Anda di halaman 1dari 7
Barita Kedoktoran Masyarakat Vol. 2, No. 3, September 2006 halaman 93- 99 HUBUNGAN ANTARA KONSUMS! MAKANAN GOITROGENIK DAN STATUS IODIUM PADA IBU HAMIL DI KECAMATAN ENDEMIS GANGGUAN AKIBAT KEKURANGANIODIUM Eko Budi Santoso', Hamam Hadi, Toto Sudargo* "Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul *Bagian imu Kesehatan Masyarakat, UGM, Yogyakarta ABSTRACT Background: locine Deficiency Disorder (100) anuitionprolemin Indonesia, particulary encericin Gunungkdl Distr, Contibuton of goitegenis food to 10D is not known ye inthe population Objectives: To dently ihe relationship between consumption patter of pregnant mothers, especialy intake of iodine, otrogenic, and protein, and urine icine evel Methods: Ths was an observational siudy which Used a cross sectional design wih both quantitative and Aualitative approaches. Subjects of the study were pregnent mothers with gestational period betwoen 13 to 24 weeks, Data consisted of characteristics of pregnant mothers, consumption paltrn, and urine iodine level Survey of consumption used food frequency questionnaire method. Data were descriptively and analytically processed using chi square ané multple regression test. Results: There was 2 eatonship between iodine intake and wine iodine excretion. Pregnant mothers with tow iodine intake had @ rsk 6.7 times higher to low iodine excretion (p<0. 05). There was a relationship between thiocyanate goitogenic intakes and urine iodine excretion. Pregnant mathers with high thiocyanate gotrogenic intake hac risk 35 ies higher olow iodine excretion (p<0. 08), Theo was a latonship behveen protein intake and urine iodine exertion, Pregnant mothers with Iw poten intake had a ak 141 times higher to low iodine ‘excretion (p<0. 05). Linear regression analysis showed that gorogenc iniake variable ac slrongest negative oninbuton i urine iodine excretion Conclusion: There were relalonships between iodine inlake and une iodine excretion of pregnant mothers Debween thiocyanate goirogenc intake an rine iodine excretion of pregnant mothers, and between protein intake anc urine iodine excretion ‘Keywords: iodine inlake, gotrogenic intake, protein intake, pregnant mothers PENDAHULUAN Pemerintah selama lebih dari 30 tahun telah melakukan upaya perbaikan gizi masyarakal secara intensif guna menurunkan prevalensi masalah kurang {gizi pada golongan rawan, namun permasalahan gizi pada saat ini belum bisa dituntaskan. Hal ini dapat dilihat dari data mutakhir masalah gizi pada tahun 2002 seperti prevalensi gizi kurang pada balita 27.3%, prevalensi kurang energi kronis (KEK) pada wanita usia subur 17,6%, prevalensi anemia pada ibu hamil 40%, dan prevalensi gangguan akibat kurang jodium (GAKI) pada anak usia sekolah adalah 9,8%." Hasil survei nasional pemetaan GAKI pada tahun 1998 diperoleh temuan bahwa 33% kecamatan di seluruh Indonesia termasuk Kategori endemik, 21% endemik ringan, 5% endemik sedang, dan 7% endemik berat. Berdasarkan data tersebut diperkirakan 53,8 juta penduduk tinggal di daerah endemik GAKI dengan rincian 36,8 juta penduduk tinggal di daerah endemik ringan, 8,2 juta penduduk tinggal di daerah endemik sedang, dan 8,8 juta penduduk tinggal di daerah endemik berat? Hasil pemetaan GAKI oleh Puslitbang Gizi Depkes RI pada tahun 1995, prevalensi gondok To- tal Goiter Rate (TGR) pada wanita hamil/ menyusui di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar 18,4%. Dikabupaten Gunungkidul sebesar 22,2%, yang ditemukan 4 kecamatan endemis berat yaitu Kecamatan Tanjungsari, Panggang, Purwosari dan Tepus (TGR > 30%) dan duakecamatan enderis: sedang (TGR 20%-30%) yaitu Kecamatan Paliyan dan Sapiosari.? Kekurangan iodium merupaken faktor paling penting terhadap terjadinya GAKi. Studi epidemiologi menyimpulkan bahwa faktor tingkat konsumsi zat goltrogenik jenis tiosianat penduduk di daerah ‘endemis GAKI lebih tinggi dibandingkan dengan di daerah non endemis. Hal ini akan berpengaruh tethadap berkembangnya kasus baru GAKI didaerah endemik.* ‘Gangguan akibat kurang iodium masih merupa- kan prioritas masalah yang perlu mendapat perhatian terutama di daerah kantong endemis GAKI. Pada ibu hamil dampak yang ditimbulkan yaitu terjadinya Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 22, No, 3, September 2006 « 93 Eko Budi Santeso, dtk.: Hubungan antara Konsumsi Makanan Goltrogenik dan Status lodium goiter pada iu, bayi lahir mati, prematur, beratbadan lahir rendah, uli, kejang, kerdil, cacat pada saraf psichomotor, dan penurunan perkembangan mental pada bayi. ° Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, apakah ada hubungan antara status iodium dengan tingkat asupan iodium, zat goitrogeni tiosianat dan protein pada iu hamil di daerah ‘endemis GAK! Kabupaten Gunungkidul? BAHAN DAN CARA PENELITIAN Jeni penelitian ii adalah penelitian observast- onal dengan rancangan cross-sectional. Penelitian dilakukan di enam kecamatan endemik gondok di Kabupaten Gunungkidul, yaitu di Kecamatan Tepus, Tanjungsari, Panggang, Purwosari, Paliyan, dan Saptosari. Penetitian ini merupakan bagian dari penelitian cohort. Subjek daiam penefitian ini adalah ibu hamit di enam kecamatan endemik GAKI di Kabupaten Gunungkidul Provinsi DIY dengan kriteriainklusi: usia kehamilan 13 — 24 minggu, bertempat tinggal di daerah penelitian, bersedia untuk menjadi subjek selama penelitian berlangsung dan tidak berpenyakit kronis. Untuk menentukan sampel kecamatan endemik GAKI dipilin secara purposive sampling berdasarkan hasil pemetaan GAK\ oleh Puslitbang Gizi Bogor tahun 1995, yaitu enam kecamatan di Kabupaten Gunungkidul. Sampel yang digunakan datam anaiisis ini sebanyak 243 sampel. Analisis data dilakukan secara deskriptf untuk menggambarkan keadaan responden. Analisis analitik dilakukan untuk menguji hipotesis dengan teknik statistik chi square dan multiple regression untuk menguji hubungan antara variabel penelitian. dan faktor risiko dari asupan goitrogenik tiosianat, iodium dan protein terhadap status iodium urin. ‘Semua jenis analisis menggunakan statistik HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Umur responden sebagian besar n = 185 (76,1%) antara 20-35 tahun dengan umur kehamilan sebagian besar n = 40 (16,5%) berusia 18 minggu. ‘Sebagian kecil responden n=58 (23, 9%) telah terjadi pembesaran kelenjar gondok. (Tabel 1), Tabel 1. Karakteristik Responden ( No _Karaktritik sum Parsee a 2 SoH 1 A b 2035 14 58 sank 2 os 3: etbagsais. = we oe 8 5 Pas an) £ RSIAIOLRy 2 Fotogn samt es & ome BPekhomioawe = «FB ie 2 «, Heayn hab 5 See ne &. Papel vata 3 bs ° RENO, , 88 4 Sims snggom et Gwe) 936 565 CRmneci(ss) 1 HE & Rea feet) s Rekteelan salen ose ue 3 Max a PolaKonsumsi Sebagian besar responden n =215 (88, 4%) makan tiga kali atau lebih datam satu hari dengan porsi makan sebagian besar cukup n= 126 (51,8%). Sebagian besar responden n = 203 (83,5%) tidak mempunyai pantangan makanan selama hamil. Sebagian besar responden n =173 (71,2%) dengan asupan protein lebih rendah dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan berdasarkan Widayakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) dengan rala-rata 52. 2 gram +24. 1 gram (mean ++8D). Asupan iodium sebagian besar responden n 182 (74,5%) lebih rendah dari yang dianjurkan dengan rata-rata 153. 6 ug +88,3 ug (mean + SD). ‘Sebagian besar responden n= 226 (93,8%) dengan asupan goitrogenik tosianat lebih rendah dari ambang batas asupan goitrogenik berdasarkan Food Agri- cultural Organization (FAO) dan World Health Orga- nization (WHO) dengan rata-rata 3. 554g +3. 3 ug (mean +SD). Sebagian besar responden n = 133 (84,6%) dengan status iodium (ekresi lodium urin) rendah dengan rata-rata 136. 4 yg /ml +138, 7. ug / ml. (Tabel 2). 94 © Berita Kedokleran Masyarakat, Vol. 22, No. 3, September 2006 Betita Kedokteran Masyarakat Vol. 22, No. 3, September 2006 halaman 93 - 98 Tabel 2, Pola Konsums! Responden “Wo PotaKonsumsi_——Jumiab Person ——— tt 7 Asupan_proten aibandiig KGA/ROA a.Tinggi( > 60 gr per hari) 70 288 b.Rendan (< 60 9° per 173 m2 hati) 2 Asupan_iodium dibanding KGA/RDA a Tinggi ( >175 ng) 69 28.3 2, Rendah (< 175 ug) 174 n16 3 Asupan goitrogenik tosia- al 2. Rendah (< 10mg) 228 93.8 ', Tinggi (> 70mg) 16 62 4 Kandungan iogium garam konsumsi 2. Baik (> 30 ppm) 203, 836 b.Jelek (= 30 ppm) 40 16.4 5 Ekresiiedium Uri (EIU) a. Tinggi (> 100 yg /mi) 110 45.3 b.Rendah(< 100 yg imi) 133 547 6 Konsumsikapsuliodium ‘a, Mengkonsumsi 75 309 », Tidak mengkonsumsi 166 694 Hubungan antara EIU dan Asupan lodium ‘Asupan iodium berhubungan dengan status jodiurn ibu hamil yang terlinat pada EIU. Pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar (67,2%) dari iby hamif yang asupan iodiumnya rendah, mempunyai EIU yang rendah pula. Sebaliknya sebagian kecil (32,7%) dari ibu hamil dengan asupan lodium rendah mempunyai EIU yang tinggi. Ibu hamit dengan asupan iodium rendah mempunyai peluang/ risiko EIU rendah 6,34 kali (OR = 6,34 ; 95% Cl= 3,5 -12,9) lebih besar dibanding dengan ibu hamit dengan asupan iodium tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil ujichi square (Spearman Correlation) dengan = 0,05 maka dari kedua variabel di atas yang p< 0.05 berarti ada hubungan yang bermakna antara asupan iodium dengan EIU. Hubungan antara Asupan Goitrogenik Tiosianat dengan EIU Asupan iodium goitrogenik tiosianat berhubung- ‘an dengan status iodium ibu hamil yang terlinat pada EIU, Pada Tabel 4 dapat diketahui bafiwa sebagian besar (80%) dariibu hamil yang asupan goitrogenik tiostanat tinggi, mempunyai EIU yang rendah, seba- liknya sebagian kecil (20%) dari ibu hamil dengan asupan goitrogeik tiosianat yang tinggi mempunyai EIU yang tinggi bu hamil dengan asupan goitrogenik tiosianat tinggi mempunyai peluang/risiko EIU rendah 3, 53, kali (OR = 3, 53; 95% Cl = 0, 97-12, 8) lebih besar dibanding dengan ibu hamil dengan asupan goitro- genik tiosianat rendah. Hal ini sesuai dengan hasil Ujichi square (Spearman Carretation) dengan a= 0, 08, maka dari kedua variabel di atas p <0. 05 berarti ada hubungan yang bermakna antara asupan goltro- genik tiosianat dengan E1U Hubungan antara Asupan Protein dengan EIU ‘Asupan protein tidak berhubungan dengan sta- tus iodium ibu hamil yang terlihat pada EIU. Pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar (67.2%) dari ibu hamil yang asupan protein rendah, mempunyai EIU yang rendah pula. Sebaliknya sebagian kecil (42,7,0%) dari ibu hamil dengan asupan protein tinggi mempunyai IEU yang tinggi Jbu hamil dengan asupan protein rendah mempunyai peluang/risiko EIU rendah 1,4 kali (OR = 1,4; 95% Cl=0,81-247) lebih besar dibandingkan denganibu hamil dengan asupan protein yang tinggi. Hast! uji chisquare (Spearman Correlation) dengan a= 0, 05 maka dari kedua variabel di atas yang p > 0. 05 berarti tidak ada hubungan antara asupan protein dengan EIU, Namun bila menggunakan Uji regresi Tabel 3. Hubungan antara Asupan lodium dengan EIU Ears oa Fh eet Varabel a . (<100 yg 1) (2100;1g / 1) oR bel Up “papomeg Taae Be Ravan lien Tot sir er2m) ST gATH) 6.38 3.8 12.9 0.00% Renaan( 10mg) 12 (80,0%) 3(20,0%) 353 097 128 0.082 Rendah(<10 mg) 121 (53.0%) 107 (46.9%) ‘Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 22, No, 3, September 2006 # 95 Eko Busi Santoso, akk.: Hubungan antara Konsumei Makanan Goitrogenik dan Status lodium anova maka nilai p = 0,022, sehinggap <0, 05maka berarti ada hubungan yang besmakna antara asupan protein dengan EIU, terikat, semakin tinggi asupan iodiumnya, semakin meningkat kadar EIU Pada Gambar 2 dapat dikatakan bahwa ada hubungan negatif antara asupan goitrogenik tiosianat ‘Tabel §, Hubungan antara Agupan Protein dengan EIU Ekaroai fodiam Orin WHE Variabot Rendah——Tinggr P (<100 0) etoougmy OR bow UP ‘Raupan Protein: Renoah (<60) 99(572%) 74 442.7%) 1.41127 0.28 Tingai (2 60) 34(40.5%) — 36.(61.4%) Hasil Analisis Korelasi Multivariat Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk hubungan antara asupan iodium dengan EIU dengan r= 0,68 dengan p< 0,05, artinya ada hubungan yang kuat antara kedua variabel. Untuk hubungan antara asupan goitrogenik dengan EIU dengan 1?=- 0.26 dengan p< 0,05, artinya ada hubungan yang lemah antara kedua variabel, Untuk hubungan antara asupan protein dengan EIU dengan = 0,14 dengan p< 0,05, artinya ada hubungan yang lemah antara kedua variabel. Untuk lebih jelasnya, hubungan antara variabel ini dapat dilihat pada Gambar 1 ‘abel 6. Hasil Analisis Regres! Anova Varibe =< | Tsp adam dangon 0.68 8 00 fzipan Gatogonkcongan EWU 0,95. 0.001 sigan Prolengongen E10 oie 80% ses Yosumtiien g ‘Asin Youu Tt Gambar 1. Grafik Hubungan Asupan lodium dengan EIU Pada Gambar 1 dapat dikatakan bahwa ada hubungan positif antara asupan iodium sebagai variabel bebas dengan kadar EIU sebagai variabel ‘sebagai variabel bebas dengan kadar EIU sebagai variabel terikat, semakin tinggi asupan goitrogenik, semakin menurunkan kadar EIU. fr je eo Gambar 2, Grafik Hubungan Asupan Goitragenik dengan EIU Gambar 3, Grafik Hubungan Asupan Protein ‘dengan EIU Pada Gambar 3 dapat dikatakan bahwa ada hubungan positif antara asupan protein sebagai variabel bebas dengan kadar EIU sebagai variabel terikat, semakin tinggi asupan protein maka semakin meningkat kadar EtU-nya Hasil Analisis Regresi Linier Ganda Untuk metihat kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat, maka digunakan analisis regresi linier ganda. Untuk lebih jelasnya dapat diihat pada Tabel 7. 96 © Borta Kedoktoran Masyarakat, Vol. 22, No. 3, September 2006 Barita Kedokteran Masyarakat Vol. 22, No, 3, September 2006 halaman 93 - 99 Pada Tabel 7 Model 1 dapat dllihat bahwa koefi- sien regresi asupan iodium sebesar 0,975 (153,6 + 88,3) artinya setiap penambahan 1 yig/hari asupan iodium, maka akan menaikkan kadar EIU sebesar 0,975 j1g/|, Pada Model 2, koefisien regresi asupan goitrogenik sebesar ~10. 738 (3,55 + 3,3) a setiap penambahan 1 j.g/hari asupan goitrogenik, akan menurunkan kadar EIU sebesar 10. 738 g/| baru mencapai 25,5%. Cakupan konsumsi kapsul iodium hanya 30,9%. Dampak yang ditimbulkan dari dua indikator kecukupan iodium tersebut dapat dilhat dari EIU dengan kategori cukup, baru mencapai 47.4%. Dapat dikatakan bahwa informasi tentang pemilinan bahan makanan sumberiodium untuk dikon- sumsi dan distribusi kapsul iodium belum optimal. Dari hasil uj Korelasi dalam penelitian ini menunjuk- Tabel 7. Hasi Analisis Menggunakan Regresi Linier Ganda Unstandardized Coofficientnts t si ‘Model ‘Sid, ‘g 8 Error T. Renstantay gee 536 080r ‘Asupan lodium 0.975 0.067, ‘000 2. (Konstanta) 174,640 12.273 ‘000 Asupan Goltrogenik -10.738 2. 813 ‘000 3 (Konstanta) 93.467 20. 616 0,000 ‘Asupan Protein 0.823 | 0,359, 0. 022 4, (Konstanta) 9.636 17.558 0,584 ‘Asupan lodium 0.932 0,085, 0,000 ‘Asupan Goltrogenik 8. 5591. 845 ‘Asupan Protein 0463 0.258 7980074 Model 3 terthat bahwa koefisien regresi asupan protein sebesar 0,832 (52,2 + 24,1) artinya seliap Penambahan 1 jig/hari asupan protein, akan menaikan kadar EIU sebesar 0,832 ig/|. Padamodel 4, di antara asupan iodium dan asupan protein, koefisien regresi asupan goitrogenik mempunyai Kontibusi negatif paling kuat terhadap IEU, yaitu setiap penambahan 1 ug/hari goitrogeik, akan menurunkan kadar lodium dalam urin (EIU) sebesar 8,559 yigihari. (153,6 + 88,3) PEMBAHASAN Hubungan antara Asupan lodium dengan Ekresi lodium Urin Garam konsumsi dengan berbagai pilinan mulai dari garam tanpa iodium sampai garam dengan kandungan iodium lebih dari 30 ppm di warung- ‘warung maupun di pasar tersedia dalam jumiah yang cukup. Pelayanan kesehatan mulaidari posyandu, puskesmas pembantu, puskesmas semuanya telah didekatkan terhadap masyarakat, hingga kapsul lodium mudah didapat. ‘Suatu hal yang kontra dengan keadaan di atas memang terjadi. Hal ini dapat dilihat dari incikator kecukupan asupan iodium terutama untuk ibu hamil kan bahwa ada hubungan antara asupaniodium dengan ‘ekresi iogium urin (1? = 0,68 dengan p < 0,08). Penelitian yang dilakukan di Jambi yang mela porkan bahwa anak- anak Sekolah Dasar (SD) yang menderita gondok, asupan iodiumnya lebih rendah dibanding anak-anak yang tidak menderita gondok > Hal ini sejalan dengan hasil evaluasi masalah GAKI, dilndonesia yang menyimpuikan bahwa beberapa faktor terkait dengan masalah GAKI, namun faktor utamanya adalah asupan iodium yang rendah. ” Penelitian yang dilakukan di Srumbung Jawa Tengah terhadap wanita usia suburmelaporkan bahwa diperlukan peningkatan pemasaran sosial terhadap dampak GAKI yang diharapkan dapat meningkatkan asupan iodium, Dampak dari pemasaran sosial itu adalah adanya perubahan pola makan kaya iodium dan perilaku konsumsi garam, serta kapsul iodium bagi wanita usia subur. * Penelitian pada wanita usia subur suku pedalaman di Kalimantan Utara, Malaysia melaporkan bahwa masalah defisiensiiodium pada wanita usia subur dalam tingkatan parah, hal ini disebabkan konsumsi pada produk makanan lokal dengan kadar iodium rendah, frekuensi konsumsi singkong yang tinggi, dan rendahnya frekuensi konsumsi seafood. ® Berita Kedoltoran Masyarakat, Vol. 22, No. 3, September 2006 © 97 Eko Budi Santoso, dkk.* Nubungan antara Konsumsi Makanan Goltrogenik dan Status lodium Hubungan antara Asupan Goitrager Tiosianat dengan Ekresi fodium Urin ‘Sumber goltrogenik sepert kultdan daun melinjo, bunga kool, kool, sawi hijau merupakan bahan makanan yang umum dikonsumsi responden di ‘samping karena bahan tersebut mudah didapatjuga harganya sangat murah, ada responden menanam untuk dikonsumsi maupun dijual. Hal ini sangat tidak menguntungkan bagi golongan rawan gizi Hasil uji korelasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan, goitrogenik tiosianat dengan EIU (= -0,30 dengan p< 0,05). Penelitian yang ditakukan di Maluku terhadap anak SD melaporkan bahwa asupan goitrogen tiosianat memperberat endemisitas coastal goiter pada wilayah yang defisien iodium. ‘ Peneitian yang dilakukan di Jambi melaporkan bahwa anak-anak SD yang menderita gondok mengkonsumsitiosianat lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang tidak menderita gondok. ” Penefitian terhadap wanita usia subur, bu hari, ibu menyusui dan anak SD di Kabupaten Banggal ‘Sulawesi Tengah menyatakan bahwa fektor yang diduga berpengaruh terhadap timbulnya GAKI di daerah pantai adalah rendahnya iodium pada air minum, konsumsi umbi-umbian yang mengandung goitrogenik dan penggunaan garam yang tidak memenuhi standar kandungan iodiumnya. * Hubungan antara Asupan Protein dengan Ekresilodium Urin Rendahnya unsur protein dalam serum akan menghambat proses transportasi hormon dari kelenjar tiroid yang dibutuhkan untuk merangsang produksi Thyroid Stimulating Hormon (TSH). Rendahnya TSH akan memacu kelenjar tioid untuk bekerja ekstra keras, sehingga dalam jangka waklu vyang cukup lama terjadi pembesaran kelenjartiroid,”" ‘Asupan protein masih di bawah kecukupan yang dianjurkan, hal ini disebabkan karena kebiasan makan penduduk dengan porsi nasi yang lebih banyak, dan lauk sebagai sumber protein porsinya sangatkecil atau bahkan hanya sekedar penghantar makan nasi atau ubi kayu. Keadaan ini diperparah dengan adanya pantangan makan responden yang sebagian besar berpantang terhadap protein hewani bila keadaan sedang hamil. Hasil yjikorelasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan protein dengan ekresiiodium urin (1? = 0,22 dengan p< 0,05). Hasil penelitian terhadap iu hamil di daerah ‘endemis GAKi yaitu di Kabupaten Tuban Jawa Timur melaporkan bahwa, asupan protein yang rendah pada seluruh sampel penelitian, didapatkan konsumsi protein tidak mempengaruhi kejadian GAKI, namun tetap perlu dikaj kemungkinan bahwa asupan protein turut menjadi faktor penyebab timbulnya GAKI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimputan ‘Ada hubungan antara asupan iodium dengan ekresi lodium urin ibu hamil di kecamatan endemis GAKI Kabupaten Gunungkidul. Semakin tinggi asupan iodium semakin meningkat kadar ekresi iodium urinnya. Ada hubungan antara asupan goitrogenik tiosianat dengan ekresi iodium urin ibu hamil di kecamatan endemis GAKI Kabupaten Gunungkidul. ‘Semakin tinggi asupan goitrogenik tiodianat maka ‘ekresi iodium urin semakin turun ‘Ada hubungan antara asupan protein dengan ‘ekresi iodium urin ibu hamil di kecamatan endemis GAKI Kabupaten Gunungkidul. Semakin tinggi asupan protein semakin meningkat kadar ekresi iodium urinnya, Saran Kepada pengambil keputusan (pemerintah daerah khususnya jajaran Dinas Kesehatan) agar ‘meningkatkan upaya penanggulangan GAKI dengan kegiatan-kegiatan antara lain: penyuluhan sumber goitrogenik bahan makanan, penyuluhan sumber iodium, penyuluhan menu seimbang, pengawasan garam konsumsi, intensifikasi distribusi kapsul iodium dan pelaksanaan deteksi dini GAKI. Kepada tim penggerak PKK kebupaten, kecamatan, desa, dan pedukuhan agar secara berjenjang memberikan refressing tentang GAKI secara khusus tentang jenis sayuran dan makanan dengan kandungan goitrogenik tinggi dan cara ‘menurunkan kadar goitrogeniknya misainya dengan pemasakan sebelum dimakan. 98 © Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 22, No. 3, September 2006 Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 22, No. 3, September 2006 halaman 93 - 99 Perlunya penelitian lebih lanjut dengan variabel dan responden yang sama dengan pendekatan kualitalf, sehingga dapat diketahui apakah konsumsi ‘makanan yang mengandung goitragenik atau lodium pada ibu hamil ada kaitanrya dengan kebiasaan dan budaya setempat. KEPUSTAKAAN 4. Departemen kesehatan (Depkes), Program perbaikan gizi Indonesia, Edisi |, Direktori Gizi Indonesia dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi). Jakarta. 2003. 2. Depkes Ri, Panduan Penegakan Norma Sosial (Social Enforcement) Peningkatan Konsumsi Garam Berlodium. Tim Penangguiangan GAKI Pusat. Jakarta, 2002. 3. Abunain, D. Syarifudin, L. iman, S. Syafrudin, Survai pemetaan GAKY di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ditjen Binkesmas dan Puslitbang Gizi. Bogor. 1996. 4. Razak, A. Thaha, Djunaidi M., Nurhaedar J. Analisis faktorrisiko coastal goiter. Semarang: Jurmal GAK! Indonesia, Semarang. 2004; 1(1):19- 27, 5. WHO. Assesment of lodine deficiency disorders and monitoring their elimination, A Guide For Programe Managers, Second Edition, WHO. Washington D..C.2001 6. 10. 1 12. Djayusmantoko. Konsumsi zat lodium dan zat goitrogenik sebagai faktor risiko GAKY pada anak SD di Kecamatan Tabir Tulu, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Tesis (S2). Tidak dipublikasikan. Minat Utama Gizi dan Kesehatan, IKM. UGM. Yogyakarta. 2004. Djokomoeljanto,R. Evaluasi masalah GAKI di Indonesia, Jurnal GAKY Indonesia. Pusat GAKY-IDD Centre. Semarang, 2002. Margiwati, A. Kusnanto,H. Doeljachman. Persepsi Wanita Berusia 20-35 Tahun Terhadap ‘Gangguan Akibat Kekurangan lodium (GAKI). Jurnal Epidemiologi indonesia, 1997; 1(Edisi 1). Cuthbertson,©. C. Naemiratch, B. Thomson, L. M. Dietary intake and iodine deficiency in ‘women of childbearing age in an orang asli com- munity close to Kuala Lumpur, Malaysia. Pacific J Clin Nutr, 2000;90 (20) : 36-40. ‘Subekti, |. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbuinya GAXY di daerah pantai, Warta litbang kesehatan. Litbang Depkes. Go. 1d, 2001. Djokomoeljanto,R. Gangguan Akibat Defisiensi lodium Dan Gondok Endemik. limu Penyakit Dalam. Edt, dr. Sudarman. Cetakan 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1994, Adriani, M. Wirjadmadi, B. Gunanti, 1. R. Identifikasi Gondok di deerah Pantai: Suatu ‘Gangguan Akibat Kurang lodium? Jurnal GAKY Indonesia. 2002; 3(1) Desember:17-30. Borita Kedokteran Masyarakat, Vol. 22, We. 3, September 2006 « 99

Anda mungkin juga menyukai