Anda di halaman 1dari 79

SOTERIOLOGI

Soteriologi
PENDAHULUAN
Apakah arti soteriologi itu?
Kata soteriologi dari dua kata Yunani yaitu: Soteria dan logos. Soteria
berarti keselamatan dan logos berarti perkataan, firman atau kalam Jadi
secara singkat istilah ini berarti kata-kata mengenai keselamatan.
Pertanyaan kita selanjutnya adalah: Kalau kata soteriologi adalah katakata, ajaran atau doktrin tentang keselamatan, timbul
pertanyaan :keselamatan apa? Ada keselamatan lalu lintas, ada
keselamatan melahirkan, keselamatan jalan kaki (slamet gua ngga
nginjak gituan) dan lain-lain sebagainya.
Untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu bertanya pada Alkitab terlebih
dahulu.
KESELAMATAN DI DALAM ALKITAB
Perjanjian Lama
Dalam PL kata keselamatan berasal dari bahasa Ibrani yasha (nama
Yosua (ibrani) dan Yesus (Aram) = penyelamat
Yasha mempunyai arti: lebar, leluasa, kebebasan dari tekanan,
pembebasan.
Sepanjang PL kata ini dipergunakan dalam banyak arti.
1. kita temukan bahwa kata ini dipakai dalam arti keselamatan dari
bahaya-bahaya atau penderitaan, jajahan dan tekanan secara
hurufia/sesungguhnya.
Contoh:
a. Kel.14:13 Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Janganlah

takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan
diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat
hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya.
a.dalam tiga contoh ayat ini kata yasha/keselamatan dipakai dalam arti
selamat dari penjajahan Mesir.
Kel. 14:30 Demikianlah pada hari itu TUHAN menyelamatkan orang
Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir
mati terhantar di pantai laut.
Kel. 15:2 TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi
keselamatanku. Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Allah bapaku, kuluhurkan Dia.
b. Ul. 20:4 sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai
kamu untuk berperang bagimu melawan musuhmu, dengan maksud
memberikan kemenangan kepadamu. Kesealamatan dari kekalahan
c. Hak.3:31 Sesudah dia, bangkitlah Samgar bin Anat; ia menewaskan
orang Filistin dengan tongkat penghalau lembu, enam ratus orang
banyaknya. Demikianlah ia juga menyelamatkan orang Israel.
Keselamatan dari tindasan
d. Maz. 34:6 Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu
akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Keselamatan dari
kesesakan
e. Maz.106:10 Demikian diselamatkan-Nya mereka dari tangan
pembenci, ditebus-Nya mereka dari tangan musuh; Keselamatan dari
tangan musuh
f. Yes. 46:13 Keselamatan yang dari pada-Ku tidak jauh lagi, sebab Aku
telah mendekatkannya dan kelepasan yang Kuberikan tidak bertangguh
lagi; Aku akan memberikan kelepasan di Sion dan keagungan-Ku
kepada Israel." Keselamatan dari pembuangan dari Babel.
2. Kita mendapatkan bahwa kata ini dipakai dalam bentuk kiasan
Contoh: Hos.1:7 Tetapi Aku akan menyayangi kaum Yehuda dan
menyelamatkan mereka demi TUHAN, Allah mereka. Aku akan
menyelamatkan mereka bukan dengan panah atau pedang, dengan alat
perang atau dengan kuda dan orang-orang berkuda." Keselamatan dari

kerusakan moral.
3. Kata ini dipakai dalam arti atau sebagai berkat umum bagi umat Allah
Contoh: Maz.28:9 Selamatkanlah kiranya umat-Mu dan berkatilah
milik-Mu sendiri, gembalakanlah mereka dan dukunglah mereka untuk
selama-lamanya.
Berkat inilah yang menjadi inti kesaksian PL.
Yudaisme
Di dalam Yudaisme (agama orang Yahudi) keselamatan bagi mereka
diartikan sebagai yang kelak akan dikaryakan oleh Mesias jika Ia datang
nanti. Keselamatan ini meliputi keselamatan politik , bangsa dan agama.
Pengharapan ini dilatarbelakangi oleh keadaan orang Yahudi pada waktu
itu (dan pada masa PB) yang menjadi jajahan Romawi, sehingga mereka
sangat mengharapkan pembebasan dari tindasan penjajah itu secara fisik.
Perjanjian Baru
Arti-arti di atas juga masih kita jumpai di dalam Perjanjian Baru
1. Keselamatan dari macam-macam bahaya atau tekanan, atau kesulitan
Contoh: Kis.7:25 Pada sangkanya saudara-saudaranya akan mengerti,
bahwa Allah memakai dia untuk menyelamatkan mereka, tetapi mereka
tidak mengerti. Selamat dari aniaya orang Mesir.; Kis.27:31 Karena itu
Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: "Jika mereka
tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat." Selamat dari
bahaya kapal kandas; Ibr.11:7 Karena iman, maka Nuh -- dengan
petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan -- dengan taat
mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena
iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima
kebenaran, sesuai dengan imannya. Selamat dari air bah
2. Keselamatan dalam arti medis atau kesehatan
Contoh: Mark. 5:34 Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anakKu, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan
sembuhlah dari penyakitmu!" Keselamatan dari penyakit.; Yak. 5:15

Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan
Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka
dosanya itu akan diampuni. (Tuhan Yesus sendiri pernah menunjuk
diriNya tabib (Mark.2:17).
3. Namun di atas semuanya kata keselamatan (Ibr. Yasha, Yunani
soteria) paling sering digunakan untuk pembebasan atau penjagaan
dari seluruh bahaya-bahaya rohanian atau berkat-berkat rohani.
Contoh:
II Kor.7:10 Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan
pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan,
tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian. Keselamatan
sebagai ganti kebinasaan.;
I Tes. 5:9 Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka,
tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita,;
Tit.2:11 Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua
manusia sudah nyata. Keselamatan karena kasih karunia;
Ibr. 5:9 dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok
keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.
Keselamatan yang abadi/kekal.
Kis. 4:12 Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di
dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang
diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."
Keselamatan yang berasal hanya dari Kristus. Luk.19:10 Sebab Anak
Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."
Ef. 2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu
bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, Keselamatan yang
diterima dengan iman.
Kis. 16:30 Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan-tuan,
apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" Mengaku percaya
dan bertobat.
Secara singkat ayat-ayat ini bisa kita definisikan secara teologis apa itu
keselamatan, yaitu karya anugerah Allah yang melaluinya Ia

membebaskan orang-orang berdosa, yang beriman dan percaya pada


Injil, dari dosa dan akibatnya; membawa mereka masuk dalam hubungan
yang baru dan benar dengan diriNya; serta menganugerahkan kepada
mereka kekayaan kasih dan anugerahNya.
TUGAS SOTERIOLOGI
Berdasarkan pembahasan kita maka jelaslah yang kita maksudkan
dengan keselamatan yang dipelajari dalam soteriologi adalah
keselamatan pada point 3 di atas.
Jika kita melihat pada uraian kita tadi tampak pada kita bahwa
keselamatan itu mempunyai banyak unsur, misalnya (Yesus mati bagi
kita), komponen (Pertobatan, iman, dll), jaminan (keselamatan itu
kekal), fungsi (membebaskan kita dari dosa dan murka Allah) dan
mempunya tuntutan (memegang dan bertumbuh), dst.
Semuanya itu membutuhkan pemahaman, penganalisaan, dan
pensistematisan sehingga dengan demikian kita mengerti makna
keselamatan itu bagi iman Kristen kita.
Inilah yang dikerjakan oleh soteriologi. Dengan kata lain, soteriologi itu
menganalisa, menggali, mensistematiskan seluruh ajaran keselamatan
yang telah diwahyukan dalam Alkitab dan menemukan maknanya bagi
kehidupan kekristenan kita.
ASPEK-ASPEK KESELAMATAN
Jika kita melihat keselamatan dari segi waktu, maka kita dapatkan
bahwa keselamatan itu mempunyai fase yang berbeda-beda.
1. Masa lampau (II Tim.1:9 Dialah yang menyelamatkan kita dan
memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan
kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri,
yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum
permulaan zaman)
Pada saat kita menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita,
maka kita dilepaskan Allah dari dosa dan akibatnya satu kali untuk

selamanya (Rom.5:9, Ef.1:7). Kita menerima pembenaran Allah dan


masuk ke dalam hubungan baru serta diberi hak menjadi anak Allah
(Rom.8:24, Ef.2:5, Tit.3:5-8).
2. Masa kini/sekarang (Yak.1:21 Sebab itu buanglah segala sesuatu
yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan
lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa
menyelamatkan jiwamu).
Sekarang kita dapat mengalami kuasa kelepasan dari kuasa dosa,
pencobaan Iblis dan daya tarik dunia (Gal.5:16, Yak.4:7, Yak.1:27). Dan
kita secara terus menerus dikuduskan, bertumbuh dalam segala yang
baik, bertumbuh semakin serupa dengan Kristus. Bahkan kita sudah
boleh merasakan berkat-berkat, karunia-karunia dari sorga (Ibr.6:3-5).
Semua itu karena kita telah ada dalam kerajaan sorga.
3. Masa yang akan datang (Rom.13:11 Hal ini harus kamu lakukan,
karena kamu mengetahui keadaan waktu sekarang, yaitu bahwa saatnya
telah tiba bagi kamu untuk bangun dari tidur. Sebab sekarang
keselamatan sudah lebih dekat bagi kita dari pada waktu kita menjadi
percaya)
Pada masa yang akan datang kita menerima penebusan tubuh kita,
menerima kesempurnaan dan kemuliaan (Flp.3:20-21), yaitu pada saat
Kristus datang kembali (Gal.1:4)
MANUSIA MUTLAK MEMBUTUHKAN KESELAMATAN
Kita sudah membicarakan apakah itu soteriologi, pentingnya belajar
doktrin ini serta aspek-aspeknya dalam keselamatan. Sekarang kita
membicarakan bahwa keselamatan itu merupakan kebutuhan yang
mutlak.
Umumnya kita mendengar baik dari mimbar-mimbar gereja maupun dari
pembicaraan sehari-hari bahwa setiap manusia membutuhkan
keselamatan. Tetapi kenyataan kita lihat bahwa manusia cenderung
mengabaikan hal-hal rohani dan cenderung lebih memikirkan hal-hal
yang materi dan kesenangan daging, lebih sengan mencari duit dari pada

Tuhan, lebih suka makan rujak dari pada baca Alkitab.


Dengan kenyataan demikian dapatlah kita katakan bahwa kebutuhan
mutlak akan keselamatan itu justru ditandai ketidakperdulian dari
manusia. Kenapa demikian? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus
menelusuri dari awal sejarah manusia dari Adam dan Hawa.
Dalam Kejadian 1 dan 2 kita membaca bahwa manusia diciptakan
dengan baik oleh Allah. Keadaannya suci, tanpa dosa dan bebas. Namun
keberadaan dan kedudukan manusia seperti itu, bukanlah keberadaan
dan kedudukan terakhir (ultimate) melainkan suatu keberadaan yang
dapat berubah, dan hal itu dapat didasarkan kepada kehendak bebas
manusia itu sendiri, taat atau tidak taat. Sampai pada Kejadian 3 kita
dapatkan bahwa manusia memilih untuk tidak taat dan melanggar
perintah Allah. Akibatnya manusia yang dapat berubah itu, berubah
menjadi buruk. Dari suci menjadi najis, dari yang tidak berdosa menjadi
pendosa bahkan menjadi budak dosa (Rom. 7:22-23, Rom. 3:9 band.
Maz. 14:1-3).
Proses di atas bisa kita simpulkan sebagai berikut :
a. Manusia diciptakan dalam keadaan suci, tetapi dia ada di tengahtengah antara yang baik dan yang jahat. Kita diagramkan sebagai
berikut:

b. Manusia yang suci, tanpa dosa dan bebas memilih yang jahat, dan
memilih tidak taat kepada perintah Allah. Berarti manusia meninggalkan
kedudukannya yang suci, tanpa dosa dan bebas dan masuk ke dalam
kedududkan yang najis dan menjadi pendosa. Kita lihat diagramkan

sebagai berikut.

Setelah proses di atas terjadi, maka Adam dan Hawa memiliki


keberadaan yang telah berubah dari semula, yaitu dari yang suci menjadi
najisn, dari bebas menjadi tawanan dosa. Paulus menyatakan dalam
Rom.5:12 Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia
oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah
menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.
Alkitab memberikan rincian dengan jelas bagaimana kedudukan
manusia atau keberadaan manusia yang sudah berubah itu.
Semua orang dilahirkan sebagai pendosa (Rom.5:19 Jadi sama seperti
oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa,
demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang
benar)
Semua orang adalah budak dosa (Yoh.8:34Kata Yesus kepada mereka:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa,
adalah hamba dosa.; Rom.3:9 Jadi bagaimana? Adakah kita
mempunyai kelebihan dari pada orang lain? Sama sekali tidak. Sebab di
atas telah kita tuduh baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, bahwa
mereka semua ada di bawah kuasa dosa,; 6:16-17), setan (Kis.26:18;
Kol.1:3; I Yoh 5:19). Hidup manusia sepenuhnya dikuasai oleh penguasa

yang jahat (Ef. 2:1-3 Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaranpelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu
mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan
angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang
durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara
mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti
kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami
adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang
lain.)
Semua orang mati secara rohani dihadapan Allah (Ef.2:12:1 Kamu
dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.;
4:18; Rom.1:21-23; 3:11; I Kor.2:9,14). Dipihak lain manusia hidup
terhadap dosa, setan dan dunia (Ef.2:2-3).
Semua manusia terhilang dari hadapan Allah (Luk.19:10; Rom.3:9-18; II
Kor.4:3). Ini berarti manusia tidak lagi seperti sebagaimana ia
diciptakan.
Semua orang berdosa melalui perbuatannya (Ef.2:3; Rom.1:21-23).
Butir ini membutuhkan penjelasan yang lebih terperinci.
Seperti yang sudah kita bahas bahwa manusia adalah pendosa adanya,
maka dari segi keberadaannya itu (butir 1-5) terlahirlah perbuatanperbuatan dosa. Sama seperti pohon apel membuahkan apel,
demikianlah manusia sebagai pohon dosa menghasilkan buah dosa.
Manusia dalam keberadaannya sebagai pendosa akan selalu
membuahkan dosa.
Semua orang berhutang kepada Allah atas dosa-dosanya (Kej.2:17;
Yez.18:4; Rom.6:23).
Semua manusia ada di bawah kutuk dan hukuman Allah (Yoh.3:18).
Butir 1-7 di atas mengantar manusia pada kondisi bersalah dan dimurkai
oleh Allah sehingga manusia harus dihukum di api neraka. Jika kita
amati alasan hukuman itu, maka kita temukan (berdasarkan butir 1-7):
a. Manusia harus dihukum harus dihukum karena keberadaan atau
kondisinya (butir 1-5; Rom.5:18).

b. Manusia harus dihukum karena perbuatan dosanya sendiri (Rom.3:919). Penghakiman yang datang itu berkenaan dengan tanggungjawab
manusia akan hidupnya serta berkenaan dengan hukuman apa yang akan
diterimanya (Why.20:11:15; Rom.5:18).

Manusia tidak berdaya untuk memperbaiki kondisinya atau memenuhi


kebutuhan rohaninya sendiri (Rom.5:6). Manusia membutuhkan
penyelamat : Yesus Kristus.

Setelah mengikuti penjelasan yang cukup panjang lebar, maka kita dapat
mejawab pertanyaan berikut ini: mengapa manusia yang membutuhkan
keselamatan itu justru tidak merasa kebutuhannya yang sangat pokok?
Semua ini dikarenakan manusia sudah mati rohani, pendosa dan
terhilang dari hadapan Allah. Itulah sebabnya pula mengapa seseorang
sebelum diselamatkan, ia harus disadarkan dulu (dengan pertolongan
Roh Kudus) akan kebutuhan rohaninya di hadapan Allah (band.
Yoh.4:15-19; 6:34-36).
Sementara manusia mungkin merasakan kebutuhan-kebutuhan lain yang

lebih mendesak seperti kebutuhan-kebutuhan materi yang menjadikan


manusia itu tidak tertarik memikirkan kebutuhan yang utama yaitu
keselamatan. Kebutuhan yang utama yaitu keselamatan hanya dapat
diberikan oleh Tuhan Yesus.
Hanya pada saat manusia diterangi akan dosanya berdasarkan kuasa
Allah sendiri, barulah ia dapat melihat Tuhan Yesus sebagai pemenuh
kebutuhannya itu. Dan setelah itu barulah ia dapat melihat juga bahwa
Tuhan Yesus bukan hanya memenuhi kebutuhan pokoknya akan
kelepasan dari dosa, tetapi sebagai pemenuh kebutuhan-kebutuhannya
yang lain.
MANFAAT KESELAMATAN
Di atas telah dibahas bagaimana kondisi semua manusia yang berada di
luar keselamatan. Pembahasan tersebut beserta dengan amanat agung
Tuhan Yesus kepada kita, membuat kita seharusnya bukan saja taat tapi
berbeban untuk menginjili mereka (Luk.24:47). Sekarang kita coba
membahas manfaat yang diperoleh seseorang dari keselamatan.
1. Perubahan kondisi orang berdosa menjadi orang kudus (I Kor.1:2;
6:9-11).
Ia tidak lagi dikategorikan sebagai pendosa meskipun ia masih berdosa
dalam perbuatannya. Ia dikuduskan bagi Kristus dan ia kudus adanya.
2. Ia bukan lagi budak dosa, setan dan dunia, tetapi hamba Yesus Kristus
dan kebenaran (Rom.6:16-18). Kewajibannya adalah hidup bagi Kristus
dan melakukan kehendaknya.
3. Ia tidak lagi mati rohani terhadap Allah, tetapi ia hidup. Ia sekarang
menjadi anggota rumah tangga Allah dan warga kerajaanNya
(Yoh.1:12).
4. Ia tidak lagi terhilang dari hadapan Allah karena ia adalah ciptaan
baru dalam Kristus (II Kor.5:17; Ef.2:10; Ef.4:24).
5. Ia tidak lagi hidup dengan perbuatan-perbuatan dosa, tetapi berbuat
baik (Ef.2:10; I Yoh.3:9).
6. Ia tidak lagi berhutang kepada Allah tentang dosa-dosanya karena ia

telah menerima pengampunan (Ef.1:7; Kol.2:13). Hutangnya sudah


terlunasi untuk selamanya.
7. Ia tidak lagi dibawah kutuk dan hukuman Allah, tetapi telah
dibenarkan (Rom.5:1,9,18). Ia dibebaskan dari hukuman dan dinyatakan
benar oleh Allah (Rom.8:1; II Kor.5:21).
8. Ia tidak lagi tidak berdaya, tetapi mempunyai Roh Kudus yang
memberinya kekuatan untuk menjadi dan melakukan semua yang Allah
tuntut darinya (Yoh.14:16-17; Flp.4:13; II Pet.1:3).
Betapa kita yang telah menerima keselamatan itu harus mengucap
syukur kepada Allah karena perubahan yang ajaib yang diperbuatnya
pada kita. Perubahan itu dinyatakan oleh semua orang yang berjalan
dalam ketaatan kepada Allah.

JALAN-JALAN SALAH MENUJU KESELAMATAN


Dalam Kejadian 3 kelihatan jelas bahwa perbuatan (melanggar hukum
Allah) lah yang menghantar Adam dari keberadaannya yang baik kepada
keberadaannya yang buruk, najis dan pendosa.

Adam sendiri sadar bahwa perbuatan pelanggarannya itulah yang telah


membawanya kepada ketelanjangan, malu dan putus hubungan dengan
Tuhan. Kesadaran ini membawanya untuk berpikir bahwa masalah besar
yang dihadapinya itu semata-mata hanya karena ia telah mencoba
menyelesaikan masalah tersebut dengan perbuatan lain yang menurutnya
akan dapat menolong dari ketelanjangan menjadi tidak telanjang, dari
malu menjadi tidak malu, dari putus hubungan dengan Allah menjadi
tersambung. perbuatan ini dicantumkan dalam Kejadian 3:7 (menyemat
pohon ara dan membuat cawat).
Konsep dosa adalah perbuatan dan dapat diselesaikan dengan perbuatan.
Konsep inilah yang kemudian kita lihat dalam ajaran-ajaran non Kristen,
seperti berikut:
1. Islam
Dalam agama Islam kita mendapatkan bahwa keselamatan atau hidup
yang dapat diperkenankan allah, jika kita dengan tekun menjalankan 5
jalan perbuatan yang diwajibkan:
a. Melakukan sunat
b. Melakukan sholat 5 waktu
c. Melakukan amal
d. Melakukan perjalanan naik haji
e. Melakukan puasa
2. Budha
Dalam agama Budha kita mendapatkan bahwa Nirwana dicapai dengan
8 jalan perbuatan:
a. Pandangan yang benar
b. Niat yang benar
c. Bicara yang benar
d. Perilaku yang benar
e. Penghidupan yang benar
f. Usaha yang benar

g. Ingatan yang benar


h. Pemusatan pikiran yang benar
3. Konfusius
Dalam ajaran Konfusius ajaran perbuatan sangat menonjol. Karena
memang ajaran ini sangat bersifat etis. Manusia harus begini dan begitu
supaya hidupnya selaras dengan jalannya alam semesta.
Catatan:
Ada sebagian orang yang tidak mengambil jalan yang disodorkan oleh
agama-agama non Kristen. Tetapi mengambil perbuatan-perbuatan
kekristenan (perpuluhan, baptisan, mengajar sekolah minggu, ke gereja,
menjadi majelis gereja, ikut paduan suara dsb.) Dan mereka dengan giat
melakukan perbuatan-perbuatan itu dengan harapan mereka akan
diterima oleh Allah.
Demikian kita melihat bahwa konsep dosa sebagai perbuatan dan bisa
diselesaikan dengan perbuatan pula telah sangat merembes dalam
pikiran agama manusia. Pikiran ini telah membawa manusia pada jalanjalan yang salah menuju keselamatan. Mengapa demikian? Mari kita
coba menelaah hal itu.
Dosa semata-mata hanyalah masalah perbuatan pada saat Adam yang
belum berdosa kemudia pelanggaran diperbuatnya, maka kita
mendapatkan Adam sudah berubah menjadi pendosa adanya. Dan
sebagai pendosa ia cenderung membuahkan perbuatan dosa (pohon apel
membuahkan apel, pohon dosa membuahkan dosa dan manusia pendosa
menghasilkan dosa). Jadi setelah Adam jatuh ke dalam dosa bukan lagi
masalah perbuatan tetapi keberadaan. Dan keberadaan itu diterima oleh
semua manusia.
Karena dosa adalah masalah keberadaan manusia, maka tidak dapat
diselesaikan dengan perbuatan. Tetapi harus melalui penciptaan baru
keberadaan manusia itu dapat diubah. Jadi siapa yang ada di dalam
Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya
yang baru sudah datang. (II Kor. 5:17). Keberadaan manusia telah

menjadi pohon dosa, yang selalu membuahkan dosa dalam hidupnya.


Harus dimatikan pohon dosa tersebut dan diciptakan yang baru supaya
menghasilkan buah yang baru dan bukan dosa.
PENYEDIAAN KESELAMATAN
Manusia tidak dapat dengan usaha perbuatan baiknya melepaskan
dirinya dari belenggu dosa dan murka Allah. Untuk itu Allah sendiri
dengan kasih karuniaNya menganugerahkan keselamatan dalam Yesus
Kristus (Mat.1:21; Yoh.14:6; Kis.4:12; I Yoh.4:9-10). Untuk lebih
mengerti penyediaan keselamatan melalui Kristus ini, marilah kita
perhatikan masalah dibawah ini.
- Allah maha kudus dan adil
- Kekudusan Allah membenci dosa.
- Manusia berdosa adanya maka ia berada di bawah murka dan hukuman
Allah.
- Allah adalah kasih
- Kasih Allah tidak memandang obyek
- Kasih Allah menerima manusia yang berdosa
Dari dua sifat Allah di atas nampak bertentangan, dari kekudusan dan
keadilan, Allah tidak dapat menerima manusia, tetapi dari kasihNya Ia
menerima manusia bagaimanapun adanya manusia itu.
Bagaimana hal ini mungkin? Karena sifat Allah yang satu tidak dapat
digugurkan sifatNya yang lain. Allah setia pada diri dan sifatNya.
Kekudusan tidak dapat mengesampingkan kasih, demikian juga
sebaliknya. Bagaimanakah Allah dapat memenuhi tuntutan dari sifatsifatNya sendiri? Bagaimana Allah yang adil dan kudus itu menghukum
dan sekaligus menerima manusia berdosa? Kasih dan kebijaksanaan
Allah menemukan jalannya. Oleh karena begitu besar kasih Allah
sehingga Ia mengaruniakan AnakNya Yesus Kristus untuk menerima
hukuman atas nama manusia (Rom.9:15; Ef.2:4-5; Yoh.3:16; I Kor.1:21;
I Yoh.4:9; Yes.53:10; Yoh.1:29). Dan Yesus Kristus dengan rela
memberikan hidupNya untuk pekerjaan penebusan hutang dosa manusia

(Mat.10:28; I Kor.15:3-4; I Pet.2:24; Rom.5:8; Ibr.9:26).


Demikianlah kita melihat bahwa untuk pekerjaan penebusan, Kristus
yang tidak berdosa dan dibuat menjadi dosa untuk menanggung
hukuman dosa (II Kor.5:21). Melalui karya Kristus tuntutan kekudusan
dan keadilan Allah terpenuhi. Melalui karya Kristus itu pula dinyatakan
kedaulatan dan keadilan Allah menyelamatkan orang percaya
(Yoh.3:16,18,36; Rom.3:21-26). Rasul Paulus menyebut seluruh karya
Kristus ini sebagai SALIB, dan pemberitaan Injil disebutnya sebagai
PEMBERITAAN TENTANG SALIB (I Kor.1:18,22-23; 2:1-2).

APLIKASI KESELAMATAN
Allah sudah menyediakan keselamatan di dalam Kristus. Pertanyaan kita
selanjutnya adalah kepada siapakah keselamatan itu diberikan? Kepada
semua orangkah atau kepada sebagian orang yaitu orang-orang pilihan
Allah? Dan bagaimana prosedurnya hingga keselamatan itu sampai
kepada orang yang diperuntukkan menerimanya?.
Keselamatan hanya untuk kaum pilihan.
Pada umumnya kita berpikir bahwa keselamatan itu diterima orang
tergantung pada kehendak bebas seseorang untuk menerima atau
menolak Injil. Betulkah demikian?

Seseorang dikatakan menolak atau menerima Injil berarti orang itu


sudah pernah mendengar Injil. Tetapi pada kenyataannya tidak semua
orang pernah mendengar Injil atau tidak semua orang mendapat
kesempatan untuk mendengan Injil, ada yang berkali-kali tetapi ada
yang sama sekali tidak pernah mendengar. Bagaimana kita dapat berkata
bahwa seseorang menolak Injil padahal tidak pernah mendengar Injil?.
Karena itu mereka yang tidak mendengar Injil itu tidak diselamatkan,
sehingga kita tidak bisa mengatakan menolak Injil karena mereka belum
mendengartkan.
Ada orang yang berpendapat bahwa tanpa mendengarkan Injil ia dapat
diselamatkan berdasarkan tuntunan hati nuraninya. Jika manusia dapat
diselamatkan berdasarkan tuntunan hati nurani, maka Kristus tidak perlu
berinkarnasi karena manusia sudah mempunyai hati nurani sebelum
Kristus datang dan menjadi manusia yang dilahirkan oleh seorang
perawan Maria, mati di kayu salib dan bangkit pada hari yang ketiga.
Karena itu alasan yang mengatakan bahwa seseorang tidak diselamatkan
karena menolak Injil tidak dapat diterima.
Karena ada orang yang belum pernah mendengar Injil maka muncullah
jawaban kedua bahwa penyebabnya orang tidak diselamatkan adalah
belum mendengar Injil. Ada bermacam-macam alasan antara lain :
Orang Kristen malas PI, Injil belum sampai karena tempatnya terpencil
atau situasi politik tidak memungkinkan dll.
Jika jawaban kita sama seperti di atas, maka akan timbul pertanyaan:
apakah Allah yang Mahakuasa itu tidak berkuasa menggerakkan hati
orang Kristen yang malas, mengubah situasi politik atau membuka
tempat terpencil itu? Memang Tuhan berkuasa, tetapi mengapa Tuhan
tidak melakukan itu? Itu semua dikarenakan kedaulatan Allah. Dengan
demikian seseorang tidak diselamatkan bukan karena belum mendengar
Injil, sebab Tuhan sanggup mengutus orang yang menjadi utusanNya
dan mengubah keadaan sehingga Injil bisa didengar, tetapi jika itu tidak
dilakukan, adalah semata-mata kehendak Allah dalam kedaulatanNya.
Maka keluarlah jawaban ketiga, seseorang selamat atau tidak adalah

total kedaulatan Allah.


Allah tidak memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang untuk
mendengar Injil. Itu sebabnya ada orang yang mendengar Injil berkalikali tetapi ada pula yang tidak pernah sama sekali. Mendengar Injil
tidaklah sama dengan menerima Injil. Orang mendengar belum tentu ia
mernerima. Jika seseorang diberi kesempatan untuk mendengar dan
menerima, maka itu diberikan Allah kepadanya berdasarkan
kedaulatannya. Semua itu adalah anugerah Allah semata-mata, di luar
kelayakan manusia untuk menerimanya. Jika demikian halnya, maka
yang menerima tidak patut bermegah diri dan yang tidak menerima tidak
patut mencela Allah karena ia memang tidak layak menerimanya.
Manusia tidak berhak mencela Allah karena Allah berdaulat mutlak
dalam hal memberikan sesuatu (dalam hal ini keselamatan) kepada siapa
Ia mau memberikannya. Rasul Paulus menuliskan surat kepada jemaat di
Roma, Aku akan menaruh belaskasihan kepada siapa Aku mau
bermurah hati (Rom.9:15).
Dalam hal anugerah Allah tidak ada sangkut pautnya dengan keadilan
Allah. Jika ada yang diberi dan ada yang tidak, tak dapat kita
mengatakan bahwa Allah tidak adil. Menurut keadilan Allah semua
manusia harus dihukum karena dosa-dosanya. Jika dari tengah-tengah
manusia yang terhukum Allah memberi kesempatan kepada orang-orang
yang ditentukan dalam kedaulatannya, maka itu adalah anugerah dan
mereka yang tidak diberi anugerah itu dengan sendirinya akan binasa.
Proses keselamatan dari pemilihan sampai penerimaan keselamatan yang
disediakan Allah bagi umat pilihanNya, mempunyai prosedur kerja yang
jelas mulai dari Allah memilih sampai pada manusia pilihan
menerimanya.
Pekerjaan Allah dalam memberikan keselamatan dan memilih sebelum
dunia dijadikan.
Allah yang memilih (Mat.7:23; 22:14; 24:22,24; Mark.13:20,22,27;
Luk.18:7; Kis.9:15; 22:14; 26:16; Rom.8:33; 9:11; 11:5, 7, 28; 16:13;
Ef.1:4; Kol.3:12; I Tes.1:4; II Tes 2:13; II Tim.2:10; I Pet.1:2; 2:4, 6; I

Pet.1:10; Why.17:24).
1. Di dalam Alkitab pilihan mempunyai beberapa arti.
Suatu bangsa sebagai pilihan misalnya seperti Israel
Pilihan untuk orang-orang tertentu untuk tugas-tugas tertentu misalnya
rasul-rasul
Pilihan untuk orang-orang tertentu untuk menerima keselamatan dan
juga disebut kaum pilihan (I Pet.2:9).
Dari ketiga arti di atas, tentu yang menjadi tujuan kita dalam kuliah ini
adalah Allah memilih dalam arti yang ketiga. Dari sana kita dapat
membuat definisi pemilihan Allah sebagai berikut: Pemilihan adalah
tindakan kedaulatan Allah yang melaluinya Ia dengan bebas menentukan
orang-orang tertentu untuk diselamatkanNya, sekaligus mengakibatkan
mereka yang tidak dipilihnya tetap ada dalam kebinasaan.
2. Sifat pemilihan Allah
Pemilihan Allah bersifat berdaulat. Ini berarti Allah dengan bebas
memilih siapa yang dikehendakinya menurut kerelaanNya (Ef.1:9-11).
Ia tidak dipengaruhi oleh perbuatan dan kebaikan manusia (band.
Rom.9:11, 15, 16).
Pemilihan Allah bersifat anugerah. Artinya pemilihan Allah diberikan
kepada mereka yang sebenarnya tidak layak karena mereka adalah orang
berdosa. (Rom. 11:5).
Pemilihan Allah bersifat kekal. Artinya pemilihan Allah merupakan
bagian dari rencana kekekalan Allah (Ef. 1:4). Dengan demikian
pemilihanNya ini tidak dapat diganggu gugat.
Pemilihan Allah ada dalam Kristus. Artinya semua maksud tujuan Allah
bagi pilihanNya ada di dalam Kristus (Ef.3:11), termasuk di dalamnya
dibuatNya kaum pilihan hidup (I Kor. 15:22). Berkat-berkat bagi mereka
(Ef.1:3) dan pemilihan atas diri mereka (Ef.1:4). Semua dikerjakan di
dalam Kristus.
Tuhan Yesus meliputi seluruh rencana kerja Allah bagi keselamatan dan
nasip orang pilihan. Terpisah dari Kristus tidak ada sesuatupun yang
dimiliki orang-orang pilihan ini (I Kor.1:30; II Kor.5:17; Ef.2:10).

3. Keberatan terhadap doktrin pilihan


Allah tidak adil
Dengan Allah memilih sebagian diselamatkan dan sebagian tidak
diselamatkan, bukankah itu suatu tindakan yang tidak adil?
Jika kita melihat melalui keadilan Allah, maka tidak ada orang yang
patut diselamatkan, sebab menurut keadilan Allah, semua orang patut
menerima hukuman Allah, yaitu hukuman kekeal.
Manusia patut menerima sengsara akibat dosanya sendiri. Maka barang
siapa yang luput dari anugerah Allah tidak patut mencela Allah. Pilihan
Allah sama sekali bukan berarti kurang adil jika bagi mereka yang tidak
terpilih, dan oleh sebab itu mereka tidak berhak mengatakan: mengapa
Allah tidak menyelamatkan aku. Kebenaran ini dapat digambarkan
dengan seseorang yang selama sepuluh hari tidak makan, sehingga ia
hampir mati. Pada hari kesebelas ada orang yang berbelas kasihan dan
mau menolongnya, memberikan kepadanya makanan. Orang yang
ditolong itu berkata: mengapa tidak dari dulu menolong saya! atau
Mengapa menolong saya hanya sekali saja dan tidak seterusnya!
Sesungguhnya orang ini tidak berhak mengatakan demikian. Perlu
diketahui bahwa ketidakpuasan manusia hanyalah menunjukkan
keberdosaannya.
Allah diktaor
Jika Allah memilih tanpa alasan atau semauNya saja, bukankah Allah itu
diktator?
Kita memang tidak mengetahui bagaimana cara pemilihan Allah itu. Apa
sebabnya saya dipilih dan si anu tidak dipilih? Apa sebabnya saya dipilih
dan dia tidak? Tetapi tidaklah wajar karena kita tidak tahu sebab
pemilihan itu lantas kita mengatakan Allah memilih tanpa sebab dan
diktator.
Kita harus tahu bahwa kenyataan itu tidak tergantung pada orang yang
dipilihNya, tetapi sepenuhnya tergantung pada kehendak Allah sebagai
pemilih. Kedaulatan yang dimiliki Allah tidak sama dengan diktator
yang dipikirkan manusia. Kebenaran dan keadilan dalam sifat Allah

menjadi pengikat sebagai kebebasan Allah sendiri. Tetapi tentunya


pengikat ini bukanlah pengikat yang ada diluar Allah, tetapi di dalam
diriNya sendiri.
Semua ketentuan dan semua pelaksanaan rencanaNya adalah melampaui
marifat manusia yang terbatas.
Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang,
tetapi kepada kemurahan hati Allah. Sebab Kitab Suci berkata kepada
Firaun: "Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku
memperlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya nama-Ku
dimasyhurkan di seluruh bumi." Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada
siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang
dikehendaki-Nya. Sekarang kamu akan berkata kepadaku: "Jika
demikian, apa lagi yang masih disalahkan-Nya? Sebab siapa yang
menentang kehendak-Nya?" Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu
membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang
membentuknya: "Mengapakah engkau membentuk aku demikian?"
Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk
membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan
yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?
Jadi, kalau untuk menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya,
Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaanNya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan -- justru untuk menyatakan
kekayaan kemuliaan-Nya atas benda-benda belas kasihan-Nya yang
telah dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan, yaitu kita, yang telah
dipanggil-Nya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari
antara bangsa-bangsa lain, (Rom. 9:16-24)
Bukankah ajaran atau teori pilihan ini secara tidak langsung mendorong
orang Kristen untuk hidup di dalam dosa?
Bukankah keselamatan kita terima karena kita dipilih Allah dan
keputusan itu tidak bisa diganggu gugat, serta bersifat kekal (tidak bisa
hilang)? Kalau begitu orang Kristen boleh semaunya berdosa, toh dia
sudah dipilh dan pilihan itu tidak bisa hilang.

Tidak demikian!!!. Setiap barang siapa yang dipilih Allah untuk


menerima anugerah keselamatan, diajar, dicerahkan, dipukul dan
digerakkan menuju kesempurnaa.
Sebab pemilihan, kelahiran baru, penyucian dan pemeliharaan orang
percaya merupakan sistim atau langka-langkah mutlak bagi seseorang
yang diselamatkan. Dengan demikian jika ada orang Kristen yang
beranggapan ia boleh beriman dan dengan berbuat dosa sesukanya,
maka keselamatan yang diakuinya itu patut dipertanyakan.
Seseungguhnya orang yang mendapat anugerah pemilihan untuk
diselamatkan oleh Allah, tentu Allah sendiri akan berkarya di dalam
dirinya untuk membuahkan sesuatu yang baik yaitu buah-buah
kehidupan dan bukan dosa yaitu buah-buah kebinasaan.
Teori pilihan menjadikan orang Kristen menjadi congkak.
Kristen menjadi congkak karena ia merasa lebih tinggi dari orang lain. Ia
dipilih sedangkan orang lain tidak.
Jawabnya, hanya orang yang tidak mengetahui dengan jelas mengenai
doktrin pilihan akan menjadi congkak. Sedang orang yang sungguhsungguh mengerti, justru akan lebih merendahkan diri dari orang lain
karena ia sungguh-sungguh menyadari bahwa ia tidak layak untuk
dipilih, dan ia sama sekali tidak cukup syarat untuk memperoleh
keselamatan itu. Orang yang merasa lebih layak untuk menerima
keselamatan dari pada orang lain, justru keselamatan orang tersebut
diragukan. Karena jika seseorang dipilih atau diselamatkan maka
pengakuan orang tersebut akan merasa tidak layak karena dosa-dosanya.
"Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah
Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa
dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu,
karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan
orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;
aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari
segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh,
bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri

dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata
kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang
dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa
meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan
diri, ia akan ditinggikan." (Luk.18:10-14).
Teori pilihan menyebabkan orang Kristen malas PI
Bukankah keselamatan seseorang telah ditentukan oleh Allah melalui
pilihanNya? Jika demikian halnya tidak perlu kita PI. karena jika
seseorang diselamatkan berdasarkan pilihanNya, tidak usah di PI pun
akan selamat.
Jawabnya adalah kita menginjili seseorang bukan karena supaya ia
diselamatkan, tetapi karena hal itu merupakan perintah Tuhan Yesus
sendiri. Lagi pula doktrin pilihan justru semakin mengingatkan orang
Kristen untuk mengajarkan Injil, karena kalau ada orang dipilih berarti
ada jaminan pekabaran kita akan berhasil.
Bukankah pendorong besar bagi kita untuk lebih giat untuk
melaksanakan penginjilan? Karena jika Allah tidak memilih sia-sialah
pekabaran Injil yang kita lakukan. Pada waktu Paulus kecewa dengan
pekerjaan pekabarab injilnya, Allah meneguhkan dengan menunjukkan
bahwa disana ada banyak orang pilihan Allah. Jadi Paulus tidak perlu
harus kecewa sebab pasti akan berhasil (Kis.18:9-11).
Masih banyak orang pilihan yang belum dipindahkan dari gelap kepada
terang. Dengan demikian usaha PI kita pasti tidak akan sia-sia.
Kalau Allah memilih berarti sekaligus Allah membuang mereka yang
tidak pilihan.
Jawabnya, Allah memang memilih mereka yang akan menerima
anugerah keselamatan. Tetapi Allah tidak membuang mereka yang tidak
dipilih. Bukankah semua manusia telah terbuang adanya dan Allah
memilih mereka yang dipilih untuk diselamatkan dari tengah-tengah
keterbuangan. Kita diselamatkan dari kebinasaan.
Jadi yang tidak dipilih tetap berada pada tempat mereka sebagai manusia
yang terbuang, dan bukan Allah yang membuang mereka, karena mereka

memang dari mulanya telah berada disitu.


Bagaimana nasip mereka yang bukan pilihan dan juga yang tidak sempat
mendengar Injil?
Seperti telah kita bahas di atas bahwa mereka tidak diselamatkan bukan
karena ia belum mendengar Injil. Tetapi karena kedaulatan Allah. Kalau
Allah memilih pasti ia akan memiliki kesempatan untuk mendengar
Injil. Tetapi kalau ia bukan pilihan, sekalipun ia telah mendengar Injil,
jangan harap ia akan percaya. Karena manusia lebih senang mencari
jalannya sendiri, yaitu jalan yang menuju kebinasaan.
Sebagai contoh, Yudas murid Tuhan Yesus, meskipun ia mendengar Injil
berkali-kali, toh ia tidak bertobat. Ini menyatakan kepada kita bahwa
tanpa pertolongan Allah tidak ada manusia yang mau bertobat. Dan
pertolongan hanya diberikan kepada mereka yang terpilih. Itu sebabnya
tidak usah kita terlalu kecewa jika ada orang di dalam Gereja yang
duniawi, karena mungkin ia belum bertobat.
Allah Mempredestinasikan
Kis.4:28; Rom.8:29; I Kor.2:7; Ef.1:5,11
Sebelum dunia dijadikan, Allah bukan saja telah memilih siapa yang
akan dianugerahi keselamatan, tetapi Ia juga telah menetapkan apa yang
akan Ia lakukan terhadap orang-orang pilihanNya itu.
Disini kita dapat mendefinisikan predestinasi Allah sebagai: Tindakan
kedaulatan Allah yang di dalamnya Ia menentukan, dalam kekekalan
(sebelum dunia dijadikan), apa yang akan Ia lakukan terhadap orangorang pilihanNya itu.
Sesuai dengan definisi di atas, maka pertanyaan kita sekarang adalah:
apakah yang Allah putuskan untuk Ia lakukan terhadap kaum pilihanNya
itu?
Jawab:
1. Ia mempredestinasikan mereka menjadi anak-anakNya (adopsi,
Ef.1:5)
Penentua ini merupakan penentuan akan jadi apa orang pilihan itu.

Dengan kelahiran baru kita menjadi anak-anak Allah dan dibawa masuk
ke dalam keluarga Allah, melalui adopsi kita diberi status sebagai anakanak yang dewasa. Ini berarti kita memiliki seluruh hak dan kewajiban
yang berasal dari status ini.
2. Ia mempredestinasikan mereka menjadi serupa dengan Kristus
(Rom.8:9).
Penentuan ini merupakan penentuan akan menjadi seperti apakah anakanak Allah itu. Allah menuntut kita harus menjadi serupa dengan Yesus
Kristus (Ibr.2:10-12). Kita bukan menjadi Kristus dalam arti menjadi
Tuhan seperti Dia, sehingga kita boleh disembah melainkan kita
dijadikan dalam gambar kemanusiaanNya yang semakin mulia (II
Kor.3:18).
Hal ini diseababkan Kristus adalah kepala dan teladan dari kemanusiaan
yang baru, yang mana kita menjadi bagianNya (I Kor.15:45-49).
Keserupaan kita diubah pada saat kristus datang pada Kristus datang
kedua kalinya (I Kor.15:50-51; Flp.3:20-21; I Yoh.2:3). Keserupaan ini
juga meliputi keserupaan moral kita dengan Kristus (Ef.1:4; 5:27; I
Kor.1:18)
3. Ia mempredestinasikan mereka untuk memuji kemuliaanNya (Ef.1:1112).
Penentuan ini merupakan penentuan apa yang menjadi tujuan akhir
kebenaran kita. Kemuliaan Allah terdiri dari beberapa manifestasi tabiattabiatNya (baca Maz.19:2; Yoh.2:11; 17:4). Kita memuliakan nama
Allah manakala kita bersedia untuk Allah memanifestasikan karakterNya
di dalam kita serta melaksanakan karyaNya melalui kita (Flp.1:20; 4:13).
Allah menetapkan keberadaan kita semata-mata harus memuliakan Dia
(Ef.1:18; 2:10; 3:10).

MASA HIDUP ORANG PILIHAN


I. Allah memanggil
Mat.20:16; 22:14; Kis.11:29; Rom.1:6-7; 8:29,30; 9:7, 11, 24; 11:29; I
Kor.1:2, 9,24,26; Gal.1:6,15; 5:8,13; Ef.1:18; 4:1,4; Flp.3:14; Kol.3;15; I
Tes.2:12; 5:24; II Tes.1:11; 2:14; I Tim.6:12; II Tim.1:19; Ibr.3:1; 9:16;
11:18; I Pet.1:15; 2:9,21; 3:1; 5:10; II Pet.1:3,10; Yud.1; Why.17:14.
Panggilan Allah adalah tindakan Allah dimana orang-orang berdosa
diundang melalui berita Injil untuk menerima keselamatan dalam Tuhan
Yesus.
Dua macam panggilan
Dalam Alkitab kita melihat ada dua macam panggilan Allah yaitu
panggilan umum dan panggilan khusus.
Panggilan umum
- Panggilan Allah melalui berita Injil kepada semua orang (orang
pilihan/tidak) Mat.22:14; band. Mat.11:28, Mark.16:15; Yes.45:22; 55:67; Yez33:11.
- Tidak efisien karena tidak menghasilkan petobat.
Panggilan khusus
- Panggilan Allah melalui pemberitaan Injil kepada kaum pilihan saja.
- Roh Kudus bekerja dalam hati kaum pilihan
- Efisien pasti berhasil (disebut efective calling). I Kor.1:2, 9, 24;
Rom.1:17; 8:28,30; I Tes.2:12; II Tim.1:9; II Pet.1:10.
Panggilan khusus pada orang pilihan bukanlah sekedar perintah untuk
menerima Yesus sebagai juruselamat. Tetapi meliputi seluruh pekerjaan
Allah sebelum keselamatan itu sendiri diterima samapai keselamatan itu
dimiliki oleh umat pilihanNya. Pekerjaan Allah prakeselamatan itu
diterima untuk membawa orang pilihanNya kepada keselamatan dalam
Tuhan Yesus mencakup aktivitas-aktivitas berikut ini:
Pertama, Allah memberikan kebutaan oleh ilah zaman ini (II Kor.4:3-6)
dan memberikan pengertian tentang Injil (Kis.16:14; 8:30; II Kor.4:6).
Kedua, Allah menginsyafkan orang pilihan akan dosa-dosa mereka

(Yoh.16:8-11) dan
Ketiga, Allah mengaruniakan pertobatan. (Kis.5:31; 11:18; II Tim.2:25)
dan iman (II Pet.1:1). Allah menarik pilihanNya kepadaNya (Yoh.6:37,
44, 65). Karena semua pekerjaan ini berada di bawah taraf kesadaran
manusia, maka keinginan dan keputusan seseorang untuk menerima
Kristus seolah-olah atau dirasakan sebagai melulu tindakan kita sendiri.
Langkah pertama dan kedua nampaknya dilaksanakan juga pada orangorang bukan pilihan sebagai bagian dari panggilan umum Allah.
Langkah ketiga hanya kepada orang-orang pilihanlah Allah
mengaruniakan hal tersebut.
Beberapa masalah yang timbul dalam hal panggilan:
Apakah panggilan umum Allah itu murni dan tulus?
Jika Allah tidak menyelamatkan orang yang tidak dipilih, untuk apa
panggilan diberikan? Apakah itu bukan sekedar main-main?
Apakah panggilan khusus bersifat paksaan? Apakah orang pilihan
dipaksa oleh Allah untuk menerima keselamatan walaupun tidak mau?
Apakah panggilan khusus Allah bisa atau dapat ditolak?
Jawaban:
Panggilan umum Allah jelas sungguh-sungguh dan bukan main-main.
Dalam I Tim.2:4 dan II Pet.3:9 dikatakan bahwa Allah menginginkan
semua orang diselamatkan. Untuk seseorang diselamatkan ia
membutuhkan Injil, yang memang disediakan bagi seluruh dunia itu (I
Yoh.2:2). Karena itulah Allah memberikan panggilanNya juga yaitu
panggilan umum dengan sungguh-sungguh pada orang yang bukan
pilihan sekalipun (meskipun Allah tahu panggilan itu akan ditolak).

Dipihak lain panggilan saja jelas tidak menyelamatkan. Keselamatan


terjadi jika panggilan itu diterima (Yoh.3:16; Kis.10:43; 17:30)

Dan justru sayangnya manusia menolak panggilan umum Allah ini


(Yes.53:6). Dengan demikian kita tidak dapat menimpakan kesalahan
pada Allah yang memberikan panggilan (justru harusnya berterimakasih,
karena Allah masih mau panggil). Kesalahan ada pada pihak manusia
sendiri yang dengan kehendaknya sendiri menolak panggilan itu. Selain
jawaban di atas masih ada jawaban penting lainnya yang harus kita
kemukakan disini yaitu: dengan panggilan umum maka manusia
dihadapkan dengan fakta Kristus yang riil, sehingga bagi orang yang
bukan pilihan ketidakselamatan adalah merupakan fakta yang riil akibat
penolakan mereka. Dengan demikian pada saat pengadilan di akhir
zaman ia tidak dapat mengatakan Allah tidak adil atas penghukuman
yang diterimanya sebab belum diberi kesempatan untuk mendengar dan
memutuskan untuk menerima atau menolak.
Selain itu panggilan umum membuktikan bahwa manusia tanpa
pertolongan dari Allah tidak mungkin mau menerima Injil. Artinya bagi
kita yang telah menerima Injil betapa seharusnya berterima kasih kepada
Tuhan yang telah memberikan kepada kita kemampuan untuk menerima
keselamatanNya itu. Sebab tidak ada yang dapat mengaku Yesus adalah
Tuhan selain oleh Roh Kudus (I Kor.12:3).
Panggilan khusus tidak bersifat paksaan dimana kehendak bebas
manusia tidak berlaku.
Kehendak bebas manusia setelah jatuh dalam dosa tentu berbeda dengan
sebelum kejatuhannya. Martin Luther memberikan penjelasan dengan
baik sekali. Dilukiskan kebebasan manusia itu seperti kelereng yang
menggelinding bebas kemana ia mau, tetapi setelah masuk ke dalam
lubang, maka ia terperogok dan tidak bisa lagi bergerak seperti semula.

Demikianlah manusia itu sebelum jatuh ke dalam dosa, ia memiliki


kemampuan untuk merealisasikan kehendaknya kepada yang baik dan
yang buruk. Tetapi setelah manusia itu jatuh ke dalam dosa maka ia
terperogok dan tidak bisa berbuat sesuatu yang baik sedikitpun
sekalipun ada kehendak kecuali berbuat dosa karena ia telah ditawan
oleh dosa. Alkitab mencatat manusia tertawan oleh hukum dosa (Rom.
7:22-23), semua ada di bawah kuasa dosa (Rom. 3:9 band. Maz. 14:1-3).
Oleh sebab itu, bukan dipaksa tetapi disadarkan dan dengan pertolongan
Roh Kudus yaitu Allah sesndiri untuk memungkinkan orang-orang
pilihan tersebut mengambil keputusan untuk masuk ke dalam kebenaran.
Yohanes dalam Injilnya berkata : Tidak ada seorang pun yang dapat
datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus
Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.(Yoh.6:44). Ditarik
bukan dengan paksa tetapi ditarik karena tertarik.
Panggilan khusus tidak mungkin ditolak
Jika kita mengerti jawaban pertanyaan kedua tadi, maka jelas dengan
pertolongan Tuhan menormalkan, mencerahkan serta mencelikan orangorang pilihan dari kebutaan, sehingga memungkinkan orang-orang
pilihan itu untuk menerima dan memilih Kristus yang adalah kebenaran.
II. Allah membenarkan (Rom.8:30)
Pekerjaan kedua yang Allah kerjakan dalam masa hidup orang
pilihanNya adalah: PEMBENARAN.
Dengan diterimanya Injil Yesus Kristus, orang-orang percaya mengalami
karya keselamatan Allah. Orang percaya dibenarkan dihadapan Allah, ia
dibebaskan dari kuasa hukum dosa. Meskipun orang percaya adalah
orang berdosa, dan tetap dapat melakukan dosa tetapi ia dibenarkan
dihadapan Allah sebagai orang kudus (I Kor.1:12).
MASA DEPAN ORANG PILIHAN
Paulus menuliskan bahwa siapa yang dibenarkan oleh Allah, juga akan
dimuliakan ((Rom.8:30). Pemuliaan adalah berkenaan dengan

kesempurnaan pengalaman keselamatan kita pada saat Allah


membebaskan tubuh kita dari kebinasaan, dan dari sifat-sifat dosa, serta
mengubah hidup kita untuk cocok pada kondisi dan siatuasi sorgawi
(baca I Kor.15:50-53). Semua ini akan terjadi pada saat Tuhan Yesus
datang kembali untuk kita (Flp.3:20-21; I Tes.4:13-17). Demikianlah
kita dapatkan bahwa seluruh karya keselamatan dari penyediaan sampai
diterima dengan iman oleh orang pilihan, semuanya adalah pekerjaan
Allah semata-mata (Ef.2:10; I Kor.1:26-31).
Karena kerusakan keberadaan manusia, menjadikan ia tidak mampu
berbuat sesuatupun untuk menolong dirinya. Dengan demikian hanya
Allah yang dapat menolongnya (Luk.18:24-27). Kita bersyukur
kepadaNya, karena Allah berkenan menolong kita yang sesungguhnya
tidak berkenan dihadapan Tuhan.
Pertentangan Pandangan Antara Monergistik Dengan Sinergistik
Serta Tanggapan Kita
Dalam pembahasan yang sudah lampau, kita telah membicarakan
mengenai aplikasi keselamatan. Aplikasi keselamatan yang kita pelajari
ini biasanya disebut sebagai monergistik view (pandangan monergistik),
yaitu pandangan yang beranggapan bahwa orang berdosa atau orang
yang belum diselamatkan adalah orang yang totalitas dirusak oleh dosa,
sehingga tidak ada satu bagianpun yang baik. Dosa merasuki seluruh
kondisi manusia, karenanya ia tidak dapat berbuat sesuatu apapu untuk
mendatangkan keselamatan baginya, termasuk untuk beriman kepada
Tuhan Yesus. Oleh sebab itu keselamatan hanyalah karya Allah sematamata, termasuk pemberian iman untuk dapat percaya kepada karya
penebusan Kristus.
Pandangan ini biasanya dihubungkan dengan ajaran Calvin, walaupun
sebenarnya Calvin hanyalah orang yang merumuskan dengan lebih
lengkap mengenai doktrin pilihan ini yang telah diterima baik oleh
Katolik maupun Protestan sejak masa Agustinus (abad 15) dan
seterusnya.

Pandangan Monergistik ini ditentang oleh pandangan Sinergistik.


Pandangan ini beranggapan bahwa keselamatan adalah hasil kerja sama
antara Allah dan manusia. maksudnya dengan dibantu anugerah Allah,
orang berdosa dapat bekerja sama dengan Allah untuk mendatangkan
keselamatan baginya, atau menolak keselamatan itu.
Dengan demikian pandangan ini melihat tergantung pada bagaimana
jawaban akhir manusia terhadap keselamatan yang ditawarkan itu, dan
karena keselamatan tergantung pada manusianya, maka walaupun ia
sudah percaya, ia tetap bisa saja gagal untukmemelihara, menjaga dan
mempertahankan keselamatannya, sehingga keselamatan itu bisa hilang
kembali. Pandangan ini dianut oleh Armenius dan John Wesley.
Untuk lebih jelas melihat pertentangan kedua pandangan ini, marilah
kita melihat bagaimana perjalanan doktrin ini muali dari Agustinus
sampai kepada John Wesley dan akhirnya sedikit tentang Karl Barth
(bapak Neo ortodoks).
Agustinus
Pada abad ke 5, Agustinus (354-530) mengajarkan bahwa manusia,
setelah Adam jatuh ke dalam dosa, telah menjadi umat kebinasaan,
artinya: mereka telah kehilangan persekutuan dengan Allah, dan berada
di bawah kutuk Allah. Manusia juga telah menjadi budak dosa dan tidak
dapat berbuat baik lagi (dalam standard Allah). Semua ini membawa
manusia pada maut yang kekal. Akan tetapi Tuhan Allah, karena kasih
karuniaNya yang memilih sejumlah orang tertentu untuk diselamatkan,
sedang sisanya dibiarkan dalam kebinasaannya.
Jadi, nasib kekal manusia telah ditentukan sebelum ia dilahirkan. Tidak
ada seorangpun yang dapat menentangnya/menggagalkan pilihan Allah
ini. Siapa saja yang dipilih tentu selamat, sekalipun sebelum
pertobatannya ia melakukan dosa yang sebesar-besarnya. Sebab
bagaimanapun orang yang dipilih pasti akan bertobat dan atau datang
kepada Tuhan.

Pelagius
Pelagius menentang pandangan monergistik Agustinus. Ia mengajarkan
setelah menusia jatuh ke dalam dosa, tabiat manusia tetap baik. Tidak
ada dosa asal/turunan itu. Manusia dilahirkan seperti kertas putih yang
belum ditulisi, sama halnya dengan Adam sebelum jatuh dalam dosa.
Manusia juga mempunyai kehendak bebas, yaitu kemampuan dalam
menentukan untuk berdosa atau tidak berdosa. Bagi Pelagius, dosa
adalah semata-mata karena salah pilih dari manusia yang memiliki
kehendak bebas itu. Jadi singkatnya, dosa adalah total karena kesalahan
manusia untuk memilih yang ditentukan oleh kehendaknya yang bebas,
bukan karena keberadaan manusia sebagai pendosa.
Demikian juga dengan keselamatan dalam Yesus Kristus adalah
keputusan kehendak manusia yang bebas. Jika kita memutuskan untuk
memilih Kristus dan hidup dalam kehidupan yang baik dan saleh, maka
kita bebas untuk melakukannya, dan juga bebas untuk tidak
melakukannya, terserah bagaimana pelihan kehendak bebas kita.
Disini kita dapat melihat pertentangan yang cukup tajam dengan
pandangan Agustinus. Kita ada di dalam keberadaan sebagai manusia
berdosa, sehingga kita tidak memiliki kemampuan untuk memilih Allah,
kecuali Allah yang datang kepada kita dengan kasih dan anugerahNya
dengan jalan yang disediakanNya sendiri yaitu Tuhan Yesus yang datang
ke dunia. Ajaran Pelagius ini ditolak oleh gereja di dalam konsili di
Kartago (418) dan di Efesus (431).
Semi Pelagianisme
Sekalipun ajaran Pelagius ditolak, namun persoalannya tidak selesai
begitu saja. Satu abad kemudia timbul ajaran Semi Pelagianisme, yang
mengajarkan bahwa setelah manusia jatuh ke dalam dosa tabiatnya tidak
lagi bersih, tetapi manusia tidak mati rohani seperti yang diajarkan
Agustinus, juga bukan seperti yang diajarkan Pelagius, melainkan
manusia itu sakit. Oleh sebab itu dengan kekuatannya sendiri manusia
tidak mungkin dapat selamat. Manusia memerlukan kasih karunia Allah.

Kehendak manusia yang lemah karena dosa dikuatkan oleh kasih


karunia Allah, sehingga manusia dapat bekerja sama dengan Allah untuk
berusaha mendapatkan keselamatan. Jadi keselamatan tetap bergantung
pada manusia itu sendiri, bukan dari Allah.
John Calvin
Pada zaman reformasi John Calvin, kembali menegakkan doktrin
pilihan. Teorinya sering disebut sebagai teori TULIP atau The Five pints
of Calvinism.
T = Total depravity/anability (rusak total/tidak mampu total).
Seluruh umat manusia, karena dosa Adam, tanpa kecuali berada dalam
keadaan rusak moral yang menyeluruh. Juga orang yang budiman tidak
memiliki kebajikan, yang menjadikan dia layak memperoleh hadiah
keselamatan. Sebab dalam pandangan Allah suatu perbuatan manusia
ditentukan oleh dorongan-dorongan atau motif-motif yang menjiwainya.
Hidup yang paling baik dari orang kafir masih dirusak oleh
kebanggaannya atas diri sendiri. Keadaan manusia yang sedemikian itu
berada dibawah kutuk Allah. Maka manusia yang rusak total moralnya
itu tidak mampu untuk menghindari hukuman Allah apalagi untuk
selamat.
Kalau demikian berdasarkan apakah seseorang diselamatkan? Karena
tidak ada suatu kebaikan apapun dari manusia yang layak dihadapan
Allah.
Jika demikian maka:
U = Unconditional Elektion (Pemilihan tanpa syarat)
Istilah memilih berarti tidak mengambil semua.
Dalam II Tim.1:9, rasul Paulus mengatakan: Dialah yang
menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan
berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih
karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus
Yesus sebelum permulaan zaman
Ayat ini menunjukkan akan campur tangan Allah untuk menyelamatkan

manusia. Jikalau karya penciptaan Allah menyatakan hikmat dan


kekuasaan Allah, maka karya keselamatnNya menyatakan kemuliaan
kasih karuniaNya.
Kasih karunia ini tidak ditujukan kepada semua manusia. Ia bermaksud
menyelamatkan siapa yang Ia mau selamatkan dan pilihan itu bukan
berdasarkan karena sesuatu yang baik yang terdapat pada mereka.
Pilihan itu bukan karena manusia baik, tetapi sebaliknya karena dipilih
sehingga menjadi baik. Pemilihan itu berdasarkan hikmat dan kedaulatan
Allah yang mahatinggi itu.
Pemilihan itu bukan cuma dengan panggilan saja, tetapi dengan
mengirimkan Kristus untuk menyelamatkan umat pilihanNya itu.
Disini menunjukkan:
L = Limited Atonoment, particular Atonoment (Penebusan terbatas)
Penebusan Kristus hanya berlaku atas orang pilihan, karena merekalah
yang akan menerima dengan iman karya penebusan itu. Hal ini tidak
berarti bahwa kuasa penebusan Kristus itu terbatas, melainkan dibatasi
hanya kepada orang-orang yang kepada mereka diperuntukkan.
(sufficent for all, but efficient for election only).
I = Irresistable grace (Anugerah yang tak dapat ditolak).
Penetapan Allah untuk memberikan anugerahNya mempunyai akibat
yaitu panggilanNya mendatangkan kehendak dari orang itu, sehingga
walaupun orang itu terus menolak, Allah dengan segala
kebijaksanaanNya akan menarik orang itu untuk datang kepadaNya.
Singkatnya barang siapa diberi karunia keselamatan pasti akan datang
dan menerima karunia Allah itu dan panggilanNya (Yoh.6:37Semua
yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan
barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Ayt. 44Tidak
ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik
oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir
zaman. ayt.65Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu:
Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak
mengaruniakannya kepadanya.")

Dengan demikian panggilan Allah tidaklah bertentangan dengan


kehendak bebas manusia, yang dengan kehendaknya sendiri datang
kepada Allah dan menerima panggilanNya.
P = Perseverence of the Saints (ketekunan orang percaya)
Yang bertekun sampai akhir akan diselamatkan. Ketekunan orang
percaya adalah karena pemeliharaan Allah.
Seseorang yang telah diselamatkan mungkin saja akan jatus dalam dosa,
tetapi ia pasti bangkit lagi dari dalamnya, sebab itu orang yang telah
menerima hidup kekal tidak mungkin binasa lagi. Satu kali diselamatkan
tetap diselamatkan.
Armenius
Pada abad ke 17 bangkit armenius menentang ajaran Calvin. Ia
mengajarakan bahwa setelah manusia jatuh dalam dosa masih
mempunyai kemampuan untuk memilih yang baik dan yang jahat,
menerima karunia Allah atau menolaknya. Manusia memang cenderung
kepada dosa tetapi itu tidak berarti manusia tidak mempunyai
kemampuan untuk memilih yang baik atau yang jahat.
Dalam kebebasannya sendiri, manusia boleh atau dapat menolak
keselamatan atau menerimanya. Jika ia menolak ia binasa, sebaliknya
jika ia menerima maka ia selamat. Semuanya bergantung pada manusia
sendiri. Memang kasih karunia Allah belum dapat menghasilkan apa-apa
bagi keselamatan manusia. jadi keselamatan adalah pahala atau
perbuatan manusia.
Teory pilihan atau predestinasi, diterangkan armenius demikian: bahwa
dari kekal Allah sudah tahu siapa yang nanti akan menerima dan siapa
nanti yang akan menolakNya. Bagi mereka yang nanti akan mau
menerimanya itulah yang dipilah Allah.
Dikarenakan keselamatan adalah hasil pilihan bebas manusia, maka
manusia dengan bebas pula jika orang yang sudah diselamatkan dapat
murtad dan kehilangan keselamatannya. Ajaran ini diterangkan oleh
Gomarus dan ditolak gereja dalam sinode di Dordrecht (1618-1619).

John Wesley
John Wesley, bapa gereja Metodis, menerima ajaran Armenius, tapi
mengubah sana-sini. Manurutnya kejatuhan manusia ke dalam dosa
membawa akibat seluruh manusia ada dalam kondisi yang rusak secara
menyeluruh. Tetapi kerusakan ini, yang telah disisihkan oleh
pembenaran yang datang melalui kebenaran Kristus.
Kematian Kristus memuaskan seluruh dosa-dosa dunia ini (I
Yoh.2:2Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan
untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.). Semua
manusia memiliki kemampuan untuk percaya, bagi mereka yang percaya
dan bertekun sampai akhir akan diberkati dengan hidup yang kekal.
Allah telah memilih dari kekekalan orang-orang yang Ia tahu ketika
hidup di dunia ini akan percaya dan bertekun dan hidup kudus.
Tanggapan kita
Dari uraian di atas nampaklah bagaimana hebatnya pertentangan dua
konsep besar antara pandangan monergistik dengan sinergistik.
Pandangan monergistik mengatakan bahwa keselamatan secara total
merupakan karya Allah, karena manusia telah ditawan oleh dosa dan
tidak mempunyai kekuatan untuk memilih kebenaran apalagi melakukan
kehendak Allah. Sedangkan pandangan sinergistik mengajarkan
manusialah sebagai penentu final keselamatannya, hal ini berdasarkan
pandangan bahwa manusia mampu dan masih punya unsur yang baik
untuk memilih Allah, sehingga keselamatan harus diberikan sebagai
pahala karena ketepatan pemilihannya.
Kita sulit menerima sinergistik karena beberapa alasan:
Pandangan sinergistik menempatkan manusia ketempat pertama dan
utama, yaitu dalam soal keselamatan manusialah pusat penentu. Kalau
manusia menolak keselamatan, maka semua karya keselamatan Allah
tidak membawa manfaat apa-apa bagi menusia dengan demikian
membawa kita pada keberatan kedua.

Pandangan sinergistik menjadikan manusia sebagai penentu berhasil


atau gagalnya rencana keselamatan Allah.
Karena manusialah penentu final dari manfaat keselamatan yang Allah
sediakan dalam Tuhan Yesus itu, berarti rencana Allah untuk
menyelamatkan manusia ditentukan oleh keputusan manusia..
Dalam hal ini pandangan sinergistik menurunkan derajat Allah dan
meninggikan derajat manusia, membawa kita pada keberatan yang
ketiga.
Pandangan sinergistik terlalu meninggikan manusia yang berdosa.
Pandangan ini beranggapan manusia sebagai penentu terakhir
keselamatan dan rencana Allah dikarenakan menurut pandangan ini
bahwa manusia masih dianggap baik, mampu dan bijak sehingga ia
mampu memutusakan sendiri baik untuk memilih yang baik maupun
yang jahat.
Pandangan ini dengan jelas diwakili oleh orang farisi dalam Luk.18:9-14
(baca). Dalam perumpamaan Lukas 18 itu Tuhan Yesus menunjukkan
bagaimana orang Farisi itu merasa dirinya baik karena berkat yang
diperolehnya merupakan kewajiban Allah untuk memberikannya. Hal ini
menunjukkan kebutaan rohani manusia.
Pandangan sinergistik merupakan bukti kebutaan rohani manusia.
Manusia yang berdosa adalah manusia yang buta terhadap perkara Allah,
karena telah rusak dalam dirinya sendiri. Itulah sebabnya menganggap
diri masih baik untuk bekerja dan menentukan keselamatannya sendiri.
Kenyataan itu membuktikan bahwa betapa butanya manusia itu sampaisampai tidak mengenal diri sendiri.
Pandangan sinergistik tidaklah logis dalam penjelasannya tentang
pilihan Allah. Bagi penganut pandangan sinergistik, Allah memilih
seseorang berdasarkan pengetahuanNya akan siapa-siapa kelak akan
menerima Kristus. Artinya:
a. Rencana pilihan Allah ditentukan oleh manusia, free will manusia
menentukan free will Allah.
b. Jika karena manusia mau percaya kemudian baru dipilih Allah, jelas

tidak lagi pilihan Allah. Allah hanya sekedar menuruti kemauan dan
kehendak manusia, karena orang itu percaya dan menerima tawaran
Allah.
Memang orang berdosa haruslah percaya Injil untuk dapat diselamatkan,
tetapi jangan lupa bahwa tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku:
"Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus.(I Kor.12:3). Itu sebabnya
keselamatan secara keseluruhan adalah karya Allah termasuk di
dalamnya dorongan untuk percaya.
Dalam aplikasi keselamatan kita melihat bahwa keselamatan adalah
sepertinya kerja sama antara manusia dengan Allah, dimana Allah
memberikan Juruselamat dan manusia harus menerima Juruselamat itu
(Kis. 16:31). Tetapi kita harus menyadari bahwa manusia dapat
meresponi karya keselamatan itu hanyalah dorongan Roh Kudus sematamata. Manusia tidak bisa lagi membuat keputusan terakhir pada dirinya
sendiri karena manusia tertawan oleh hukum dosa (Rom. 7:22-23) dan
semua ada di bawah kuasa dosa (Rom. 3:9 band. Maz. 14:1-3). Tidak
ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari
Allah. (Rom. 3:11). Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan
Kubangkitkan pada akhir zaman.(Yoh. 6:44).
Hanya pada saat pilihan Allah yang kemudian akan dengan bebas
memberikan respon menerima Kristus. Tetapi keputusan untuk
menerima Kristus inipun bukan berdasarkan kebebasan manusia untuk
memilih melainkan hasil dorongan Allah juga (Flp.2:12-13).
Ketaatan orang pilihan pada Injil dimulai dan disempurnakan melalui
aktivitas Allah dalam diri orang-orang pilihanNya.
Seseorang berpandangan monergistik adalah:
Orang yang dengan penerangan Roh Kudus mengerti betapa
keberdosaannya dan betapa lemahnya dia adanya, sehingga hanya
belaskasihan sajalah yang bisa ia harapkan. Orang ini diwakili dalam
pemungut cukai Lukas 18:9-14. Itulah sebabnya meskipun kita sudah
diselamatkan, sebagai orang berdosa yang tidak layak menerima korban

Kristus yang begitu agung, sering terbayang oleh kita saat-saat


mengenang kasih Kristus.
Pandangan monergistik umumnya lebih mudah diterima orang-orang
yang merasa hidupnya seperti pemungut cukai dalam Lukas 18, pendosa
dan tidak punya apa-apa, hanya Allah yang dapat menolong, belas
kasihan saja yang dapat diharapkan.
Sedangkan pandangan sinergistik umumnya dipegang oleh orang-orang
yang merasa dirinya baik, mampu bahkan sebagai penentu akhir
keselamatan, dan penentu akhir rencana Allah. Ia persis dengan orang
Farisi dalam Lukas 18, yang congkak dan buta rohani.
Catatan:
Berikut ini kita catatkan sedikit tentang Karl Barth dalam hal pemilihan
Allah.
Menurut Karl Barth sebelum dunia dijadikan, Allah telah mengambil
keputusan untuk menyatakan kasihNya di dalam Kristus Yesus dengan
berdiam di tengah umat manusia. setelah keputusan itu diambil,
Allahpun kemudian memulai pelaksanaannya.
Pelaksanaan ini dalam segala tahap dan bentuknya merupakan karya
berdasarkan kasih karuniaNya (karena pelaksanaan ini semata-mata
merupakan pewujudan keputusan Allah dalam menyatakan kasihNya di
dalam Kristus).
Pelaksanaan ini bukanlah hanya meliputi penciptaan dan penyelamatan
saja melainkan mencakup juga dosa, maut Iblis dan neraka.
Mengenai dosa, maut, Iblis dan neraka, Karl Barth memberikan
keterangan demikian:
Penyataan atau penyinaran kasih karunia Allah mengakibatkan adanya
bayangan kasih (seperti sinar terang yang membawa bayangan). Oleh
karena Allah secara positip menghendaki untuk menyinari kasihNya.
Sebagaimana sinar dibendakan dengan bayangan yang
dibawanya/dihasilkannya. Demikian penyinaran kasih karunia Allah
menimbulkan bayangan (segi negatip) dari kasih karunia Allah, yaitu

dosa dan Iblis.


Manusia sendiri sudah berdosa dan dikuasai Iblis, oleh sebab itu hanya dapat hidup
dari kasih karunia Allah. N
n Allah yang kudus seharusnya menolak manusia yang tidak kudus itu. Akan tetapi
penolakan Allah terhadap manusia

ini sudah ditanggung oleh Kristus, karena


Kristus telah menerima penolakan Allah di kayu salib.
Penolakan Kristus oleh Allah bagi manusia membawa manusia menjadi tidak
tertolak dari Allah tetapi mewujudkan pilihan. Sebab di dalam Kristus itu, sebagai
ganti manusia, Allah telah mewujudkan pilihan terhadap manusia.

Dengan demikian jelaslah bahwa Kristus adalah Yang ditolak dan


Yang dipilih. Demikian juga Injil itu menjadi suatu berita kegirangan,
dimana gereja dapat memberitakan bahwa di dalam Kristus Allah telah
memikul penolakan manusia dan telah memilih manusia.
Pandangan Barth menghindari pemilihan antara monergistik yang
menekankan kedaulatan Allah dan sinergistik yang menekankan bahwa
baik pemilihan atau penolakan keduanya terjadi di dalam Yesus Kristus.
Di dalam Dialah Allah telah menolak dan memilih manusia.
Sejak Ia disalib tidak seorangpun yang ditolak Allah. Predestinasi
bukanlah penolakan atau pemilihan manusia tertentu, melainkan suatu
kehendak Allah bahwa di dalam Kristus Ia berkenan memilih manusia
yang karena dosanya seharusnya ditolak.
Dengan kehendak inilah Allah bekerja secara bebas dan berdasarkan
kasih karuniaNya. Allah bukan hanya sekali memilih, melainkan secara
terus menerus memilih secara Aktual.
Pandangan Karl Barth ini sekilas kelihatannya memberi jalan keluar
pada pandangan monergistik dan sinergistik, namun sebenarnya Karl
Barth dengan ajarannya telah jatuh pada pandangan universalisme
(semua manusia diterima oleh Allah, tanpa ada yang ditolak, semua akan
kesurga tanpa ada yang keneraka).

PRINSIP YANG TERLIHAT DALAM KESELAMATAN.


Hanya ada dua prinsip yang berlaku dalam Allah menangani manusia

anugerah dan hukum. Sepanjang sejarah manusia, Allah menyelamatkan


manusia dengan anugerahNya
Ef.2:8-9 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman;
itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil
pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
Rom.11:5-6 Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa,
menurut pilihan kasih karunia. Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih
karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian,
maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.
Menurut prinsip ini, berarti Allah memperlakukan manusia secara
menyenangkan, suatu cara yang sebenarnya tidak patut mereka terima.
Satu-satunya prinsip lain yang Allah berlakukan adalah prinsip hukum
(sering kali disebut juga sebagai prinsip perbuatan). Prinsip ini menuntut
Allah memperlakukan manusia sesuai dengan apa yang patut manusia
terima.
Tetapi semenjak manusia berdosa dan hanya layak menerima hukuman
maut dan neraka, maka jika Allah memberlakukan prinsip hukum,
celakalah manusia, dengan demikian tidak ada seorangpun yang dapat
melepaskan dirinya dari hukuman kekal Allah. (Rom.3:20; Rom.8:3;
Gal.2:16; Gal.3:10-12; Ibr.7:18-19)
Kebutaan rohani orang berdosa sangatlah jelas dalam ajaran agamaagama mereka yang mengajarkan bahwa manusia diselamatkan melalui
perbuatan mereka.
Prinsip anugerah dan hukum berlawanan dalam cara kerjanya. (Rom.
1:6; Rom.4:4-5)
Perhatikan kontrasnya di bawah ini:
Prinsip anugerah
Prinsip hukum
Allah memperlakukan manusia secara menyenangkan, suatu cara yang
sebenarnya tidak layak untuk diterima manusia.
Allah memperlakukan manusia dalam cara yang patut manusia terima.

Cara ini satu-satunya jalan untuk orang berdosa diselamatkan


Cara ini menghalangi manusia untuk diselamatkan.
Cara ini tidak mengenal jasa, perbuatan manusia yang karenanya ia
harus diberi keselamatan.
Cara ini menuntut jasa, perbuatan atau kelayakan manusia sebagai
penyebab ia beroleh keselamatan.
Respons iman manusia membuat Allah bekerja dengan kasih
karunianNya, sesuai dengan janjiNya
Respons perbuatan manusia, mengharuskan Allah memenuhi
kewajibanNya.
Keselamatan adalah seluruhnya karya Allah, Allah saja yang diberi
pujian dan hormat.
Keselamatan adalah hasil usaha bersama manusia dan Allah, karenanya
kedua-duanya menerima pujian.
Keselamatan menjadi tak pernah gagal karena pekerjaan Allah sematamata.
Bersandar pada manusia . Mengerjakan pekerjaan yang menjadi
bagiannya, keselamatan yang tak mempunyai kepastian.
Prinsip anugerah adalah satu-satunya prinsip yang efektif dalam
menyelamatkan orang berdosa.
Prinsip ini tidak pernah dapat menolong orang berdosa.
Demikianlah kita melihat, baik dari segi pertentangan pandangan
monergistik dengan sinergistik maupun dari segi prinsip-prinsip yang
terlibat dalam keselamatan, maka pandangan sinergistik sulit untuk
dipertahankan.
Itulah sebabnya orang-orang dari golongan sinergistik tidak pernah kita
jumpai menjadi teolog yang kuat teologinya. Dan teologinyapun sering
tidak konsisten, karena bergantung pada manusia sebagai penentu,
padahal manusia adalah makhluk yang terus-menerus berubah baik dari
segi berpikir, emosi maupun kehendak. Itulah sebabnya teologi kaum
sinergistik menjadi tak menentu, tidak ada garis lurusnya atau benang

merahnya dan sangat lain dengan pandangan kaum monergistik yang


memiliki sistim teologi yang ketat dan menunjukkan garis lurus yang
jelas. (mis: amati saja konsistensi teologi yang ada pada TULIP)
KEYAKINAN KESELAMATAN
Ujian-ujian untuk keyakinan keselamatan:
Adakah anda memiliki kesaksian batiniah Roh Kudus?
Adakah anda menikmati persekutuan rohani dengan Tuhan Yesus dan
sesama orang percaya?
Bagaimana sikapmu terhadap dunia dan nilai-nilai lainnya?
Pernahkan anda mendapatkan jawaban doa?
Adakan anda secara mendasar taat kepada perintah-perintah Alkitab?
Apakah anda memiliki kepekaan terhadap dosa?
Apakah anda memiliki kepekaan membedakan kebenaran dan dosa?
Apakah anda mencintai Yesus dan menantikan kedatanganNya?
Apakah anda percaya doktrin-doktrin dasar Kristen?
Pernahkah anda mengalami aniaya karena kekristenan anda?
Adalah kehendak Allah sendiri bagi umatNya agar mereka tahu dan
yakin bahwa mereka mempunyai jaminan keselamatan (I Yoh. 5:13a),
penerima surat ini kelihatannya keadaannya percaya kepada Tuhan
Yesus Kristus, tetapi tidak tahu/yakin bahwa mereka mempunyai
keselamatan/hidup yang kekal. Setan mempunyai berbagai cara untuk
mendakwa umat Tuhan supaya ragu-ragu akan keselamatan yang dari
Tuhan Yesus, sehingga menjadi terhambat pertumbuhan rohani dan
pelayanannya.
Namun demikian tidak berarti kita dengan begitu saja menganggap
kepastian keselamatan itu tanpa disertai oleh realitas konkrit
keselamatan itu dari dan dalam hidup kita. Itulah sebabnya Paulus
menasehati kita untuk menguji, menyelidiki diri kita sendiri dalam
penerimaan kita akan Yesus Kristus dalam hidup kita (II Kor.13:5).

TIGA MACAM KEYAKINAN KESELAMATAN


Dari uraian kita sepintas di atas kelihatannya ada orang-orang yang
percaya kepada Tuhan Yesus tetapi tidak punya keyakinan keselamatan.
Dipihak lain ada orang yang menganggap pasti keselamatannya tetapi ia
sebenarnya tidak diselamatkan. Dengan demikian kita juga menemukan
macam keyakinan lain, yang terbaik, ialah orang percaya dan yakin akan
keselamatannya dan sesungguhnyalah ia sebagai orang yang
diselamatkan. Demikianlah kita dapat melihat ada tiga macam orang
yang yakin:
ORANG PERCAYA tetapi TIDAK TAHU/YAKIN mempunyai hidup
yang kekal
ORANG PERCAYA serta TAHU/YAKIN mempunyai hidup yang kekal
(Subyektif)
ORANG PERCAYA serta TAHU/YAKIN mempunyai hidup yang kekal
(Obyektif)
Marilah kita membahas satu persatu jenis keyakinan tersebut di atas:
1. ORANG PERCAYA tetapi TIDAK TAHU/YAKIN mempunyai hidup
yang kekal
Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus tidak selalu
mempunyai keyakinan yang jelas akan keselamatan.
Rasul Yohanes dalam suratnya (I Yoh 5:13) menunjukkan hal ini dengan
jelas. Dikatakannya bahwa semua yang dituliskan (Injil dan suratsuratnya) supaya orang-orang yang tidak percaya menjadi percaya dan
karenanya beroleh hidup yang kekal.
Dipihak lain Rasul Yohanes menuliskan suratnya bagi orang percaya, ia
ingin supaya mereka tidak saja percaya dan menerima tetapi tahu dan
yakin bahwa mereka memiliki dan terus akan memiliki (tensis present)
hidup yang kekal.
Supaya kamu .. tahu berarti mereka bukan secara gradual

bertumbuh dalam keyakinan, melainkan mereka sudah memiliki hidup


yang kekal yang sudah mereka terima dalam Kristus. Demikianlah kita
melihat ada orang-orang yang percaya tetapi tidak tahu bahwa mereka
memiliki hidup yang kekal yang telah mereka miliki. Hal ini bisa terjadi
karena:
Mereka kurang teguh, seperti yang diungkapkan oleh penulis surat
Ibrani Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus
ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah
dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh
dengan air yang murni.(Ibr.10:22), sehingga tidak dapat berdiri dan
dengan penuh keyakinan berkata: aku tahu kepada siapa aku percaya
dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memelihara apa yang telah
dipercayakanNya kepadaku sampai hari Tuhan (II Tim.1:12). Sebagao
contoh dalam kasus ini adalah John Wesley, ia adalah pendeta anglikan,
percaya pada kredo gerejanya dan sangat penuh kebajikan. Ia juga
percaya bahwa Yesus adalah Juruselamat, tetapi ia tidak yakin bahwa
Yesus mati untuk menyelamatkannya. Baru kemudian ia menjadi yakin
ketika mengunjungi Moravian Brethren dimana saat itu sedang
membaca pendahuluan Tafsiran Luther tentang surat Roma.
Mereka ada dalam masa depresi, karena suatu masalah tertentu
(kejatuhan dalam dosa yang berulang kali). Hal ini sangat umum terjadi
dalam pengalaman kita masing-masing sehingga tidak sulit kita mengerti
point ini. Alkitab berkata: jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena
Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya." (II Tim.2:13)
Mereka mengharapkan adanya tanda-tanda lahiriah yang spektakuler.
Sekarang ini banyak orang mengajarkan bahwa orang yang diselamatkan
haruslah disertai tanda-tanda tertentu (bahasal lidah, muntah-muntah,
kesembuhan, pelepasan, dll). Sehingga tidak heran jika banyak orang
Kristen yang percaya pada Yesus Kristus, tetapi mereka tidak yakin
bahwa mereka mempunyai hidup yang kekal hanya dikarenakan tidak
mempunyai pengalaman seperti tanda-tanda tersebut di atas. Dalam
Kis.16:30-34, orang-orang menjadi percaya berdasarkan pada Firman

yang diberitakan. Baca juga Rom.1:16-17


Mereka bukan orang Kristen. Tidak sedikit orang yang mengikuti
aktifitas gerejani namun tidak pernah ia mengalami kelahiran kembali
dalam Kristus Yesus. Dengan demikian keyakinan mereka tentu tidak
ada, karena pusat dan sumber hidup kekal itu belumlah mereka miliki.
Rasul Yohanes dalam suratnya yang pertama dengan jelas bermaksud
meyakinkan orang-orang percaya, bahwa mereka mempunyai hidup
yang kekal dan sekaligus disana ia mau menyakinkan orang tidak
percaya tidak mempunyai hidup kekal itu. (cth. I Yoh.4:2-3)
Pertobatan mereka bersifat semu/psikologis. Manakala seseorang
memandang penerimaan akan Yesus Kristus sebagai jalan untuk
memenuhi kebutuhan psikologis, ambisi atau jalan pemecahan persoalan
sehari-hari, ia sebenarnya menerima Kristus tanpa pernah berkenaan
dengan problem rohaninya yang utama yaitu dosa karenanya ia tidak
sungguh-sungguh diselamatkan. Tidak heran jika pertobatan semacam
itu akan menjadi sumber ketidak yakinan akan keselamatan. Namun
perlu digaris bawahi bahwa banyak juga orang yang mengalami
pertobatan semu/psikologis ini serta mempunyai keyakinan yang kuat
(yang semu) akan keselamatannya. Orang semacam ini mengantar kita
pada macam keyakinan yang kedua yaitu, orang percaya serta tahu/yakin
ia mempunyai hidup yang kekal, namun sebenarnya tidak, karena
keyakinannya berasal dari dirinya sendiri (subyektif) dan bukan dari
Allah (obyektif)
2. ORANG PERCAYA serta TAHU/YAKIN mempunyai hidup yang
kekal (Subyektif)
Orang percaya pada jenis kedua ini adalah orang yang pertobatannya
semu/psikologis belaka. Orang ini bisa sungguh yakin ia menerima
Kristus dan menerima keselamatan, tetapi semua itu melulu keyakinan
yang bersumber dari dirinya sendiri (subyektif), bukan keyakinan yang
benar yaitu keyakinan yang dari Roh Kudus. Itu sebabnya ia tidak
pernah diselamatkan. Kasus ini dicatat dalam mat.7:22-23, dimana

dikatakan ada orang yang melayani dan merasa harus selamat


(subyektif), tetapi dari pihak Allah ia adalah orang yang tidak dikenal.
Kasus lain adalah dalam Mat.25:1-13. Dalam perumpamaan ini ada 10
orang dara tapi hanya 5 yang diterima sedang 5 lainnya ditolak. Yang
terakhir kita periksa adalah Yoh.2:23-25, dimana orang-orang percaya
pada Yesus (subyektif) tetapi Yesus tidak mempercayakan diriNya
kepada mereka (obyektif). Mengapa sampai bisa terjadi demikian?
Untuk itu kita perlu memeriksa apa yang dimaksud dengan pertobatan
semu/psikologis itu.
Di dalam pertobatan rohani seseorang dilahirkan kembali secara rohani.
Dalam pertobatan psikologis seseorang mengambil suatu keputusan
untuk menerima Kristus atau melakukan sesuatu yang sering kali kita
asosiasikan dengan penerimaan Kristus (berdoa dengan doa tertentu,
pergi kekebaktian, ikut mengajar Sekolah Minggu), tetapi sesungguhnya
ia tidak pernah diselamatkan.
Ada dua penyebab umum pertobatan jenis ini: tekanan dan kebingungan
akan akibat dosa.
Pertobatan psikologis yang disebabkan oleh tekanan.
Dalam suatu tekanan seseorang akan melakukan apa saja untuk
menjawab tekanan tersebut. sebagai contoh, seseorang ditolak oleh
orang tua dan teman-temannya, secara psikologis kenyataan itu
memotivasi orang tersebut untuk menerima Kristus karena dalam
khotbah disampaikan bahwa Yesus adalah sahabat sejati.
Dalam kasus ini ia tidak menyadari bahwa ia memiliki problem dosa. Ia
menerima Kristus untuk menyelesaikan problem kebutuhan hidupnya
sehari-hari secara praktis, yaitu kebutuhan akan sahabat yang sejati
tetapi tidak menyelesaikan dosa-dosanya. Penerimaan Kristus yang
demikian bukanlah dari Roh Kudus, melainkan hasil dinamika
psikologis. Jadi pertobatan psikologis yang disebabkan oleh
kebingungan.
Jika kita ingin seseorang mengerti dosa dan akibat-akibat dosa, maka
kita harus memusatkan perhatian atau diskusi kita pada dosa itu sendiri

serta akibat dosa tersebut, dan bukan pada problem sehari-hari yang
umumnya dialami orang. Sering kali akibat dosa secara psikologis dan
sosiologis (akibat sekunder) dikacaukan dengan akibat rohaniah (akibat
primer). Dua akibat dosa ini dapat kita lihat perbedaannya melalui
diagram di bawah ini.
Tuhan Yesus mengajarkan tentang pekerjaan Roh Kudus meyakinkan
dunia akan dosa, kebenaran dan penghakinan (Yoh.16:8). Perhatikan
bahwa dosa dan kebenaran serta penghakiman berkenaan dengan sisi kiri
kartu/diagram. Pada bagian inilah keyakinan dari Roh Kudus
ditunjukkan, karenanya pada bagian ini pula kita harus mempokuskan
diskusi kita dengan orang berdosa.

Katakanlah anda mengenal seorang pecandu narkotik. Anda akan


berusaha memberitahukan kepadanya bahwa Yesuslah jawaban terhadap
kecanduannya itu. Memang benar sekali manakala seseorang menjadi
percaya, maka Roh Kudus tinggal di dalamnya dan menolongnya
mengatasi kehidupan lamanya termasuk kecanduannya akan narkotika.
Tetapi benar pula bahwa seseorang akan sama sekali tidak
menghubungkan keduanya itu dengan problema utama yang
melatarbelakangi perbuatan itu, yaitu dosa. Ia tidak melihat kecanduan
itu sebagai suatu manifestasi dari dosa, melainkan hanya sebagai
kelemahan, pelarian atau iseng-iseng belaka.
Dalam kasus ini, jika Yesus diterima, maka bukanlah sebagai
Juruselamat yang mati bagi dosa, melainkan juruselamat dari
problem-problem tertentu. Demikian juga pada kasus lainnya, misalnya
orang sakit menerima Yesus sebagai juruselamat dari sakit, orang
frustasi menerima Kristus sebagai konselor, dst.
Jelas keputusannya untuk menerima Kristus disini tidak membawanya
kepada penyelesaian dosanya, oleh sebab itu maka iapun tidak pernah
menerima hidup yang kekal. Pertobatan yang demikian kita sebut
sebagai pertobatan psikologis, dan bukan pertobatan rohani.
Apakah tanda-tanda khusus pertobatan psikologis ini? Tanda-tandanya
yang khusus adalah bahwa perjuangan melawan dosa tidak radikal dan
tidak ada pembaharuan hidup yang radikal yang sesungguhnya. Tetapi
hanyalah sekedar perbaikan pola hidup dengan kekuatan diri sendiri.
Bisa juga terjadi seseorang terkejut karena dosa-dosa tertentu yang
merusak hidupnya, lalu ia meninggalkan dosa-dosa itu. Berkatalah ia
kepada diri sendiri : Aku harus menjadi lain, maka kelihatanlah ia
secara lahiriah menjadi laian sama sekali. Tetapi dosa-dosanya itu masih
tetap berakar di dalam hati : sombong, gila hormat, serakah, cabul, dll.
Oleh sebab itu maka dosa itu akan kembali lagi menggerogoti hidupnya
dalam bentuk-bentuk manifestasi-manifestasi yang lain.

Perubahan hiduppun tidak secara radikal. Memang ada terjadi suatu


perbaikan hidup tapi hanya pada lahiriahnya saja, dengan kekuatan
sendiri, tetapi kasih kepada Tuhan dan sesama tidak berkembang, dan
ketaatan kepada Tuhan tidak terdapat.
Melihat kenyataan ini, maka perlulah bagi kita untuk memeriksa diri
sendiri, sebagaimana Rasul Paulus menasihati kita : Ujilah dirimu
sendiri, selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu
bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? (I Kor.13:5).
Kita perlu menguji diri kita supaya kita boleh menjadi seperti orang ke
tiga : ORANG PERCAYA serta TAHU/YAKIN mempunyai hidup yang
kekal (Obyektif), yaitu keyakinan yang benar yang dibangun atas iman
yang benar kepada Anak Domba Allah. Sehingga dengan demikian
keselamatan yang dimilikinya bukan cuma perasaan sendiri padahal
sesungguhnya tidak selamat melainkan ia boleh yakin akan
keselamatannya dan sesungguhnyalah ia orang yang diselamatkan.
3. ORANG PERCAYA serta TAHU/YAKIN mempunyai hidup yang
kekal (Obyektif)
Keyakinan keselamatan haruslah didirikan dari dua jalur bukti. Jalur itu
adalah kesaksian Roh Kudus dan tanda-tanda hidup baru.
Kesaksian Roh Kudus (I Yoh.5:6b, 10a)
Roh Kudus tinggal di dalam setiap orang yang diselamatkan (I Yoh.3:24;
I Yoh.4:13; Rom.8:9). Salah satu pelayanannya adalah menjadi saksi
untuk hubungan seseorang yang telah diselamatkan dengan Allah
(Rom.8:16; Gal.4:6). Roh Kudus membawa seluruh janji dan pernyataan
Alkitab yang berkenaan dengan keselamatan, serta mencamkannya
dalam hati kita dan menjadikannya penuh makna bagi kita. Pernyataan
ini menandakan kita telah lahir baru dan memiliki hidup yang kekal itu.
Tanda-tanda hidup baru (I Yoh.5:11-12)
Oleh penerimaan kita akan Yesus Kristus, kita dijadikannya ciptaan
baru, memiliki kehidu[an yang baru serta mengalami pembaharuan
tabiat manusia batiniah kita (Yoh.1:12; II Kor.5:17; Kol.3:9-10). Sangat
tidak mungkin memiliki hidup baru dan mengalami perubahan tabiat ini

tanpa manifestasinya dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun


manifestasi tersebut mungkin beraneka ragam dan kadang-kadang
diselubungi kejatuhan dalam dosa, tetapi tanda-tanda hidup baru ini akan
terekspressikan dari dan dalam kehidupan orang yang memilikinya.
Marilah kita periksa tanda-tanda tersebut, diantaranya adalah:
Tanda persekutuan dengan Allah dan umatNya (I Yoh.1:3).
Menjadi anggota keluarga Allah, menjadikan orang percaya memiliki
ikatan dengan Allah dan umatNya. Mereka rindu dan menikmati
persekutuan tersebut, sehingga mereka membagi hidup karena minat
yang sama. Sebaliknya orang yang tidak diselamatkan, menjadi brontak,
melawan Allah serta membenci umatNya (Yoh.3:20; Yoh.15:19;
Rom.3:11; Rom.3:18).
Tanda ketaatan kepada Allah (I Yoh.2:3).
Orang yang telah diselamatkan mempunyai kerinduan untuk taan di
dalam hatinya. Respon terhadap Injil merupakan permulaan hidup dalam
ketaatan kepada Yesus Kristus (II Kor.5:15). Sebaliknya orang diluar
Yesus Kristus tidak pernah dengan rela mentaati Allah (Rom.3:12;
Rom.8:7-8; Ef.2:2).
Tanda melakukan kebenaran (I Yoh.2:29).
Melakukan kebenaran adalah melakukan kehendak Allah dalam
kuasaNya (Ibr.13:21; Flp.1:11). Dengan dimilikinya Roh Kudus, orang
yang percaya dimampukan untuk merindukan serta melakukan kehendak
Allah ketika mereka menyerahkan diri dalam kontrolNya (Rom.8:4;
Flp.2:13; Flp.4:13). Sebaliknya orang yang tidak percaya tidak pernah
melakukan apa yang benar di hadapan Allah karena kerusakan status dan
ketidakadaan kasih dalam mereka (Rom.3:10; Rom.3:12; I Yoh.3:10).
Tanda kasih kepada Allah (I Yoh.3:14).
Ini adalah kasih Kristus yang mengalir di hati kita oleh pekerjaan Roh
Kudus (Rom.5:5; Gal.5:22). Kasih itu dinyatakan melalui kerinduan dan
usaha kita untuk melayani demi tercapainya kebaikan orang lain,
sekalipun untuk itu kita harus membayar dengan diri kita sendiri (I
Yoh.3:16-18). Manifestasi kasih ini merupakan tanda sejati seorang

murid (Yoh 13:34-35). Sebaliknya orang diluar Kristus tidak mengasihi


umat Allah dengan cara demikian (Yoh.15:17-19), mereka juga tidak
mengasihi Allah, yang meminta ketaatan mereka (Yoh.3:20; Yoh.14:15.
Tanda pengakuan akan Yesus Kristus (I Yoh.4:15).
Orang yang telah diselamatkan sudah menerima kesaksian Allah tentang
AnakNya serta dengan rela mengakui iman mereka terhadap kebenaran
tersebut (I Yoh.5:6; I Yoh.9:10). Sebaliknya orang yang tidak
diselamatkan menolak kesaksian yang Allah berikan tentang AnakNya,
Yesus Kristus (I Yoh.4:1-3).
Sebagai tambahan pada tanda-tanda ini boleh kita sebutkan adanya
perhatian kepada pekerjaan Tuhan di dunia ini. Orang percaya sejati juga
tidak dapat merasa tenang jika mengakui ada dosa di dalam dirinya,
karena itu tidak cocok lagi dengan keberadaannya yang baru (Ef.4:30;
Rom.14:17; Gal.5:25; Rom.6:1-13).
Kadang-kadang dosa menutupi beberapa tanda di atas, sehingga orang
percaya yang berdosa akan mengundang teguran Allah jika ia gagal
menghakimi dirinya sendiri (Ibr.12:6; I Kor.11:28-32).
Meskipun dari ujian kita terhadap keselamatan kita menunjukkan bahwa
kita adalah orang yang diselamatkan, berdasarkan iman kepada Yesus
Kristus sebagai Juruselamat atas dosa-dosa kita, tidak berarti kita tidak
mungkin lagi jatuh ke dalam keragu-raguan atau kurangnya keyakinan
(khususnya pada masa kelemahan-kelemahan kita apalagi Iblis memang
selalu berusaha melemahkan kita (Why.12:10) akan kehidupan kekal
yang telah kita miliki. Namun tentu itu tidak berarti keselamatan kita
hilang. Dalam hal ini perlu kita mengerti hubungan dan bedanya iman
dan keyakinan. (baca artikel yang disertakan).
Perbedaan dan Hubungan antara Keyakinan dan Iman
Keyakinan dan iman sebenarnya dua hal yang sangat erat hubungannya
satu dengan yang lain. Meskipun demikian kedua hal tersebut
sebenarnya tidak sama. Keyakinan adalah gejala emosi yang timbul

sebagai akibat dari suatu proses natural. Ada suatu natural atau physical
yang telah berlaku (entah itu menyangkut kelenjar hormon adrenal, atau
dan sebagainya) sehingga dalam orang yang bersangkutan timbullah
gejala emosi yang kita kenal sebagai keyakinan. Proses timbulnya oleh
karena physical law tersebut. Bisa menyangkut masalah intelek atau
ratio dan bisa juga seseorang sampai pada keyakinan oleh karena
kebutuhan rationya terpuaskan.
Jika keyakinan itu sendiri sangat tergantung pada proses dari physical
laws, maka iman itu sangat independen dari physical laws. Memang
sering kali iman menggejala dalam bentuk kebutuhan emosional maupun
rasional, tetapi sering kali juga tidak. Ada banyak orang beriman merasa
pada saat-saat tertentu kehilangan keyakinan. Menurunnya derajat
keyakinan tidak identik dengan naiknya iman.
Seorang yang begitu menginginkan seorang anak, bisa melihat dirinya
memiliki keyakinan yang mutlak bahwa pasti Tuhan akan
menganugerahkan seorang anak, tanpa sangkut-pautnya dengan masalah
iman sama sekali, meskipun ia merasakan bahwa keyakinannya adalah
iman. Keyakinan mutlak bisa kita temukan pada orang Kristen maupun
non-Kristen, tetapi iman yang sejati hanya dimiliki oleh orang Kristen
yang dilahirkan baru.
Apakah Sebenarnya Iman Itu?
Iman bukanlah hasil usama manusia (yang ingin beriman), tetapi
semata-mata anugerah Tuhan (Rom.12:3; Ef.2:8). Itulah anugerah untuk
percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan, satusatunya kebenaran dan satu-satunya kehidupan (Yoh.14:6). Semata-mata
anugerah sehingga dikatakan sebagai kelahiran baru (Yoh.3:1-8). Oleh
karena secara mutlak tidak ada andil dari manusia (I Kor.2:9-16; Ef.2:89). Jikalau iman hanya ada di dalam sangkut pautnya dengan
keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus, maka iman bukan alat untuk
mendapatkan apa yang manusia inginkan. Ukuran iman tidak

menentukan besar kecilnya kuasa yang menyertainya. Iman yang kecil


(ukuran perasaan manusia) sebesar biji sesawi saja, kalau betul-betul
iman, kadang-kadang (kalau Allah menghendaki), bisa melakukan
perkara-perkara yang besar. Lukas 17:6, menyebutkan tentang kuasa
memindahkan gunung, dsb. Sebaliknya orang-orang yang beriman besar
(terbukti dari kehidupan dan kesaksiannya) seringkali tidak memiliki
kuasa untuk melakukan keajaiban-keajaiban yang sederhana sekalipun. I
Tim.5:23 menyaksikan tentang Paulus yang ternyata tidak dapat
menyembuhkan penyakit perut dari Timotius.
Tinggi rendahnya derajat iman, tidak ditentukan oleh besar kecilnya
kuasa yang ada, melainkan ditentukan oleh besar kecilnya kasih yang
ada. I Kor.13:1-3 menyatakan tentang kehebatan kuasa-kuasa ajaib yang
mungkin dapat dimiliki oleh orang-orang yang sama sekali tidak
memiliki iman yang sejati dan sama sekali tidak memiliki kasih agaphe
dari Allah.
Iman tidak dianugerahkan sekali sempurna, tetapi harus dikerjakan
dengan takut dan gentar (Flp.2:12). Oleh karena itu, banyaknya dan
lamanya seseorang mempelajari Alkitab dan mengenal kebenaran Allah
tidak menjamin pertumbuhan imannya. Banyak orang Kristen yang
sederhana yang tidak tahu tentang kebenaran-kebenaran Firman Allah
yang dalam dan kompleks, tetapi memiliki iman yang besar. Sebaliknya
banyak orang Kristen yang tahu banyak tentang Alkitab dan bahkan bisa
memimpin atau menjelaskannya kepada orang lain, tetapi beriman kecil.
Dalam Yoh.20:29, Tuhan Yesus memperingatkan Thomas yang sudah
melihat banyak tanda ajaib, yang sudah belajar banyak Firman
kebenaran tetapi yang kurang beriman, dengan kata-kata: berbahagialah
mereka yaang tidak melihat namun percaya.
Iman harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan levelnya. Kepada
yang diberi banyak dituntut banyak dan kepada yang diberi sedikit
dituntut sedikit (Luk.12:48; I Kor.10:13). Oleh sebab itu, seorang bayi
Kristen bisa memiliki iman yang besar jikalau ia mampu
mempertanggungjawabkan imannya sesuai dengan talentanya dan

kondisinya (meskipun oleh karena keadaannya yang baru belum


mengenal banyak tentang kebenaran Firman Allah). Sekalipun demikian
kita harus ingat bahwa, imannya yang besar akan merosot jikalau ia
sengaja untuk menutup diri dan tidak bersedia belajar mengenal Firman
Allah.
Iman harus dikerjakan, digumuli dan diterapkan sesuai dengan Firman
Allah (II Tim.3:16-17)). Alkitab diwahyukan khusus untuk maksud
tersebut. Iman yang dianugerahkan harus menjadi tindakan (Yak.2:17),
dan tindakan iman act of believing yang sejati hanya ada dalam
sangkut pautnya dengan Firman Allah. Tindakan iman yang sejati adalah
respons terhadap kebenaran Firman Allah, tidak ada yang lain.
Rom.4:1-25 menjelaskan bahwa tindakan Abraham merupakan respons
terhadap Firman Allah dan kehendak Allah yang ia sudah kenal. Oleh
karena itu apa yang ia lakukan benar-benar tindakan iman. Meskipun ia
tidak mengenal secara detail dari apa yang ia alami, ia tidak ragu-ragu
untuk mematuhi perintah Allah karena ia sudah kenal bahwa Allah
adalah Allah yang dengan FirmanNya menjadikan apa yang tidak ada
menjadi ada dan Allah yang selalu menepati janji.
Iman adalah respons terhadap Firman Allah. Iman tidak pernah dalam
kevakuman Firman Allah. Bohong kalau ada orang yang berkata ia
orang beriman tanpa tahu apa yang ia percayai (II Tim.1:12). Seorang
tidak dapat melakukan tindakan iman dan memikul beban kehidupan
tanpa mengenal Dia (Mat.11:29).
Iman tidak sama dengan perasaan beriman (feeling, keyakinan). Banyak
orang yang mempu menciptakan inner sense of certainity (keyakinan
batin) bahwa allah akan memberikan apa yang kita minta dengan cara
melakukan deliberate deception (penipuan terhadap diri sendiri).
Mencari dan memikirkan Cuma ayat-ayat Alkitab yang sesuai dengan
keinginannya, dan melupakan ayat-ayat yang lain yang bisa
membimbangkan hatinya. Berkumpul hanya dengan orang-orang yang
sependapat dan menjauhkan diri dari orang-orang yang berpendapat lain.
Tingkah laku seperti ini setelah melalui jangka waktu yang cukup secara

otomatis akan muncul perasaan beriman dan keyakinan akan pemikiran


dari apa yang diinginkannya. Orang yang bersangkutan akan merasa
yakin bahwa keinginannya adalah pengharapan iman yang benar padahal
total salah.
Perasaan (feeling) tidak menghasilkan iman. Imanlah yang
menghasilkan feeling atau perasaan yakin, mantap, damai, sukacita,
pengharapan, dsb. Yang harus kita miliki adalah iman bukan feeling.
Banyak orang merasa beriman padahal tidak, sebaliknya banyak orang
yang merasa tidak beriman padahal imannya teguh.
Misalnya: Martin John Hus sebelum dibakar hidup-hidup, dalam sel
tahanannya ia duduk sepanjang malam, takut dan ragu-ragu. Ia mencoba
menyentuh nyala api lilin yang ada di atas meja dan menarik tangannya
dengan kesakitan. Ia berkata, if I cant with stand the fire of a candle,
how the stake?. Ia bimbang kalau ia bertahan. Tetapi apa yang terjadi?
John Hus dibakar hidup-hidup tanpa mengeluh dan bahkan terusmenerus menyanyi memuji Tuhan.
Iman itu bersandar pada Allah yang hidup, yang memberikan
pertolongan pada saatnya (Mat.10:19) dan bukan bersandar pada
keyakinan dan perasaan pribadi. (Aml.3:5-7).
Deliberate deception bisa menghasilkan perasaan beriman yang menjadi
sumber konflik dan pergumulan sia-sia dalam hidup banyak orang
Kristen. Perasaan beriman yang membutakan mereka dari kehendak
Tuhan. Bagi mereka tidak ada perbedaan antara kehendak Tuhan dengan
kehendak pribadi. Mereka memanipulir janji Tuhan dalam Matius 21:22;
7:7; Flp.4:19, dan melupakan realita bahwa Allah yang suci dan
berencana hanya memberikan hal-hal yang baik yang betul-betul
menjadi kebutuhan anak-anakNya (Mat.7:11).
Setiap orang yang hanya bersandar kepada akal dan perasaannya sendiri,
tidak mengenal hal-hal yang baik yang betul-betul dibutuhkannya
(Aml.3:1-7) dan permintaan mereka terjerat oleh nafsu (Yak.4:3)
sehingga kalaupun mereka mendapat apa yang mereka inginkan, maka
hal itu bukanlah berkat dari Tuhan melainkan hukuman yang mematikan

iman mereka (Maz.106:15).


Setiap orang percaya harus bersandar pada Tuhan yang akan meluruskan
jalan pikiran dan perasaannya (Aml.3:6)oleh karena pada dasarnya jalan
Tuhan tidak sama dengan jalan manusia (Yes.5:8).

JAMINAN KEKAL KESELAMATAN


1. Permasalahannya
Jika seseorang sudah percaya kepada Kristus dengan sungguh-sungguh,
dapatkah suatu saat dengan sengaja ia menolak dan tidak lagi mau
percaya kepada Kristus atau sengaja jatuh dalam dosa tertentu, sehingga
ia kehilangan keselamatannya? Ataukah keselamatan itu tidak dapat
hilang, tidak perduli apapun yang dilakukan atau dialami orang tersebut,
termasuk di dalamnya ia menolak keselamatan yang sudah diterimanya?
Jika kita mengatakan keselamatan tidak dapat hilang, sekali selamat
tetap selamat, tidak perduli apapun yang dilakukan atau yang dialami
orang tersebut, itu sama dengan hidup semaunya. Ia boleh masa bodoh
terhadap tuntutan moral dan tuntutan rohani yang nyata-nyata Alkitab
kemukakan. Jelas efek satu kali selamat tetap selamat terhadap
kehidupan praktis orang Kristen adalah buruk sekali. Disamping itu
Alkitab sendiri memberi data-data yang nampaknya meragukan
kelangsungan keselamatan secara kekal.
Sebaliknya jika keselamatan itu bisa hilang, maka akan berakibat seriu
terhadap damai sejahtera yang dimiliki orang percaya. Ketakutan akan
kehilangan keselamatan akan menghantuinya, walaupun mungkin ia
akan memelihara keselamatannya tetapi itu dilakukan dengan penuh
kuatir dan tidak damai. Alkitabpun memberikan banyak ayat yang
dengan jelas menunjukkan bahwa keselamatan itu kekal adanya.
Dengan melihat pertentangan di atas jelaslah betapa pentingnya untuk

kita secara langsung melihat apa kata Alkitab tentang jaminan


keselamatan. Apakah keselamatan itu satu kali untuk selamanya tanpa
syarat apa-apa ataukah keselamatan itu bersyarat dan bisa lenyap jika
persyaratan itu tidak dipenuhi!
2. Pandangan Alkitab
Alkitab mengajarkan bahwa keselamatan kekal adanya, tidak bisa hilang
untuk selama-lamanya. Jaminan ini diberikan oleh Allah Tritunggal
sendiri (Bapa, Anak dan Roh Kudus).
Jaminan kekal dari Bapa
a. Jaminan dari rencana dan program kekalNya (Rom.8:28-30, Ef.1:311, Ef. 2:7)
Perhatikanlah perincian rencana dan program tersebut.
Mempredestinasikan orang-orang pilihanNya untuk menjadi serupa
dengan gambaran AnakNya Yesus Kristus (Rom.8:29).
Menerima semua orang yang ada di dalam Kristus (Ef.1:6, Kol.3:3).
Hal ini berarti orang-orang percaya mempunyai hak untuk masuk surga
sebagaimana Kristus sendiri, karena ia ada di dalam Kristus.
Memanggil, membenarkan dan memuliakan semua orang yang
diterima dalam Kristus (Rom.8:30). Perhatikan khususnya kalimat
terakhir mereka itu juga dipermuliakanNya. Pemuliaan memang akan
terjadi saat Kristus datang pada saat kedua kali (I Kor.15:51-54). Tetapi
dalam ayat ini, Rasul Paulus menggunakan kata tersebut dengan tensis
masa lampau (past tense). Dengan kata lain, dimata orang percaya
sudahlah dimuliakan di surga bersama Kristus. Ayat ini merupakan
dukungan yang sangat kuat terhadap jaminan keselamatan yang kekal.
Mengumpulkan/mempersatukan semua orang percaya dalam Kristus
bila waktunya sudah genap (Ef.1:10).
Menunjukkan kepada kita yang dikumpulkannya dalam Kristus
kekayaan kasih karuniaNya yang melimpah-limpah kepada kita (Ef.2:7).
b. Jaminan dari kuasaNya (Yoh.10:29; Rom.4:21; 8:31-39; 14:4; I
Kor.1:8-9; Ef.3:20; Flp.1:6; II Tim.1:12; 4:18; Ibr.7:25; I Pet.1:5;

Yud.24).
c. Jaminan dari kasihNya (Rom.7-11; 8:31-33)
d. Jaminan dari kesetiaanNya memurnikan kita yang adalah miliknya
(Ibr.12:1-11). Allah setia menegur dan menghajar umatNya yang
berdosa, yang gagal mentaati FirmanNya (Why.3:19). hajaranNya untuk
mengoreksi kita untuk menunjukkan bahwa kita adalah anak-anak Allah
dan kita tidak akan dihukum bersma-sama dengan dunia ini (Ibr.12:6; I
Kor.11:32).
Dihukum bersama dengan dunia ini berarti berbagian dengan kesalahan
dan hukuman dosa. Hal ini tidak mungkin bagi kita yang telah
diselamatkan, karena kita telah ditebuh oleh darah Tuhan Yesus Kristus
(Rom.8:31-34). Allah tidak menegur mereka yang bukan anak-anakNya,
Allah hanya memberikan hukuman kepada mereka yang bukan anakanakNya.
e. Jaminan dari janjiNya untuk memelihara kita. Berbeda dengan
Perjanjian Lama dimana perjanjian Allah dengan Israel didasarkan pada
taurat sehingga perjanjian itu rusak jika hukum yang diberikan tidak
ditaati (Yer.31:32). Perjanjian Baru diberikan Allah melalui Injil (Ibr.8:612; Yer.31:31-40; Luk.22:20) didasarkan pada anugerah (sesuatu yang
diberi dengan kondisi tidak layak dari sipenerima). Karenanya perjanjian
ini tidak dapat dirusak apalagi ditiadakan oleh kegagalan manusia.
dengan itu Allah menjadikan hidup yang kekal (Yoh.3:15-16, band.
Yer.31:35-40).
Demikianlah kita melihat jaminan yang Bapa berikan kepada kita.
Dengan jaminan tersebut kegagalan umatNya melakukan tugasnya
tidaklah menjadi masalah bagi Allah. Ia berkuasa untuk menggenapkan
tujuan rencanaNya bagi kita (II Tim.1:12; Yud.24; Yoh.10:28-29;
Flp.46:10).
Oleh karena keselamatan seutuhnya adalah karya kasih karunia Allah
dari awal sampai akhirnya, kegagalan manusia tidaklah menggagalkan
kasih karunia Allah dalam menyelamatkan umatNya.
Jaminan kekal dari Anak

a. Jaminan dari janji-ianjiNya (Yoh.5:24; Yoh.6:37; Yoh.27-28).


b. Jaminan dari doaNya (Yoh.17-9-12; 17:15; 17:20)
c. Jaminan dari kematianNya (Yes.53:5; 53:11; Mat.26:28; Yoh.19:30).
Semenjak hutang dosa kita masa lalu, kini dan akan datang telah dibayar
untuk kita yang telah diselamatkan tidak akan lagi mendatangkan
hukuman Allah karena dosa-dosa kita (Rom.8:1a, 32-34). Segala
hukuman untuk kita sekarang jatuh pada pengganti kita yaitu Yesus
Kristus, yang dengan sempurna dan penuh untuk membayar hutang dosa
kita.
Dengan demikian melalui hidup Kristus kita selamanya diselamatkan
karena selamanya dibenarkan dan didamaikan dengan Allah (Rom.5:910). Disini kita juga melihat suatu hukuman yang menyatakan manusia
tidak boleh diadili atau dihukum dua kali untuk satu kesalahan yang
sama. Melalui kematianNya Kristus dihukum bagi dosa orang percaya.
Dengan menerimaNya sebagai Juruselamat kita setuju untuk Ia yang
membayarkan hutang dosa kita.
d. Jaminan dari kebangkitannya (Rom.6:3-10; Kol.2:12-15).
e. Jaminan dari pekerjaanNya pada masa kini.
Pekerjaan sebagai pembela bagi kita (I Yoh.2:1).
Yesus membela kita dihadapan Bapa, manakala kita didakwa oleh setan
mengenai dosa-dosa kita (Why.12:10). Kristus tidak memohon agar
Allah toleran dengan dosa kita ataupun memaafkan kita, melainkan ia
mengajukan nilai kematian penebusanNya sebagai dasar untuk
dibuangNya semua dakwaan setan dari pengadilan (Rom.8:31-34;
Ibr.9:24).
Penebusan Tuhan Yesus bagi kita bukan berarti kita menjadi leluasa
melakukan dosa, melainkan agar kita tidak berbuat dosa (I Yoh.2:1).
Tidak mudah bagi kita untuk berbuat dosa jika kita mengerti bahwa kita
akan menjadi persoalan yang terbuka di sorga dan membutuhkan
pekerjaan pelayanan Kristus yang khusus ini.
PekerjaanNya sebagai Jurusafaat bagi kita (Ibr.7:25).
Kristus dalam safaatNya tidak saja meliputi pembelaan dan doa bagi

kita, tetapi Kristus sebagai Imam Besar kita, Ia juga menjadi wakil resmi
kita dihadapan Bapa, yang mengurus segala sesuatunya yang berkenaan
dengan kebaikan kita selama kita di dunia ini (Ibr.:4:14-16; Yoh.17:9-24;
Luk.22:31-32). Karena Ia sanggup untuk memelihara kita sampai akhir
nanti.
Semua bisa diringkas sebagaimana Rasul paulus tuliskan dalam
Rom.5:10, Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan
dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang
telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!.
Kebenaran agung yang Paulus kemukakan disini adalah: Yesus Kristus
mati untuk menyelamatkan orang percaya tetapi Ia sekarang hidup untuk
memelihara orang percaya dalam keselamatan. Itu sebabnya penulis
Ibrani mengatakan dalam Ibrani 5:9, , Ia menjadi pokok keselamatan
yang abadi .
Jaminan kekal dari Roh Kudus
a. Ia melahirbarukan orang percaya (Yoh.3:3-7; Tit.3:5; Yak.1:18; I
Pet.1:23).
Itu berarti orang Kristen memiliki tabiat yang baru dengan kerinduan
untuk melakukan perkara-perkara Allah.
b. Ia menghabiskan orang percaya ke dalam tubuh Kristus (Rom.6:3-4; I
Kor.12:13; Gal.3:27; Ef.4:4-5; Kol.2:12). Dengan demikian orang
percaya menjadi tulang dari tulangNya dan daging dari dagingNya.
Pernah seorang Kristen baru berkata aku takut kalau-kalau pada suatu
hari aku terjatuh dari genggaman jari tanganNya. Temannya menjawab
saudaraku, engkau adalah salah satu dari jariNya.
c. Ia tinggal di dalam orang percaya (Yoh.7:37-39; Yoh.14:16; Rom.8:9;
I Kor.2:12; 3:16; 6:19; I Yoh.3:24). Perhatikan khususnya Yoh.14:16
Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu
seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamany.
d. Ia memateraikan orang percaya (II Kor.1:22; 5:5; Ef.1:13-14;
Ef.4:30). Selain Rom.8:30, maka Ef.4:30 merupakan ayat yang sangat
mendukung keselamatan yang tidak dapat hilang. Dan janganlah kamu

mendukakan (hurufia: berhenti mendukakan) Roh Kudus yang


memateraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Menurut Rom.8:23,
hari penyelamatan adalah hari penyempurnaan keselamatan kita,
penebusan tubuh kita dari kerusakan, dosa kebinasaan, dan kefanaan.
Kapan itu terjadi ?. Pada saat Kristus datang kembali. Dengan demikian
Roh Kudus adalah materai Allah yang memelihara kita sampai pada hari
penyempurnaan keselamatan kita. Dengan kata lain Roh Kudus akan
memelihara kita samapai pekerjaan penebusan Allah sempurna di dalam
kita.
Demikianlah kita melihat bahwa jaminan keselamatan adalah pekerjaan
Allah Tritunggal sendiri. Namun demikian orang percaya mempunyai
tanggung jawab untuk bertekun dalam iman keselamatannya (I Pet.1:5).
Tetapi ketekunan ini bukanlah prestasi kita melainkan pemberian Allah
juga (Flp.2:12-13, perhatikan ayat 13 dalam konteksnya adalah untuk
melaksanakan ayat 12). Berbeda halnya dengan iman praktika, iman
keselamatan didukung oleh doa Kristus (Luk.22:31-32; Ibr.7:25). Orang
Kristen tidak selalu berhasil dalam iman prakteknya, tetapi tidak pernah
ia tanpa iman keselamatannya. Kebenaran inilah yang membedakan
antara orang yang mengaku selamat dengan orang-orang yang sungguhsungguh diselamatkan. Orang yang mengaku selamat tidak akan
selamat, sedangkan orang yang memiliki keselamatan akan dipelihara
sampai pada aspek terakhir keselamatannya (Mat.24:13). Prinsip ini
diteguhkan oleh beberapa ayat Alkitab, yang sepintas lalu mengajarkan
kemungkinan hilangnya kesematan. Dari Kol.1:21-23, sering kali ditarik
prinsip jika kita tidak bertekun di dalam iman, maka kita akan terhilang.
Sesungguhnya, kita memang belum diselamatkan jikalau kita tidak
bertekun di dalam iman, kenyataan masa lampau akan pendamaian kita
dengan Allah (ayat 21, aorist-tensis) akan dimanifestasikan melalui
ketekunan kita dalam iman. Demikian juga dengan Ibr.3:6, sering
dinyatakan jika kita tidak sampai pada akhirnya teguh berpegang pada
kepercayaan dan pengharapan, maka kita akan berhenti menjadi rumah
Kristus dan terhilang. Kenyataannya ayat ini tidak bicara begitu,

melainkan bahwa jika tidak ada ketekunan iman pada masa akan datang
maka kita akan menghadapi dimasa yang akan datang dikarenakan kita
tidak mengalami pengalaman keselamatan pada masa lalu (Ibr.3:14).
Keberatan-keberatan:
Jika keselamatan tidak dapat hilang, bagaimana dengan keberatankeberatan yang kita jumpai dalam pengalaman kita, adanya orang yang
meninggalkan Tuhan dan adanya orang kecenderungan hidup semau
gue, serta adanya ayat-ayat yang nampaknya menunjukkan bisa
hilangnya keselamatan.
Melalui uraian tentang jaminan keselamatan, maka kita sudah menjadi
jelas bahwa orang yang tidak bertekun dalam keselamatan bukan hilang
keselamatannya melainkan memang ia tidak mengalami pengalaman
keselamatan (ingat uraian Kol.1:21-23 dan Ibr.3:6). Perlu dicatat disini,
orang yang sudah mengalami pengalaman yang didamaikan dengan
Allah bukan artinya ia tidak bisa jatuh dan meninggalkan Tuhan tetapi
sesungguhnya ia hanya kehilangan iman praktisnya, sedangkan iman
keselamatannya tetap, itulah sebabnya orang ini lambat atau cepat pasti
akan kembali kepada Tuhan.
Doktrin ini (satu kali selamat, selamanya selamat) memberikan orang
Kristen kelonggaran untuk hidup berkubang di dalam dosa. Keberatan
ini tidak perlu terjadi, karena doktrin ini tidak samasekali memberikan
ijin untuk orang percaya semaunya bermain dengan dosa adalah
kehendak Allah sendiri untuk kita tidak berdosa (I Yoh.2:1). Allah
mengimbangi dktri ini dengan hukuman (I Kor.11:30-32) dan ganjaran
yang tidak menguntungkan (II Kor.5:10; I Kor.3:15; Kol.3:25). Kita
bertanggung jawab kepada Allah dan Tuhan Yesus untuk segala
perbuatan kita. Orang yang berdosa tanpa kesensitifan adalah orang
yang tidak pernah menerima keselamatan itu sendiri walaupun mungkin
ia mengaku percaya dan yakin diselamatkan.
Alkitab sendiri menyatakan adanya kemungkinan keselamatan itu hilang

(Armenian mengemukan 100 ayat untuk mendukung bahwa keselamatan


itu bisa hilang adalah sangat menolong jika kita memeriksa dengan
cermat ayat-ayat tersebut dan menemukan maksud sebenarnya dari ayatayat tersebut. Ayat-ayat ini dapat dikelompokkan dengan topik-topik
berikut.
1. Ayat-ayat ini berkenaan dengan guru palsu
Mat.7:15-23, 24:11, II.Kor.11:13-15, I.Tim.4:1, II.Pet.2:1-22, 3:16-17,
I.Yoh.2:9, II.Yoh.1:7, Yud.4, !0-16, Wah.22:18-19.
Orang-orang yang diuraikan dalam ayat-ayat diatas adalah orang-orang
yang murtad. Seorang yang murtad adalah orang yang tealah menerima
terang tetapi bukan hidup. Ia tahu sesuatu mengenai firman Tuhan, tetapi
tidak tahu apa-apa tetang Tuhan dari firman itu. Ia karenanya menolak
memberikan ketaklukan kepada kebenaran alkitab. Hidup dan
perbuatannya sebagai berikut:
a. Ia adalah srigala yang ganas dan buas tetapi memakai jubah domba
(Mat.7:15, Kis.20:29).
b. Ia membenci domba-domba sejati (Kis.20:29).
c. Ia banyak mengadakan tanda. Dan mujuzat untuk mengelabuhi
banyak orang (Mat.24:11, 24:24).
d. Ia adalah pemecah-belah dan materialistis(Rom.16:17-17).
e. Ia berbicara manis dan muluk-muluk(Rom.16:18).
f. Ia menipu dan menjadikan dirinya alat Iblis, untuk di samarkan
menjadi malaikat terang(II.Kor.11:13, 11:15).
g. Tabiat dan pemberitaannya di kuasai Iblis(I.Tim.4:1-3).
h. Ia menyimpangkan doktrin Kristus(II.Pet.2:1, II.Yoh.1:7, Yud.4).
i. Ia menyimpangkan doktrin firman Allah (II.Pet.3:16, Wah.22:18-19).
j. Ia menyimpangkan doktrin aqnuggerah Allah(Yud.4)
k. Ia (Pada akhirnya) dapat dikenali melalui buahnya (Mat.7:16-20,
Yak.3:11-12,1Yoh2:19)
2. Ayat-ayat ini berkenaan dengan tindakan:

Mat.10:32,33,Yoh.8:51,1.Kor.15:1- 2,2.Kor.13:5,Kol.1:23,Ibr.2:14,Ibr.12:25,Ibr.12:29,Yak.2:14- 26,1.Yoh.3:6,1.Yoh.3:89,Yoh.5:18,Yoh.1:9.


Kita catat beberapa di antaranya ;
a. Sesungguhnya barang siapa menuruti.Firmanku ia tidak akan
mengalami
Maut selama-lamanya(Yoh.8:21).
Firmanku (ajaran,perintah) manakah yang Tuhan Yesus maksudkan
disini?.didalam percakapan sebelum nya (Yoh.6:28),orang banyak telah
bertanya kepada kristus :Apakah yang harus kami perbuat ,supaya kami
mengerjakan pekerjaan Allah ?.Yesus kemidian menjawab : Inilah
pekerjaan yang di kehendaki Allah,yaitu hendaklah kamu percaya
kepada Dia yang telah di utus Allah .(Yoh.6:29)
b. Dari sekarang,saudara-saudaraku,aku mau mengingatkanmu kepada
injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima .dan yang
didalam nya kamu teguh berdiri oleh injil itu kamu di selamatkan ,asal
kamu teguh berpegang padanya ,seperti yang telah kuberitakan
kepadamu kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya
(Kor.15:1-2).
Kata kunci ayat inikecuali kalau kamu telah menjadi sia-sia saja
menjadi percaya .apakah maksud paulus disini ?.Ia menjelaskannya
kemudian dalam ayat 12.nampaknya dikorintus ada orang-orang yang
mengaku percaya tetapi menolak kebangkitan kristus .Rasul paulus
menyatakan bahwa mereka tidak selamat,kepercayaan mereka adalah
sia-sia,karena adalah tidak mungkin seorang pennyangkai kebangkitan
Kristus dilahirkan barukan .
Kataasaldalam ayat 2 seharusnya diterjemahkan dengan seba/karena
.sama seperti dalam Kol.1:23.
c. Setiap orang yang lahir dari Allah ,tidak berbuat dosa lagi: sebab
benih Ilahi tetep ada di dalam Dia dan ia tidak dapat berbut dosa, karena
ia lahir dari Allah .(1.Yoh 3:9).
Sarjana Yunani Kenneth wuest menuliskan :didalam bahasa yunani

,infinitif dalam tensa masa kini (present tense )selama digunakan untuk
membicarakan suatu perbuatan yang kontinyu atau kebinasaan,dan tidak
pernah digunakan untuk menunjuk pada suatu pakta tindakan belaka
.karenaya terjemahaan yang lebik baik adalah setiap orang yang lahir
dari Allah,tidaklah dapat berdosa secara kebinasaan .
NasYunani ini bukanlah dukungan bagi ajaran orang-orang perpeksionis
(kita bisa mencapai kesucian sempurna di dunia ini).
d. Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan
mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa
menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di
depan Bapa-Ku yang di sorga." (Mat.10:32-33).
Pasal ini dimulai dengan Tuhan Yesus mengajar pada RasulNya sebelum
mereka diutus untuk pertama kalinya. Ayat-ayat kutipan di atas
merupakan kata-kata Yesus mengingatkan rasul-rasulNya akan
keseriusan tugas yang mereka emban. Mereka harus memperingati
pendengar mereka bahwa menolak Kristus secara pribadi di dunia ini
akan membawa sipenolak tersebut suatu hari di surga nanti ditolak
Kristus.
3. Ayat-ayat ini berkenaan dengan pahala Kristen: I Kor.3:11-15; II
Kor.5:9-10; Gal.6:9; Kol.3:24-25; II Tim.2:12; Yak.1:12; II Yoh.1:18;
Why.2:7; 2:11; 2:17; 2:26; 3:5; 3:12; 3:21.
Jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita
menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita (II Tim.2:12). Kata
menyangka disini dapat dikaitkan dengan I Kor.3:15 Jika
pekerjaannya terbakan, ia akan menderita kerugian (kehilangan), tetapi
ia sendiri akan diselamatkan tetapi seperti dari dalam api. Jadi
penyangkalan disini adalah mengenai pahala. Kaitan ini didukung pula
oleh II Tim.2:13. bahwa kesetiaan Allah tidak terhapus oleh ketidak
setiaan kita dalam memelihara keselamatan. (Alkitab menunjukkan
dengan jelas bahwa pahala sangat bergantung pada kesetiaan kita, tetapi
keselamatan bergantung kepada kesetiaan Allah.
Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang

ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hambaNya.Barangsiapa berbuat kesalahan, ia akan menanggung kesalahannya
itu, karena Tuhan tidak memandang orang. (Kol.3:24-25). Ayat inipun
berkenaan dengan pahala saja dan bukan dengan keselamatan.
4. Ayat-ayat ini, berkenaan dengan kehilangan perkenan Allah: I
Kor.9:27; 10:5; Ibr.3:11-19; 4:1-16; 12:14-15.
Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya
sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri
ditolak. (I Kor.9:27). Kata ditolak dalam ayat ini adalah adokimos,
yang artinya tidak diperkenankan. Paulus disini sama sekali tidak
bicara tentang keselamatan yang dari Allah itu (II Tim.1:12), melainkan
ia berbicara tentang pelayanannya bagi Allah. Ia tidak mau jika sampai
kena pensiun rohaninya.
Tetapi akan kebanyakan dari mereka itu Allah tidak berkenan. Sebab
itulah mereka itu binasa dalam padang belantara. (I Kor.10;5). Juga,
Sehingga aku bersumpah dalam murkaku: mereka takkan masuk tempat
perhentianku. (Ibr.3:11). Ayat-ayat ini merupakan reviw kisah ketidak
percayaan Israel yang tragis dalam PL ketika mereka ada di Kade Bernea
(Bil.14). Dimana mereka menolak masuk Palestina. Oleh karena itu
Allah tidak mengijinkan mereka yang berumur 20 thn ke atas untuk
memasuki tanah perjanjian tersebut (kecuali Yosua dan Kaleb). Bahkan
Musa pun karena dosanya ditolak masuk ketanah perjanjian. Tetapi
semua ini tidaklah bersangkut paut dengan penghukuman kekal,
melainkan sebagai pembinasaan jasmaniah belaka. Dengan demikian
ayat-ayat ini berarti bahwa mereka tidak akan pernah keluar dari padang
belantara untuk masuk ketanah yang penuh susu dan madu.
Dalam Mazmur kita diberi keterangan lebih lanjut mengenai rteaksi
Allah terhadap dosa Israel di padang belantara itu (baca Maz.78:37-38;
106:43-44).
Keselamatan Musa dengan jelas tidak kita ragukan meskipun ia tidak
dfiperkenankan untuk memasuki tanah perjanjian itu. Tetapi ia

disebutkan dalam PB, Mat.17:1-4.


Point dalam keseluruhan uraian di atas adalah penulis Ibrani
menggunakan contoh sejarah ini untuk menorong orang Kristen hidup
dan masuk ke dalam kehendak Allah yang sempurna. (baca Ibr.4:1;
4:11).
5. Ayat-ayat ini berkenaan dengan hajaran Allah.
Tetapi barangsiapa yang bimbang, kalau ia makan, ia telah dihukum,
karena ia tidak melakukannya berdasarkan iman. Dan segala sesuatu
yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa.(Rom.14:23).
Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia
mendatangkan hukuman atas dirinya. (I Kor.11:29).
dengan memungkiri kesetiaan mereka yang semula kepada-Nya,
mereka mendatangkan hukuman atas dirinya. (I Tim.5:12).
Kata yang menjadi masalah dalam ayat-ayat di atas adalah hukuman.
Dalam kata Yunaninya kata ini lebih tepat diterjemahkan dengan
penghakiman. Dalam point a Paulus menunjuk pada orang percaya
yang memakan makanan-makanan tertentu yang orang itu sendiri tidak
jelas apakah Allah menghendakinya untuk ia makan. Dalam point b
Paulus berbicara tentang orang percaya yang ikut berbagian dalam
perjamuan kudus dengan masih membawa dosa dalam hidup mereka.
Point c adalah uraian Paulus tentang janda muda Kristen yang
memperlihatkan sikap duniawi terhadap seks dan perkawinan. Tetapi
tidak kita lihat bahwa orang-orang dalam ayat-ayat di atas mengalami
hukuman melainkan mereka semua akan dihakimi Allah. Rasul Petrus
meringkaskan semua ini dalam I Pet 4:17, dimana ia menggunakan kata
Yunani penghakiman yang sama dengan yang Paulus pakai di atas.
Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai pada rumah
Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman
itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang
tidak percaya pada Injil Allah? (baca juga Ibr.12:5-11).

6. Ayat-ayat ini berkenaan dengan hidup berdua, kesaksian dan


kedewasaan Kristen: Mat.5:13; Yoh.8:31; 15:1-6; Kis.13:43; 14;22;
Yak.1:26; II Pet.1:9-11; I Yoh.2:24.
Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepadaNya. Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah
murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu
akan memerdekakan kamu." (Yoh.8:30-32). Kemudian Yesus
mempertegas pernyataan itu Aku datang supaya mereka mempunyai
hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan (Yoh.10:10).
Semua orang Kristen mempunyai hidup yang kekal tetapi hanya orang
Kristen yang berbuahlah yang menikmati kelimpahan.
Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti
ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan
dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.(Yoh.15:6). Perhatikan bahwa
yang mengumpulkan ranting-ranting yang tidak berbuah dan
membakarnya adalah manusia dan bukan Allah. Contoh yang serupa
diberikan oleh Kristus dalam khotbahNya di bukti (Mat.5:13). Ayat-ayat
ini jelas melukiskan kesaksian yang sia-sia dihadapan manusia dan
bukan kehilangan keselamatan dari Allah.
7. Ayat-ayat ini berkenaan dengan orang-orang percaya yang
dipengaruhi oleh ajaran palsu: II Kor.11:2-4; Gal.5:4; Kol.2:4; 2:8; 2:18;
I Tes.3:5; I Tim.1:6; 1:19-20; 6:20-21; II Tim.2:26.
Salah satu bukti orang Kristen harus menjadi dewasa dalam iman
(Ef.4:14). Sekaligus dalam ayat ini Paulus mengakui bahwa adalah
mungkin orang percaya jatuh dan diombang-ambingkan oleh ajaran
palsu.
Ajaran palsu Legalisme (Gal.5:4, Kamu lepas dari Kristus, jikalau
kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar
kasih karunia.). Ayat ini merupakan dukungan yang sangat disukai oleh
orang-orang yang menganggap keselamatan bisa hilang. Khususnya

kalimat kamu hidup diluar (jatuh dari) kasih karunia tetapi harus kita
tanyakan apa yang menyebabkan kejatuhan mereka. Penyebabnya
adalah usaha mereka yang gila-gilaan, dan sia-sia, untuk memenuhi
Hukum Taurat Musa. Apakah ini kemudia berarti bahwa orang-orang
Kristen yang berusaha untuk melakukan perbuatan-perbuatan sesuai
taurat akan kehilangan keselamatannya?. Tentu saja tidak!.
Paulus mencela jemaat Galatia bukan karena kejahatan mereka terhadap
taurat melainkan karena usaha mereka untuk memelihara taurat. Dengan
demikian keluar dari kasih karunia adalah tindakan memperbolehkan
legalisme taurat mencegah kita dari kenikmatan kebebasan penuh oleh
kasih.
Kemungkinan Petrus (Gal.2:11-14) dan Yakobus (Kis.21:18-26), hidup
di luar kasih karunia sejenak dalam persoalan ini (lihat juga I Tim.1:67).
Ajaran palsu hikmat dan filsafat duniawi (Kol.2:8; I Tim.6:20-21).
Ajaran palsu penyembahan Malaikat (Kol.2:18).
Ajaran palsu mengenai kebangkitan (I Tim.1:19-20; II tim.2:18).
8. Ayat-ayat ini berkenaan dengan dosa yang membawa kepada
kematian: Kis.5:1-11; Rom.6:16; 8:13; I Kor.5:5; 11:30; Ibr.6:4-20;
10:26; Yak.1:13-15; 5:19-20; I Yoh.5:16.
Dosa yang membawa kematian adalah dosa yang hanya dapat dilakukan
oleh orang percaya. Ini tidak bersangkut paut dengan keselamatan
jiwanya tetapi bersangkut paut dengan kehidupan di dunia.
Dosa ini dilakukan manakala seorang percaya membiarkan hidupnya
menjadi begitu duniawi, dan tidak produktif sehingga Allah
membawanya pulang kerumah melalui kematian fisik dunia ini. Dosadosa ini dapat beraneka ragam bentuknya.
Ananias dan Safira melakukan dosa ini (Kis.5:1-11).
Beberapa orang percaya di Krintus melakukannya (I Kor.11:30).
Orang dalam I Kor.5:1:5.
Himenius dan Alexander ada dalam bahaya melakukannya (I Tim.1:20).

Beberapa orang Ibrani ada dalam bahaya maut melakukan dosa ini
(Ibr.5:1-6:8; Ibr.10:26).
9. Ayat-ayat ini berkenaan dengan dosa tak terampunkan:
Mat.12:31-32
Ayat ini telah menggelisahkan banyak orang Kristen. Ada dua
pertanyaan mendasar yang perlu kita pertanyakan disini.:
Kepada siapakah ayat ini Yesus tujukan? Kepada orang-orang jahat dan
orang Farisi (Mat.12:24-25).
Dosa apakah yang telah mereka lakukan?
Untuk berbulan-bulan mereka diberi hak istimewa untuk mendengarkan
apa yang Tuhan Yesus ajarkan, menyaksikan pekerjaan-pekerjaan dan
mujizat-mujizat yang dilakukanNya, tetapi bukannya mereka percaya,
malahan sebaliknya mencela Kristus, menuduhNya melakukan semua
itu dengan kuasa Setan. Dengan berbuat seperti itu mereka melakukan
dosa yang tak terampunkan itu. Cara lain apa lagi yang Allah harus
kerjakan supaya mereka dapat diyakinkan?
Jelas mereka tidak mau percaya. Dan jikalau mereka tidak percaya
kepada Yesus Kristus bagaimana mereka dapat memperoleh
pengampunan dosa! Dosa inilah dosa yang tidak terampuni yaitu dosa
yang dilakukan orang-orang yang tidak mau percaya atau dosa itu
adalah ketidakpercayaan seseorang.
Catatan:
Meskipun hujatan mereka adalah diarahkan kepada Tuhan Yesus tetapi
sebenarnya itu merupakan hujatan terhadap Roh Kudus, yang di dalam
kuasaNya Kristus bekerja. (Mat.12:28; Luk.4:1; Kis.10:38).
Alasan dosa itu begitu menjijikkan bagi Tuhan Yesus adalah karena Ia
justru menghormati dan meninggikan Roh Kudus, yang di dalamNya Ia
hidup dan melayani sebagai manusia.
10. Ayat-ayat ini berkenaan dengan bangsa Israel dan masa kesesakan:

Mat.22:1-13: Mat.24:13; Mat.24:45-51; Mat.25:1-30; Luk.13:23-30.


Setiap bagian dari ayat-ayat di atas berkenaan dengan orang-orang Israel
secara perorangan yang bertahan hidup dalam masa kesesakan, tetapi
secara rohani tidak siap untuk bertemu dengan kedatangan kembali
Mesias.
Tuhan Yesus menggunakan metode parabolis untuk menghubungkan
kebenaran yang menyedihkan ini dalam 5 bagian kitab Injil.
Perumpamaan pesta perjamuan kawin, seorang tamu yang datang tanpa
baju perjamuan (Mat.22:1-13).
Perumpamaan hamba yang tidak setia (Mat.24:45-51).
Perumpamaan 10 dara (Mat.25:1-13)
Perumpamaan talenta (Mat.25:14-30)
Perumpamaan pintu yang tertutup (Luk.13:23-30).
Satu ayat diantaranya berkenaan dengan bertahan hidup fisik selama
masa kesesakan. Tetapi orang yang bertahan hidup sampai
kesudahannya akan selamat (Mat.24:13).
Apakah kesudahannya yang dimaksud disini? Menurut ayat 3,6 dan 14
jelaslah bahwa kesudahan disitu adalah kesudahan masa kesesakan. Jadi
tidak bersangkut paut dengan keselamatan kekal.
11. Ayat-ayat ini berkenaan dengan bangsa-bangsa kafir:
Roma. 11:13-24, khususnya ayat 21, 22.
Sebab kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang asli, Ia juga
tidak mau menyayangkan kamu. Sebab itu perhatikanlah kemurahan
Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang
telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap
dalam kemurahan-Nya, jika tidak kamupun, akan dipotong juga.
Didalam kita mengerti seluruh ayat ini marilah kita mempertimbangkan
empat(4) hal dibawah ini:
Kepada siapakah Paulus berbicara ?. Kepada orang Kafir. (Roma 11:30)
Apa yang Paulus bicarakan ?. Ia berbicara tentang kesempatan orang

kafir memiliki bagian dalam berkat rohani Abraham (baca Roma.4:2325)


Siapa cabang-cabang yang dipatahkan dalam Roma.11:17 ?. Mereka
adalah orang-orang yang mewakili bangsa Israel yang menolak
Mesiasnya (Mat.21:42-43).
Siapakah orang-orang yang dicangkokkan disini ?. Mereka adalah
orang-orang yang mewakili bansa Kafir.
Kesimpulan kita adalah ayat-ayat ini tidak berbicara mengenai seseorang
kehilangan keselamatannya melainkan mengenai penerimaan orang kafir
akan berkat, yang di sia-siakan bangsa Israel.
12. Ayat-ayat ini berkenaan dengan kesaksian gereja setempat; Wahyu.3,
khususnya pasal. 3:2,3,15 dan 16 pasal 2 ayat 4-5.
Ayat terakir dari pasal 1 menerangkan bahwa kata-kata diatas di tujukan
pada gereja-gereja setempat untuk mempertanyakan kesaksian mereka
dan tidak ditunjukan pada anggota gereja perseorangan.
13. Ayat-ayat ini berkenaan dengan mengiakan hanya dengan rasio tetapi
tidak dengan hati. (Mat.13:1-8, 18-23, Luk.11 :24-28, Yoh.6:66)
Benih dengan empat macam tanah (Mat. 3:1-6, dan Mat.13:18-23)
Ada sementara orang dengan keliru menyimpulkan bahwa mpat orang
disini yang digambarkan dengan empat macam tanah adalah orangorang yang sudah di selamatkan tetapi hanya satu orang saja yang
memelihara keselamatannya.
Kesimpulan ini keliru, Alkitab tidak mengajarkan bahwa setiap orang
yang
Mendengar Injil akan di selamatkan, lebih jauh lagi Alkitab mengajarkan
Bahwa orang tidak dapat di katakana sudah menerima keselamatan jika
tidak dapat memperlihatkan buah, walaupun mungkin dan
sedikit.Dengan demikian hanya orang yang sudah lahir baru yaitu orang
yang keempat keselamatannya di perlihat melalui buahnya.

Orang dengan roh-roh kotor (Luk.11:24-28)


Ayat ini berbicara tentang masalah perbaikan moral tetapi tidak lahir
baru. Setan tidak dapat tinggal dalam hati orang yang sudah dilahir
barukan (Yoh.4:1-6).
Murid-murid yang undur (Yoh.6:66)
Kata murit tidal lebih berarti seorang yang belajar. Banyak orang yang
mengikuti Yesus adalah orang yang Cuma ikut-ikutan, teman hanya
waktu subur. Manakala matahari terik bersinar dan jalanan tridak lagi
rata, merekapun pergi. Untuk sementara waktu mereka mungkin
mengaku sudah di selamatkan, tetapi sesungguhnya mereka tidak pernah
memiliki keselamatan itu.

14. Ayat-ayat ini berkenaan dengan penghancuran Jerusalem oleh


Nebukadnesar: Yeh.3:18-21; 33:8.
Salah satu hukum yang terpenting untuk kita mengerti Alkitab dengan
benar adalah: menaruh ayat yang kita pelajari dan mengerti sesuai dengn
konteksnya.. Yeheskiel menuliskan ayat-ayat ini kurang lebih thn. 577
SM, dari Babilonia dimana ia ikut tertawan oleh Nebukadnesar sebelum
penghancuran Jerusalem terjadi (586 SM). Sementara Yeheskiel ada
dipembuangannya Allah mengutusnya menjadi seorang penjaga kaum
Israel (Yeh.3:17; 33:7). Ia memperingati mereka yang masih tinggal di
Jerusalem bahwa jika mereka tidak segera bertobat maka nasip yang
sama akan menimpa mereka. Dengan perkataan lain orang-orang
Jerusalem yang congkak mereka mereka sudah luput dari pengepungan
Nebukadnesar yang pertama (605 SM). Dan kedua (597 SM), sehingga
mereka merasa tidak perlu takut dan tidak perlu bertobat.
15. Ayat-ayat ini berkenaan dengan persoalan-persoalan tertentu seperti
pengampunan Kristen: Mat.18:23-35.
Salah satu aturan dasar dalam menafsirkan perumpamaan adalah kita

tidak boleh membayangkan arti-arti rohani dari tiap-tiap bagian


perumpamaan tersebut. sebagai contoh apakah kita menyimpulkan dari
ayat 25 bahwa istri dan anak-anak orang itu ikut dibuang keneraka oleh
Allah dikarenakan hutang suaminya tersebut?.
Hal ini jelas tidak mungkin. Kunci perumpamaan ini ada pada ayat 21
dimana Petrus bertanya pada Tuhan Yesus mengenai berapa banyak kali
orang Kristen harus mengampuni orang yang bersalah kepadanya.
16. Ayat-ayat ini berkenaan dengan orang-orang tertentu.
Esau (Ibr.12:16-17). Kisah ini menunjukkan pada kisah dalam Kejadian
25:27-34;27:1-46. ayat-ayat ini berkenaan dengan hak dan berkat
kesungguhan sama sekali tidak berkenaan doktrin keselamatan. Tak ada
bukti dalam Alkitab jika Esau adalah orang yang pernah diselamatkan.
Bileam (Bil.22 24). Bileam adalah seorang nabi sewaan hanya menjadi
nabi penjaja karunia, yang ia miliki, ia adalah nabi yang bisa dibeli
dengan uang. Tiga bagian dalam Perjanjian Baru menyatakan dengan
jelas bahwa ia tidak pernah diselamatkan. (II Pet.2:15; Yud.11;
Why.2:14).
Saul.
Apakah raja pertama Israel ini adalah orang yang diselamatkan? Ada
yang mengatakan Saul adalah orang yang diselamatakan, (I Sam.11:6;
12:3; 14:35; 15:30-31). Tetapi jika kita meneliti dengan lebih seksama
nampaklah bahwa Saul belum pernah memiliki keselamatan itu (I
Sam.13:13-14; 14:37, 44; 15:22-23; 16:14; 18:10-12; 20:30-33; 22:17;
28:6; 28:16).
Yudas.
Yudas adalah seorang penghianat yang paling terkenal di dunia. Orang
yang pernah diselamatkankah dia?. Alkitab menjawab dengan tegas
tidak (lih. Luk.22:3; 22:22; Yoh.6:70-71; 12:4-6; 13:27).
Dr. Robert Gromacki menuliskan bahwa bukunya Salvation is Forever
pertobatan Yudas telah menyebabkan beberapa kebingungan. Matius
menuliskan pada waktu Yudas, yang menyerahkan Yesus, melihat bahwa

Yesus telah dijatuhi hukuman mati menyesallah ia. Lalu ia


mengembalikan uang yang 30 keping perak kepada imam-imam dan tuatua, dan berkata: Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang
yang tak bersalah. Tetapi jawab mereka apa urusan kami dengan itu?.
Itu urusanmu sendiri. Maka iapun melempar uang perak itu ke dalam
bai suci lalu pergi dari situ dan menggantung diri (Mat.27:3-5). Kata
menyesal di atas bukanlah menunjuk pada pertobatan melainkan
penyesalam yang mendalam (metamelomai dan bukan metanoeo kata
yang umum dipakai untuk pertobatan rohani).
Yudas sangat menyesal dengan apa yang menimpa diri Yesus karena ia tidak
berpikir perbuatannya akan berakibat sampai sedemikian jauhnya. Setelah bersama
Yesus selama tiga tahun ia tahu Yesus tidak seharusnya mati. Ia coba untuk
membatalkan semua itu dengan mengembalikan uang hasil penjualan gurunya itu,
tetapi semua sudah terlambat. Dalam penyesalan yang sangat itulah Yudas pergi
dan menggantung diri. Jika ia benar-benar bertobat ia tentu akan mencari Yesus
atau kesebelas rasul lainnya. Ketika murid-murid berdoa untuk penetapan rasul
keduabelas, mereka berkata ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati
mua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini,
untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang
telah jatuh ke tempat yang wajar baginya. (Kis.1:24-25).

Simeon (Kis.8:5-25).
Dalam Yoh.2:23-25 dicatat ada banyak orang-orang mau percaya pada
Tuhan Yesus karena melihat tanda-tanda yang diadakanNya, tetapi Yesus sendiri
mempercayakan diriNya karena Ia atu apa yang ada di dalam hati mereka. Orangorang ini tertarik pada mujizat tetapi tuli terhadap beritanya. Sama halnya dengan
Kis.8, meskipun Simon percaya (mungkin berdasarkan mujizat Pilipus baca
Kis.8:6), dan sudah dibaptis (Kis.8:13), tetapi tidak ada petunjuk jika ia bertobat dan
diselamatkan. (baca khususnya ayat 20-23).
Anak yang hilang (Luk.15:11-32)
Apa maksud Yesus dengan perumpamaan ini?. Maksud Yesus adalah menekankan

sukacita di sorga jika seorang dibumi bertobat. Hal ini nampak dalam ayat 7,10,32.
apakah kisah pertobatan di sini adalah kisah orang yang terhilang kemudian ia
datang dan diselamatkan ataukah orang yang sudah diselamatkan kemudian jatuh
dan akhirnya dipulihkan kembali?.

Rupanya yang kedualah yang benar. Anak ini bukan orang yang tadinya
tidak selamat kemudian diselamatkan, dan juga bukan orang yang sudah
diselamatkan yang jatuh sehingga kehilangan keselamatannya.
Karena kita melihat dalam kejatuhannya dan keputusasaannya ia masih
tetap dapat berkata aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku. Tak
ada orang yang belum diselamatkan dapat melihat Allah dengan cara
seperti itu. Lagi pula seandainya orang bisa murtad maka tak ada dan tak
bisa ia kembali lagi. satu kali kesempatan hilang selamanya hilang
(Ibr.6:4-6).
Demas (II Tim.4:10)
Ayat ini merupakan ayat yang sedih yang Paulus tuliskan mengenai
rekannya. Kita sebelumnya sudah membaca mengenai persekutuannya
dengan Rasul Paulus dan Lukas (Kol.4:12). Apa yang terjadi di sini
nampaknya sama dengan apa yang peranah dilakukan oleh Markus
dalam Kis.13:13. demikianlah Demas m,eninggalkan Paulus pada saat ia

sangat membutuhkannya. Markus sendiri akhirnya kembali (II


Tim.4:11). Mungkin Demas pun akhirnya demikian jika saja kita
mempunyai informasi yang lebih lanjut mengenai dirinya.

17. Ayat-ayat ini berkenaan dengan kitab kehidupan: Kel.32:32-33;


Maz.69:28; Dan.12:21; Flp.4:3; Why.3:5; 13:8; 17:8; 20:21; 21:27;
22:19; Luk.10:20; Rom.9:3.
Ada dua kitab nampaknya disini
Kitab kehidupan fisik (Kel.32:30-32)
Musa disini menjadirkan dirinya sebagai korban pengganti secara fisik
bagi bangsa Israel yang telah membuat Allah sangat murka karena dosa
menyembah anak lembu emas. Biarlah mereka dihapus dari kitab
kehidupan, janganlah mereka tercatat bersama-sama dengan orang-orang
benar. (Maz.69:29). Daud dengan jelas dalam Mazmur menunjukkan
kepada kematian fisik musuh-musuhnya.
Kitab kehidupan kekal (Luk.10:20).
Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk
kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.

Demikianlah dapat kita simpulkan bahwa keselamatan yang Allah


berikan kekal adanya. Satu kali diselamatkan tetap diselamatkan.
Haleluya. Amin!

Anda mungkin juga menyukai