ditambah
dengan
lokasi
pengendapan
(sedimentasi)
1-1
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
awal tentang batubara ternyata berasal dari filsuf dan ilmuwan Yunani yaitu
Aristoteles, yang menyebutkan adanya arang seperti batu. Abu batubara yang
ditemukan di reruntuhan bangunan bangsa Romawi
di Inggris juga
1-2
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
1.1.2. Tempat Terbentuknya Batubara
Terdapat dua teori yang menjelaskan tentang tempat dalam
proses pembentukan batubara, yaitu:
a. Teori Insitu
Proses pembentukan batubara terjadi di tempat asal
tumbuhan tersebut berada. Tumbuhan yang telah mati akan
langsung tertimbun lapisan sedimen dan kemudian mengalami
proses pembatubaraan tanpa mengalami proses perpindahan
tempat. Batubara yang dihasilkan dari proses ini memiliki kualitas
yang baik.
b. Teori Drift
Berdasarkan teori ini, batubara terbentuk bukan di tempat
asal tumbuhan itu berada. Tumbuhan yang telah mati akan
terangkut air hingga terkumpul di suatu tempat dan mengalami
proses sedimentasi dan pembatubaraan. Kualitas batubara yang
dihasilkan dari proses ini tergolong kurang baik karena tercampur
material pengotor pada saat proses pengangkutan.
1.1.3. Proses-proses yang Mempengaruhi Pembentukan Batubara
Proses-proses
dalam
pembentukan
batubara
sangat
b. Proses Dekomposisi
Proses dekomposisi yakni proses transformasi biokimia dari
material dasar pembentuk batubara menjadi batubara. Dalam
proses ini, sisa tumbuhan yang terendapkan akan mengalami
perubahan baik secara fisika maupun kimia.
c. Umur Geologi
Umur geologi yakni skala waktu (dalam jutaan tahun) yang
menyatakan
berapa
lama
material
dasar
yang
diendapkan
1-3
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
terjadi adalah fase lanjut dan menghasilkan batubara dengan
kandungan karbon yang tinggi.
d. Posisi Geotektonik
Posisi geoteknik adalah letak suatu tempat yang merupakan
cekungan sedimentasi yang keberadaannya dipengaruhi oleh gayagaya
tektonik
lempeng.
Adapun
gaya
tektonik
ini
akan
proses
peat adalah batubara muda. Carbon = 60% 64% (dmmf), Oxygen = 30%
(dmmf), Lignite, Carbon = 64% 75% (dmmf), Oxygen = 20% 25% (dmmf),
Sub-bituminous, Carbon = 75% 83% (dmmf), Oxygen = 10% 20% (dmmf),
Bituminous, Carbon = 83% 90% (dmmf), Oxygen = 5% 15% (dmmf), Semianthracdite, Carbon = 90% 93% (dmmf), Oxygen = 2% 4% (dmmf),
Anthracite, Carbon > 93%.
Setelah mendapatkan pengaruh suhu dan tekanan yang terus
menerus selama jutaan tahun, maka batubara muda akan mengalami
perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan
mengubah batubara muda menjadi batubara sub-bituminus. Perubahan
kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batubara menjadi keras dan juga
warnanya menjadi lebih hitam sehingga membentuk bituminus atau antrasit.
Dalam
proses
pembatubaraan,
maturitas
organik
sebenarnya
Kelompok III
1-4
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
ultimate dan analisis proximate. Analisis ultimate menganalisis komponen
seluruh batubara, padat atau gas dan analisis proximate menganalisis hanya
fixed carbon juga bahan yang mudah menguap, kadar air dan persen abu.
Di bawah ini adalah klasifikasi yang banyak dipergunakan oleh orang,
yaitu:
1. ASTM Classification
Sistem klasifikasi ini mempergunakan volatile matter (dmmf), fixed
carbon (dmmf) dan calorific value (dmmf) sebagai patokan. Untuk
anthracite, fixed carbon (dmmf) merupakan patokan utama, sedangkan
volatile
matter
(dmmf)
sebagai
patokan
kedua.
Bituminous
Kelompok III
1-5
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
ISO 2960:1974 Brown Coals and Lignites. Classification by Type
on the Basis of Total Moisture content and Tar Yield, mengelompokkan
batubara yang mempunyai heating value (moist, ash free) lebih kecil dari
5700 cal/g. Batubara dikelompokkan dalam coal class dengan patokan total
moisture dan coal group dengan patokan tar yield.
Tar yield diukur dengan Gray-King Assay, dimana batubara
didestilasi dan hasilnya berupa gas, air, cairan, tar dan char dilaporkan
dalam persen. Tar yield mempunyai korelasi dengan hydrogen dan
pengukuran ini cukup baik sebagai indicator komposisi petrographic.
1.3. Bentuk-bentuk Lapisan Batubara
Pada kegiatan eksplorasi batubara selalu menginginkan uniuk
mendapatkan lapisan batubara yang tebal, dalam bentuk lapisan menerus
dengan ketebalan yang sama kesemua arah dan kualitas batubara
baik.
Kelompok III
1-6
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Sketsa Gambar 1.1
Perlapisan Batubara Berbentuk Horse Back
2. Bentuk Pinch
Bentuk ini dicirikan oleh lapisan batubara yang menipis di bagian
tengah. Pada umumnya bagian bawah (dasar) dari lapisan batubara
bentuk ini merupakan batuan yang plastis ( misal batulempung), sedang
bagian atas dari lapisan batubara secara setempat-setempat ditutupi batu
pasir, yang secara lateral merupakan pengisian suatu alur.
Gambar 1.2
Sketsa Perlapisa Batubara BerbentukPinch
Gambar 1.3
Sketsa Perlapisa Batubara Berbentuk Clay Vein
Kelompok III
1-7
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Sangat dimungkinkan lapisan batubara pada bagian yang terintrusi
menjadi menipis atau hampir hilang sama sekali
Gambar 1.4
Sketsa Perlapisa Batubara Berbentuk Burried Hill
(Sukandarrumidi, 2005)
1.4. Pengoalahan dan Pemanfaatan Batubara
1.4.1. Pengolahan Batubara
Setelah dilakukan penambangan, batubara kemudian diolah
untuk memisahkannya dari kandungan yang tidak diinginkan, sehingga
mendapatkan mutu yang baik dan konsisten. Biasanya pengolahan ini
disebut (coal washing atau coal benefication) ditujukan pada batubara
yang diambil dari bawah tanah (ROM coal).
1.4.2. Pemanfaatan Batubara
Saat ini pemanfaatan sumber energi batubara juga semakin
meningkat seiring menurunnya produksi minyak bumi. Pemanfaatan
terbesar batubara saat ini adalah sebagai bahan bakar pembangkit
listrik. Dari total konsumsi domestik sebesar 56 Juta ton/tahun,
dialokasikan untuk kebutuhan pembangkit listrik adalah sebanyak 21
Juta
ton/tahun.
Hampir
separuh
konsumsi
batubara
domestik
Kelompok III
1-8