Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KONSEP DASAR

2.1 Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM)


OFDM merupakan sebuah teknik transmisi dengan beberapa frekuensi
(multicarrier) yang saling tegak lurus (orthogonal). Pada prinsipnya, teknik
OFDM hampir sama dengan FDM (frequency division multiplexing) yaitu
membagi lebar pita (bandwidth) yang ada kedalam beberapa kanal. Namun teknik
OFDM membagi kanal trsebut dengan lebih efisien dibanding sistem FDM.
Karena masing-masing frekuensi sudah saling tegak lurus (orthogonal) sehingga
terjadi overlap antarfrekuensi yang bersebelahan, maka tidak diperlukan guard
band[1].
Pada saat ini, OFDM telah dijadikan standar dan dioperasikan di Eropa
yaitu pada proyek DAB (Digital Audio Broadcast), selain itu juga digunakan pada
HDSL (High Bit-rate Digital Subscriber Lines; 1.6 Mbps), VHDSL (Very High
Speed Digital Subscriber Lines; 100 Mbps), HDTV (High Definition Television)
dan juga komunikasi radio. Teknologi ini sebenarnya sudah pernah diusulkan
pada sekitar tahun 1950, dan penyusunan teori-teori dasar dari OFDM sudah
selesai sekitar tahun 1960. Pada tahun 1966, OFDM telah dipatenkan di Amerika.
Kemudian pada tahun 1970-an, muncul beberapa paper yang mengusulkan untuk
mengaplikasikan DFT (Discrete Fourier Transform) pada OFDM, dan sejak tahun
1985 muncul beberapa paper yang memikirkan pengaplikasian teknologi OFDM
ini pada komunikasi wireless[2].
Gambar 2.1[1] mengilustrasikan perbedaan antara teknik multicarrier non-

6
Universitas Sumatera Utara

overlap konvensional dan teknik modulasi multicarrier orthogonal, teknik ini


dapat menghemat hampir 50% bandwidth.

Frekuensi

(a) Single Carrier

(b) FDM

Frekuensi
Penghematan
Bandwidth

(c) OFDM

Frekuensi

Gambar 2.1 Perbandingan Penggunaan Frekuensi Modulasi

(a) Single carrier (b) FDM (c) OFDM

Pada umumnya kanal transmisi wireless dapat mengalami multipath pada


sinyal yang ditransmisikan. Hal ini dapat menimbulkan ISI (Intersymbol
Interference). Suatu cara untuk mengatasi ISI ini ialah dengan melakukan
penyisipan guard interval. Guard interval dapat berupa cyclic prefix. Dalam
sistem OFDM, cyclic prefix memegang peranan penting untuk mempertahankan
orthogonalitas subcarrier OFDM[3].
Keuntungan transmisi OFDM:
a. Penggunaan spektrum yang lebih efisien, karena memungkinkan
overlap antar carrier.

7
Universitas Sumatera Utara

b. Dengan membagi kanal dalam narrowband flat fading subchannel,


OFDM menjadi lebih tahan terhadap frequency selective fading
daripada single carrier system.
c. Menurunkan ISI dengan penggunaan cyclic prefix.
d. Channel equalization menjadi lebih sederhana daripada penggunaan
teknik adaptive equalization dengan sistem single carrier.
Salah satu kelemahan transmisi OFDM yaitu rentan terhadap distorsi
nonlinier. Tingginya harga peak to average power menyebabkan penurunan
power eficiency, bila OFDM dilewatkan pada RF amplifier.

2.1.1 Konsep Orthogonalitas


Sinyal-sinyal dikatakan saling tegak lurus (orthogonal) jika sinyal yang
satu dengan yang lainnya saling berdiri sendiri. Istilah orthogonal di dalam
OFDM mengimplikasikan hubungan yang tetap dan terdefinisi diantara semua
carrier pada rangkaian. Carrier-carrier tersebut diatur sedemikian rupa sehingga
sideband dari tiap carrier overlap dan dapat diterima tanpa adanya intercarrier
interference. Syarat dua sinyal dikatakan orthogonal jika:
(2.1)
Dengan mengintegralkan persamaan (2.1) didapat:

(2.2)
Karena

dan

dengan mengasumsikan

dengan n adalah bilangan bulat dan


adalah bilangan bulat, maka dua suku dalam

8
Universitas Sumatera Utara

persamaan (2.2) dapat dihilangkan karena:

dan

Sehingga persamaan (2.2) menjadi:

(2.3)
Untuk sembarang nilai

dari 0 sampai

, untuk persamaan diatas maka suku

cosinus harus bernilai 1 dan suku sinus harus bernilai 0 sehingga:

Nilai minimum adalah ketika

Untuk
karena

, sehingga:

, untuk kondisi ini, suku kedua persamaan (2.3) sudah bernilai 0


. Untuk menyelesaikan suku pertama maka:

Nilai minimum adalah ketika

, sehingga:

Jadi dapat disimpulkan jika beda fasa antara dua sinyal tidak diketahui maka
kedua sinyal tersebut haruslah berbeda frekuensi sebesar 1/T supaya orthogonal
dapat dilihat pada Gambar 2.2 sedangkan beda fasa antara kedua sinyal adalah nol

9
Universitas Sumatera Utara

maka harus berbeda frekuensi sebesar 1/2T supaya orthogonal dapat dilihat pada
Gambar 2.3[4].

Gambar 2.2 Dua Sinusoidal yang Berbeda Fase Sembarang

Gambar 2.3 Dua Sinusoidal yang Berbeda Fase Nol

10
Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Komponen Sistem OFDM


Secara umum, komponen yang membentuk sistem komunikasi wireless
terdiri dari bagian transmitter, channel, dan receiver.

Demikan juga halnya

dengan sistem OFDM.

2.1.2.1 Transmitter OFDM


Sebuah sinyal carrier OFDM terdiri dari sejumlah orthogonal subcarrier.
Data baseband pada masing-masing subcarrier dimodulasi menggunakan teknik
modulasi yang umum, seperti Quadrature Amplitude Modulation (QAM) atau
Phase Shift Keying (PSK). Sinyal baseband ini biasanya digunakan untuk
memodulasi carrier RF, s[n] adalah aliran serial digit-digit biner. Dengan
multiplexing inverse, aliran serial ini di-demultiplex ke dalam aliran paralel,
kemudian masing-masing dipetakan (mapping) ke aliran simbol menggunakan
beberapa konstelasi modulasi (QAM, PSK, FSK dll). Gambar 2.4 menunjukkan
blok diagram transmitter OFDM[5].

Constellation mapping
. .
.
. . X
. .
.
. .
s[n]
Serial to
parallel

. .
.
. .
. .
. .

X1

DAC

Real
fc

IFFT

+
90

XN-2

s(t)

Imaginary
DAC

XN-1

Gambar 2.4 Blok Diagram Transmitter OFDM


IFFT dihitung pada setiap set simbol, memberikan satu set sampel
kompleks pada domain waktu. Set sampel ini kemudian dicampur (mixed) secara

11
Universitas Sumatera Utara

kuadratur untuk passband. Komponen real dan imajiner dikonversi ke domain


analog menggunakan Digital to Analog Converter (DAC); sinyal analog
kemudian digunakan untuk memodulasi

gelombang kosinus dan sinus pada

frekuensi pembawa (fc). Sinyal-sinyal ini kemudian dijumlahkan dan diperoleh


parameter transmisi sinyal, s(t)[5].

2.1.2.2 Channel
Kanal adalah media elektromagnetik diantara pemancar (transmitter) dan
penerima (receiver). Kanal komunikasi wireless antara transmitter dan receiver
merupakan gelombang radio. Gelombang ini rentan oleh gangguan sistem
transmisi, salah satunya adalah Additive White Gaussian Noise (AWGN).
AWGN merupakan noise thermal yang disebabkan oleh pergerakan
pergerakan elektron di dalam konduktor yang terdapat pada perangkat
telekomunikasi. Pada bidang frekuensi, noise thermal ini memiliki nilai kepadatan
spektral daya yang sama untuk daerah frekuensi yang lebar, yaitu sebesar N/2,
seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.5 (a) sedangkan fungsi otokorelasi
AWGN ditunjukkan pada Gambar 2.5 (b)[6].

Gn(f)

R()

N/2
N/2

(a)

(b)

Gambar 2.5 Noise Thermal


(a) Rapat Spektral Daya Derau Putih (b) Fungsi Otokorelasi Derau Putih

12
Universitas Sumatera Utara

Karakteristik seperti ini disebut white. Noise yang memiliki karakteristik


white disebut white noise, sehingga noise thermal merupakan white noise.
Pergerakan elektron penyebab noise thermal bersifat acak, sehingga besarnya
noise thermal juga berubah secara acak terhadap waktu.
Noise ini merusak sinyal dalam bentuk aditif, yaitu ditambahkan ke sinyal
utama, sehingga noise thermal pada perangkat penerima ini disebut Additive
White Gaussian Noise (AWGN). Persamaan Distribusi Gaussian yang mewakili
AWGN dapat dituliskan pada persamaan 2.4.

(2.4)

Dimana: Mean = 0 dan Varians =


Varians memiliki nilai:
(2.5)
Dimana:

adalah kerapatan spektral daya dari noise dan Tb adalah laju

bit. Sehingga:
(2.6)

Dimana[6]:

k = Konstanta Boltzman (1,38.10-23J/K)


Ts = Temperatur Noise (Kelvin)
B = Bandwidth Noise (Hertz)

2.1.2.3 Receiver OFDM


Pada sisi receiver, dilakukan proses yang berkebalikan dengan proses yang
terjadi pada sisi transmitter. Receiver menerima sinyal r(t), yang kemudian
diproses secara kuadratur ke baseband menggunakan gelombang kosinus dan
13
Universitas Sumatera Utara

sinus pada frekuensi pembawa. Hal ini juga menciptakan sinyal berpusat pada 2fc,
jadi low-pass filter digunakan untuk menolak ini. Gambar 2.6[5] menunjukkan
blok diagram receiver OFDM.

Symbol Detection
. .
.
. .
Y

ADC

Real
fc
r(t)

FFT

Y1

90
YN-2

Imaginary
X

ADC
YN-1

. .
.
. .
s[n]
Parallel to
serial

. .
.
. .
.
.

.
.

Gambar 2.6 Blok Diagram Receiver OFDM


Sinyal baseband

kemudian

dicuplik

dan

diubah

kebentuk

digital

menggunakan Analog to Digital Converter (ADC). FFT digunakan untuk


mengubah kembali ke domain frekuensi. Aliran data kembali paralel, yang
masing-masing dikonversi menjadi aliran biner menggunakan detektor simbol
yang sesuai. Aliran simbol ini kemudian kembali digabungkan menjadi aliran
serial s[n] yang merupakan aliran biner asli dari transmitter[5].

2.1.3 Modulasi/Demodulasi QPSK


Salah satu teknik modulasi yang sering digunakan didalam teknik OFDM
adalah teknik modulasi QPSK. Pada teknik modulasi ini, informasi digit biner
digunakan untuk memodulasi fasa gelombang pembawa. Dengan M = 4, maka
terdapat 4 simbol yang berbeda, yaitu: 00, 01, 11, dan 10 yang direpresentasikan
dengan 4 gelombang pembawa dengan fasa yang berbeda satu sama lainnya.

14
Universitas Sumatera Utara

2.1.3.1 Modulator QPSK


Gambar 2.7 mengilustrasikan diagram blok dari modulator QPSK.
Modulator tersebut terdiri dari pengubah seri ke paralel, modulator I/Q,
penjumlah sinyal, dan BPF. Dua bit diumpankan ke serial to parallel. Setelah
keduanya masuk secara serial, kemudian diumpankan serempak secara paralel.
Bit yang satu menuju kanal I dan yang lainnya menuju kanal Q. Pada QPSK logic
1 diwakili +1 Volt sedangkan logic 0 diwakili -1 Volt[7].

I channel fc/2
Logic 1 = +1V
Logic 0 = -1V

Binary input
data

Reference
Carrier
Oscillator
Sin (ct)

Input

Buffer

Ballans sin ct
Modulator

sin ct

Linier
Summer

BPF
QPSK
output

90 phase
shift
Bit Clock

+2

Cos ct
Q channel fc/2
Logic 1 = +1V
Logic 0 = -1V

Ballans
Modulator

Gambar 2.7 Diagram Blok Modulator QPSK


Keluaran modulator QPSK ini berupa penjumlahan linear dari kanal I dan
kanal Q seperti yang terlihat pada Tabel 2.1[7]
Tabel 2.1 Keluaran Modulator QPSK

Binary input

QPSK Output

Phase

-135

-45

+135

+45
15
Universitas Sumatera Utara

Terlihat bahwa jarak anguler antara dua phasor yang berdekatan pada
QPSK adalah 900, karena itu suatu sinyal QPSK bisa mengalami pergeseran phase
+450 atau -450 selama transmisi dan tetap akan berupa informasi yang benar saat
didemodulasikan pada penerima.
Sedangkan bentuk sinyal keluaran modulator QPSK ditunjukkan pada
Gambar 2.8[7].

Gambar 2.8 Sinyal Keluaran Modulator QPSK

Sinyal QPSK dapat dituliskan seperti persamaan 2.7[7].


m(t ) = 1 / 2 {d I (t ) cos(2f c t ) + d Q sin( 2f c t )}

(2.7)

Kanal inphase I menggunakan cos (2fct) sebagai simbol pembawa,


sedangkan kanal quadrature-phase Q menggunakan sin(2fct) sebagai sinyal
pembawa. Probabilitas Bit Error Rate (BER) sinyal QPSK pada kanal AWGN
diformulasikan dengan persamaan 2.8.
BER =

1
erfc
2

Eb / N o

(2.8)

16
Universitas Sumatera Utara

Sedangkan probabilitas Bit Error Rate (BER) sinyal QPSK pada kanal Fading
Rayleigh dapat dituliskan dengan persamaan 2.9.

1
1
BER = 1

2
1
1+

Eb / N o

(2.9)

2.1.3.2 Demodulator QPSK


Pada demodulator QPSK, sinyal masukan demodulator merupakan sinyal
OFDM yang telah terdistorsi dengan kanal transmisi yang disebabkan AWGN dan
Fading Rayleigh yang dimasukkan ke kanal I dan Q. Sinyal pada kanal I dikalikan
dengan cosct, sedangkan pada kanal Q dikalikan dengan sinct. Kemudian kedua
keluaran kanal tersebut dilewatkan pada LPF untuk memperoleh sinyal hasil
keluarannya, yaitu data digit 0 dan 1.
Gambar 2.9 mengilustrasikan diagram blok demodulator QPSK yang
terdiri dari detector, LPF dan pengubah paralel ke seri[7].

KANAL I

Product
Detector

LPF
- V (logic 0)

sin ct

Sinyal
Input
BPF
QPSK

Power
Splitter

Carrier
Recovery
(sin ct)

Data Biner
yang diterima

90 phase
shift
+ (logic 1)

cos ct
KANAL Q

Product
Detector

LPF

Gambar 2.9 Diagram Blok Demodulator QPSK

17
Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Inverse Fast Fourier Transform (IFFT) dan Fast Fourier Transform
(FFT)
IFFT mengubah sebuah spektrum (amplitudo dan fasa dari setiap
komponen) ke bentuk sinyal dalam domain waktu. IFFT mengubah sejumlah titik
data kompleks, kedalam domain waktu dengan jumlah titik yang sama. Setiap titik
data dalam spektrum frekuensi yang digunakan pada FFT atau IFFT disebut
dengan bin. Orthogonal carrier digunakan untuk sinyal OFDM dapat dengan
mudah disamakan dengan mengatur amplitudo dan fasa dari setiap bin-IFFT,
kemudian dilakukan proses IFFT. Ketika setiap bin-IFFT diatur amplitudo dan
fasanya pada gelombang sinusoidal orthogonal, proses yang berkebalikan
menjamin bahwa carrier tetap orthogonal.
FFT melakukan proses berkebalikan, mengubah sinyal dalam domain
waktu kebentuk spektrum frekuensi yang ekuivalen. Hal ini dilakukan dengan
menemukan bentuk sinyal yang ekuivalen, yaitu dengan menjumlahkan
komponen-komponen sinyal sinus yang saling orthogonal. Amplitudo dan fasa
dari komponen-komponen sinusoidal merepresentasikan spektrum frekuensi dari
sinyal domain waktu.

2.1.5 Guard Interval


Simbol OFDM akan tetap orthogonal dengan menerapkan DFT pada sisi
receiver. Hal ini dapat tercapai bila tidak terjadi ISI (Intersymbol Interference)
pada kanal transmisi. Namun, hal ini sulit tercapai karena pada umumnya kanal
transmisi wireless dapat mengalami multipath pada sinyal yang ditransmisikan.
Hal ini mengakibatkan diterimanya sinyal asli yang ter-delay pada receiver.
Dengan demikian, suatu simbol dapat mengakibatkan interferensi pada simbol

18
Universitas Sumatera Utara

berikutnya atau suatu simbol dapat mengalami interferensi dari simbol


sebelumnya[4].
Suatu cara untuk mengatasi ISI ini ialah dengan melakukan penyisipan
guard interval. Guard interval dapat berupa CP (cyclic prefix). Dalam sistem
OFDM, CP memegang peranan penting untuk mempertahankan orthogonalitas
subcarrier OFDM pada situasi kanal yang selektif frekuensi. CP adalah deretan
bit yang dibentuk dengan menyalin ulang bagian akhir bit-bit suatu simbol
OFDM, kemudian menempatkan bit-bit tersebut di awal simbol. Dengan adanya
tambahan CP ini, sinyal OFDM tidak akan mengalami ISI selama besar delay
spread kanal lebih pendek dari durasi CP yang diilustrasikan seperti Gambar
2.10[3]. Kekurangan dari sistem guard interval adalah daya transmisi yang
menjadi kurang efektif akibat adanya pengiriman secara berulang sinyal guard
interval[4]. Secara matematis, periode total simbol OFDM dapat dirumuskan:
Ttotal = Tguard + Tsymbol

(2.16)

Dimana:
Ttotal

= Periode total simbol OFDM (detik)

Tsymbol

= Periode simbol OFDM

(detik)

Tguard

= Periode cyclic prefix

(detik)

GUARD
INTERVAL

SYMBOL

Tguard

GUARD
INTERVAL

Tsymbol
Ttotal

Gambar 2.10 Penyisipan Guard

19
Universitas Sumatera Utara

2.2 Low-Density-Parity-Check (LDPC)


Low-Density-Parity-Check (LDPC) codes ditemukan oleh Robert Gallager
dalam tesisnya tahun 1963. Kode LDPC[8] merupakan kode blok linier yang
diperoleh dari sparse bipartite graph (Tanner Graph). Graph terdiri dari n
message atau bit nodes dan r check nodes. Graph memunculkan kode block linier
dengan panjang n. Codeword merupakan vektor (c1,c2,......,cn) yang oleh seluruh
check node jumlah posisi bersebelahan berdasarkan message node adalah nol.
Pada pengkodean LDPC kita dapat mendefinisikan dua numbers describing pada
matrik n m , wr untuk jumlah 1 pada masing-masing baris dan wc untuk kolom.
Matrix dikatakan low density apabila memenuhi dua kondisi wc n dan wr m .
Ilustrasi contoh Tanner Graph ditunjukkan pada Gambar 2.11.

(2.17)

Gambar 2.11 Tanner Graph dan Marked Path


Tanner Graph dari kode LDPC dikatakan reguler jika wc konstan untuk
masing-masing kolom dan wr = wc .( n / m ) juga konstan untuk masing-masing

20
Universitas Sumatera Utara

baris. Jika matrix H low density tetapi jumlah bit 1 pada masing-masing baris dan
kolom tidak konstan, code tersebut dikatakan irregular LDPC code.
Bipartite Graph sama dengan Tanner Graph[8] yang dikenal sebagai
representasi grafik yang efektif untuk pengkodean LDPC. Tanner Graph memiliki
arti bahwa node dari graph

disebar ke dalam dua jalur khusus yang hanya

menghubungkan node-node dari dua tipe yang berbeda. Dua tipe node yang
berbeda pada graph yaitu: check node dan variable node. Check node digunakan
untuk mendefinisikan bagian baris dari matrik generator, sedangkan variable node
digunakan untuk mendefinisikan bagian kolom dari matrik generator. Gambar
representasi dari bipartite graph dapat dilihat pada Gambar 2.11.
2.2.1 Kode Cek Paritas
Kode cek paritas[8] merupakan kode block, di mana deretan pesan (jumlah
bit yang ditransmit) dibagi atas blok-blok. Bentuk pengkodean pada kode cek
paritas yaitu menambahan satu bit redudan pada sinyal informasi, nilai bit paritas
yaitu 0 dan 1, tergantung dari jumlah bit 1 yang terdapat pada sinyal yang
dikirimkan (jenis paritas ganjil atau genap). Jika digunakan jenis paritas ganjil
jumlah bit 1 pada codeword adalah ganjil, begitu pula bila digunakan jenis paritas
genap jumlah bit 1 pada codeword adalah genap. Sebagai contoh kode ASCII 4
(empat) bit untuk simbol 1011 karena jumlah bit 1 ganjil, maka jumlah bit 1 pada
codeword pasti ganjil yaitu akan memiliki codeword 10111, bila jumlah bit 1
genap untuk simbol 1001, maka codeword yang akan dihasilkan yaitu 10010.
Proses pengiriman sinyal informasi melalui kanal komunikasi dapat
menyebabkan terjadinya kesalahan/error. Sebagai contoh bila bit yang dikirimkan
transmitter adalah 0 penerima menerimanya sebagai bit 1. Bila digunakan cek bit

21
Universitas Sumatera Utara

paritas genap dan pada penerima dideteksi terdapat jumlah bit 1 dalam jumlah
ganjil, maka pada kode yang diterima telah terjadi kesalahan. Bila pada kanal
terjadi 2 kesalahan bit, kode akan dideteksi sebagai kode yang valid (benar).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cek paritas genjil dan genap hanya
mampu mendeteksi bit salah dengan kemampuan terbatas. Untuk mendeteksi
terjadinya kesalahan secara lebih handal diperlukan matrik cek paritas. Sebagai
ilustrasinya dapat dilihat sebagai berikut:
c = merupakan codeword, yang berisi bilangan biner( 0 dan 1)

c = c1c2c3c4c5c6
c c c c c =0
0
3
4
5
6
c1 c3 c5 = 0
(2.18)

c1 c2 = 0
c0 c 2 c 4 c 6 = 0

(2.19)

Dalam bentuk matriks didapat

c = [c1c 2 c3 c 4 c5 c6 ] , yang dikatakan sebagai

codeword jika dan hanya jika memenuhi persyaratan H .c T = 0 .

2.3 Teknologi Digital Video Broadcasting Terrestrial (DVB-T)


DVB-T merupakan DVB standar konsorsium Eropa untuk transmisi
penyiaran televisi terestrial digital yang pertama kali dipublikasikan pada tahun
1997 dan penyiaran pertama kali pada tahun 1998 di Inggris. Sistem ini
22
Universitas Sumatera Utara

mentransmisikan suara, video

dan data digital lain yang terkompresi

menggunakan

OFDM

modulasi

(Orthogonal-Frequency-Division-

Multiplexing)[9].
Dengan teknologi digital, DVB-T dapat memanfaatkan penggunaan
bandwidth secara lebih efisien. Satu transponder satelit yang biasanya
hanya dapat digunakan untuk satu program TV analog, dengan
menggunakan DVB-T dapat digunakan untuk menyiarkan 8 kanal TV
digital. Selain penambahan kapasitas kanal TV, pada media transmisi
terestrial dapat diperoleh kualitas gambar yang lebih baik.

2.3.1 Mode Carrier


Pada spesifikasi DVB-T, terdapat dua mode carrier yang dapat digunakan
dengan jumlah carrier yang berbeda, yaitu mode 2K dengan 2048 point FFT dan
mode 8K dengan 8192 point FFT. Ukuran FFT diberikan sebagai pangkat dari 2.
Nilai 1K adalah 2 pangkat 10 yaitu 1024. Pada mode 2K, pangkatnya adalah 11
sehingga menghasilkan 2048 point FFT, sedangkan pada mode 8K pangkatnya
adalah 13 sehingga hasilnya 8192 point FFT. Jumlah carrier untuk 8K adalah
6817 dan untuk 2K adalah 1705[10].

2.3.2 Standar DVB-T


Standar terrestrial untuk transmisi program TV digital ditentukan dalam
ETS 300744 yang berhubungan dengan proyek DVB-T. Kanal DVB-T bisa
berada pada bandwidth 6, 7 atau 8 MHz. Ada dua mode operasi yang berbeda
pada sistem ini yaitu mode 2K dan mode 8K dimana mode 2K untuk IFFT dengan
2046 titik dan mode 8K untuk IFFT dengan 8192 titik. Pada DVB-T ditentukan

23
Universitas Sumatera Utara

untuk menggunakan simbol dengan panjang sekitar 250 s (mode 2K) atau 1 ms
(mode 8K). Tergantung pada persyaratan, mode yang satu atau mode yang lain
bisa dipilih. Mode 2K mempunyai subcarrier spacing yang lebih besar sekitar 4
KHz tetapi symbol period-nya lebih pendek. Mode 8K hanya memiliki subcarrier
spacing sekitar 1 KHz [10].
Berbeda dengan panjang simbol, guard interval bisa disesuaikan dalam
rentang

sampai dengan

32

dari panjang simbol FFT-IFFT. Hal ini

memungkinkan untuk memilih tipe modulasi (QPSK, 16QAM atau 64QAM).


Proteksi kesalahan (FEC) pada transmisi DVB-T dapat disesuaikan pada
persyaratan dengan menyesuaikan code rate dengan pilihan 1 2 ,

dan

Standar DVB-T menyediakan pengkodean hirarki sebagai pilihan. Dalam


pengkodean hirarki ada dua masukan transport stream dan dua kofigurasi bebas
tapi memiliki FEC yang identik. Tujuannya adalah untuk mengaplikasikan
sejumlah besar koreksi kesalahan pada sebuah transport stream dengan kecepatan
data yang rendah dan kemudian mentransmisikannya. Jalur transport stream ini
disebut jalur High Priority (HP). Transport stream yang kedua memiliki
kecepatan data yang lebih tinggi dan ditransmisikan dengan koreksi kesalahan
yang rendah. Ini disebut jalur Low Priority (LP).
2.4 Clipping Noise
Sinyal OFDM terdiri dari sejumlah subcarrier yang dimodulasi sendirsendiri sehingga dapat menghasilkan perbandingan antara daya puncak dan daya
rata-rata (peak-to-average power ratio) yang cukup besar ketika dijumlahkan
secara koheren. Nilai PAPR yang besar akan mengakibatkan sebaran spektrum
yang signifikan yaitu intersymbol interference. Cara yang paling mudah untuk

24
Universitas Sumatera Utara

mengatasi PAPR yang besar adalah dengan memotong (clipping) sinyal masukan
sebelum masuk ke amplifier. Karena probabilitas terjadinya sinyal dengan peak
yang tinggi sangat kecil maka clipping merupakan teknik yang efektif untuk
menurunkan PAPR. Namun clipping merupakan proses nonlinear dan akan
mengakibatkan distorsi in-band yang cukup signifikan yang mengakibatkan nilai
BER yang besar. Clipping noise bersifat memotong amplitudo sinyal sistem,
sehingga akibat pemotongan sinyal tersebut ada informasi yang hilang. Nilai
clipping noise dimodelkan dengan formula:
(2.20)

(2.21)

Dimana:
y[m] = Amplitudo sinyal yang sudah terkena Clipping Noise
= Amplitudo sinyal OFDM sebelum terkena Clipping Noise
CR = Clipping Ratio
CA

= Amplitudo Clipping

= root mean square daya sinyal

25
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai