BAB 1
PENDAHULUAN
1.
2.
Rumusan Masalah
a.
b.
Apa saja yang bisa menjadi faktor penyebab, tanda dan gejala, serta
proses terjadinya ensefalitis ?
c.
Bagaimana penatalaksanaan terhadap pasien dengan masalah
ensefalitis ?
d.
Asuhan keperawatan apa saja yang bisa dilakukan terhadap pasien dengan
masalah ensefalitis ?
e.
Apa yang dimaksud dengan legal etis dalam keperawatan serta prinsipprinsip apa saja yang harus dipegang sebagai seorang perawat?
3.
Tujuan
Tujuan Umum
a.
Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai ensefalitis serta
mampu menerapkan asuhan keperawatan yang dilakukan pada masalah
ensefalitis.
Tujuan Khusus
a.
b.
Mahasiswa mampu mengetahui faktor penyebab, tanda dan gejala,
serta proses terjadinya ensefalitis.
c.
Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan yang dilakukan pada
pasien dengan masalah ensefalitis.
d.
Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan yang bisa
dilakukan terhadap pasien dengan masalah ensefalitis.
e.
Mahasiswa mampu memahami pengertian dari legal dan etis dalam
keperawatan serta mengetahui prinsip-prinsip yang harus dipegang sebagai
seorang perawat profesional.
BAB 2
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri,
cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).
Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari
encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering
infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan
oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau
mikro organisme lain yang non purulent.
Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.
Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis,
atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau
sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti
toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic meningoencephalitis juga dapat
menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya kurang.
Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan
menyebabkan kematian.
B.
ETIOLOGI
b.
Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simpleks, Herpes
zoster, Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain
yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
c.
Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela,
pasca-vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang
mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik. (Robin cit. Hassan,
1997).
C.
PATOFISIOLOGI
https://lh3.googleusercontent.com/-YP_1txjUO8U/TWnquhfbCwI/AAAAAAAAAA8/zGB7efXlFE/s1600/ASKEP+ANAK+ENCHEPALITIS.png
D.
2.
3.
Muntah
4.
Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja (kejangkejang di muka)
5.
Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau
bersama-sama, misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya
(hassan,1997).
Pemeriksaan penunjang :
Secara klinik dapat di diagnosis dengan menemukan gejala klinik tersebut
diatas:
1.
Biakan : dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga
sukar untuk mendapatkan hasil yang positif. Dari likuor atau jaringan otak. Akan
dapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
2.
Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi henaglutinasi dan
uji teutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi
tubuh, IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
3.
4.
Fungsi lumbal likuor serebospinalis sering dalam batas normal. Kadangkadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
5.
EEG / Electroencephalography EEG sering menunjukan aktivitas listrik yang
merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun, adanya
kejang,koma,tumor,infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut
otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan
kecepatan. (Smeltzer,2002).
6.
CT Scan, pemeriksaan CT Scan otak sering kali di dapat hasil normal, tetapi
bisa juga didapat hasil edema diffuse.
E.
MANIFESTASI KLINIS
b.
Sakit kepala.
c.
Muntah-muntah lethargi.
d.
e.
f.
Klasifikasi
Ensefalitis diklasifikasikan menjadi :
a.
a.
Ensefalitis Supurativa
Patogenesis
Manifestasi Klinis
Secara umum gejala yang timbul dapat berupa trias ensefalitis seperti :
Demam.
Kejang.
Kesadaran menurun.
Bila ensefalitis berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejalagejala infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan intrakranial yaitu nyeri
kepala yang kronik dan progresif, muntah, penglihatan kabur, kejang, dan
kesadaran menurun.
c.
b.
a.
Ensefalitis Siphylis
Patogenesis
Manifestasi Klinis
Gejala-gejala neurologis
a)
b)
Afasia.
c)
Apraksia.
d)
Hemianopsia.
e)
Penurunan kesadaran
f)
g)
h)
Pada stadium akhir timbul gangguanan-gangguan motorik yang bersifat
progresif.
2)
Gejala-gejala mental
a)
b)
Intelgensia yang mundur perlahan-lahan yang mula-mula tampak pada
kurang efektifnya kerja.
c)
d)
e)
c.
2)
Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskular +
probenesid 4x500mg oral 14 hari.
3)
Ensefalitis Virus
Adapun virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia adalah
sebagai berikut :
a.
Virus RNA
Virus DNA
Retrovirus: AIDS.
c.
Manifestai Klinis
Demam.
Nyeri kepala
Vertigo.
Nyeri badan.
Nausea.
Kesadaran menurun.
Kejang-kejang.
Kaku kuduk.
a)
Pengobatan simtomatis
Analgetik dan antipiretik : Asam mefenamat 4 x 500 mg.
2)
Pengobatan antivirus diberikan pada ensefalitis virus dengan penyebab
herpes zoster-varicella.
3)
Asiclovir 10 mg/kgBB intra vena 3 x sehari selama 10 hari atau 200 mg
peroral tiap 4 jam selama 10 hari.
d.
a.
Toxoplasmosis
Amebiasis
Amuba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika berenang di
air yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan meningoencefalitis akut.
Gejala-gejalanya adalah demam akut, nausea, muntah, nyeri kepala, kaku kuduk
dan kesadaran menurun.
d. Sistiserkosis
Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus mukosa dan
masuk kedalam pembuluh darah, menyebar ke seluruh badan. Larva dapat
tumbuh menjadi sistiserkus, berbentuk kista di dalam ventrikel dan parenkim
otak. Bentuk rasemosanya tumbuh didalam meninges atau tersebar didalam
sisterna. Jaringan akan bereaksi dan membentuk kapsula disekitarnya. Gejalagejala neurologik yang timbul tergantung pada lokasi kerusakan yang terjadi.
e.
Toxoplasmosi
a)
c)
e.
f.
Riketsiosis Serebri
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat
menyebabkan Ensefalitis. Di dalam dinding pembuluh darah timbul noduli yang
terdiri atas sebukan sel-sel mononuclear, yang terdapat pula disekitar pembuluh
darah di dalam jaringan otak. Didalam pembuluh darah yang terkena akan
terjadi trombosis.
Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, demam, sukar tidur, kemudian mungkin
kesadaran dapat menurun. Gejala-gejala neurologik menunjukan lesi yang
tersebar.
a.
F.
KOMPLIKASI
Angka kematian untuk ensefalitis ini masih tinggi, berkisar antara 35-50
%, dari pada penderita yangb hidup 20-40 % mempunyai komplikasi atau gejala
sisa berupa paralitis. Gangguan penglihatan atau gejala neurologik yang lain.
Penderita yang sembuh tanpa kelainan neurologik yang nyata,dalam
perkembangan selanjutnya masih mungkin menderita retardasi mental,
gangguan tingkah laku dan epilepsi.
G.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.
Biakan :
Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat
gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif .
Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur positif.
d.
Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadangkadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
e.
EEG/ Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas listrik
yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma,
tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat
menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan.
(Smeltzer, 2002).
f.
CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi
bisa pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis
herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan
lobus frontal (Victor, 2001).
H.
PENATALAKSANAAN MEDIS
c.
otak
Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis yang
sama.
Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium
drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
e. Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai
kebutuhan (2-3l/menit).
f.
g.
I.
1.
a.
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono,
1994). Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada masalah ensefalitis
adalah :
a.
b.
3.
Intervensi Keperawatan
2)
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri :
Berikan tindakan nyaman.
b.
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri :
Pantau suhu pasien, perhatikan menggigil/ diaforesis.
Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.
Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu
mendekati normal.
Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
Dapat membantu mengurangi demam.
Kolaborasi :
Berikan antipiretik sesuai indikasi.
4.
Implementasi Keperawatan
NO
IMPLEMENTASI
1
Memberikan tindakan nyaman.
2
Memberikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi.
3
Mengkaji intensitas nyeri.
4
Meningkatkan tirah baring, bantu kebutuhan perawatan diri pasien.
5
Memberikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase otot
daerah leher/bahu.
6
Berkolaborasi untuk pemberian analgesik sesuai indikasi.
b.
NO
IMPLEMENTASI
1
Memantau suhu pasien, perhatikan menggigil/ diaforesis.
2
Memantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai
indikasi.
3
Memberikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
4
Berkolaborasi untuk pemberian antipiretik sesuai indikasi.
3
Menciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan perabot yang
membahayakan.
5.
Evaluasi Keperawatan
b.
c.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri,
cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000). Ensefalitis
disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, fungus dan riketsia. Ensefalitis
diklasifikasikan menjadi :
a.
Ensefalitis supurativa.
b.
Ensefalitis siphylis.
c.
Ensefalitis virus.
d.
Ensefalitis karena parasit : malaria serebral, toxoplasmosis, amebiasis dan
sistiserkosis.
e.
f.
Riketsiosis serebri.
B.
Saran
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi
fisik yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa
mengalami hambatan. Maka menjaga kesehatan seluruh organ yang berada
didalam tubuh menjadi sangat penting mengingat betapa berpengaruhnya
sistem organ tersebut terhadap kelangsungan hidup serta aktifitas seseorang.
DAFTAR PUSTAKA