Proposal TA2
Proposal TA2
Fm : 01
PENGUSUL
Nama
: Irma Mahardhika Putri
NRP
: 41121 100 078
Semester / Tahun Ajaran
: Gasal, 2015/2016
Semester yg ditempuh
:
8
semester
Batas Waktu Studi
:
14
semester
Jumlah SKS Lulus tahap Sarjana (min C)
:
130
SKS
Prasyarat Tugas Akhir, telah/sedang kuliah:
1. Tugas Merancang II
2. Metodologi Penelitian
3. Bidang Keahlian:
a. Rekayasa Perkapalan
b. Industri Perkapalan
c. Sistem Transportasi Laut
menjaga kedaulatan wilayah perairan NKRI. Saat ini pemerintah hanya memiliki 2 (dua) buah
kapalselam sebagai alat sistem persenjataan bawah laut.Jumlah kapalselam tersebut termasuk
sangat sedikit, mengingat betapa luasnya perairan di NKRI jika dibandingkan dengan negara
tetangga. Maka, Indonesia membutuhkan tambahan kapal selam untuk menjaga kedaulatan
NKRI. Kapal selam tersebut harus bisa tahan pada kondisi ekstrim, seperti cuaca yang tidak
menentu dan berubah-ubah ketika melakukan operasi pelayaran di atas permukaan laut,
maupun di kedalaman laut. Kemampuan manuver pada kapal selam sangatlah penting untuk
performance dari kapal itu sendiri.Oleh karena itu, Tugas Akhir ini akan melakukan perbaikan
desain terhadap maneuvering kapal. Dalam penentuan manuver pada kapal dilakukan dengan
menggunakan software. Data kapal selam yang digunakan adalah hasil penelitian sebelumnya.
Halaman 1 dari 23
Tempat Pelaksanaan/Pengerjaan
Laboraturium Desain, Jurusan Teknik Perkapalan, FTK, ITS
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara maritim sebagian besar wilayahnya adalah perairan,
dan tercatat di Indonesia terdapat 13.487 pulau, yang terdiri dari pulau besar dan pulau kecil.
Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudra Hindia dan Samudra
Pasifik. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km dan luas perairannya 3.257.483 km
(wikipedia, 2014).. Dengan luas perairan tersebut maka daerah perairan yang harus dijaga
oleh pemerintah Indonesia tidaklah sedikit.
Kapal selam merupakan salah satu ujung tombak pemerintah dalam hal ini TNI-AL
untuk menjaga kedaulatan wilayah perairan NKRI. Saat ini pemerintah hanya memiliki 2
(dua) buah kapal selam sebagai alat sistem persenjataan bawah laut. Kapal yang dimiliki
Indonesia tersebut adalah tipe TYP 209 buatan Jerman. Jumlah kapal selam tersebut
termasuk sangat sedikit, mengingat betapa luasnya perairan di NKRI jika dibandingkan
Halaman 2 dari 23
dengan negara tetangga. Sebagai perbandingannya Singapura sebagai negara yang cukup
kecil, memiliki 4 buah kapal selam yang dapat beroperasi.
Ditambah lagi, selama ini pembuatan kapal selam yang dimiliki oleh Indonesia ini
belumlah memenuhi kebutuhan spesifik yang dimiliki oleh NKRI dengan memperhatikan sisi
lingkungan yang dihadapi. Kapal selam yang dibutuhkan oleh Indonesia tidak harus memiliki
kemampuan menyelam yang sangat dalam, dikarenakan rata-rata kedalaman laut Indonesia
cukup dangkal. Namun tetap mampu melaksanakan silent operation , sehingga mampu
mendeteksi keberadaan musuh secara efisien, efektif dan dengan biaya operasi yang cukup
rendah, serta harus dapat bertahan pada kondisi ekstrim.
Terdapat berbagai gaya luar (eksternal force) dan gaya dalam (internal force) yang
dialami oleh kapal selam setiap beroperasi. Ini menyebabkan badan kapal mengalami gaya
yang menimbulkan tegangan dan regangan secara tetap dan berulang-ulang. Dengan
demikian, sebuah kapal harus mampu bertahan mengatasi kondisi tersebut agar umur kapal
semakin lama. Saat kapal mengapung bebas di dalam laut atau perairan, kapal mengalami
gerak osilasi yaitu gerakan translasi/lateral dan gerakan rotasi/rotasional dalam enam derajat
kebebasan. Menurut arahnya, ada tiga gerakan translasi ke arah sumbu X, Y dan Z serta tiga
gerakan rotasi memutari sumbu X, Y dan Z. Gerakan kapal dalam enam derajat kebebasan
tersebut adalah gerakan surging yang merupakan gerakan kapal maju mundur ke arah sumbu
X (arah haluan/forward dan buritan/backward), gerakan swaying yang merupakan gerakan
kapal ke arah samping (arah port dan starboard /arah sumbu Y), gerakan heaving yang
merupakan gerakan kapal naik turun (arah atas dan bawah/arah sumbu Z), gerakan
rolling/heeling atau gerakan angguk yang merupakan gerakan rotasi kapal dengan sumbu X
sebagai sumbu putar, gerakan surging yang merupakan gerakan rotasi kapal dengan sumbu Y
sebagai sumbu putar dan gerakan yawing yang merupakan gerakan rotasi kapal dengan sumbu
Z sebagai sumbu putar. Gerakan kapal dalam enam derajat kebebasan menjelaskan jenis
keseimbangan yang dialami kapal di mana gerakan heaving merupakan keseimbangan stabil,
gerakan surging dan swaying merupakan keseimbangan netral atau indiferen, gerakan yawing
merupakan keseimbangan netral atau indiferen dan gerakan rolling/heel dan pitch merupakan
gerakan yang tidak tentu yang memungkinkan keseimbangan stabil, labil atau netral.
Timbulnya gerakan kapal tersebut dikarenakan oleh lingkungan operasi kapal
disekitarnya, yaitu arus laut. Arus laut merupakan salah satu faktor kapal dapat melakukan
Halaman 3 dari 23
manuver dengan baik atau tidak. Oleh karena itu, Tugas Akhir ini akan melakukan perbaikan
desain terhadap maneuvering kapal. Dalam penentuan manuver pada kapal dilakukan dengan
menggunakan software. Data kapal selam yang digunakan adalah hasil penelitian sebelumnya.
2.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa permasalahan yang akan diselesaikan
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik manuver turning cycledan zig-zag maneuver submarinedi
perairan Indonesia?
2. Bagaimana hasil perbaikan desain Submarine 28 M terhadap olah gerak kapal
(maneuvering)?
3.
BATASAN MASALAH
Dalam pengerjaan Tugas Akhir ini batasan permasalahan yang dibahas adalah sebagai
berikut:
1. Data sesuai dengan data Submarine 28 m yang telah diteliti sebelumnya.
2. Analisis olah gerak kapal (maneuvering) dilakukan menggunakan software
3. Kemampuan maneuver yang dianalisa adalah turning cycle dan zig-zag maneuver.
4. Sudut maneuver yang dianalisa pada zig-zag maneuver adalah 100 dan 200.
5. Perbaikan desain hanya dilakukan pada bentuk rencana garis (lines plan).
4.
TUJUAN
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Memperoleh karakteristik manuver turning cycle dan zig-zag maneuverdi perairan
Indonesia.
2. Mendapatkan hasil perbaikan desain Submarine 28 M terhadap olah gerak kapal
(maneuvering).
5.
MANFAAT
Dari Tugas Akhir ini, diharapkan dapat diambil manfaat sebagai berikut :
a. Sebagai pembelajaran mengenai bagaimana menganalisis maneuver pada Submarine 28
M.
Halaman 4 dari 23
HIPOTESIS
Hasil penelitian akan menghasilkan kemampuan manuver yang lebih baik dari desain
sebelumnya pada Submarine, dengan melakukan perbaikan desain pada Submarine 28 M.
Halaman 5 dari 23
III.STUDI LITERATUR
1. Data Submarine 28 M
Data kapal yang akan digunakan pada pengerjaan Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut:
Jenis kapal
: Kapal Selam (Submarine)
Kec. Maks (Vmax) : 15 knot
Lwl
: 25,762 m
Bwl
: 3,464 m
H
: 3,00 m
T
: 3,00 m
Displasemen
: 223,244 ton
Volume
: 217,799 m3
Berikut adalah tampilan Rencana Garis dari Submarine 28 M dari Maxsurf Pro:
Body Plan
Halaman 6 dari 23
Sheer Plan
Breadth Plan
Halaman 7 dari 23
2. Kapal selam
Kapal selam adalah kapal yang bergerak di bawah permukaan air, umumnya
digunakan untuk tujuan dan kepentingan militer. Sebagian besar Angkatan Laut memiliki dan
mengoperasikan kapal selam sekalipun jumlah dan populasinya masing-masing negara
berbeda. Selain digunakan untuk kepentingan militer, kapal selam juga digunakan untuk ilmu
pengetahuan laut dan air tawar dan untuk bertugas di kedalaman yang tidak sesuai untuk
penyelam manusia (wikipedia, 2015).
Berdasarkan ukurannya kapal selam dibagi atas tiga jenis utama yaitu:
a. Large Submarine
Yaitu kapal selam dengan bobot lebih dari 2000 ton saat
kondisi
submerged.Beberapa contoh kapal selam tipe ini adalah Kilo-Class dan ThypoonClassbuatan Rusia. Beberapa jenis Large Submarine menggunakan tenagapenggerak
berupa rektor nuklir.
Halaman 9 dari 23
b. Medium Submarine
Yaitu kapal selam dengan bobot saat menyelam berada pada kisaran nilaiantara
lebih dari 600 sampai dengan kurang dari 2000 ton. Salah satu contohkapal selam
medium ini adalah KRI Cakra 401 milik TNI-AL yang merupakanclass U-209
buatan Jerman.
c. Midget Submarine
Secara umum kapal selam ini didefinisikan sebagai kapal selam dengan bobot
dibawah 150 ton. Namun, beberapa jenis midget submarine juga memiliki
bobothingga lebih dari 300 ton.
3.
Midget Submarine
Midget Submarine atau kapal selam cebol / mini adalah jenis kapal selam dengan bobot
dibawah 150 ton, biasanya dioperasikan oleh satu atau dua awak tapi terkadang sampai 6 atau
9, dengan sedikit atau tanpa akomodasi hidup. Midget Submarine biasa bekerja dengan kapal
induk, dimana kapal tersebut diluncurkan dan diambil kembali, serta menyediakan akomodasi
untuk kru dan staff lainnya.
Baik midget submarine militer dan sipil telah dibuat. Jenis militer bekerja dengan
kapal permukaan dan kapal selam lain sebagai kapal induknya. Jenis kapal selam cebol sipil
dan militer non-tempur pada umumnya disebut dengan submersibles, dan biasanya bekerja
dengan kapal permukaan (wikipedia, 2015).
Halaman 10 dari 23
4.
Standard Maneuverability
Dalam maneuvering sebuah kapal, prosedur yang digunakan mengacu kepada peraturan
standar kemampuan maneuver kapal yang direkomendasikan oleh International Maritime
Halaman 11 dari 23
Organization (IMO) yakni resolusi MSC.137 (76) annex.6 tertanggal 4 Desember 2002 dan
mulai diterapkan sejak tanggal 1 Januari 2004, yang mana resolusi ini merupakan
amandemen terhadap resolusi sebelumnya yakni A.751 (18) mengenai standar kemampuan
maneuver kapal.
Mengacu kepada penjelasan resolusi tersebut di atas, sebagaimana yang telah
direkomendasikan oleh International Maritime Organization (IMO), aturan standar yang
dimaksud disini didasarkan atas pengertian bahwa kemampuan maneuver kapal dapat
dievaluasi berdasarkan karakteristik dari pengujian maneuver seperti biasanya atau secara
konvensional, dimana kapal yang dimaksud adalah kapal yang memiliki panjang 100 meter
atau lebih (kecuali tanker dan gas carrier) dengan menggunakan sistem propulsi dan sistem
kemudi (steering) konvensional yakni gaya dorong kapal dihasilkan oleh propeller yang
digerakan oleh poros propeller. Standar maneuver dan terminologinya didefinisikan sebagai
berikut :
a. Zig zag maneuver dengan sudut kemudi 10 derajat/10 derajat dilaksanakan dengan
prosedur sebagai berikut :
Pada saat sudut heading berubah 10 derajat dari sudut heading semula, maka
kemudi dibelokan berlawanan atau dibalik 10 derajat ke arah portside atau
starboard (eksekusi kedua).
Setelah kemudi dibelokan ke arah portside atau starboard, maka kapal akan terus
berbelok pada arah semula dengan mengalami penurunan kecepatan belok.
Untuk mengetahui respon kapal terhadap kemudi maka selanjutnya kapal harus
dibelokan ke arah portside atau starboard. Ketika kapal sudah mencapai sudut
heading 10 derajat ke arah portside atau starboard dari lintasan semula maka
selanjutnya kemudi dilawan atau diarahkan sebaliknya yakni 10 derajat ke arah
starboard atau portside (eksekusi ketiga).
b. Sudut overshoot pertama adalah penambahan dari deviasi sudut heading pada zig zag
maneuver pada eksekusi kedua.
Halaman 12 dari 23
c. Sudut overshoot kedua adalah penambahan dari deviasi sudut heading pada zig- zag
maneuver pada eksekusi ketiga.
d. Zig-zag maneuver dengan sudut kemudi 20 derajat/20 derajat dilaksanakan dengan
prosedur yang sama.
Dalam menganalisa maneuver performance kapal maka pengujian maneuver baik ke
arah portside maupun starboard harus dilaksanakan dengan kondisi sebagai berikut:
Pengujian dilakukan pada perairan dalam (deep water) atau perairan tak terbatas
(unrestricted water).
Kondisi sarat penuh (sesuai dengan garis air pada musim panas), even keel.
Kriteria tersebut harus dipenuhi oleh sebuah kapal saat beroperasi baik di perairan yang
dalam (deep water) maupun di perairan terbatas atau beroperasi di sekitar pelabuhan atau di
perairan yang dangkal (restricted and shallow water).
Tabel 3. 1. Standar Manuverabilitas Kapal oleh IMO (Resolusi MSC 137 (76) 2002)
Ability
Turning ability
Test
Turning test with max.
Initial turning
ability
Stopping ability
Course-keeping
astern
100 / 100 Z-test
and yaw-checking
ability
Criteria
Advanced <4,5 L
Tactical Diameter <5,0 L
Distance ship run before 2nd rudder
execution< 2,5 L
Track reach< 15 L
1st Overshoot
<100 (L/U<10s)
<(5+0,5 (L/U))0 (10s<L/U<30s)
<200 (30s<L/U)
2ndOvershoot
<250 (L/U<10s)
<(17,5+0,75(L/U))0 (10s<L/U<30s)
<400 (30s<L/U)
menentukan penampilan dari beberapa hasil pada poster, bucklet dan maneuvering bucklet
pada IMO resolution A.601 (15)(1987).
Standar pengujian yang diperlukan dalam manuver kapal disyaratkan dalam IMO
Resolusi MSC 137 (76) (2002) antara lain:
Turning Cycle Test
Turning cycle test, mulai dari gerak lurus dengan laju konstan, rudder dihidupkan
dengan kecepatan maksimum ke sudut (sudut kemudi maksimum) dan tetap pada
suduttersebut, sampai kapal telah melakukan turning cycle paling kurang 540o. Percobaan
dilakukan untuk bagian port dan starboard.
Beberapa parameter yang digunakan untuk mendefenisikan kinerja kapal pada saat
berputar adalah:
Drift angel (sudut drift), adalah sudut antara haluan kapal dan arah gerakan. Sudut
tersebut bervariasi sepanjang kapal.
Advanced, merupakan jarak dari pelaksanaan awal ke sumbu x pada kapal ketika telah
berbelok 90o.
The transfer, merupakan jarak dari jalur ke awal mula kapal ketika sumbu x pada kapal
telah berbelok 90o.
Halaman 14 dari 23
The tactical diameter, merupakan jarak dari jalur awal ke sumbu x pada kapal ketika
kapal telah berbelok 180o.
The diameter of the steady turning cycle, diameter dari lingkaran yang terus-menerus
berputar. Kondisi tetap biasanya dihubungkan pada beberapa titik antara perubhan 90 o
dan 180o dari perubahan pos.
Nilai-nilai khas adalah tactical diameter dari 4,5-7 L untuk yang ramping, 2.4-4L untuk
kapal pendek dan kapal yang penuh. Menentukan rasio yang ramping L/3 , dimana
sudut maksimum kemudi yang diperbolehkan pada tes kecepatan. Informasi penting yang
akan diperoleh dari manuver ini adalah tactical diameter, advanced, dantransfer.
Zig-zag Manuver Test
Overshoot angle adalah jumlah dari pertambahan heading setelah kemudi berbalik.
Sudut yang besar akan membuat juru mudi mengalami kesulitan dalam memutuskan
kapan akan menggunakan kemudi untuk memeriksa putaran. Sudut tersebut tidak
bergantung pada panjang kapal.
Waktu untuk membalikkan kemudi pertama dan perubahan maksimal heading pertama.
Waktu akan proporsional terhadap panjang.
Halaman 15 dari 23
Sudut overshoot yang tetap dan periode berputar sekali dalam kondisi stabil dapat
tercapai.
Sebuah tes zig-zag harus dimulai untuk kedua bagian starboard dan portside dengan
Persamaan Matematika
Halaman 16 dari 23
X = m( - vr)
Y=m( + vr)
N = Izz + xGY
dimana :
X = gaya pada gerak surge
Y = gaya pada gerak sway
N = gaya pada gerak yaw
m = berat kapal
Izz = momen inersia kapal
xG = jarak dari kemudi terhadap centre of gravity (CG) pada sumbu x
Notasi dari u, v dan r adalah komponen kecepatan terhadap titik berat kapal (G), U adalah
komponen resultan kecepatan kapal. selanjutnyaX,Y dan N sebagai gaya dan momen
hidrodinamika kapal. Gaya dan momen hidrodinamika tersebut dapat didefinisikan secara
terpisah ke dalam berbagai fisik elemen gaya dan momen kapal sesuai dengan konsep yang
dikembangkan MMG antara lain:
X = XH + XR + XP
Y = YH + Y R + Y P
N = NH + N R + N P
Dimana, H, P dan R adalah sebagai elemen lambung (hull), baling-baling (propeller), dan
daun kemudi (rudder).
Halaman 17 dari 23
Studi Literatur :
Kapal selam (submarine)
Olah gerak kapal (maneuvering)
Perbaikan desain
Pengumpulan Data :
Data ukuran utama dan karakteristik dari Submarine
Kondisi perairan pengoperasian Submarine
Analisis data
Persyaratan Terpenuhi?
Tidak
Ya
Perbaikan Desain RencanaGaris
Persyaratan Terpenuhi?
Tidak
Ya
Kesimpulan dan Saran
Pembuatan Laporan
SELESAI
Halaman 18 dari 23
LAMPIRAN
VI.
Rencana Kegiatan
1
MINGGU
1 2 3 4
2
MINGGU
1 2 3 4
3
MINGGU
1 2 3 4
4
MINGGU
1 2 3 4
Studi Literatur
Mengumpulkan Data
Analisis Data
Analisis
Maneuveringdengan
Software
Perbaikan Desain Rencana
Garis
Pembuatan Laporan
VII.
Keputusan Tim:
Menolak dan ganti judul dan/atau ganti topik.
Menerima dengan tanpa perbaikan dan diteruskan
Menerima dengan perbaikan proposal. Daftar perbaikan dapat dilihat pada daftar perbaikan
: ................................................................................
: ................................................................................
d. Perumusan Masalah
: ................................................................................
e. Tujuan / Manfaat
: ................................................................................
f. Tambahan Literatur
: ................................................................................
Halaman 21 dari 23
g. Metodologi
: ................................................................................
h. Waktu Penyelesaian
: ................................................................................
i. Catatan Tambahan
: ................................................................................
(Tambahan bimbingan pada dosen bidang lain yang relevan, jika diperlukan)
Halaman 22 dari 23
Ketua Tim
Hasanudin, S.T., M.T.
2.
Tanda Tangan
........................
Anggota
Ir. Wasis Dwi Aryawan, M.Sc., Ph.D.
........................
........................
........................
........................
........................
Halaman 23 dari 23