Anda di halaman 1dari 63

TUGAS PENILAIAN HASIL BELAJAR

Buat paper mengenai Teknik Penilaian Hasil Belajar, yang meliputi Teknik Evaluasi,
Teknik konversi nilai.

Dikerjakan dan upload di edmodi


Batas waktu hari selasa jam 10.00 wita

Anak Agung Gde Ekayana

Konsep Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik


Posted on 1 Mei 2008 by Akhmad Sudrajat 71 Komentar
A. Pengertian Evaluasi, Pengukuran, Tes dan Penilaian (Assessment)

Banyak orang mencampuradukkan pengertian antara


evaluasi, pengukuran (measurement), tes, dan penilaian (assessment), padahal keempatnya
memiliki pengertian yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah
suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat
pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan
nilai (value judgement). Stufflebeam (Abin Syamsuddin Makmun, 1996) memengemukakan
bahwa : educational evaluation is the process of delineating, obtaining,and providing useful,
information for judging decision alternatif . Dari pandangan Stufflebeam, kita dapat melihat
bahwa esensi dari evaluasi yakni memberikan informasi bagi kepentingan pengambilan
keputusan. Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu
kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru.
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi
numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu.
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian
untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian
kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang
sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai
kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran
berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta didik pada waktu dan
tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas.
Secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui
kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan
balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat
diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar

peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat
keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan
serta keberadaan kurikukulum itu sendiri.
B. Tujuan Penilaian
Penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran, diantaranya untuk grading,
seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan prediksi.
1. Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan kedudukan
hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain. Penilaian ini akan
menunjukkan kedudukan peserta didik dalam urutan dibandingkan dengan anak yang
lain. Karena itu, fungsi penilaian untuk grading ini cenderung membandingkan anak
dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan norma (normreferenced assessment).
2. Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik yang
masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang boleh masuk sekolah
tertentu atau yang tidak boleh. Dalam hal ini, fungsi penilaian untuk menentukan
seseorang dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu.
3. Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai kompetensi.
4. Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik
dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang
langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun
untuk penjurusan.
5. Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan belajar yang dialami
peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan. Ini akan membantu
guru menentukan apakah seseorang perlu remidiasi atau pengayaan.
6. Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat
memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang pendidikan berikutnya atau
dalam pekerjaan yang sesuai. Contoh dari penilaian ini adalah tes bakat skolastik atau tes
potensi akademik.
Dari keenam tujuan penilaian tersebut, tujuan untuk melihat tingkat penguasaan kompetensi,
bimbingan, dan diagnostik merupakan peranan utama dalam penilaian.
Sesuai dengan tujuan tersebut, penilaian menuntut guru agar secara langsung atau tak langsung
mampu melaksanakan penilaian dalam keseluruhan proses pembelajaran. Untuk menilai
sejauhmana siswa telah menguasai beragam kompetensi, tentu saja berbagai jenis penilaian
perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk kerja/kinerja
(performance), penugasan (proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil kerja siswa
(portofolio), dan penilaian tertulis (paper and pencil test). Jadi, tujuan penilaian adalah
memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang hasil belajar peserta didik, baik
dilihat ketika saat kegiatan pembelajaran berlangsung maupun dilihat dari hasil akhirnya, dengan

menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai
peserta didik.
C. Pendekatan Penilaian
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian hasil belajar, yaitu
penilaian yang mengacu kepada norma (Penilaian Acuan Norma atau norm-referenced
assessment) dan penilaian yang mengacu kepada kriteria (Penilaian Acuan Kriteria atau
criterion referenced assessment). Perbedaan kedua pendekatan tersebut terletak pada acuan
yang dipakai. Pada penilaian yang mengacu kepada norma, interpretasi hasil penilaian peserta
didik dikaitkan dengan hasil penilaian seluruh peserta didik yang dinilai dengan alat penilaian
yang sama. Jadi hasil seluruh peserta didik digunakan sebagai acuan. Sedangkan, penilaian yang
mengacu kepada kriteria atau patokan, interpretasi hasil penilaian bergantung pada apakah atau
sejauh mana seorang peserta didik mencapai atau menguasai kriteria atau patokan yang telah
ditentukan. Kriteria atau patokan itu dirumuskan dalam kompetensi atau hasil belajar dalam
kurikulum berbasis kompetensi.
Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan penilaian yang digunakan
adalah penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan. Dalam hal ini prestasi peserta didik
ditentukan oleh kriteria yang telah ditetapkan untuk penguasaan suatu kompetensi. Meskipun
demikian, kadang kadang dapat digunakan penilaian acuan norma, untuk maksud khusus tertentu
sesuai dengan kegunaannya, seperti untuk memilih peserta didik masuk rombongan belajar yang
mana, untuk mengelompokkan peserta didik dalam kegiatan belajar, dan untuk menyeleksi
peserta didik yang mewakili sekolah dalam lomba antar-sekolah.
D. Ruang Lingkup Penilaian Hasil Belajar
Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu: (1) domain
kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika
matematika), (2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi
dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan (3) domain
psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial,
dan kecerdasan musikal).
Sejauh mana masing-masing domain tersebut memberi sumbangan terhadap sukses seseorang
dalam pekerjaan dan kehidupan ? Data hasil penelitian multi kecerdasan menunjukkan bahwa
kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika-matematika yang termasuk dalam domain kognitif
memiliki kontribusi hanya sebesar 5 %. Kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi
yang termasuk domain afektif memberikan kontribusi yang sangat besar yaitu 80 %. Sedangkan
kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spatial dan kecerdasan musikal yang termasuk dalam
domain psikomotor memberikan sumbangannya sebesar 5 %
Namun, dalam praxis pendidikan di Indonesia yang tercermin dalam proses belajar-mengajar dan
penilaian, yang amat dominan ditekankan justru domain kognitif. Domain ini terutama
direfleksikan dalam 4 kelompok mata pelajaran, yaitu bahasa, matematika, sains, dan ilmu-ilmu
sosial. Domain psikomotor yang terutama direfleksikan dalam mata-mata pelajaran pendidikan

jasmani, keterampilan, dan kesenian cenderung disepelekan. Demikian pula, hal ini terjadi pada
domain afektif yang terutama direfleksikan dalam mata-mata pelajaran agama dan
kewarganegaraan.
Agar penekanan dalam pengembangan ketiga domain ini disesuaikan dengan proporsi
sumbangan masing-masing domain terhadap sukses dalam pekerjaan dan kehidupan, para guru
perlu memahami pengertian dan tingkatan tiap domain serta bagaimana menerapkannya dalam
proses belajar-mengajar dan penilaian.
Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik tidak hanya menuntut
adanya perubahan dalam proses pembelajaran, tetapi juga termasuk perubahan dalam
melaksanakan penilaian pembelajaran siswa. Dalam paradigma lama, penilaian pembelajaran
lebih ditekankan pada hasil (produk) dan cenderung hanya menilai kemampuan aspek kognitif,
yang kadang-kadang direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes obyektif. Sementara,
penilaian dalam aspek afektif dan psikomotorik kerapkali diabaikan.
Dalam pembelajaran berbasis konstruktivisme, penilaian pembelajaran tidak hanya ditujukan
untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi mencakup seluruh aspek kepribadian
siswa, seperti: perkembangan moral, perkembangan emosional, perkembangan sosial dan aspekaspek kepribadian individu lainnya. Demikian pula, penilaian tidak hanya bertumpu pada
penilaian produk, tetapi juga mempertimbangkan segi proses.
Kesemuanya itu menuntut adanya perubahan dalam pendekatan dan teknik penilaian
pembelajaran siswa. Untuk itulah, Depdiknas (2006) meluncurkan rambu-rambu penilaian
pembelajaran siswa, dengan apa yang disebut Penilaian Kelas.

duniamaya...
welcome to dyah maya's blog and let's enjoy it

Beranda

Senin, 24 November 2014


makalah: Penilaian hasil belajar
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penilaian hasil

belajar

merupakan

salah

satu

kegiatan

dalam

dunia

pendidikan yang penting. Pada satu sisi, dengan penilaian hasil belajar yang
dilakukan dengan baik dapat diketahui tingkat kemajuan belajar siswa, kekurangan,
kelebihan, dan posiisi siswa dalam kelompok. Pada sisi yang lain, penilaian hasil
belajar yang baik akan merupakan feed back bagi guru/dosen untuk mengevaluasi
tingkat keberhasilan proses belajar mengajar.
Idiealnya, penilaian pada bidang apapun dilakukan dengan menggunakan
prosedur dan instrumen yang standar. Prosedur yang standar adalah suatu prosedur
penilaian yang dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah tertentu dan
perlakukan yang adil pada siswa dengan mempertimbangankan situasi waktu,
tempat, dan berbagai keragaman pada siswa. Sedangkan instrumen yang standar
adalah instrumen yang disusun menggunakan prosedur pengembangan instrumen
yang baku dan dapat dipertanggungjawabkan tingkat validitas dan reliabilitasnya.
Ada dua pendekatan penilaian dalam seni yang sering dipergunakan dalam
dunia pendidikan, yaitu pendekatan objektif dan pendekatan subjektif (intuitif).
Penerapan penilaian dengan pendekatan objektif maupun intuitif secara ekstem
masing-masing mempunyai kelemahan. Pendekatan objektif mempersyaratkan sifat
satu dimensi dari objek pengukuran, padahal penilaian dalam seni khususnya pada

bidang seni tari pada umumnya objeknya adalah perilaku yang sangat kompleks
(multidimensi), dan penampilan yang diamati relatif panjang durasi waktunya,
sehingga apabila dilakukan penilaian terhadapnya akan membutuhkan instrumen
yang sangat panjang. Jenis-jenis seni pertunjukan kehadirannya untuk dinilai hanya
sesaat dan tidak dapat diulang kembali. Sekalipun bisa diulang misalnya dengan
rekaman audio visual, situasinya sudah berubah dari situasi yang sesungguhnya. Di
samping itu menikmati seni sesungguhnya adalah penikmatan emosional. Oleh
karena itu terlalu banyak atau secara ekstrim menikmati seni dengan dengan
kacamata nalar atau rasio menjadi kurang relevan. Sehingga kesan subjektif
penilai/penikmat seni juga turut menentukan.
Pada sisi yang lain, Pendekatan subjektif cenderung bersifat intuitif,
subjektifitas penilai sangat tinggi. Selera seni , aliran seni yang diikuti oleh
penilaian, dan latar belakang kesenian penilai sangat mempengaruhi hasil
penilaian. Akibatnya objektifitas penilaian sulit dipertanggung-jawabkan, lebih-lebih
bila beberapa jenis karya tari yang dinilai tersebut sangat beraneka ragam bentuk,
aliran, dan latar belakang budayanya.
Penilaian hasil belajar seni tari di perguruan tinggi atau di sekolah selama ini
lebih

banyak

menggunakan

pendekatan

intuitif.

Hal

ini

didasarkan

pada

pertimbangan efesiensi. Sesungguhnya pendekatan ini dalam praktiknya kadangkadang sudah disertai dengan kompromi-kompromi tertentu oleh para penilai
sebelum melakukan penilaian bersama. Hal-hal yang disepakati biasanya adalah
aspek yang dinilai, prioritas (bobot) yang diutamakan, dan rentang nilai. Hal ini
sesungguhnya sudah memasuki wilayah pendekatan objektif. Akan tetapi hal-hal
yang disepakati tersebut biasanya tidak didokumentasikan, tidak diwujudkan dalam
suatu instrument yang formal.
B.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut;
Apa yang di maksud dengan penilaian?
Apa saja ruang lingkup penilaian?
Apa tujuan penilaian?
Apa saja pendekatan dalam penilaian?
Bagaimana teknik dalam penilaian?
Apa saja prinsip dalam penilaian?
Bagaimana penilaian dalam KTSP?
Bagaimana penilaian dalam Kurikulum 2013?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan makala ini adalah:
1. Menjelaskan pengertian penilaian
2. Menjelaskan ruang lingkup penilaian
3. Menjelaskan tujuan penilaian
4. Menjelaskan pendekatan dalam penilaian
5. Menjelaskan teknik penilaian
6. Menjelaskan prinsip dalam penilaian
7. Menjelaskan penilaian dalam KTSP
8. Menjelaskan penilaian dalam Kurikulum 2013

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penilaian
Penilaian didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi tentang kinerja
siswa, untuk digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan (Weeden, Winter,
dan Broadfoot: 2002; Bott: 1996; Nitko: 1996; Mardapi: 2004).
Penilaian
merupakan
komponen
yang
sangat

penting

dalam

penyelenggaraan pendidikan. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat


ditempuh

melalui

penilaiannya.

peningkatan

kualitas

pembelajaran

dan

kualitas

sistem

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan


beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil
belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan)
peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau
prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif
(pernyataan

naratif

dalam

kata-kata)

dan

nilai

kuantitatif

(berupa

angka).

Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif


tersebut.
Menurut Mardapi, (2004), penilaian dan pembelajaran adalah dua kegiatan
yang saling mendukung, upaya peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan
melalui upaya perbaikan sistem penilaian.
Secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan
untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan
belajar,

memberikan

umpan

balik/perbaikan

proses

belajar

mengajar,

dan

penentuan kenaikan kelas. Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan


kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil
penilaiannya. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik
untuk menentukan strategi mengajar yang baik dalam memotivasi peserta didik
untuk belajar yang lebih baik. Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan kualitas
pendidikan diperlukan perbaikan sistem penilaian yang diterapkan.
Pada saat membicarakan masalah penilaian, kita sering menggunakan
beberapa istilah seperti tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi yang digunakan
secara tumpang tindih (over lap). Untuk itu berikut ini akan disajikan beberapa
1.

pengertian dari istilah-istilah tersebut.


Tes
Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta
didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syaratsyarat tertentu yang jelas.
Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan atau tugas yang
direncanakan unutk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut
pendidikan dimana dalam setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban
atau ketentuan yang dianggap benar. Dengan demikian maka setiap tes menuntu
siswa memberi respons atau jawaban. Respons yang diberikan siswa dapat benar
atau salah. Jika respons yang diberikan siswa benar, maka kita katakana siswa

tersebut telah mencapai tujuan embelajaran yang kita ukur melalui butir soal
tersebut tetapi jika respons

yang diberikan salah, berarti mereka belum dapat

mencaai tujuan pembelajaran yang kita ukur. Apabla ada seperangkat tugas atau
pertanyaan yang diberikan kepada siswa tetapi tidak ada jawaban yang benar atau
salah maka itu buka tes, (Zainul dan Nasoetion, 1997).

2.

Pengukuran
Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penentuan angka dari suatu
objek yang diukur.

Gronlund dan linn (1990) secara sederhana merumuskan

pengukuran sebagai measurement is limited quantitative descriptions of pupil


behavior, that is result of measurement are always expressed in number.
(pengukuran adalah uraian kuantitatif yang terbatas dari perilaku murid, yang hasil
dari pengukuran selalu berbentuk jumlah). Penetapan angka ini merupakan suatu
upaya untuk menggambarkan karakteristik suatu objek. Untuk dapat menghasilkan
angka (yang merupakan hasil pengukuran) maka diperlukan alat ukur.
Dalam

melakukan

pengukuran

kita

harus

berupaya

agar

kesalahan

pengukurannya sekecil mungkin. Untuk itu diperlukan alat ukur yang dapat
menghasilkan hasil pengukuran yang valid dan reliable. Jika dalam melakukan
engukuran kita tidan banyak melakukan kesalahan, maka hasil pengukuran tidak
dapat menggambarkan skor yang sebenarnya dari objek yang kita ukur.
Kesalahan pengukuran dapat bersumber dari tiga hal yaitu dari alat ukur yag
digunakan, objek yang diukur, atau orang yang melakukan pengukuran. Kesalahan
pengukuran tersebut dapat bersifat acak (random) atau dapat juga bersifat
sistematis. Kesalahan acak dapat disebabkan karena adanya perbedaan kondisi fisik
dan mental yang diukur dan yang mengukur, sedangkan kesalahan sistematis
bersumber dari kesalahan alat ukur, yang diukur atau yang mengukur. Contoh: guru
dapat melakukan kesalahan sistematis jika dalam memberi skor, guru tersebut
cenderung memberi skor yang murah atau cenderung memberi skor yang mahal
pada seluruh siswa. Tetapi jika dalam memberi skor kepada siswa, guru tidak
melukannya secara konsisten maka akan terjadi bisa dalam pengukuran.

3.

Assessment
Kenyataan menunjukan bahwa banyak guru yang belum mengetahui dengan
benar konsep assessment dan evaluasi. Satu istilah yang sering digunakan untuk
mewadahi kegiatan assessment dan evaluasi adalah penilaian. Penggunaan istilah
penilaian untuk mewadahi kedua kegiatan tersebut sebenarnya tidak terlalu salah
karena dalam konsep assessment tersebut sebenarnya tidak terlalu salah karena
dalam

konsep

assessment

dan

evaluasi

mengandung

unsur

pengambilan

kesimpulan.
Menurut Hanna (1993) assessment is the process of collecting, interpreting,
and synthesizing information to aid in decision making. Assessment synonymous
with measurement plus observation. It concerns drawing inferences from these
data sources. The primary purpose of assessment is to increase students learning
and development rather than simply to grade or rank student performance
(Morgan & Oreilly, 1999).
Jadi assessment merupakan kegiatan pengumpulan informasi hasil belajar
siswa yang diperoleh dari berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi tersebut
untuk menilai hasil belajar dan perkembangan belajar siswa. Berbagai jenis tagihan
yang digunakan dalam assessment antara lain : kuis, ulangan harian, tugas
individu, tugas kelompok, ulangan akhir semester, laporan kerja, dsb.

4.

Evaluasi
Jika kita bicara assessment dan evaluasi dalam pembelajaran maka lingkup
assessment hanya pada individu siswa dalam kelas, sedangkan lingkup evaluasi
adalah

seluruh

komponen

dalam

program

pembelajaran

tersebut.

Evaluasi

merupakan penilaian keseluruhan program pendidikan mulai perencanaan suatu


program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian (assessment) serta
pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, manajemen
pendidikan dan reformasi pendidikan secara keseluruhan. Evalusi bertujuan
meningkatkan
melaksanakan

kualitas,

kinerja

programnya.

Agar

atauproduktivitas
dapat

suatu

meningkatkan

lembaga

kualitas,

dalam

kinerja dan

produktivitas maka kegiatan evaluasi selalu didahului dengan kegiatan pengukuran


dan assessment.
Tyler seperti dikutip oleh Mardapi, D. (2004) menyatakan bahwa evaluasi
merupakan peroses penetuan sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai.
Banyak definisi evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli tetapi pada hakekatnya
evaluasi selalu memuat masalah informasi dan kebijakan yaitu informasi tentang
pelaksanaan dan keberhasilan suatu program yang selanjutnya digunakan untuk
menentukan kebijakan selanjutnya, kalau seorang guru mengevaluasi program
pembelajaran yang telah ia lakuakan, maka ia harus mengevaluasi pelaksanan dan
keberhasilan dari program pembelajaran dapat mendorong guru untuk mengejar
lebih baik mendorong siswa untuk belajar lebih baik.

B.

Ruang lingkup
Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain),
yaitu:

1.

Domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan

2.

kecerdasan logikamatematika).
Domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan

3.

kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional).


Domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik,
kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).
Sejauh mana masing-masing domain tersebut memberi sumbangan terhadap
sukses seseorang dalam pekerjaan dan kehidupan? Data hasil penelitian multi
kecerdasan menunjukkan bahwa kecerdasan bahasa dan kecerdasan logikamatematika yang termasuk dalam domain kognitif memiliki kontribusi hanya
sebesar 5%. Kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi yang termasuk
domain afektif memberikan kontribusi yang sangat besar yaitu 80%. Sedangkan
kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spatial dan kecerdasan musikal yang
termasuk dalam domain psikomotor memberikan sumbangannya sebesar 5%.

Namun, dalam praxis pendidikan di Indonesia yang tercermin dalam proses


belajar-mengajar dan penilaian, yang amat dominan ditekankan justru domain
kognitif. Domain ini terutama direfleksikan dalam 4 kelompok mata pelajaran, yaitu
bahasa, matematika, sains, dan ilmu-ilmu sosial. Domain psikomotor yang terutama
direfleksikan dalam mata-mata pelajaran pendidikan jasmani, keterampilan, dan
kesenian cenderung disepelekan. Demikian pula, hal ini terjadi pada domain afektif
yang

terutama

direfleksikan

dalam

mata-mata

pelajaran

agama

dan

kewarganegaraan.
Agar penekanan dalam pengembangan ketiga domain ini disesuaikan dengan
proporsi sumbangan masing-masing domain terhadap sukses dalam pekerjaan dan
kehidupan, para guru perlu memahami pengertian dan tingkatan tiap domain serta
bagaimana menerapkannya dalam proses belajar-mengajar dan penilaian.
Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik tidak
hanya menuntut adanya perubahan dalam proses pembelajaran, tetapi juga
termasuk perubahan dalam melaksanakan penilaian pembelajaran siswa. Dalam
paradigma lama, penilaian pembelajaran lebih ditekankan pada hasil (produk) dan
cenderung

hanya menilai

kemampuan

aspek

kognitif,

yang kadang-kadang

direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes obyektif. Sementara, penilaian dalam
aspek afektif dan psikomotorik kerapkali diabaikan.
Dalam pembelajaran berbasis konstruktivisme, penilaian pembelajaran tidak
hanya ditujukan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi
mencakup

seluruh

aspek

kepribadian

siswa,

seperti:

perkembangan

moral,

perkembangan emosional, perkembangan sosial dan aspek-aspek kepribadian


individu lainnya. Demikian pula, penilaian tidak hanya bertumpu pada penilaian
produk, tetapi juga mempertimbangkan segi proses.
Kesemuanya itu menuntut adanya perubahan dalam pendekatan dan teknik
penilaian pembelajaran siswa. Untuk itulah, Depdiknas (2006) meluncurkan ramburambu penilaian pembelajaran siswa, dengan apa yang disebut Penilaian Kelas.

C. Tujuan Penilaian
Penilaian

memiliki

tujuan

yang

sangat

penting

dalam

pembelajaran,

diantaranya untuk grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi,


bimbingan, diagnosis, dan prediksi.
1.

Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan


kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain.
Penilaian

ini

akan

menunjukkan

kedudukan

peserta

didik

dalam

urutan

dibandingkan dengan anak yang lain. Karena itu, fungsi penilaian untuk grading ini
cenderung membandingkan anak dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu
2.

kepada penilaian acuan norma (norm-referenced assessment).


Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik
yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang boleh
masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh. Dalam hal ini, fungsi penilaian untuk

3.

menentukan seseorang dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu.


Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai

4.

kompetensi.
Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta
didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat
keputusan

5.

tentang

langkah

berikutnya,

baik

untuk

pemilihan

program,

pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.


Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan belajar yang
dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan. Ini akan

6.

membantu guru menentukan apakah seseorang perlu remidiasi atau pengayaan.


Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang
dapat memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang pendidikan
berikutnya atau dalam pekerjaan yang sesuai. Contoh dari penilaian ini adalah tes
bakat skolastik atau tes potensi akademik.
Dari keenam tujuan penilaian tersebut, tujuan untuk melihat tingkat
penguasaan kompetensi, bimbingan, dan diagnostik merupakan peranan utama
dalam penilaian.
Sesuai dengan tujuan tersebut, penilaian menuntut guru agar secara
langsung atau tak langsung mampu melaksanakan penilaian dalam keseluruhan
proses pembelajaran. Untuk menilai sejauhmana siswa telah menguasai beragam
kompetensi, tentu saja berbagai jenis penilaian perlu diberikan sesuai dengan

kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk kerja/kinerja (performance), penugasan


(proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil kerja siswa (portofolio), dan penilaian
tertulis (paper and pencil test). Jadi, tujuan penilaian adalah memberikan masukan
informasi secara komprehensif tentang hasil belajar peserta didik, baik dilihat ketika
saat kegiatan pembelajaran berlangsung maupun dilihat dari hasil akhirnya, dengan
menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang diharapkan
dapat dicapai peserta didik.

D. Pendekatan Penilaian
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian hasil
belajar, yaitu penilaian yang mengacu kepada norma (Penilaian Acuan Norma atau
norm-referenced assessment) dan penilaian yang mengacu kepada kriteria
(Penilaian Acuan Kriteria atau criterion referenced assessment). Perbedaan kedua
pendekatan tersebut terletak pada acuan yang dipakai. Pada penilaian yang
mengacu kepada norma, interpretasi hasil penilaian peserta didik dikaitkan dengan
hasil penilaian seluruh peserta didik yang dinilai dengan alat penilaian yang sama.
Jadi hasil seluruh peserta didik digunakan sebagai acuan. Sedangkan, penilaian
yang mengacu kepada kriteria atau patokan, interpretasi hasil penilaian bergantung
pada apakah atau sejauh mana seorang peserta didik mencapai atau menguasai
kriteria atau patokan yang telah ditentukan. Kriteria atau patokan itu dirumuskan
dalam kompetensi atau hasil belajar dalam kurikulum berbasis kompetensi.
Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan penilaian
yang digunakan adalah penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan.
Dalam hal ini prestasi peserta didik ditentukan oleh kriteria yang telah ditetapkan
untuk penguasaan suatu kompetensi. Meskipun demikian, kadang kadang dapat
digunakan penilaian acuan norma, untuk maksud khusus tertentu sesuai dengan
kegunaannya, seperti untuk memilih peserta didik masuk rombongan belajar yang
mana, untuk mengelompokkan peserta didik dalam kegiatan belajar, dan untuk
menyeleksi peserta didik yang mewakili sekolah dalam lomba antar-sekolah.

E.

Teknik Penilaian
Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer
(saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Teknik penilaian yang
dimaksud antara lain melalui tes, observasi, penugasan, inventori, jurnal, penilaian
diri, dan penilaian antarteman yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan
tingkat perkembangan peserta didik.

1.

Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat benar atau
salah. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja. Tes
tertulis adalah tes yang menuntut peserta tes memberi jawaban secara tertulis
berupa pilihan dan/atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan
ganda, benarsalah, dan menjodohkan. Sedangkan tes yang jawabannya berupa
isian dapat berbentuk isian singkat dan/atau uraian. Tes lisan adalah tes yang
dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap muka)
dengan

pendidik.

Pertanyaan

dan

jawaban

diberikan

antara peserta didik


secara

lisan.

Tes

praktik (kinerja) adalah tes yang meminta peserta didik melakukan perbuatan/
mendemonstasikan/menampilkan keterampilan. Dalam rancangan penilaian, tes
dilakukan secara berkesinambungan melalui berbagai macam ulangan dan ujian.
Ulangan

meliputi

ulangan

harian,

ulangan

tengah

semester,

ulangan

akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Sedangkan ujian terdiri atas ujian
2.

nasional dan ujian sekolah.


Observasi adalah penilaian yang dilakukan melalui pengamatan terhadap peserta
didik selama pembelajaran berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran.
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif sesuai
dengan kompetensi yang dinilai, dan dapat dilakukan baik secara formal maupun
informal.

Penilaian

observasi

dilakukan

antara

lain

sebagai

penilaian

akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok
3.

mata pelajaran estetika, serta

kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.


Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik secara perorangan
maupun kelompok. Penilaian penugasan diberikan untuk penugasan terstruktur dan

kegiatan mandiri tidak terstruktur, dan dapat berupa praktik di laboratorium, tugas
4.

rumah, portofolio, projek, dan/atau produk.


Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karyakarya peserta didik dalam bidang
tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan prestasi,
dan kreativitas peserta didik (Popham, 1999). Bentuk ini cocok untuk mengetahui
perkembangan unjuk kerja peserta didik dengan menilai bersama karyakarya atau
tugastugas yang dikerjakannya. Peserta didik dan pendidik perlu melakukan diskusi
untuk menentukan skor. Pada penilaian portofolio, peserta didik dapat menentukan
karyakarya yang akan dinilai, melakukan penilaian sendiri kemudian hasilnya
dibahas. Perkembangan kemampuan peserta didik dapat dilihat pada hasil penilaian
portofolio. Teknik ini dapat dilakukan dengan baik apabila jumlah peserta didik yang

5.

dinilai sedikit.
Proyek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun waktu
tertentu.

Peserta

didik dapat

melakukan

penelitian

melalui

pengumpulan,

pengorganisasian, dan analisis data, serta pelaporan hasil kerjanya. Penilaian


6.

proyek dilaksanakan terhadap persiapan, pelaksanaan, dan hasil.


Produk (hasil karya) adalah penilaian yang meminta peserta didik menghasilkan
suatu

7.

hasil

karya.

Penilaian

produk dilakukan

terhadap

persiapan,

pelaksanaan/proses pembuatan, dan hasil.


Inventori merupakan teknik penilaian melalui skala psikologis yang dipakai
untuk mengungkapkan

sikap,

minat,

dan

persepsi

peserta

didik terhadap

objek psikologis.
8.
Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang berisi
informasi hasil pengamatan terhadap kekuatan dan kelemahan peserta didik yang
berkait dengan kinerja ataupun sikap dan perilaku peserta didik yang dipaparkan
9.

secara deskriptif.
Penilaian diri merupakan

teknik penilaian

dengan

cara

meminta

peserta

didik untuk menilai dirinya sendiri mengenai berbagai hal. Dalam penilaian diri,
setiap peserta didik harus

mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya

secara jujur.
10. Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal
secara jujur.
11. Kombinasi penggunaan berbagai teknik penilaian di atas akan memberikan
informasi yang lebih akurat tentang kemajuan belajar peserta didik.

F.

Prinsip Penilaian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian hasil belajar peserta
didik antara lain:

1.
2.

Penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi.


Penilaian menggunakan acuan kriteria yakni berdasarkan pencapaian kompetensi

3.
4.

peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran.


Penilaian dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Hasil penilaian ditindak lanjuti dengan program remedial bagi peserta didik yang
pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan dan program pengayaan

5.

bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.


Penilaian harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran.
Agar dalam melakukan penilaian atau evaluasi benar-benar dapat memberi
gambaran yang sebenarnya tentang pencapaian hasil belajar siswa, maka dalam
melakukan penilaian guru perlu memperhatikan prinsi-prinsip penilaian sebagai

1.

berikut:
Sahih (valid), yakni penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan

2.

kemampuan yang diukur


Objektif, yakni penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,

3.

tidak dipengaruhi subjektivitas penilai


Adil, yakni penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik, dan
tidak membedakan latar belakang sosialekonomi, budaya, agama, bahasa, suku

4.

bangsa, dan jender


Terpadu, yakni penilaian merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari

5.

kegiatan pembelajaran
Terbuka, yakni prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan

6.

keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan


Menyeluruh dan berkesinambungan, yakni penilaian

mencakup

semua

aspek kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotor) dengan menggunakan berbagai


teknik yang sesuai. Penilaian yang dilakukan harus terencana, bertahap, teratur,
terus menerus dan berkesinambungan untuk memperoleh informasi hasil belajar
7.

dan perkembangan belajar siswa.


Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan

8.

mengikuti langkahlangkah yang baku


Menggunakan acuan kriteria, yakni penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan

9.

Akuntabel, yakni penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,


prosedur, maupun hasilnya.

G. Penilaian dalam KTSP


Penilaian dalam KTSP adalah penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian dari
kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi
peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan/atau pada akhir
pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik
dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran,
kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran
yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan
pendidikan,

kompetensi

yang

harus

dicapai

peserta

didik

adalah

Standar

Kompetensi Lulusan (SKL).


Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan pendidikan
dalam mengelola proses pembelajaran. Penilaian merupakan bagian yang penting
dalam pembelajaran. Dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola
kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik,
ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam
meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik
dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus
dilakukan selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk berprestasi lebih baik.
Penilaian dalam KTSP menggunakan acuan kriteria. Maksudnya, hasil yang
dicapai peserta didik dibandingkan dengan kriteria atau standar yang ditetapkan.
Apabila peserta didik telah mencapai standar kompetensi yang ditetapkan, ia
dinyatakan lulus pada mata pelajaran tertentu. Apabila peserta didik belum
mencapai standar, ia harus mengikuti program remedial/perbaikan sehingga
mencapai kompetensi minimal yang ditetapkan.
Penilaian

yang

dilakukan

harus

memiliki

asas

keadilan

yang

tinggi.

Maksudnya, peserta didik diperlakukan sama sehingga tidak merugikan salah satu
atau sekelompok peserta didik yang dinilai. Selain itu, penilaian tidak membedakan

latar belakang sosial-ekonomi, budaya, bahasa, jender, dan agama. Penilaian juga
merupakan bagian dari proses pendidikan yang dapat memacu dan memotivasi
peserta didik untuk lebih berprestasi meraih tingkat yang setinggi-tingginya sesuai
dengan kemampuannya.
Ditinjau dari sudut profesionalisme tugas kependidikan, kegiatan penilaian
merupakan salah satu ciri yang melekat pada pendidik profesional. Seorang
pendidik profesional selalu menginginkan umpan balik atas proses pembelajaran
yang dilakukannya. Hal tersebut dilakukan karena salah satu indikator keberhasilan
pembelajaran ditentukan oleh tingkat keberhasilan yang dicapai peserta didik.
Dengan demikian, hasil penilaian dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan proses
pembelajaran dan umpan balik bagi pendidik untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran yang dilakukan.

H. Penilaian Dalam Kurikulum 2013


Berubahnya kurikulum KTSP ke kurikulum 2013 ini merupakan salah satu
upaya

memerbaharui

setelah

dilakukannya

penelitian

untuk

pengembangan

kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan generasi muda. Kurikulum 2013


memadukan

tiga

konsep

yang

menyeimbangkan

sikap,

keterampilan,

dan

pengetahuan. Melalui konsep itu keseimbangan antara hardskill dan softskill dimulai
dari standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian
dapat diwujudkan.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific
approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati,
menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring untuk sema mata pelajaran.
Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Melalui pendekatan

itu

diharapkan

siswa

memiliki

kompetensi

sikap,

keterampilan, dan pengetahuan yang jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif,
inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam
menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa
depan

yang

lebih

baik.

Upaya

pendekatan

scientific/ilmiah

dalam

pembelajaran ini kemudian melahirkan sistem evaluasi yang autentik.

proses

Standar penilaian pendidikan kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud


no.66 tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan, yaitu kriteria mengenai
mekanisme,

dan

instrumen

pendidikan

adalah

proses

penilaian

hasil

pengumpulan

belajar

dan

peserta

pengeolahan

didik.

Penilaian

informasi

untuk

mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, yang mencakup penilaian


autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian
mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.
Penilaian dalam kurikulum 2013 lebih ditekankan pada penilaian autentik.
Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Penilaian
autentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai
masukan, proses dan hasil pembelajaran. Bila pada kurikulum KTSP, penilaian lebih
ditekankan pada aspek kognitif yang menjadikan tes sebagai cara penilaian yang
dominan,

maka

kurikulum

2013

menekankan

pada

aspek

kognitif,

afektif,

psikomotor secara proporsional sesuai dengan karakteristik peserta didik dan


jenjangnya yang sistem penilaiannya berdasarkan tes dan portofolio yang saling
melengkapi.
Jadi, semakin rendah tingkat perkembangan dan jenjang pendidikan peserta
didik, maka penguasaan pengetahuan dan keterampilan memiliki proporsi yang
semakin kecil. Penanaman sikap memiliki proporsi yang besar pada tingkat
perkembangan dan jenjang pendidikan yang rendah. Semakin tinggi tingkat
perkembangan dan jenjang pendidikan peserta didik, maka semakin besar proporsi
pengetahuan dan keterampilannya karena diasumsikan bahwa sikap telah tertanam
pada jenjang pendidikan sebelumnya.
Menurut lampiran Permendibud no.66 tahun 2013 tentang standar penilaian,
prinsip penilaian dalam kurikulum 2013 sebagai berikut.
1.

Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi oleh faktor
subjektivitas penilai.

2.

Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu


dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.

3.

Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,


pelaksanaan dan pelaporannya.

4.

Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan


keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

5.

Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal


sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.

6.

Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

Karakteristik Penilaian Menurut Kurikulum 2013


1.

Belajar Tuntas
Untuk kompetensi pada kategori pengetahuan dan keterampilan (KI-3 dan KI-4),
siswa tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu
menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik. Asumsi
yang digunakan dalam belajar tuntas adalah siswa dapat belajar apapun, hanya
waktu yang dibutuhkan yang berbeda. Siswa yang belajar lambat perlu waktu lebih

2.

lama untuk materi yang sama, dibandingkan siswa pada umumnya.


Penilaian Autentik
Memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu. Penilaian autentik
harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan
berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap). Penilaian autentik tidak hanya mengukur apa yang
diketahui oleh siswa, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan

3.

oleh siswa.
Berkesinambungan
Tujuannya adalah untuk

mendapatkan

gambaran

yang

utuh

mengenai

perkembangan hasil belajar siswa, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan


hasil terus menerus dalam bentuk penilaian proses, dan berbagai jenis ulangan
secara berkelanjutan (ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
4.

semester, atau ulangan kenaikan kelas).


Menggunakan teknik penilaian yang bervariasi
Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk

5.

kerja, proyek, pengamatan, dan penilaian diri.


Berdasarkan acuan kriteria
Kemampuan siswa tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan
terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya ketuntasan minimal, yang ditetapkan
oleh satuan pendidikan masing-masing.

Ranah Penilaian
Tujuan penilaian hasil belajar, yaitu untuk mengetahui capaian penguasaan
kompetensi oleh setiap peserta didiksesuai rencana pembelajaran. Ditinjau dari
dimensi kompetensi yang ingin dicapai, ranah yang perlu dinilai

meliputi ranah

kognitif, psikomotor dan afektif.


1.

a.

Ranah kognitif
Komponen ranah

kognitif

dinilai

meliputi

tingkatan

menghafal,

memahami,

mengaplikasikan,menganalisis dan mengevaluasi.


Tingkatan hafalan (ingatan) mencakup kemampuan mengahafal verbal atau
menghafal parafrasa materi pembelajaran berupa fakta, konsep, prinsip dan

b.

prosedur.
Tingkatan pemahaman meliputi kemampuan membandingkan, mengidentifikasi

c.

karakteristik, menggeneralisasi, dan menyimpulkan.


Tingkatan aplikasi mencakup kemampuan dalam menerapkan rumus atau prinsip

d.

terhadap kasus-kasus yang terjadi di lapangan.


Tingkatan analisis meliputi kemampuan mengklasifikasi,

e.

memerinci dan mengurai suatu objek.


Tingkatan sintesis meliputi kemampuan untuk memadukan berbagai unsur atau
komponen,

f.

menyusun,

membentuk

bangunan,

mengarang,

menggolongkan,

melukis,

dan

menggambar.
Tingkatan evaluasi atau penilaian mencakup kemampuan menilai terhadap objek
studi menggunakan kriteria tertentu.

2.

Ranah Psikomotor
Penilaian terhadap pencapaian kompetensi ini sebagai berikut:
a.
Persepsi: kemampuan memilah hal-hal secara khas setelah menyadari adanya
b.

perbedaan.
Kesiapan: mencakup kemampuan penemparan diri dalam gerakan jasmani dan

c.

rohani.
Gerakan terbimbing : kemampuan melakukan gerakan yang sesuai dengan contoh

d.

dari guru.
Gerakan yang terbiasa: kemampuan melakukan gerakan tanpa bimbingan karena

e.

sudah terbiasa dilakukan.


Gerakan kompleks: kemampuan melakukan sikap moral caramembantu teman
yang membutuhkan bantuan dengan sikap yang menyenangkan, terampil dan
cekatan.

f.
g.

Penyesuaian pola gerakan: mencakup kemampuan mengadakan penyesuaian


dengan lingkungan dan menyesuaikan diri denganhal-hal yang baru.
Kreativitas: kemampuan berperilaku yang disesuaikan dengan sikap dasar yang
dimilikinya sendiri (Rumini, 2007:3-28-29)

3.

Ranah Afektif
Dalam ranah afektif ada dua hal yang perlu dinilai, yaitu (1) kompetensi afektif dan
(2)

sikap dan minat siswa terhadap mata pelajaran serta proses belajar.

Kompetensi

afektif yang ingin dicapai dalam pembelajaran meliputi tingkatan

pemberian respons, apresiasi, penilaian, dan internalisasi.


Berbagai jenis tingkatan ranah afektif yang dinilai, yaitu kemampuan siswa dalam:
a. Penerimaan: memberikan respons atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan
b.

kepadanya.
Partisipasi: menikmati atau menerima nilai,norma, dan objek yang mempunyai

c.

nilai etika dan estetika.


Penilaian dan penentuansikap: menilai (valuing) ditinjau dari segi baik-buruk, adil-

d.

tidak adil, indah-tidak indah terhadap objek studi.


Organisasi: menerapkandan mempraktikkan nilai, norma, etika, dan estetika dalam

e.

perilaku sehari-hari.
Pembentukan pola hidup: penilaian perlu dilakukan terhadap daya tarik, minat,
motivasi, ketekunan belajar, sikap siswa terhadap matapelajaran tertentu beserta
proses pembelajarannya.

Cakupan Penilaian
Penilaian berdasarkan lampiran Permendikbud no. 66 tahun 2013 mencakup
penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi,
ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah, yang
diuraikan sebagai berikut:
1.

Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk

2.

menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran.
Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara
reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya, dengan kriteria yang telah

3.

ditetapkan.
Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai
keseluruhan

entitas

proses

belajar

peserta

didik,

termasuk

penugasan

perseorangan atau kelompok di dalam atau di luar kelas, khususnya pada sikap
4.

atau perilaku dan keterampilan.


Ulangan merupakan proses

yang

dilakukan

untuk

mengukur

pencapaian

kompetensi peserta didik, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar
5.

peserta didik.
Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk menilai
kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau

lebih.
6. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8-9 minggu
kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh
7.

indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.


Ulangan akhir semestermerupakankegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan
meliputi seluruh indikator yangmerepresentasikan semua KD pada semester

8.

tersebut.
Ujian tingkat kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan
pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendididkan untuk mengetahui pencapaian
tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah KD yang merepresentasikan

9.

Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.


Ujian mutu tingkat kompetensiyang selanjutnya disebut UMTK merupakan kegiatan
pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui pencapaian tingkat
kompetensi.

Cakupan

UMTK meliputi

sejumlah

KD

yang

merepresentasikan

Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.


10. Ujian nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan pengukuran
kompetensi tertentu yang dicapai oleh peserta didik dalam rangka menilai
pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan secara nasional.
11. Ujian sekolah/madrasahmerupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi di
luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan pendidikan.

N
o

Jenis Penilaian

Penilai

Waktu

Penilaian autentik

Guru

Berkelanjutan

Penilaian diri

Siswa

Tiap kali sebelum


ulangan harian

Penilaian proyek

Guru

Setiap akhir abab atau

akhir tema pelajaran


4

Ulangan harian

Guru

Terintegrasi dalam
proses pembelajaran

Ulangan tengah dan akhir


semester

Guru

Semesteran

Ujian tingkat kompetensi

Sekolah (kisikisi dari


pemerintah)

Setiap kompetensi yang


tidak bersamaan dengan
UN

Ujian mutu tingkat


kompetensi

Pemerintah

Setiap akhir kompetensi


(yang bukan akhir
jenjang sekolah)

Ujian sekolah

Sekolah

Akhir jenjang sekolah

Ujian nasional sebagai


ujian tingkat kompetensi
pada akhir jenjang satuan
pemdidikan

Pemerintah

Akhir jenjang sekolah

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta
didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses

belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh
informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan
belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan
informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik
dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri.
Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain),
yaitu domain kognitif, domain afektif , dan domain psikomotor.
Penilaian

memiliki

tujuan

yang

sangat

penting

dalam

pembelajaran,

diantaranya untuk grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi,


bimbingan, diagnosis, dan prediksi.
Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer
(saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Teknik penilaian yang
dimaksud antara lain melalui tes, observasi, penugasan, inventori, jurnal, penilaian
diri, dan penilaian antarteman yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan
tingkat perkembangan peserta didik.
Prinsip-prinsip penilaian antara lain sahih (valid), objektif, adil, terpadu,
terbuka, menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, menggunakan acuan
kriteria, dan akuntabel.
Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan penilaian
yang digunakan adalah penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan.
Dalam hal ini prestasi peserta didik ditentukan oleh kriteria yang telah ditetapkan
untuk penguasaan suatu kompetensi.
Kurikulum 2013 memadukan tiga konsep yang menyeimbangkan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan. Melalui konsep itu keseimbangan antara hardskill
dan softskill dimulai dari standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses,
dan standar penilaian dapat diwujudkan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi
pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
Penilaian dalam kurikulum 2013 lebih ditekankan pada penilaian autentik.

DAFTAR PUSTAKA

http://anak-mp.blogspot.com/2013/08/penilaian-dalam-pembelajaran.html
http://bintangkecildelapan.blogspot.com/2012/03/normal-0-false-false-false-in-x-nonex.html
Sunarti dan Selly Rahmawati. 2014. Penilaian Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
http://dyahmayarikawati.blogspot.com/2014/11/makalah-penilaian-hasil-belajar.html

Peringatan!!!
Monggo kepada teman-teman pengunjung Blog Rujak untuk browse informasi,
makalah,artikel apapun yang teman-teman inginkan. Kepada teman-teman yang
mau copy paste dan re blog, dimohon untuk menyertakan sumber, baik sumber
asli dari referensi yang saya ambil maupun dari Blog Rujak. dan jangan lupa
tinggalkan komentar
Terima Kasih :)

Tuesday, 25 November 2014


METODE, TEKNIK, DAN INSTRUMEN PENILAIAN HASIL BELAJAR

METODE, TEKNIK, DAN INSTRUMEN

PENILAIAN HASIL BELAJAR

A. Pendahuluan
Perlu diketahui bahwa dalam proses penilaian hasil belajar peserta didik
diperlukan metode atau teknik serta instrumen yang perlu diperhatikan dan
disiapkan, agar nantinya tujuan pembelajaran dapat tercapai. Teknik dan instrumen
yang digunakan ini yang akan memberikan informasi kepada guru terhadap
keadaan dan prestasi yang dicapai oleh peserta didik.
Teknik dan instrumen penilaian hasil belajar yang dapat dikembangkan oleh
guru dapat berupa penilaian jenis tes, non-tes, penilaian berbasis kelas, penilaian
kinerja, dan juga penilaian portofolio. Berikut ini akan kami paparkan sedikit
gambaran teknik, metode, dan instrumen penilaian yang dapat dilakukan oleh guru
dalam mengevaluasi peserta didiknya. Sebagai seorang guru nantinya dituntut
tidak hanya mampu untuk membuat instrumen penilaian hasil belajar peserta didik,
tetapi mampu mengaplikasikan dan menggunakan instrumen penilaian tersebut.

B.

Metode, Teknik, dan Instrumen Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik


Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan guru sebagai
sarana untuk memperoleh informasi tentang keadaan belajar siswa. Penggunaan
berbagai teknik dan alat itu harus disesuaikan dengan tujuan penilaian, waktu yang
tersedia, sifat tugas yang dilakukan siswa dan banyaknya/jumlah materi pelajaran
yang sudah disampaikan.[1]
Teknik penilaian adalah metode atau cara penilaian yang dapat digunakan
guru untuk mendapatkan informasi mengenai keadaan belajar dan prestasi peserta
didik. Teknik penilaian yang memungkinkan dan dapat dengan mudah digunakan
oleh guru antara lain:

1.

Teknik Tes
Istilah tes berasal dari bahasa Perancis, yaitu testum, berarti piring yang
digunakan untuk memilih logam mulia dari benda-benda lain, seperti pasir, batu,
tanah, dan sebagainya. Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan
dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat
serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh


sesesorang atau kelompok.
Dilihat dari bentuknya, maka penilaian jenis tes ini dapat diklasifikasikan
menjadi 3 bagian, yaitu:
a.

Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan
memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu:

1.) Tes Bentuk Uraian


Bentuk uraian dapat digunakan untuk mengatur kegiatan-kegiatan belajar
yang sulit diukur oleh bentuk objektif. Disebut bentuk uraian, karena menuntut
peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan jawaban
dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu
dengan yang lainnya.
Dilihat dari luas-sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian
ini dapat dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu:
a.) Uraian Terbatas (Restricted Respons Items)
Dalam menjawab soal bentuk uraian ini, peserta didik harus mengemukakan
hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat jawaban peserta didik
itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam
sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan
dikendaki dalam soalnya. Contoh:
Jelaskan bagaimana prosedur operasional sebuah pesawat komputer!
Sebutkan lima komponen dalam sistem komputer!
b.) Uraian Bebas (Extended Respons Items)
Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan
sistematika sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan
kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai cara dan

sistematika yang berbeda-beda. Namun, guru tetap mempunyai acuan atau


patokan dalam mengoreksi jawaban peserta didik nanti. Contoh:
Bagaimana perkembangan komputer di Indonesia, jelaskan secara singkat!
Bagaimana peranan komputer dalam pendidikan!
Dalam menyusun soal bentuk uraian, ada baiknya guru mengikuti petunjuk
praktis berikut ini.
(1) Setiap pertanyaan hendaknya menggunakan petunjuk dan rumusan yang jelas dan
mudah dipahami.
(2) Jangan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih beberapa
soal dari sejumlah soal yang diberikan, sebab cara demikian tidak memungkinkan
untuk memperoleh skor yang dapat dibandingkan.
(3) Instrumen soalnya dapat berupa: menjelaskan, menelaah, mendeskripsikan,
membandingkan,

mengemukakan

kritik,

memecahkan

masalah,

dan

lain

sebagainya.
Terdapat kelebihan dan kekurangan yang dimiliki pada soal bentuk uraian,.
Adapun kelebihan bentuk soal uraian antara lain:

Proses penyusunan soal relatif mudah.


Memberikan kebebasan luas kepada peserta didik untuk menyatakan tanggapannya.
Dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan pikiran.
Mengurangi faktor menebak dalam menjawab.
Sedangkan kelemahan bentuk soal uraian antara lain:

Proses pengoreksian membutuhkan waktu yang relatif lama.


Ada kecenderungan dari guru bersikap subjektif.
Guru sering terkecoh dalam memberikan nilai, karena keindahan kalimat dan
tulisannya.
2.) Tes Bentuk Objektif
Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously scored item)
karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Tes
objektif terdiri dari beberapa bentuk, antara lain:
a.) Benar-Salah (True-False, or Yes-No)

Bentuk tes benar-salah (B-S) adalah pernyataan yang mengandung dua


kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Salah satu fungsi bentuk soal benarsalah adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan
antara fakta dengan pendapat. Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan
unyuk mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan
yang sederhana.
Ada beberapa teknik/petunjuk praktis dalam penyusunan soal bentuk B-S,
yaitu:
(1) Jumlah item yang benar dan salah hendaknya sama.
(2) Berilah petunjuk cara mengerjakan soal yang jelas dan memakai kalimat
sederhana.
(3) Hendaknya jumlah item cukup banyak, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
b.) Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar
yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Pilihan jawaban (option) terdiri atas jawaban yang
benar atau paling benar, selanjutnya disebut kunci jawaban dan kemungkinan
jawaban salah yang dinamakan pengecoh (distractor/decoy/fails).[2]
Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk pilihan ganda, yaitu:
Harus mengacu pada kompetensi dasar dan indikator soal.
Jangan memasukkan materi soal yang tidak relevan dengan apa yang sudah
dipelajari peserta didik.
Pernyataan dan pilihan hendaknya merupakan kesatuan kalimat yang tidak terputus.
Harus diyakini bahwa hanya ada satu jawaban yang benar.
Bila perlu beri jawaban pengecohnya.

Kebaikan soal bentuk pilihan-ganda, antara lain: (1) cara penilaian dapat
dilakukan dengan mudah, cepat, dan objektif, (2) dapat mencakup ruang lingkup
bahan/materi yang luas, (3) mampu mengungkap tingkat kognitif rendah sampai
tinggi, dan (4) dapat digunakan berulang kali. Sedangkan kelemahannya antara
lain: (1) proses penyusunan soal benar-benar membutuhkan waktu yang lama, (2)
memberi peluang siswa untuk menebak jawaban, dan (3) kurang mampu
meningkatkan daya nalar siswa.

c.) Menjodohkan (Matching)


Soal tes bntuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan
jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom berbeda, yaitu kolom sebelah
kiri menunjukkan kumpulan persoalan, dan kolom sebelah kanan menunjukkan
kumpulan

jawaban.

Bentuk

soal

seperti

ini

sangat

baik

untuk

mengukur

kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi hubungan antara dua hal.


Untuk penyusunan soal bentuk ini perlu memperhatikan teknik berikut:
(1) Sesuaiakan dengan kompetensi dasar dan indikator.
(2) Kumpulan soal diletakkan di sebelah kiri, dan jawaban di sebelah kanan.
(3) Gunakan kalimat singkat dan terarah pada pokok persoalan.
d.) Melengkapi (Completion)
Soal bentuk melengkapi (completion) dikemukakan dalam kalimat yang tidak
lengkap. Contoh:
Tempat sampah daur ulang dalam komputer disebut . . .
Program dan data dapat disimpan dalam . . . atau . . .
Beberapa petunjuk teknis dalam penyusunan soal bentuk melengkapi
(completion), antara lain:
(1)
(2)
(3)
(4)
b.

Hendaknya tidak mengambil pernyataan langsung dari buku (textbook).


Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakkan di akhir kalimat.
Jangan menyediakan titik-titik kosong terlalu banyak.
Jika perlu, dapat diberi gambar-gambar sehingga dapat dipersingkat dan jelas.[3]
Tes Lisan
Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan
tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Tes ini memiliki
kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya antara sebagai berikut.

1.) Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik,
2.)

sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung.


Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering
mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat
menolong sebab peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan

yang dimaksud.
3.) Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.

Sedangkan kelemahan dari tes lisan adalah sebagai berikut.


1.) Subjektivitas guru sering mencemari hasil tes
2.) Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama.

c.

Tes Perbuatan
Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan
atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk
kerja. Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan,
melaksanakan tugas, sampai dengan hasil yang dicapainya.
Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format
pengamatan, yang bentuknya dibuat sedemikian rupa agar pendidik dapat
menuliskan angka-angka yang diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan.
Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan yang
sifatnya individual, sebaiknya menggunakan format pengamatan individual. Untuk
tes perbuatan yang dilaksanakan secara kelompok digunakan format tertentu yang
sudah disesuaikan untuk keperluan pengamatan kelompok.[4]

2.

Teknik Non-Tes
Teknik non-tes sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada ranah afektif
dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan asfek kognitif.
Ada beberapa macam teknik non-tes, yakni: pengamatan (observation), wawancara
(interview), kuesioner/angket (quetionaire).

a.

Observasi
Observasi

adalah

suatu

proses

pengamatan

dan

pencatatan

secara

sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena untuk


mencapai

tujuan

tertentu.

Dalam

evaluasi

pembelajaran,

observasi

dapat

digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik, seperti tingkah laku
peserta didik pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Alat
yang digunakan untuk melakukan observasi disebut pedoman observasi.[5]

Contoh Pedoman Observasi:

Mata Pelajaran

: Biologi

Konsep/Subkonsep: 1.1 Vegetatif Buatan


1.1.1. Mencangkok
Kelas

: VII

Hari/tanggal

: Minggu, 15 Juli 2013

Jam pelajaran

: 1-2

Nama Siswa

: Ardi Anggoro Saputra

NO KEGIATAN/ASPEK YANG DINILAI

NILAI

Langkah persiapan (penyiapan alat dan


bahan)

Cara mengelupas kulit bagian luar

Cara mengelupas kulit bagian dalam

Cara membersihkan getah/lendir

Cara menaburkan tanah

Cara membungkus dan mengikat

Jumlah

Rata-rata

KET

Catatan:
Pemberian nilai dapat menggunakan angka 1 10 atau A, B, C, D

b.

Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang
dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Ada beberapa teknik atau cara yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
wawancara, yaitu:

1.) Pewawancara harus mempunyai background tentang apa yang akan ditanyakan.
2.) Dalam mewawancarai jangan terlalu kaku, tunjukkan sikap yang bersahabat,
bebas, ramah, terbuka, dan dapat menyesuaikan diri.

3.)
4.)
5.)
6.)

Hilangkan prasangka-prasangka yang tidak baik.


Pertanyaan hendaknya jelas, tepat, dan denan bahasa yang sederhana.
Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama.
Batasi waktu wawancara.

c.

Angket (Quetioner)
Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang
akan diukur (responden). Angket adalah alat penilaian hasil belajar yang berupa
daftar pertanyaan tertulis untuk menjaring informasi tentang sesuatu, misalnya
tentang latar belakang keluarga siswa, kesehatan siswa, tanggapan siswa terhadap
metode pembelajaran, media, dan lain- lain. Angket umumnya dipergunakan pada
ranah afektif.
Contoh kuisioner

Pada waktu melihat sampah bertebaran di jalan, saya berusaha untuk membuang ke
a.
b.
c.
d.
e.

d.

tempat sampah:
sangat sering
sering
kadang-kadang
jarang
tidak pernah

Daftar Cek (Check List)


Daftar cek adalah deretan pertanyaan singkat dimana responden yang
dievaluasi tinggal membubukan tanda centang () pada aspek yang diamati sesuai
dengan hasil penilaiannya.[6]
Contoh:
Daftar cek tentang keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok pada mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
No
.

Nama Siswa

SB

SK

Ardi Maulana

2.

Erlin Roslina

3.

Arie Apriadi N.

4.

Angga Zalindra

5.

Diandra Rasya

Keterangan:

3.

SB: Sangat Baik

C: Cukup

B:Baik

K: Kurang

SK: Sangat Kurang

Asesmen Berbasis Kelas


Asesmen atau penilaian berbasis kelas merupakan salah satu pilar dalam
kurikulum berbasis kompetensi. Asesmen berbasis kelas ini bisa dipandang sebagai
proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil-hasil
belajar

siswa

dengan

menerapkan

prinsip-prinsip

penilaian,

pelaksanaan

berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas


publik. Proses ini mengidentifikasi pencapaian kompetensi atau hasil belajar yang
dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dicapai
disertai dengan peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.[7]
Asesmen berbasis kelas terdiri dari beberapa macam, yaitu:
a.

Asesmen portofolio (portfolio) - (pembahasan tersendiri)

b.

Asesmen kinerja (performance) - (pembahasan tersendiri)

c.

Penilaian melalui tes tertulis - (sudah dijelaskan sebelumnya)

d.

Penilaian afektif siswa


Secara umum, ada dua hal yang perlu dinilai dalam kaitannya dengan ranah
afektif, yakni (1) kompetensi afektif, dan (2) sikap dan minat siswa terhadap mata
pelajaran dan pembelajaran. Kompetensi afektif yang dicapai dalam pembelajaran
berkaitan dengan kemampuan siswa dalam:

memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya;


menerima nilai, norma, serta objek yang mempunyai nilai etika dan estetika;

menilai (valuing) ditinjau dari segi baik buruk, adil tidak adil, indah tidak indah
terhadap objek studi; dan
menerapkan atau mempraktikkan nilai, norma, etika, dan estetika dalam kehidupan
sehari-hari.
Sikap

siswa

merupakan

aspek

yang

sangat

berpengaruh

terhadap

keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Sikap positif terhadap sesuatu
menyebabkan perasaan mampu. Minat berkaitan dengan kecenderungan hati
terhadap sesuatu yang akan mendorong tindakan positif untuk menekuni dan
meningkatkan intensitas kegiatan pada objek tertentu.[8]
4.

Asesmen Kinerja
Asesmen Kinerja yaitu penilaian terhadap proses perolehan penerapan
pengetahuan dan keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukan
kemampuan siswa dalam proses dan produk. Asesmen kinerja pada prinsipnya lebih
ditekankan pada proses keterampilan dan kecakapan dalam menyelesaikan tugas
yang diberikan.
Asesmen ini digunakan untuk menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk
kerja, proses, kegiatan, atau unjuk kerja dinilai melalui pengamatan terhadap siswa
ketika melakukannya. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil
pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Misalnya
penilaian terhadap kemampuan siswa merangkai alat praktikum untuk percobaan
sederhana dilakukan selama siswa merangkai alat, bukan sebelum atau setelah alat
dirancang.[9]
Asesmen kinerja bisa digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam
penyajian lisan, pemecahan masalah dalam kelompok, partisipasi dalam diskusi,
kemampuan siswa menari, kemampuan siswa menyanyi, memainkan alat musik,
dan sebagainya.
Dalam melakukan asesmen kinerja dapat 2 metode yang dapat digunakan,
yaitu:

a.

Asesmen kinerja yang berorientasi pada masa lalu (past oriented appraisal
methods). Yaitu penilaian kinerja atas kinerja seseorang dari pekerjaan yang telah
dilakukannya.

b.

Asesmen kinerja yang berorientasi ke masa depan (future oriented appraisal


methods). Yaitu penilaian kinerja dengan menilai seberapa besar potensi seseorang
untuk melakukan kinerja di masa yang akan datang.
Penilaian hasil kerja dapat menggunakan daftar cek dan skala. Skala
merupakan alat untuk mengukur sikap, nilai, minat dan perhatian, dll, yang disusun
dalam bentuk pertanyaan untuk menilai responden dan hasilnya dalam bentuk
rentangan nilai dengan kreteria yang telah ditentukan.[10]

5.

Asesmen Portofolio
Portofolio berasal dari bahasa Inggris portfolio yang berarti dokumen aau
surat-surat. Penilaian portofolio (portofolio assesment) merupakan salah satu
bentuk performance assesment. Portofolio (portfolio) adalah kumpulan hasil
tugas/tes atau hasil karya siswa yang dikaitkan dengan standar atau kriteria yang
telah ditentukan. Dengan kata lain, model penilaian yang bertujuan untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam membangun dan merefleksi suatu
pekerjaan/tugas atau karya melalui pengumpulan (collection) hasil karya siswa
yang sistematis dalam satu periode.[11]
Prinsip dalam penilaian portofolio (portfolio assesment) adalah dokumen atau
data hasil pekerjaan siswa, baik berupa pekerjaan rumah, tugas atau tes tertulis
seluruhnya digunakan untuk membuat inferensi kemampuan dan perkembangan
kemampuan siswa. Informasi ini juga digunakan untuk menyusun strategi dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajaran.[12]
Contoh Format Penilaian Portofolio:

Format penilaian Portofolio Proses


Sebagaimana isi dan kriteria penialain, maka format penilaian pun harus
mengacu pada tujuan.format penilaian banyak modelnya. Salah satunya bisa
menggunakan model skala dengan tiga kriteria, seperti: baik, cukup, kurang.
Contoh:
Kompetensi Dasar:
Mengoperasikan komputer
Berbasis Windows 2007

Nama: Angga
Nugraha
Tanggal:

20

Zalindra
November

2008

PENILAIAN
Indikator

Baik

1.

Melakukan pengetikan dengan


Windows 2007

2.

Melakukan
layout
dengan Word 2007

3.

Mencetak naskah yang telah


dibuat

4.
5.

Cukup

Kuran
g

naskah

Membuat table dan gambar


Memasukkan gambar ke dalam
file
Dicapai melalui:

Komentar guru:

Bantuan guru
Seluruh kelas
Perorangan
Komentar orang tua:

Format Penilaian Tugas Terstruktur


Nama
:
Kelas
:
Mata Pelajaran :
Jenis Tugas
: Makalah
No
.

Aspek-aspek
Penilaian

Sko
r

Bobo
t

Nilai
Bobot

01

Judul

02

Masalah

03

Metode Penulisan

04

Landasan Teori

05

Sistematika Penulisan

06

Pembahasan

07

Simpulan

08

Bahasa:

Tata Bahasa
Gaya Bahasa
Jumlah

10

Nilai Akhir: (Jumlah Nilai x Bobot) : Jumlah Bobot


Catatan:
Bandung,
Guru,

C. Kesimpulan
Dari pemaparan materi yang kami sajikan di atas, dapat kami tarik
kesimpulan bahwa dalam mengevaluasi hasil belajar peserta didik diperlukan
metode atau teknik atau cara yang di dalamnya mencangkup instrumen penilaian.
Teknik penilaian hasil belajar tersebut dapat kami sajikan dalam peta konsep
sebagai berikut.
1.
a.
1.)
2.)
a.)
b.)
c.)
d.)

Teknik Tes
Tes Tertulis
Tes Bentuk Uraian
Tes Objektif
Benar-Salah (True False, or Yes-No)
Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Menjodohkan (Matching)
Melengkapi (Completion)

b.
c.
2.
a.
b.
c.
d.
3.
4.
5.

Tes Lisan
Tes Perbuatan
Teknik Non-Tes
Observasi
Wawancara
Angket (Quetioner)
Daftar Cek (Check List)
Asesmen Berbasis Kelas
Asesmen Kinerja
Asesmen Portofolio

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran; Prinsip, Teknik, dan Prosedur. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Fajar, Arnie. 2004. Portofolio Dalam Pelajaran IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Thamrin. 2009. Penilaian Berbasis Kompetensi. Surakarta: FKIP UNS
Karyadi,

Didit.

2011.

Penilaian

Berbasis

Kelas.

(http://didot4com.

wordpress.com/2011/01/24/penilaian-berbasis-kelas/)
Alimudin. 2009. Penilaian Berbasis kelas. (http://penilaianhasilbelajar. blogspot.com/)

Nursobah,

Ahmad.

2012.

Model

Penilaian

Portofolio.

ajah.blogspot.com/2012/07/model-penilaian-portofolio_06.html)

(http://cobah-

http://zaenalabidin1357.blogspot.com/2013/04/assesment-kinerjadanassesment.html

http://fuadmje.wordpress.com/2011/11/05/instrumen-evaluasi-hasil-belajar
http://atthamimy.blogspot.com/2014/11/metode-teknik-dan-instrumenpenilaian.html

Makalah Bentuk Penilaian Hasil Belajar


BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah


Setiap anak yang lahir normal ( fisik-mental ) berpotensi menjadi cerdas. Dengan kecerdasan
anak itu, anak akan mengaktualisasikan dirinya di tengah-tengah masyarakat. Diakui bahwa orang yang
cerdas banyak sekali jasanya dalam memajukan umat manusia. Dengan karya dan pandangan-

pandangannya yang ilmiah akan mampu membebaskan manusia dari belenggu kebodohan dan
ketertinggalan menuju tatanan hidup yang lebih baik dan beradab. 1[1]

Selama manusia berada di bumi, maka selama itu pula manusia akan membicarakan tentang
pendidikan, temasuk masalah-masalah pendidikan. Salah satunya masalah pendidikan yang terus dan
akan selalu dibicarakan adalah masalah mutu pendidikan yang rendah. Para pakar pendidikan dan
psikologi banyak memberikan pandangan dan analisis terhadap mutu pendidikannya, tetapi hingga saat
ini tidak pernah tuntas, bahkan muncul masalah-masalah pendidikan yang baru. 2[2]

Masalah mutu pendidikan yang banyak dibicarakan adalah rendahnya hasil belajar peserta didik .
padahal kita tahu , bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai factor , antara lain, sikap dan kebiasaan
belajar, fasilitas belajar, motivasi, minat, bakat, pergaulan, lingkungan baik lingkungan keluarga, teman
maupun lingkungan fisik kelas dan yang tak kalah pentingnyaadalah kemampuan profesional guru dalam
melakukan penilaian hasil belajar itu sendiri. 3[3]

Dalam proses belajar seorang anak di sekolah tentunya memiliki daya tangkap ( daya serap )
yang berbeda terhadap setiap pelajaran yang diberikan oleh bapak dan ibu gurunya. Perbedaan daya
tangkap inilah yang mempengaruhi penilaian hasil belajar siswa.

Dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) Yyang didasarkan atas Kurikulum
Berbasis Kompetensi ( KBK ) ini, akan berdampak pada perubahan dalam paradigm penilaian hasil
belajar, pada kurikulum sebelumnya meskipun sudah dimunculkan wacana penilaian proses belajar
namun dalam pelaksanaannya penilaian hasil belajar hanyalah dipusatkan pada penilaian hasil belajar
yang biasanya dilihat dari perolehan skor ulangan, baik ulangan harian maupun ulangan umum. Dengan
perubahan paradigma ini penilaian dipusatkan pada penilaian proses belajar disamping penilaian hasil
belajar. 4[4]

Perkembangan konsep penilaian pendidikan yang ada pada saat ini menunjukkan arah yang lebih
luas. Konsep-konsep tersebut pada umumnya berkisar pada pandangan sebagai berikut : 5[5]

1
2
3
4
5

1.

Penilaian tidak hanya diarahkan kepada tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tetapi juga
terhadap tujuan-tujuan yang tersembunyi, termasuk efek samping yang mungkin timbul.

2.

Penilaian tidak hanya melalui pengukuran perilaku siswa, tetapi juga melakukan pengkajian terhadap
komponen-komponen pendidikan, baik masukan proses maupun keluaran.

3.

Penilaian tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan, tetapi juga untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan tersebut penting bagi siswa dan bagaimana
siswa mencapainya.

Mengingat luasnya tujuan dan objek penilaian, maka alat yang digunakan dalam penilaian sangat
beraneka ragam, tidak hanya terbatas pada tes, tetapi juga alat penilaian bukan tes.
Pertanyaan pokok sebelum melakukan penilaian ialah apa yang harus dinilai itu. Terhadap pertanyaan ini
kita kembali pada unsur-unsur yang terdapat dalam proses belajar mengajar. Ada empat unsur utama
proses belajar mengajar, yaitu :6[6]

Tujuan adalah arah dari proses belajar mengajar yang pada hakikatnya adalah rumusan tingkah
laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman
belajarnya.
Bahan adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum untuk disampaikan
atau dibahas dalam proses belajar mengajar agar sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan.
Metode dan alat adalah cara atau teknik yang digunakan dalam mencapai tujuan.

Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan
itu tercapai atau tidak, yang berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar
siswa. dalam menentukan hasil belajar siswa, tentunya ini melalui suatu kegiatan yang dinamakan proses.
Dalam proses tersebut juga ada aspek-aspek yang menjadi bahan pertimbangan terhadap penilaian hasil
belajar siswa.

Pengertian Proses
Menurut Drs. Rony Gunawan, proses adalah runtunan perubahan peristiwa dan lain-lain. 7[7]
Menurut Dr. Nana Sudjana, proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan
pengajaran.8[8]
6
7
8

Pengertian Hasil Belajar


Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni :
1). Keterampilan dan kebiasaan,
2). Pengetahuan dan pengertian,
3). Sikap dan cita-cita
Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni :
1). Informasi verbal,
2). Keterampilan Intelektual,
3). Strategi kognitif,
4). Sikap, dan
5). Keterampilan Motoris

Benyamin Bloom membaginya dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan
ranah psikomotorik. Selain dari kategori hasil belajar tersebut, tentunya ada pengaruh-pengaruh yang
menjadikan faktor penilaian dari hasil belajar siswa, yaitu faktor kepandaian, teman, faktor pengajar, dan
faktor lingkungan tempat siswa tersebut belajar. Penilaian hasil belajar kepada siswa didalam dunia
pendidikan merupakan salah satu factor yang sangat penting, karena dengan adanya penilaian hasil
belajar maka akan terlihat dengan jelas tingkat keberhasilan suatu penyelenggaraan pendidikan ( sekolah )
dalam mendidik siswanya. Adanya penilaian hasil belajar juga akan memberikan gambaran yang jelas
tentang prestasi hasil belajar siswa, baik secara individu ataupun menyeluruh. 9[9]

3. Pengertian Penilaian Hasil Belajar


Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek.
Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria.
Misalnya untuk dapat mengatakan baik, sedang, kurang, diperlukan adanya ukuran yang jelas, bagaimana
yang baik, yang sedang dan yang kurang. Ukuran itulah yang dinamakan kriteria. Dari pengertian
tersebut dapat dikatakan bahwa cara penilaian adalah adanya objek atau program yang dinilai dan adanya
kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara apa yang dicapai dengan kriteria sebagai dasar untuk
membandingkan antara apa yang dicapai dengan kriteria yang harus dicapai. Perbandingan bias bersifat
mutlak, bisa pula bersifat relatif.10[10]
9
10

BAB II

PEMBAHASAN

A.

Pengertian
Penialain hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai
siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini disyaratkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar
dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris, oleh sebab itu dalam
penilaian hasil belajar rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai oleh siswa
( kompetensi ) menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian. Penilaian proses pembelajaran
adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru
dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. 11[11]

Lingkungan belajar adalah situasi yang ada di sekitar siswa pada saat belajar. Situasi ini dapat
mempengaruhi proses belajar siswa. Bayangkan jika Anda memasuki ruangan kelas yang lantainya
bersih, tempat duduk dan alat pelajaran ditata dengan rapi, pajangan diletakkan pada tempat yang tepat,
dan ada bunga di meja guru. Apa yang Anda rasakan? Ya.... kita akan dapat mengajar dengan tenang serta
menyenangkan. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Siswa akan belajar dengan
tenang dan nyaman. 12[12] Dengan demikian siswapun dalam menerima pelajaran akan lebih mudah
karena didukung oleh situasi lingkungan yang nyaman, sehingga hasil yang dicapai setelah proses belajar
akan lebih maksimal.

Penataan lingkungan yang dimaksud adalah penataan lingkungan fisik kelas. Lingkungan fisik
kelas yang baik adakah ruangan kelas yang menarik, efektif, serta mendukung siswa dan guru dalam
proses pembelajaran. Kelas yang tidak ditata dengan baik akan menjadi penghambat bagi siswa dan guru
dalam proses pembelajaran, sehingga juga akan berpengaruh pada penilaian hasil belajar siswa. 13[13]
Menurut Louisell ( 1992 ), ketika menata lingkungan fisik kelas, guru hendaknya memperhatikan hal-hal
berikut:14[14]
1.

Keleluasaan Pandangan ( Visilibility )


Artinya penempatan atau penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan
siswa sehingga siswa dapat secara leluasa memandang guru serta guru juga dapat memandang semua
siswa setiap saat menyajikan materi pelajaran.

2.

Mudah Dicapai ( Accessibility )


Meletakkan alat-alat peraga di tempat yang tepat dan mudah dijangkau oleh guru dan siswa.

11
12
13
14

3.

Keluwesan ( Flexibility )
Barang-barang yang ada di dalam kelas hendaknya mudah untuk dipindah-pindahkan sehingga
mudah ditata sesuai dengan tuntutan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa dan guru.

4.

Kenyamanan
Prinsip kenyamanan ini berkaitan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara dan kepadatan kelas.
Kenyamanan ruangan kelas akan sangat berpengaruh terhadap konsentrasi dan produktifitas guru dalam
kegiatan pembelajaran.

5.

Keindahan
Kelas yang indah dan menyenangkan menggambarkan harapan guru terhadap proses belajar yang
harus dilakukan dan terhadap tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran.
Penataan lingkungan fisik kelas yang nyaman dan baik tentunya akan memberikan pengaruh yang baik
terhadap hasil belajar siswa. Kondisi fisik kelas yang nyaman akan menjadikan pelajaran lebih mudah
diterima, dimengerti dan dipahami sehingga hasil belajar siswa akan lebih baik dan maksimal.

B. Prinsip-prinsip Penilaian
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun
tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar
membagi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.15[15]

1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual, yang dibagi atas dua aspek, yaitu : - Aspek kognitif
tingkat rendah, yang terdiri dari :
Pengetahuan atau ingatan, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut
termasuk pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, defenisi, pasal dalam undang-undang.
Pemahaman, maknanya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau
didengarnya.

Aspek kognitif tingkat tinggi, yang terdiri dari :


Aplikasi, penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin
berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.
15

Analisis, usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas
hierarkinya dan atau susunannya.

Sintesis, pernyataan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh.

Evaluasi, pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara
bekerja, pemecahan, metode dan materi.

2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap, yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi,
penilaian, organisasi dan internalisasi.

3. Ranah Psikomotoris
Berkenan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek dalam
ranahpsikomotoris, yaitu : Gerakan refleks ( keterampilan pada gerak yang tidak sadar ).

Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar:

Kemampuan perseptual,
motoris, dan lain-lain

termasuk

didalamnya

membedakan visual,

membedakan auditif,

Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan Gerakangerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks

Kemampuan yang berkenan dengan komunikasi non decursive seperti gerakan ekspresif dan
interpretatif.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah
kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan
para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. 16[16] Namun tidak berarti bahwa ranah-ranah yang
16

lainnya tidak dipakai dalam menilai hasil belajar siswa, maka untuk bisa mensinergikan ( menyatukan )
ranah-ranah tersebut ada prinsip-prinsip penilaian yang harus diperhatikan, yaitu : 17[17]

Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang
harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penelitian. Sebagai patokan atau
rambu-rambu dalam merancang penilaian hasil balajar adalah kurikulum yang berlaku dan buku pelajaran
yang digunakan.

Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajar mengajar. Artinya,
penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap saat proses belajar mengajar sehingga pelaksanaannya
berkesinambungan. Tiada proses belajar mengajar tanpa penilaian hendaknya dijadikan semboyan
bagi setiap guru.

Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian menggambarkan perstasi dan
kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus menggunakan berbagai alat penelitian dan
sifatnya komprehensif. Dengan sifat komprehensif dimaksudkan segi atau abilitas yang dinilainya tidak
hanya aspek kognitif, tetapi juga aspekafektif dan psikomotoris.

Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya. Data hasil penilaian sangat
bermanfaat bagi guru maupun bagi siswa. Oleh karena itu, perlu dicatat secara teratur dalam catatan
khusus mengenai kemajuan siswa. Demikian juga data hasil penelitian harus dapat ditafsirkan sehingga
guru dapat memahami para siswanya terutama prestasi dan kemampuan yang dimilikinya.

Demikianlah prinsip-prinsip yang bisa dijadikan acuan dalam menyatukan penilaian hasil belajar
siswa dari ranahafektif, ranah kognitif, dan ranah psikomotoris.

C. Jenis-jenis Tes
1. TES FORMATIF Yaitu tes yang digunakan untuk memperoleh data tingkat keberhasilan proses belajar
mengajar guna perbaikan selanjutnya.
2. TES SUMATIF Yaitu tes yang digunakan untuk menilai prestasi / hasil belajar siswa.
D.

FUNGSI PENILAIAN PENDIDIKAN:


Adapun fungsi penilaian pendidikan digunakan untuk:

1.

Mengukur keberhasilan Siswa belajar.

2.

Mengukur tingkat keberhasilan Guru mengajar (Umpan balik).


17

3.

Memperoleh data guna perbaikan Kegiatan Belajar-Mengajar.

4.

Untuk pelaporan / informasi efektifitas pendidikan

E.

ALAT UKUR / PENILAIAN Prestasi Hasil belajar:

Tes Tertulis
Tes Lisan / Wawancara
Tugas Observasi
Instrumen Angket / Kuis
Penilaian Produk
Tes Praktik / unjuk kerja
Kerja Proyek
Penilaian Afeksi
Portofolio
Penilaian Diri
Dll-nya.
F.
1.

Alat Penilaian:
Tes Tulis

a.
Subyektif Tes:
Soal Uraian
Mengarang
b.

Obyektif Tes:

Soal Mengisi
Soal Benar-Salah
Soal Menjodohkan
Soal Pilihan Ganda
Soal Jawaban Singkat
c.

Instrumen Non Tes: Pengisian Angket, Penilaian Fortofolio, dsb-nya

2. Tes Perbuatan
Tes Praktik / Unjuk kerja
Penilaian Produk
Kerja Proyek
Tes Simulasi
3. Tes Lisan

Tanya jawab
Wawancara
4.

Pengamatan Sikap

Penilaian Afeksi (Pengamatan oleh Guru dan Penilaian Diri oleh siswa)
G.

Prosedur Pengembangan Sistem Instrusional ( PPSI )

1.

Tujuan (Kompetensi)

2.

Alat Ukur ( SOAL )

3.

Materi(Bahan Ajar)

4.

Metode & Pelaks.KBM

5.

EVALUASI (penilaian)

H.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
I.
1.
2.
3.
4.

J.
1.

PENILAIAN
Adapun keriteria penilaian yang baik dan benar adalah sebagai berikut:
Soal (alat tes) nya memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi (sesuai dan terpercaya).
Pelaksanaannya praktis, efektif, efisien, tertib, adil / setara.
Proses penilaiannya obyektif, wajar, adil, teliti, akurat.
Penguji / penilainya ahli, kompeten, jujur.
Syarat Instrumen Penilaian
Terpenuhi Syarat SUBSTANSI (Merepresentasikan kompetensi yang hendak dinilai;
Terpenuhi syarat KONSTRUKSI (bentuk sajian instrumen memenuhi peryaratan teknis sebagai alat
ukur yang tepat);
Terpenuhi syarat penggunaan BAHASA (bahasa yang digunakan baik, benar,dan komunikatif)
Sistem Penilaian (Competency based assessment)
Penilaian kompetensi, diarahkan pada aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif secara proporsional dan
terpadu.
Peserta didik dpt melanjutkan ke kompetensi (pelajaran) berikutnya setelah dinyatakan lulus (kompeten)
dari kompetensi (pelajaran) sebelumnya.
Penilaian diberikan berdasarkan kompetensi yg telah dicapai secara individual (tdk berdasar peringkat /
tdk menentukan posisi peringkat pd kelomp belajar)
(Dalam kriteria Kenaikan Kelas) Bila 3 (tiga) mata pelajaran tdk mencapai batas lulus (ketuntasan),
maka peserta didik ybs dinyatakan tdk naik kelas dan harus mengulang secara keseluruhan di tingkat
sebelumnya.
JENIS PENILAIAN HASIL BELAJAR (sesuai standar Penilaian Pendidikan)
Internal
Penilaian Kelas (dilakukan oleh Guru):

UL. Harian
UL.tengah Smt
UL.akhir Smt

Penilaian Akhir masa belajar (dilakukan oleh Sekolah)


U.S.
2.

Eksternal
Penilaian Kendali mutu (dilakukan oleh Pemerintah)

U.N.
K.
1.
2.
3.

Mekanisme & prosedur Penilaian


Rancangan strategi Penilaian dilakukan saat menyusun SILABUS, yang selanjutnya dijabarkan dalam
RPP.
Ulangan harian dilakukan oleh Guru di bawah kontrol Sekolah
Ulangan tengah semester, akhir semester, dan kenaikan kelas dilakukan oleh Guru di bawah koordinasi
Sekolah

4.

Ujian Akhir Sekolah diselenggarakan oleh sekolah.

5.

Ujian Nasional diselenggarakan oleh BSNP bekerjasama dengan Depdiknas.

L.

Prinsip Penilaian Kelas

1.

Melaksanakan penilaian berbasis kompetensi.

2.

Dilakukan secara ber-sinambungan thd semua kompetensi.

3.

Menerapkan berbagai Strategi serta Cara dan alat penilaian yg bervariasi.

4.

Mengadakan Ulangan harian setelah selesai beberapa Indikator (tergantung keluasan ruang lingkupnya).

5.

Ulangan tengah semester diadakan setelah menyelesaikan beberapa KD di pertengahan semester.

6.

Ulangan akhir semester dilakukan setelah menyelesaikan semua KD pada semester yang bersangkutan.

7.

Ulangan Kenaikan kelas dilakukan pd akhir th. pel. (menilai komp. dasar semester ganjil dan genap)

M.

Penyusunan Soal & Penilaian Hasil


Indikator A

Soal Ulangan:
No: 1. ..
No: 2. ..
No: 3. ..

Nilai = ?

Indikator B

Soal Ulangan:

Nilai = ?

No: 4. .
No: 5. .
Indikator C

Soal Ulangan:

Nilai = ?

No: 6. .
No: 7. .
Dst-nya.
Nilai KD = A + B + C
3

N.

Metode Penilaian Berdasarkan kelompok mata pelajaran:

1.

Pendd.Agama & Akhlak Mulia

2.

Kewarganegaraan & Kepribadian

a. Ulangan (tes)
b. Pengamatan (afeksi)
3.

Pel. Ilmu Pengetahuan & Teknologi

a. Ulangan (tes) Teori dan praktik / penugasan


4.

Estetika, Seni & Budaya

a. Pengamatan (aspek afeksi & ekspresi psikomotorik)


5.

Pendd.Jasmani,OR,dan Kesehatan

a.
b.

Ulangan (tes)
Pengamatan (aspek afeksi& perkemb. psikomotorik

O.

Penentuan KKM
Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal ditentukan oleh Guru berdasarkan aspek:

1.

Kompleksitas
dikuasai.

(kesulitan dan kerumitan) materi pelajaran yg dipelajari atau kompetensi yg harus

2. Intake (tingkat kemampuan) rata-rata peserta didik.


3. Sumber daya pendukung.

Contoh Rentang Nilai Penetapan KKM


Kompleksitas
Kompetensi

Kemampuan (intake) rata-Sumberdaya Pendukung Rentang Nilai


rata

1.Kompleksitas rendah. 1.Kemampuan tinggi.

1.Sumberdaya tinggi.

2.Kompleksitas sedang 2.Kemampuan sedang.

2.Sumberdaya sedang. 65 80

3.Kompleksitas tinggi

3.Sumberdaya rendah. 50 65

3.Kemampuan rendah.

81 100

Proses Penetapan KKM:


KOMPETENSI
DASAR Kom-pleksitas
DAN INDIKATOR

Intake

Sumber daya

Nilai
KKM

1.Menampilkan
perilaku
ikhlas dlm beribadah seperti
terkandung dlm
QS Al
Anam: 162-163 dan AlBayyinah: 5

79,15
(79,0)

Mampu
mengidentifikasi 85
perilaku
ikhlas
dalam
beribadah sesuai dengan Q.S (rendah)
Al-Anam: 162-163

70

95

83,3

(sedang)

(tinggi)

Mampu menerapkan perilaku 60


ikhlas dalam beribadah sesuai
dengan Q.S Al-Anam: 162- (tinggi)
163

70

95

(sedang)

(tinggi)

Dst. nya

85

70

95

83,3

Dst. nya

60

70

95

75,0

75,0

DAFTAR NILAI

N
o

Nama siswa

NIS

KD.1

KD.2

KD.3

Kk=70

Kk=68

Kk=75

NR

NR

UL. Smt

NR

Raport
Kk=71

NR

KK=Kriteria Ketuntasan;
N =Nilai Ulangan; NR=Nilai Remedial
P.

Langkah Penyusunan SOAL ( Agar Valid dan Reliable )

Soal harus disusun melalui langkah-langkah berikut:


- Menetapkan kompetensi yang hendak diuji.
- Menetapkan Indikator sbg acuan tes.
- Menyusun kisi-kisi soal.
- Menyusun soal dgn memperhatikan kaidah.
- Menelaah soal.
- Menyusun / merakit soal.
- Menyusun pedoman/ kriteria penilaian.

Q.

Kompetensi
Kompetensi adalah: Seperangkat Pengetahuan, Keterampilan, dan Perilaku, Yang Dibutuhkan
untuk dapat melakukan Suatu Aktivitas Secara Efektif. (pengetehuan, keterampilan dan sikap).

R.

Penilaian SIKAP
Terdapat 2 (dua) macam sikap yaitu:

1. Sikap (attitude) yang berkait mata pelajaran dan prilaku / budi pekerti sehari-hari dalam mengikuti
penddidikan.
Penilaian sikap (attitude/karakter) menggunakan:
a.

Lembar penilaian diri (siswa menilai diri sendiri); serta,

b.

Lembar pengamatan / obsevasi prilaku (penilaian dilakukan oleh guru).

2. Sikap dalam melakukan kegiatan / suatu pekerjaan (performance), yaitu yg berkait dengan kompetensi
produktif, mengarah pada sikap professional: Penilaian sikap kinerja (performance) menggunakan lembar
penilaian yg menyatu dlm penilaian unjuk kerja kompetensi secara utuh/ terpadu

S.

PENILAIAN DIRI
No

Aspek Sikap (Attitude) Skor Perolehan


Penilaian Diri
1

Penilaian oleh Guru


4

Kedisiplinan

Kejujuran

Tanggung Jawab

Kerajinan

Kemandirian

Ketekunan

Kerjasama

33

28

Contoh Instrumen Penilaian Afeksi


Mata Pelajaran: Pend. Agama Islam
Nama Siswa : . . . . . . . . . . . . . . . .
No

Aspek Yang Dinilai

Taat beribadah, sholat 5 waktu

Rajin mengikuti pengajian

Nilai

Predikat

Keterangan

Jujur dalam kata dan perbuatan

Hormat kepada O.T.dan Guru

Santun dalam pergaulan

Suka beramal,berinfaq/shadaqah.

RATA-RATA NILAI
Contoh (A): LEMBAR PENILAIAN

Mata Pelajaran

Topik / Kompetensi : Membaca dan memahami Al Quran

Nama Siswa

: Pendd. Agama

No

Aspek yang dinilai

Skor Maks.

SIKAP

10

1. Tampil bersih / telah berwudhu


2. Tertib berpakaian / Tertutup aurat
3. Tampil santun / menghargai Kitab suci
B

PROSES / KETERAMPILAN
1. Makhroj / Fasih
2. Tajwid
3. Keindahan irama dan suara

PENGETAHUAN
1. Terjemahan / makna / arti

Perolehan

10
10
25
20
10
10
5

2. Penjelasan isi kandungan / tafsir


JUMLAH

100

Contoh Lembar penilaian


Judul Tugas : .
Aspek

Indikator Keberhasilan

Skor maks

Skor perolehan

Persiapan

Gambar/rencana kerja dibuat

Proses

Alat / bahan disiapkan, lengkap

Hasil

Metode/Langkah kerjanya benar


Cakap Menggunakan alat
Mentaati keselamatan kerja
Waktu kerja
Bentuk dan ukuran, tepat
Finishing produk baik
Alat dan tempat kerja dirapikan

T.

Penilaian Unjuk kerja / Tes Praktik


Penilaian Unjuk kerja dilakukan melalui PENGAMATAN, dgn mempertimbangkan dan
diarahkan pada:
a. Kinerja / Langkah-langkah kerja suatu kompetensi.
b. Kelengkapan dan ketepatan aspek kinerja.
c. Kemampuan-kemampuan khusus yg diperlukan utk menyelesaikan tugas.
d. Jumlah kemampuan yg dinilai tdk terlalu banyak shg semua dapat diamati.
e. Penilaian dilakukan thd aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara terpadu dan proposional.
f.

Kemampuan yg dinilai diurutkan berdasarkan langkah kerjanya.

g. Proses penilaian dilakukan dengan menggunakan lembar (format) penilaian.


U.

Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
Penilaian dilakukan melalui:
1. Pengamatan thd perubahan perilaku dan sikap utk menilai perkembangan afeksi peserta didik;
2. Pemberian ulangan (ujian) dan/atau penugasan utk meng-ukur aspek kognitif peserta didik.
3. Indikator yg dpt dipakai utk menilai perkembangan afeksi a.l.:

a.
b.
c.
d.
e.
V.

Taat melaksanakan ibadah;


Rajin mengikuti pengajian/ kegiatan keagamaan;
Jujur dlm perkataan dan perbuatan;
Patuh terhadap peraturan;
Hormat kepada O.T. dan guru Dan kriteria lainnya.
Penilaian hasil belajar kelompok mata pel. Kewarganegaraan dan Kepribadian

1. Dilakukan melalui pengamatan thd. Perubahan prilaku dan sikap utk menilai perkembangan afeksi dan
kepribadian peserta didik;

2. Melalui ulangan(ujian) dan/atau penugasan utk mengukur aspek kognitif peserta didik.
3. Indikator yg dpt dipakai utk melakukan penilaian afeksi dan kepribadian a.l.:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Menunjukkan kecintaan thd bangsa dan negara,


Menunjukkan kemauan belajar yg tinggi,
Mematuhi aturan sosial,
Pandai bergaul dan bermasyarakat,
Pandai bekerjasama,
Rajin mengikuti kegiatan upacara bendera dan indikator lainnya

W. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan:
Penilaian dilakukan melalui:
1. Pengamatan, dan/atau praktik utk menilai perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik;
2. Ulangan (ujian), dan/atau penugasan dgn materi berdasarkan kurikulum yg digunakan utk mengukur
aspek kognitif ttg OR dan kesehatan.
3. Pengamatan utk menilai aspek afeksi dan psikomotorik dpt menggunakan indikator:
a.
b.
c.
d.
e.

keterampilan dalam gerak Olahraga.


kerjasama dalam tim olahraga,
kebiasaan hidup sehat, tidak merokok.
hidup semangat, tidak malas,
Dan indikator lainnya. 18[18]

X.

Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran Estetika

1.

Penilaian dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik.

2. Indikator penilaiannya a.l.:


a.

Apresiasi seni;

b.

Kreasi seni;

c.

Dan indikator lainnya.

18

BAB III
PENUTUP

Penilaian hasil belajar dapat dilakukan terhadap kemampuan siswa itu sendiri berdasarkan hasil
observasi kemampuan-kemampuan sebelumnya dan secara berkelanjutan. Penilaian dapat dilaksanakan
pada saat awal, tengah dan akhir kegiatan pembelajaran. Idealnya bahan ujiannya yang harus
menyesuaikan pada kondisi, kompotensi, dan program belajar anak berkebutuhan khusus. Penilaian yang
berkelanjutan bisa juga dilakukan melalui: observasi, portofolio, bentuk ceklist (keterampilan,
pengetahuan, dan perilaku), tes dan kuis, dan penilaian diri serta jurnal reflektif.
Pemahaman guru mengenai sistem penilaian hasil belajar disarankan agar guru dapat lebih
memahami kembali makna konsep penilaian hasil belajar. Pemahaman tersebut dapat dilakukan dengan
cara membaca buku referensi yang berhubungan dengan penilaian hasil belajar. berdiskusi dengan teman
guru di sekolah, konsultasi ke Guru Pembimbing Khusus, dan mengikuti in house trainning, pendidikan
dan pelatihan, sosialisasi, workhsop atau mengikuti kegiatan lainnya.

Daftar Pustaka

Budimansyah D. (2002). Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio. Bandung: Genesindo


Universitas Negeri Makassar, 2007, Panduan Model Pembelajaran Efektif.

Makalah Penilaian Portofolio, 2010, oleh Drs. Zainal Arifin, M.Pd, Fak. Ilmu Pendidikan
Indonesia, Bandung.

Makalah Prinsip-prinsip Penilaian Pembelajaran Matematika SMA, 2008, Oleh Drs.Setiawan,


M.Pd, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Yogyakarta

Dr. Nana Sudjana, 1999, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung,

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 2001, Terbit Terang, Surabaya.

Laporan, Sistem Informasi Penilaian Hasil Belajar Siswa Berbasis Web pada SMK Neg. 5 Bandar
Lampung, A. Ferico Octavian Syah.

Makalah Penilaian Hasil Belajar, 2008, Direktorat Tenaga Kependudukan, Departemen


Pendidikan Nasional.

Suciati, dkk, 2007, Belajar dan Pembelajaran, Universitas Terbuka, Jakarta.


http://hobi-online.blogspot.com/2013/09/makalah-bentuk-penilaian-hasilbelajar.html

Anda mungkin juga menyukai