KONSEP DASAR
6
Universitas Sumatera Utara
Frekuensi
(b) FDM
Frekuensi
Penghematan
Bandwidth
(c) OFDM
Frekuensi
7
Universitas Sumatera Utara
(2.2)
Karena
dan
dengan mengasumsikan
8
Universitas Sumatera Utara
dan
(2.3)
Untuk sembarang nilai
dari 0 sampai
Untuk
karena
, sehingga:
, sehingga:
Jadi dapat disimpulkan jika beda fasa antara dua sinyal tidak diketahui maka
kedua sinyal tersebut haruslah berbeda frekuensi sebesar 1/T supaya orthogonal
dapat dilihat pada Gambar 2.2 sedangkan beda fasa antara kedua sinyal adalah nol
9
Universitas Sumatera Utara
maka harus berbeda frekuensi sebesar 1/2T supaya orthogonal dapat dilihat pada
Gambar 2.3[4].
10
Universitas Sumatera Utara
Constellation mapping
. .
.
. . X
. .
.
. .
s[n]
Serial to
parallel
. .
.
. .
. .
. .
X1
DAC
Real
fc
IFFT
+
90
XN-2
s(t)
Imaginary
DAC
XN-1
11
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.2 Channel
Kanal adalah media elektromagnetik diantara pemancar (transmitter) dan
penerima (receiver). Kanal komunikasi wireless antara transmitter dan receiver
merupakan gelombang radio. Gelombang ini rentan oleh gangguan sistem
transmisi, salah satunya adalah Additive White Gaussian Noise (AWGN).
AWGN merupakan noise thermal yang disebabkan oleh pergerakan
pergerakan elektron di dalam konduktor yang terdapat pada perangkat
telekomunikasi. Pada bidang frekuensi, noise thermal ini memiliki nilai kepadatan
spektral daya yang sama untuk daerah frekuensi yang lebar, yaitu sebesar N/2,
seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.5 (a) sedangkan fungsi otokorelasi
AWGN ditunjukkan pada Gambar 2.5 (b)[6].
Gn(f)
R()
N/2
N/2
(a)
(b)
12
Universitas Sumatera Utara
(2.4)
bit. Sehingga:
(2.6)
Dimana[6]:
sinus pada frekuensi pembawa. Hal ini juga menciptakan sinyal berpusat pada 2fc,
jadi low-pass filter digunakan untuk menolak ini. Gambar 2.6[5] menunjukkan
blok diagram receiver OFDM.
Symbol Detection
. .
.
. .
Y
ADC
Real
fc
r(t)
FFT
Y1
90
YN-2
Imaginary
X
ADC
YN-1
. .
.
. .
s[n]
Parallel to
serial
. .
.
. .
.
.
.
.
kemudian
dicuplik
dan
diubah
kebentuk
digital
14
Universitas Sumatera Utara
I channel fc/2
Logic 1 = +1V
Logic 0 = -1V
Binary input
data
Reference
Carrier
Oscillator
Sin (ct)
Input
Buffer
Ballans sin ct
Modulator
sin ct
Linier
Summer
BPF
QPSK
output
90 phase
shift
Bit Clock
+2
Cos ct
Q channel fc/2
Logic 1 = +1V
Logic 0 = -1V
Ballans
Modulator
Binary input
QPSK Output
Phase
-135
-45
+135
+45
15
Universitas Sumatera Utara
Terlihat bahwa jarak anguler antara dua phasor yang berdekatan pada
QPSK adalah 900, karena itu suatu sinyal QPSK bisa mengalami pergeseran phase
+450 atau -450 selama transmisi dan tetap akan berupa informasi yang benar saat
didemodulasikan pada penerima.
Sedangkan bentuk sinyal keluaran modulator QPSK ditunjukkan pada
Gambar 2.8[7].
(2.7)
1
erfc
2
Eb / N o
(2.8)
16
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan probabilitas Bit Error Rate (BER) sinyal QPSK pada kanal Fading
Rayleigh dapat dituliskan dengan persamaan 2.9.
1
1
BER = 1
2
1
1+
Eb / N o
(2.9)
KANAL I
Product
Detector
LPF
- V (logic 0)
sin ct
Sinyal
Input
BPF
QPSK
Power
Splitter
Carrier
Recovery
(sin ct)
Data Biner
yang diterima
90 phase
shift
+ (logic 1)
cos ct
KANAL Q
Product
Detector
LPF
17
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Inverse Fast Fourier Transform (IFFT) dan Fast Fourier Transform
(FFT)
IFFT mengubah sebuah spektrum (amplitudo dan fasa dari setiap
komponen) ke bentuk sinyal dalam domain waktu. IFFT mengubah sejumlah titik
data kompleks, kedalam domain waktu dengan jumlah titik yang sama. Setiap titik
data dalam spektrum frekuensi yang digunakan pada FFT atau IFFT disebut
dengan bin. Orthogonal carrier digunakan untuk sinyal OFDM dapat dengan
mudah disamakan dengan mengatur amplitudo dan fasa dari setiap bin-IFFT,
kemudian dilakukan proses IFFT. Ketika setiap bin-IFFT diatur amplitudo dan
fasanya pada gelombang sinusoidal orthogonal, proses yang berkebalikan
menjamin bahwa carrier tetap orthogonal.
FFT melakukan proses berkebalikan, mengubah sinyal dalam domain
waktu kebentuk spektrum frekuensi yang ekuivalen. Hal ini dilakukan dengan
menemukan bentuk sinyal yang ekuivalen, yaitu dengan menjumlahkan
komponen-komponen sinyal sinus yang saling orthogonal. Amplitudo dan fasa
dari komponen-komponen sinusoidal merepresentasikan spektrum frekuensi dari
sinyal domain waktu.
18
Universitas Sumatera Utara
(2.16)
Dimana:
Ttotal
Tsymbol
(detik)
Tguard
(detik)
GUARD
INTERVAL
SYMBOL
Tguard
GUARD
INTERVAL
Tsymbol
Ttotal
19
Universitas Sumatera Utara
(2.17)
20
Universitas Sumatera Utara
baris. Jika matrix H low density tetapi jumlah bit 1 pada masing-masing baris dan
kolom tidak konstan, code tersebut dikatakan irregular LDPC code.
Bipartite Graph sama dengan Tanner Graph[8] yang dikenal sebagai
representasi grafik yang efektif untuk pengkodean LDPC. Tanner Graph memiliki
arti bahwa node dari graph
menghubungkan node-node dari dua tipe yang berbeda. Dua tipe node yang
berbeda pada graph yaitu: check node dan variable node. Check node digunakan
untuk mendefinisikan bagian baris dari matrik generator, sedangkan variable node
digunakan untuk mendefinisikan bagian kolom dari matrik generator. Gambar
representasi dari bipartite graph dapat dilihat pada Gambar 2.11.
2.2.1 Kode Cek Paritas
Kode cek paritas[8] merupakan kode block, di mana deretan pesan (jumlah
bit yang ditransmit) dibagi atas blok-blok. Bentuk pengkodean pada kode cek
paritas yaitu menambahan satu bit redudan pada sinyal informasi, nilai bit paritas
yaitu 0 dan 1, tergantung dari jumlah bit 1 yang terdapat pada sinyal yang
dikirimkan (jenis paritas ganjil atau genap). Jika digunakan jenis paritas ganjil
jumlah bit 1 pada codeword adalah ganjil, begitu pula bila digunakan jenis paritas
genap jumlah bit 1 pada codeword adalah genap. Sebagai contoh kode ASCII 4
(empat) bit untuk simbol 1011 karena jumlah bit 1 ganjil, maka jumlah bit 1 pada
codeword pasti ganjil yaitu akan memiliki codeword 10111, bila jumlah bit 1
genap untuk simbol 1001, maka codeword yang akan dihasilkan yaitu 10010.
Proses pengiriman sinyal informasi melalui kanal komunikasi dapat
menyebabkan terjadinya kesalahan/error. Sebagai contoh bila bit yang dikirimkan
transmitter adalah 0 penerima menerimanya sebagai bit 1. Bila digunakan cek bit
21
Universitas Sumatera Utara
paritas genap dan pada penerima dideteksi terdapat jumlah bit 1 dalam jumlah
ganjil, maka pada kode yang diterima telah terjadi kesalahan. Bila pada kanal
terjadi 2 kesalahan bit, kode akan dideteksi sebagai kode yang valid (benar).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cek paritas genjil dan genap hanya
mampu mendeteksi bit salah dengan kemampuan terbatas. Untuk mendeteksi
terjadinya kesalahan secara lebih handal diperlukan matrik cek paritas. Sebagai
ilustrasinya dapat dilihat sebagai berikut:
c = merupakan codeword, yang berisi bilangan biner( 0 dan 1)
c = c1c2c3c4c5c6
c c c c c =0
0
3
4
5
6
c1 c3 c5 = 0
(2.18)
c1 c2 = 0
c0 c 2 c 4 c 6 = 0
(2.19)
menggunakan
OFDM
modulasi
(Orthogonal-Frequency-Division-
Multiplexing)[9].
Dengan teknologi digital, DVB-T dapat memanfaatkan penggunaan
bandwidth secara lebih efisien. Satu transponder satelit yang biasanya
hanya dapat digunakan untuk satu program TV analog, dengan
menggunakan DVB-T dapat digunakan untuk menyiarkan 8 kanal TV
digital. Selain penambahan kapasitas kanal TV, pada media transmisi
terestrial dapat diperoleh kualitas gambar yang lebih baik.
23
Universitas Sumatera Utara
untuk menggunakan simbol dengan panjang sekitar 250 s (mode 2K) atau 1 ms
(mode 8K). Tergantung pada persyaratan, mode yang satu atau mode yang lain
bisa dipilih. Mode 2K mempunyai subcarrier spacing yang lebih besar sekitar 4
KHz tetapi symbol period-nya lebih pendek. Mode 8K hanya memiliki subcarrier
spacing sekitar 1 KHz [10].
Berbeda dengan panjang simbol, guard interval bisa disesuaikan dalam
rentang
sampai dengan
32
dan
24
Universitas Sumatera Utara
mengatasi PAPR yang besar adalah dengan memotong (clipping) sinyal masukan
sebelum masuk ke amplifier. Karena probabilitas terjadinya sinyal dengan peak
yang tinggi sangat kecil maka clipping merupakan teknik yang efektif untuk
menurunkan PAPR. Namun clipping merupakan proses nonlinear dan akan
mengakibatkan distorsi in-band yang cukup signifikan yang mengakibatkan nilai
BER yang besar. Clipping noise bersifat memotong amplitudo sinyal sistem,
sehingga akibat pemotongan sinyal tersebut ada informasi yang hilang. Nilai
clipping noise dimodelkan dengan formula:
(2.20)
(2.21)
Dimana:
y[m] = Amplitudo sinyal yang sudah terkena Clipping Noise
= Amplitudo sinyal OFDM sebelum terkena Clipping Noise
CR = Clipping Ratio
CA
= Amplitudo Clipping
25
Universitas Sumatera Utara