pengambilan keputusan investasi. Biaya modal menjadi dasar penilaian apakah investasi atau
proyek yang akan dilaksanakan feasible atau tidak, terutama di dalam penilaian profitabilitas
investasi yang menggunakan metode discounted (NPV dan PI). Biaya modal sering menjadi
tingkat keuntungan minimal yang disyaratkan dari suatu investasi atau proyek, sehingga
biaya modal akan menjadi discount factor dalam perhitungan present value cash flow
perusahaan.
1. BIAYA MODAL INDIVIDUAL
1.1 Biaya Modal yang Berasal dari Hutang Jangka Pendek
a. Biaya hutang dagang
Biaya hutang dagang adalah eksplisit. Bila perusahaan kehilangan kesempatan
mendapatkan cash discount selama setahun maka biaya eksplisit dapat dihitung
dengan membandingkan cash discount yang hilang dengan jumlah rata-rata hutang
dagang selama setahun. Contoh :
Cash discount yang hilang selama setahun sebesar Rp 5.000.000 dan hutang
dagang rata-rata sebesar Rp 50.000.000 maka biaya hutang dagang yang eksplisit
5.000 .000
50.000 .000
= 10%
150.000
850.000
= 17,65%
Bila tingkat pajak sebesar 40% maka biaya setelah pajak adalah : 17,65% x (1 0,4) =
10,59%
Prinsip ini juga diterapkan dalam menghitung biaya penggunaan hutang dari kredit
jangka pendek yang diberikan oleh bank.
Contoh :
Misalnya bank memberikan kredit jangka pendek sebesar p 1.000.000 dengan bunga
2% per bulan selama 8 bulan dengan syarat bahwa jaminan aktiva diasuransikan
selama umur kredit misalnya premi asuransi sebesar Rp 50.000 Jumlah uang yang
dibayarkan bank sebesar Rp 1.000.0000 bunga selama 8 bulan + premi asuransi
yaitu : Rp 1.000.000 (160.000 + 50.000) = Rp 790.000
Beban selama 8 bulan yang sesungguhnya ditanggung adalah Rp 210.000 ( 160.000 +
50.000), sehingga biaya penggunaan hutang sebelum pajak selama 8 bulan adalah :
210.000
790.000 x 100% = 26,582%
Biaya kredit sebelum pajak per bulan =
26,582
8
= 3,323%
Misalnya pajak 50% maka biaya setelah pajak adalah : 3,323% (1 0,5) = 1,6615%
1.2 Biaya Modal yang Berasal dari Hutang Jangka Panjang
Pada umumnya, bentuk hutang jangka panjang perusahaan adalah obligasi. Dalam
menghitung biaya hutang jangka panjang dalam bentuk obligasi dapat digunakan cara seperti
perhitungan tingkat pendapatan investasi dalam obligasi dengan rumus shortcut atau dengan
menggunakan pendekatan present value.
Contoh :
Obligasi dikeluarkan dengan harga normal per lembar Rp 10.000 dengan umur 10 tahun.
Hasil penjualan obligasi bersih yang diterima sebesar Rp 9.700. Bunga atau kupon obligasi
per tahunnya 4%. Berapakah besarnya biaya obligasi tersebut ?
a) Dengan menggunakan rumus shortcut atau atas dasar kira-kira. Ada 4 langkah dalam metode
ini yaitu :
Mengadakan estimasi jumlah rata-rata tahunan dari tersedia bagi kita selama 10 tahun
Menghitung biaya rata-rata tahunan dari penggunaan dana tersebut
Menghitung prosentase biaya rata-rata tahunan dari jumlah dana rata-rata yang
tersedia
Menyesuaikan biaya obligasi itu berdasarkan setelah pajak
Jawab :
= 9.850
b. Biaya ekstra sebesar Rp 300 (yaitu selisih antara dana yang diterima dengan jumlah
dana yang harus dibayar setelah 10 tahun). Bila biaya ekstra tersebar merata 10 tahun
Rp 300
maka biaya ekstra per tahun adalah Rp 30 (
10
dibayar setiap tahun selama 10 tahun adalah sebesar Rp 400 (yaitu 4% x Rp 10.000) +
Rp 30 (biaya ekstra) sehingga berjumlah Rp 430
c. Menghitung prosentase biaya tahunan rata-rata dari jumlah dana rata-rata yang
430
9850
x 100% = 4,36%
d. Biaya obligasi juga dapat dihitung dengan rumus pendapatan obligasi yaitu
10.0009.700
10
9.700+10.000
2
400+
430
9.850
= 4,36%
e. Langakah terakhir adalah penyesuaian biaya obligasi dengan pajak. Bila tingkat pajak
sebesar Rp 40%, maka biaya setelah pajak : 4,36% (1 0,4) = 2,62%
b) Menggunakan pendekatan Present Value (PV) atau metode accurate
Metode ini mencari tingkat bunga yang menjadikan nilai sekarang dari pembayaran
bunga tahunan sebesar Rp 400 + pembayaran akhir sebesar Rp 10.000 sama dengan nilai
sekarang dari penerimaan sebesar Rp 9.700 persamaannya adalah :
400
400
400
10.000
1
2
10
9.700 = ( 1+r ) + ( 1+r ) + . + ( 1+r )
+ (1+ r )10
Gunakan tingkat bunga 4% dan 6% untuk interpolasi maka :
Tingkat bunga 4%
Biaya bunga tahunan selama 10 tahun
(Rp 400 x 8,11)
Pembayaran pokok pada akhir tahun ke 10
(Rp 10.000 x 0,676)
Rp 3.244
Rp 6.760
Rp 10.004
Tingkat bunga 6%
Biaya bunga tahunan selama 10 tahun
Selisih bunga
4%
6%
2%
Rp 2.944
Rp 5.580
Selisih PV
Rp 10.004
Rp 8.524
Rp 1.479
Rp 8.524
Selisih PV outflows dengan
inflows
Rp 10.004
Rp 9700
Rp 304
Selisih
304/1480 x 2% = 0,4%
r = 4% + 0,4% = 4,4%
Biaya obligasi sebelum pajak 4,4%
Biaya obligasi setelah pajak 4,4%(1 - 0,4) = 2,64%
1.3 Biaya Modal yang Berasal dari Saham Preferen
Biaya penggunaan dana yang berasal dari saham preferen dapat dihitung dengan
membagi dividen perlembar saham preferen (Dp) dengan harga bersih penjualan saham
preferen (Pn)
Biaya saham preferen =
Dp
Pn
Contoh :
Misalnya perusahaan mengeluarkan saham preferen baru dengan nilai nominal Rp
10.000 per lembar dengan dividen sebesar Rp 600. Hasil penjualan bersih yang diterima dari
saham preferen tersebut sebesar Rp 9.000
Biaya saham preferen =
600
9.000
= 6,667%
Biaya saham preferen sudah berdasarkan atas dasar setelah pajak sehingga tidak perlu
disesuaikan dengan pajak.
1.4 Biaya Modal yang Berasal dari Laba Ditahan
Biaya penggunaan dana yang berasal dari laba ditahan adalah sebesar tingkat
pendapatan imvestasi dalam saham yang diharapkan diterima oleh para investor atau
biayanya sama dengan biaya penggunaan dana yang berasal dari saham biasa.
Contoh :
Misalnya perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 400 per lembar saham dan
dibayarkan sebagai dividen Rp 200. Hasil netto penjulan saham sebesar Rp 4.000 per
lembarnya. Keuntungan, dividend an harga saham mempunyai tingkat pertumbuhan sebesar
+ Tingkat pertumbuhan
+ 5% = 5% + 5% = 10%
Karena besarnya biaya laba ditahan adalah sebesar tingkat pendapatan investasi dalam
saham maka dalam contoh diatas biaya laba ditahan adalah sebesar !)% sama seperti biaya
saham preferen, biaya laba ditahan juga sudah berdasarkan atas dasar setelah pajak.
1.5 Biaya Modal yang Berasal dari Emisi Saham Biasa Baru
Biaya saham biasa baru adalah lebih tinggi dari biaya penggunaan dana yang berasal
dari laba ditahan karena emisi saham baru dibebani biaya emisi. Biaya saham biasa baru
dapat dihitung dengan cara :
Tingkat pendapatan saham yang diharapkan
1persentase biayaemisi (harga jual sebelum dikurangi emisi)
Contoh :
Suatu perusahaan mengadakan emisi saham biasa baru dengan harga jual per lembar
saham Rp 4.000. Biaya emisi per lembar sebesar Rp 400 sehingga hasil penjualan netto yang
diterima sebesar Rp 3.600 per lembarnya. Rate of return atau tingkat pendapatan yang
diharapkan dari investasi saham adalah sebesar 10%
Dari contoh tersebut biaya emisi adalah sebesar :
400
4.000
= 10%
Berdasarkan rumus di atas maka besarnya cost of new common stok dapat dihitung
sebagai berikut.
Biaya saham baru =
10
410,10
= 11,1%
Seperti biaya saham preferen maka biaya saham biasa baru sudah berdasarkan atas
dasar setelah pajak sehingga tidak perlu disesuaikan dengan pajak.
2. BIAYA MODAL SECARA KESELURUHAN
Tingkat biaya modal yang harus dihitung oleh perusahaan adalah tingkat biaya modal
perusahaan secara keseluruhan, karena masing-masing biaya modal berbeda maka untuk
menetapkan biaya modal secara keseluruhan perlu menghitung weighted average dari
berbagai sumber. Penetapan weight atau bobot dapat berdasarkan :
6% (sebelum pajak)
7%
10%
50%
Jawab :
Langkah pertama adalah menyesuaikan pajak dengan biaya hutang yaitu : 6% ( 1
0,5) = 3%
Perhitungan weighted average cost of capital dapat dihitung sebagai berikut :
1) Dengan menggunakan jumlah modal rupiah untuk menetapkan weight
Komponen modal
1
Hutang jangka
panjang
Saham preferen
Modal sendiri
Jumlah biaya
komponen
(2 x 3)
Rp 60.000
3%
Rp 10.000
7%
Rp 130.000
10%
Rp 200.000
Weight average cost of capital =
15.500/200.000 = 7,75%
Rp 1.800
Rp 700
Rp 13.000
Rp 15.500
Komponen modal
1
Hutang jangka panjang
Saham preferen
Modal sendiri
100%
0,0775
Weight average cost of capital =
7,75%
Biaya modal rata-rata tertimbang akan berubah bila struktur modal berubah. Biaya
modal rata-rata tertimbang akan tidak berubah meskipun ada tambahan modal yang
diguanakn bila pertimbangan modal sama dan biaya modal juga tetap. Tetapi bila tambahan
modal cukup besar dan harus mengadakan emisi saham baru maka akan mengakibatkan
kenaikan marginal cost of capital karena biaya saham lebih besar daripada biaya laba
ditahan.
Contoh :
PT IMASINDO memiliki neraca bagian pasiva pada
sebagai berikut (dalam jutaan)
Hutang dagang
Rp 200
Hutang wesel
Rp 200
Hutang lancar lainnya
Rp 60
Rp 460
Hutang jangka panjang
Rp 320
22%
Saham preferen
Rp 14
1%
Saham biasa
Rp 1.120
77%
Rp 1.454
100%
Jumlah hutang dan modal
Rp 1.914
Biaya penggunaan dana dari masing-masing komponen tersebut adalah :
Hutang
6% ( sebelum pajak)
Saham preferen
6%
Modal sendiri
10%
Pajak
50%
Biaya hutang setelah pajak
6% (1 - 0,5) = 3%
Perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang adalah sebagai berikut :
Komponen modal
1
Hutang jangka
panjang
Saham preferen
Modal sendiri
22%
1%
77%
100%
Weight average cost of capital =
3%
6%
10%
8,42%
Jumlah biaya
komponen
(2 x 3)
0,0066
0,0006
0,0770
0,0842
Dalam perhitungan biaya modal keseluruhan hutang jangka pendek tidak dimasukan
karena perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang digunakan terutama untuk pengambilan
keputusan mengenai investasi jangka panjang.
Misalnya tahun yang akan datang keuntungan netto perusahaan setelah pajak adalah
Rp 600 juta dan dibayarkan sebagai dividen sebesar Rp 200 juta dan ditahan sebesar Rp 400
juta.
Untuk mempertahankan biaya modal keseluruhan sebesar 8,42% perusahaan harus
menjaga agar tambahan dana sebesar Rp 400 juta tetap merupakan bagian sebesar 77% dari
keseluruhan modal. Jika laba ditahan sebesar Rp 400 juta dan merupakan bagian sebesar 77%
dari keseluruhan modal maka besarnya dana baru keseluruhan yang diperlukan adalah
sebesar :
400
0,77
sehingga tambahan modal baru untuk mempertahankan biaya modal keseluruhan agar tetap
8,42% terdiri dari (dalam jutaan)
Hutang (22%)
Saham preferen (1%)
Modal sendiri (77%)
Rp 114
Rp 5
Rp 400
Rp 519
Hal ini dibuktikan dengan perhitungan sebagai berikut :
Komponen modal
1
Hutang jangka
panjang
Saham preferen
Modal sendiri
Rp 114
Rp 5
Rp 400
Rp 519
Weight average cost of capital =
Jumlah biaya
komponen
(2 x 3)
3%
6%
10%
Rp 3,42
Rp 0,30
Rp 40,00
Rp 43,72
43.720/519.000 x 100% = 8,42%
Dari perhitungan di atas maka tambahan dana maksimal untuk mempertahankan biaya
modal rata-rata tertimbang adalah sebesar Rp 519 juta dengan hutang jangka panjang sebesar
Rp 114 juta, saham preferen sebesar Rp 5 juta dan modal sendiri sebesar Rp 400 juta. Bila
kebutuhan dana lebih besar dari 519 juta maka biaya modal akan meningkat menjadi lebih
besar dari 8,42% karena perusahaan terpaksa mengeluarkan saham biasa baru. Yang dibebani
biaya emisi, jika perusahaan menambah hutang jangka panjang maka solvabilitasperusahaan
akan turun.
Contoh :
Misalkan perusahaan membutuhkan tambahan dana lagi sebesar Rp 100 juta untuk
mempertahankan struktur modal optimum maka kebutuhan tersebut harus dipenuhi dengan
modal sendiri Rp 77 juta (77%), saham preferen Rp 1 juta (1%) dan hutang jangka panjang
sebesar Rp 22 juta (22%).
Biaya saham preferen 6%, biaya hutang 3% dan biaya saham biasa baru dihitung
dengan misalnya biaya emisi 10% dan biaya saham biasa adalah 10% sehingga biaya saham
biasa baru adalah :
10
(10,1)
= 11,1%
Berdasarkan biaya saham biasa baru maka biaya modal rata-rata tertimbang adalah :
Komponen modal
1
Hutang jangka
panjang
Saham preferen
Modal sendiri
Rp 22
Rp 1
Rp 77
Rp 100
Weight average cost of capital =
Jumlah biaya
komponen
(2 x 3)
3%
6%
11,1%
Rp 0,66
Rp 0,06
Rp 8,55
Rp 9,27
9.267/100.000 = 9,267% = 9,3%
Keputusan tersebut adalah tergantung kepada persoalan apakah perusahaan akan dapat
menginvestasikan kembali dana tersebut dalam perusahaan dengan menghasilkan rate of
return yang lebih besar dari biaya atau tidak. Besarnya biaya penggunaan dana yang berasal
dari depresiasi adalah sama besarnya dengan biaya modal rata-rata sebelum menggunakan
dana yang bersumber dari emisi saham baru.
Oleh karena biaya penggunaan dana yang berasal dari depresiasi ini sama besarnya
dengan biaya modal rata-rata, maka biaya dana depresiasi itu tidak diikuiti dalam perhitungan
biaya modal rata-rata.
Perusahaan akan menggunakan dana yang berasal dar depresiasi itu hanya kalau
penggunaan dana tersebut akan menghasilkan rate of return lebih besar daripada biaya
modal rata-ratanya. Penggunaan dana yang berasal dari depresiasi akan mempunyai pengaruh
memperbesar batas jumlah maksimal kebutuhan tambahan dana yang akan dapat
mempertahankan biaya modal rata-rata sebelumnya.
MANAJEMEN KEUANGAN
Biaya Modal
OLEH :
Nama
Nim
: 1306305056
No Absen
: 12
DAFTAR PUSTAKA
Wiagustini, Ni Luh Putu. 2014. Manajemen Keuangan. Cetakan Pertama. Denpasar: Udayana
University Press.