecil error
terhitung, maka makin kecil pula sinyal kendali kontroler terhadap plant hingga
akhirnya mencapai kondisi tenang ( steady state)
10. Alat Pengendali (Controller)
Alat pengendali sepenuhnya menggantikan
peran
manusia
dalam
1.2.2
r+
Gc
Gv
H
Gambar 1. diagram blok level control
keterangan:
r
e
Gc
Gp
Gv
w
u
y
m
H
Gp
Pada diagram blok sistem level control diatas Gc sebagai control unit atau
pengendali yaitu komputer yang berperan untuk mengendalikan segala sistem yang bekerja
pada sistem level control. Gv dalam level control merupakan control valve dan Gp
merupakan sistem proses yang berlangsung dalam tangki . Masukan (W) dalam sistem
control level yaitu laju alir, akan diukur oleh sensor yang kemudian sinyal dari sensor
tersebut akan dibaca dan diterjemahkan oleh transmitter (H) hasil dari pembacaan tersebut
akan dibandingan dengan set point (r) perbedaan atau error (e) tersebut diberikan
manipulated variable (MV) sehingga sesuai dengan set point lalu diteruskan oleh control
valve dan masuk kedalam sistem proses yaitu tangki.
1.2.3
Prinsip kerja dari solenoid valve/katup (valve) solenoida yaitu katup listrik
yang mempunyai koil sebagai penggeraknya dimana ketika koil mendapat supply
tegangan maka koil tersebut akan berubah menjadi medan magnet sehingga
menggerakan plunger pada bagian dalamnya ketika plunger berpindah posisi maka
pada lubang keluaran dari solenoid valve pneumatic akan keluar udara bertekanan
yang berasal dari supply (service unit), pada umumnya solenoid valve pneumatic
ini mempunyai tegangan kerja 100/200 VAC namun ada juga yang mempunyai
tegangan kerja DC.
b. Pneumatic Valve
Pneumatik adalah sebuah sistem penggerak yang
menggunakan tekanan udara sebagai tenaga penggeraknya.
Pneumatik menggunakan udara sebagai tenaga penggeraknya.
Dalam pneumatik tekanan udara inilah yang berfungsi untuk
menggerakkan sebuah cylinder kerja. Cylinder kerja inilah yang
nantinya mengubah tenaga/tekanan udara tersebut menjadi
tenaga mekanik (gerakan maju mundur pada cylinder).
Prinsip
kerja
pneumatic
valve
kompressor
diaktifkan
dengan
cara
menghidupkan penggerak mula umumnya motor listrik. Udara akan disedot oleh
kompresor kemudian ditekan ke dalam tangki udara hingga mencapai tekanan
beberapa bar. Untuk menyalurkan udara bertekanan ke seluruh sistem (sirkuit
pneumatik) diperlukan unit pelayanan atau service unit yang terdiri dari penyaring
(filter), katup kran (shut off valve) dan pengatur tekanan (regulator). Service unit
ini diperlukan karena udara bertekanan yang diperlukan di dalam sirkuit pneumatik
harus benar-benar bersih, tekanan operasional pada umumnya hanyalah sekitar 6
bar. Selanjutnya udara bertekanan disalurkan dengan bekerjanya solenoid valve
pneumatic ketika mendapat tegangan input pada kumparan dan menarik plunger
sehingga udara bertekanan keluar dari outlet port melalui selang elastis menuju
katup pneumatik (katup pengarah/inlet port pneumatic). Udara bertekanan yang
masuk akan mengisi tabung pneumatik (silinder pneumatik kerja tunggal) dan
membuat piston bergerak maju dan udara bertekanan tersebut terus mendorong
piston dan akan berhenti di lubang outlet port pneumatic atau batas dorong piston.
1.2.4
Sistem Pengendalian
a. Metode ON OFF
Pengendalian yang paling dasar adalah metode on-off atau biasa disebut metode
dua posisi. Jenis pengendalian on off ini merupakan contoh dari mode
pengendalian tidak terus menerus (diskontinyu). Mode ini paling sederhana,
murah dan seringkali bisa dipakai untuk mengendalikan proses-prose yang
penyimpanannya dapat ditoleransi keluaran kendali hanya memiliki dua
kemungkinan nilai, yaitu nilai maksimum (100 %) dan nilai minimum (0%).
Sebagai contoh adalah pengendali temperatur ruangan dengan memakai AC dll.
Respon pengendali pada metode ON OFF:
Hanya memiliki dua nilai keluaran, maksimum (100 %) dan nilai minimum
(0%).
Selalu terjadi cycling ( perubahan periodic pada nilai PV)
Tidak cocok jika terdapat waktu mati
b. Metode continue
Sistem pengendalian secara kontinyu adalah sesuatu yang memiliki beberapa
sub sistem yang terhubung satu dengan lainnya dan memiliki input dan
menghasilkan output yang dikontrol baik menggunakan regulation secara tidak
terputus-putus atau kontinyu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada
sistem pengendalian kontinyu menggunakan tiga tipe pengendalian, yaitu:
1. Proportional
2. Proportional Integral
3. Proportional Integral Derivativ
1. Pengontrol proporsional
Pengontrol proposional memiliki keluaran yang sebanding atau proposional
dengan besarnya sinyal kesalahan error (selisih antara besaran yang di inginkan
dengan harga aktualnya). Secara lebih sederhana dapat dikatakan bahwa
keluaran pengontrol proporsional merupakan perkalian antara konstanta
proposional dengan masukannya. Perubahan pada sinyal masukan akan segera
menyebabkan sistem secara langsung mengeluarkan output sinyal sebesar
konstanta pengalinya.
2. Pengontrol Integral
Pengontrol integral berfungsi menghasilkan respon sistem yang memiliki
kesalahan keadaan stabil nol. Jika sebuah plant tidak memiliki unsur integrator
(1/s), pengontrol proposional tidak akan mampu menjamin keluaran system dengan
kesalahan keadaan stabilnya nol. Dengan pengontrol integral, respon sistem dapat
diperbaiki, yaitu mempunyai kesalahan keadaan stabilnya nol. Pengontrol integral
memiliki karaktiristik seperti halnya sebuah integral. Keluaran sangat dipengaruhi
oleh perubahan yang sebanding dengan nilai sinyal kesalahan. Keluaran pengontrol
ini merupakan penjumlahan yang terus menerus dari perubahan masukannya. Kalau
sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan, keluaran akan menjaga keadaan
seperti sebelum terjadinya perubahan masukan. Sinyal keluaran pengontrol integral
merupakan luas bidang yang dibentuk oleh kurva kesalahan penggerak. Sinyal
keluaran akan berharga sama dengan harga sebelumnya ketika sinyal kesalahan
berharga nol.
Gambar 9. Kurva sinyal kesalahan e(t) terhadap t pada pembangkit kesalahan nol.
Gambar 10. Blok diagram hubungan antara besaran kesalahan dengan pengontrol integral
1.2.5
Disamping sederhana sistem ini banyak sekali digunakan pada industri salah satunya
level control pada tangki air yang digunakan untuk mengatur tingkat fluida dalam
sistem, tangki air bertindak sebagai keran penyimpanan yang menyediakan kelebihan
cairan. Control water level air ditangki tujuannya untuk menjaga keberadaan air yang
ada pada unit control. Control water level digunakan dalam steam boiler. Steam boiler
digunakan didalam dunia industri karena tenaga uap sangat berguna sekali sebagai
penggerak peralatan mekanik yang biasa digunakan didalam industri. Sehingga uap
yang digunakan tentulah uap yang dihasilkan secara terus menerus. Variable yang
sangat penting yang harus diukur dan dikontrol adalah Level air dalam Steam Drum,
supaya Boiler ini bekerja secara aman dan efisien serta menghasilkan laju uap yang
terus menerus, maka Steam drum levelnya harus dijaga agar tidak terlalu rendah
ataupun terlalu tinggi. Karena jika tidak ada air yang cukup dalam steam drum maka
Water Tube akan kering dan terbakar karena panas dari api, dan jika terlalu banyak air
maka uap yang dihasilkan tidak akan kering sehingga akan bermasalah pada hilirnya.
signal controller, signal process variable (PV) dan signal setpoint (SP) akan terlihat
rumit
Jika kontroller merasakan level steam drum berada diatas setpoint maka control
valve akan bekerja agar level bisa turun kembali, sebaliknya jika kontroller merasakan
level steam drum berada dibawah setpoint maka control valve akan bekerja agar level
bisa naik kembali. Artinya secara praktis bisa dikatakan signal output controller
berbanding lurus dengan fungsi dari suatu beban dalam prosess (berapa banyaknya
steam yang dikonsumsi dari boiler).