NPM 1106035650
MPKP Angkatan XXV Sore B
I. LATAR BELAKANG
Hasil pertambangan berupa mineral dan batubara memiliki peran
penting dalam memenuhi hajat hidup orang banyak. Selain sebagai sumber
energi, mineral dan batubara digunakan sebagai bahan bangunan, bahan
peralatan rumah tangga, industri, bahkan perhiasan. Ketergantungan akan
sektor mineral dan batubara dalam kehidupan nasional berdampak pada
besarnya kebutuhan akan mineral dan batubara. Pada tahun 2006,
permintaan batubara dalam negeri sebesar 31 juta ton. Di Indonesia,
kebutuhan akan mineral dan batubara berbanding lurus dengan besarnya
sumberdaya yang tersedia, sebesar 65,5 miliar ton. (Data Warehouse ESDM)
Dengan sumber daya sebesar itu, sudah sewajarnya jika hasil
pertambangan
menjadi
salah
satu
komoditi
utama
Indonesia
dalam
memiliki kandungan 700 juta ton bauksit, 1,7 miliar ton tembaga, 1,4 miliar
ton nikel, 321 juta ton iron ore dan 32 juta ton pasir besi.
Maka sudah sewajarnya perusahaan-perusahaan tambang emas dan
perak yang beroperasi di Indonesia dapat menghasilkan nilai produksi di atas
3 milliar dolar per tahun. Namun, hasil produksi yang demikian besar
sebagian besar dipergunakan untuk kebutuhan pergaulan Indonesia
atau
dengan kata lain diorientasikan guna ekspor dalam bentuk bahan mentah.
Pada tahun 2005, 100% bahan mentah konsentrat, tembaga dan nikel, 98%
emas, 80% perak di ekspor. Januari-September 2010, ekspor barang mentah
Indonesia sebesar USD 2,3 miliar dan bahan mentah alumunium (bauksit)
sebesar USD 569 juta. Pada periode yang sama, Indonesia mengimpor
produk hasil tembaga sebesar USD 840 juta dan produk hasil alumunium
senilai USD 986 juta untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. (Statistik
Impor-Ekspor Indonesia BPS)
Hal ini menggambarkan bahwa Indonesia hanya menjadi backyard
dari negara-negara lain dimana Indonesia sebagai penyedia bahan tambang
mentah namun negara lain yang memproduksi untuk dijual kembali pada
Indonesia.
tax
allowance
fasilitas
PPh
yang
diberikan
adalah
pengurangan
yang
dipercepat,
dibayarkan
kepada
subjek
pengenaan
pajak
luar
PPh
negeri
atas
dividen
sebesar
yang
10%,
dan
kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun tetapi tidak lebih dari
10 tahun. Kedua kebijakan ini akan ditetapkan dalam revisi Peraturan
Pemerintah Nomor 62 Tahun 2008 yang sedang digarap oleh Kementerian
Keuangan dan Kementerian Peridustrian.
Insentif fiskal dimaksudkan untuk mendorong perusahaan tambang untuk
mengelola hasil produksi tambang mentah dan menciptakan nilai tambah
bagi produk tambang.
2. Disisentif fiskal berupa
pengenaan
pajak
ekspor
produk
mentah
dibandingkan
dengan
harga
pasar
internasional.
Pajak
ini
2009
tentang
III.ANALISA
DAMPAK
KEBIJAKAN
HILIRISASI
PRODUK
TAMBANG
rata-
rata lebih tinggi 20% dari harga patokan yang ditetapkan. Akibatnya hal
ini menyulitkan bagi perusahaan domestik yang tidak memiliki banyak
modal.
Dengan adanya kebijakan hilirisasi produk tambang, produk
mentah tambang hanya dapat diserap oleh pasar domestik atau dalam
negeri sehingga perusahaan industri pengolahan produk tambang tidak
kesulitan memperoleh bahan baku. Pasokan bahan baku yang melimpah
bagi pasar industri pengolahan produk tambang dalam negeri mendorong
harga produk mentah tambang lebih murah. Sebagaimana dalam hukum
permintaan dan penawaran dimana ketika jumlah barang dalam pasar
melimpah, dalam hal ini dikarenakan kebijakan pemerintah, akan
menggeser (shifting) kurva penawaran ke arah kanan sehingga akan
tercipta harga dan kuantitas keseimbangan baru dimana harga menjadi
lebih murah.
Harga produk mentah tambang yang lebih murah menjadi
insentif untuk membangun kapasitas industri hilir tambang. Selain itu,
5
jika
produk
mentah
tambang
bertahan
di
dalam
negeri,
akan
perlu
mengimpor
alumunium
batangan
karena
mampu
dukungan
kebijakan
yang
memberi
prioritas
bagi
murah
juga
tidak
menggambarkan
kenyataan
kemungkinan
harus
menyiapkan
langkah
antisipasi
dan
pengembangan
6
atau
para
akademisi
untuk
ukuran/metode
dalam
dalam sebuah
negara adalah Gross Domestic Bruto (GDB). GDB dapat diartikan sebagai
nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam
wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). Oleh
karena itu, dalam GDB memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar
negeri
yang
bekerja
di
negara
tersebut.
Sehingga
GDB
hanya
tambang
dalam
bentuk
konsentrat.
Ekspor
perusahaan-
tidak
dapat
yang
meningkatkan
kemudian
kualitas
diolah
produk
terlebih
hasil
dahulu
tambang
sehingga
serta
dapat
memberikan
secara
pasti
mendorong
pembangunan
smelter
atau
pabrik
angkatan
kerja.
Sebelumnya,
industri
penghasil
produk
sampai
seberapa
jauh
pengaruh
perubahan
produksi
Investasi di RI
www.skalanews.com
Bisnis Indonesia, Kamis 8 September 2011, Ekspor Bahan Mineral
Dicegah, Produk Impor Dipajaki
Portal Jakarta, Aturan Bea Keluar Ekspor Tambang Akan Diterapkan
10