Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT KUSTA
A. Pengertian
Penyakit kusta adalah suatu penyakit kronis menular yang disebabkan oleh
infeksi Mycobacterium leprae. Penyakit ini terutama menyerang pada masyarakat
dinegara-negara berkembang dan menimbulkan dampak psikologis, sosial dan
ekonomi.
B. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh M. leprae yang merupakan basil tahan asam (BTA),
bersifat obligat intraseluler, menyerang sel saraf perifer, kulit, dan organ lain
seperti mukosa saluran napas bagian atas, hati, dan sumsum tulang kecuali
susunan saraf pusat.
C. Manifestasi Klinik
Menurut WHO (1995), seseorang didiagnosis menderita penyakit kusta apabila
terdapat satu dari tanda kardinal berikut :
1. Adanya lesi kulit yang khas dan kehilangan sensibilitas.
Lesi kulit dapat tunggal ataupun multipel, biasanya hipopigmentasi tetapi
kadang-kadang lesi kemerahan atau berwarna tembaga. Lesi dapat
bervariasi tetapi umumnya berupa makula, papul atau nodul.
2. BTA Positif.
Pada beberapa kasus ditemukan basil tahan asam dari kerokan jaringan
kulit.
Bila ragu-ragu maka dianggap sebagai kasus dicurigai dan periksa ulang setiap 3
bulan sampai ditegakan diagnosis kusta atau penyakit lain.
D. Klasifikasi
Menurut Departemen Kesehatan Ditjen P2MPLP (1999) dan WHO (1995)
penyakit ini dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe yaitu Pause Basilier (PB)
dan Multi Basier (MB).
Secara awam kusta dikenal ada dua macam yakni kusta kering dan kusta basah.
Jika kusta terlambat diobati maka akan timbul kerusakan saraf dengan akibat
berupa mati rasa (terhadap stimulus panas, dingin, nyeri), kelumpuhan otot, buta,
dan akibat lain yang disebabkan oleh proses immunologis yang disebut reaksi
kusta.
E. Patofisiologi
Setelah M. leprae masuk kedalam tubuh, perkembangan penyakit kusta
bergantung pada kerentanan seseorang. Respon tubuh terhadap masa tunas
dilampaui tergantung pada derajat sistem immunitas seluler (cellular mediated

immune) pasien. Kalau sistem immunitas seluler tinggi, penyakit berkembang


kearah tuberkuloid dan bila rendah, berkembang kearah lepromatosa.
Teori yang paling banyak digunakan adalah penularan melalui kontak/sentuhan
yang berlangsung lama, namun berbagai penelitian mutakhir mengarah pada
droplet infection yaiut penularan melalui selaput lendir pada saluran napas. M.
leprae tidak dapat bergerak sendiri dan tidak menghasilkan racun yang dapat
merusak kulit, sedangkan ukuran fisiknya yang lebih besar dari pada pori-pori
kulit. Oleh karena itu, M. leprae yang karena sesuatu hal menempel pada kulit
kita, tidak dapat menembus kulit jika tidak ada luka pada kulit.
F. Diagnosis Tes
Diagnosa pasti ditegakan bila dpdapatkan kuman kusta pada kerokan kulit di
daerah khas dan pada kuping. Pengobatan penyakit kusta berlangsung 6-36
bulan dan bisa gratis di puskasmas. Pencegahannya dengan menjaga
kebersihan pribadi, mandi teratur 2 kali sehari dengan sabun, makanan sehat
secara seimbang.
G. Pengobatan
Sejak tahun 1941, digunakn DDS (Diethil-Diphenyl-Sulphone) yang
dikenal juga sebagai Dapson dengan lama pengobatan seumur hidup. Sejak
1982 WHO memperkenalkan MDT (multiple drug therapi),yang di Indonesia
dimulai sejak 1983 dengan menggunakan Rifampicin dan DDS (untuk kusta
kering dengan lama pengobatan 6 bulan) dan untuk kusta basah masih
ditambah dengan lamparene denagn lama pengobatan 2 tahun. Panduan
terbaru dari WHO menyatakan bahwa untuk pengobatan kusta basah
cukup[ satu tahun saja. Dengan pengobatan MDT, Micobacterium Leprae di
dalam tubuh penderita akan mati dalam 2 kali8 24 jam. Pada beberapa
keadaan, ada Mycobacterium Leprae yang tidur (dormant) dimana
metabolismenya praktis nol, sehingga walaupun ada obat yang mematikan
namun kuman tetap tyidak mengambilnya karena memang tidak mengambil
bahan makanan sama sekali sehingga tetap hidup.
Diharapkan selama masa pengobatan tersebut, kuman kuman
terbangun sedikit demi sedikit sehingga pada saat masa pengobatan selesai
seluruh kuman telah musnah. Pada panderita kusta pengobatan berlangsung 6
hingga 12 bulan. Sebab sesuai dengan jenisnya (ada kusta basah dan kusta
kering). Selama pengobatan, penderita harus secara rutin, teratur sampai
sembuh.

ASUHAN KEPERAWATAN
I.1 Pengkajian
Pada pengkajian klien penderita kusta dapat ditemukan gejala-gejala sebagai
berikut:
- Aktivitas/ istirahat.
Tanda: - penurunan kekuatan otot.
- gangguan massa otot.
- Perubahan tonus otot.
- Sirkulasi.
Tanda: - Penurunan nadi perifer
- Vasokontriksi perifer.
- Integritas ego.
Gejala: - Masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan,
Tanda: - Ansietas, menyangkal, menarik diri.
- Makanan/cairan.
- Anoreksia.
- Neurosensori.
Gejala: - kerusakan saraf terutama saraf tepi, penekanan saraf tepi.
Tanda: - peruubahan perilaku, penurunan refleks tendon.
- Nyeri kenyamanan.
Gejala: Tidak sensitive terhadap sentuhan, suhu, dan tidak merasakan nyeri.
- Pernapasan.
Gejala: Pentilasi tidak adekuat, takipnea.
- Keamanan.
Tanda: lesi kulit dapat tunggal/multiple, biasanya hipopigmentasi tetapi
kadang-kadang lesi kemerahan atau berwarna tembaga, lesi dapat
berpariasi tetapi umumnya berupa macula, papula dan nodul.
I.2 Pemeriksaan klinis
1. Inspeksi, pasien diminta memejamakan mata, menggerakkan mulut, bersiul,
dan tertawa untuk mengetahui fungsi saraf wajah semua kelainan kulit
diseluruh tubuh diperhatikan, seperti adanya macula, nodul, jaringan parut,
kulit yang keriput, penebalan kulit, dan kehilangan rambut tubuh (alopesia
dan madarosis).
2. Pemeriksaan sensibilitas. Pada lesi kulit dengan menggunakan kapas (rasa
raba), Jarum pentul yang tajam dan tumpul (rasa nyeri, serta air panas dan
dingin dalam tabung reaksi (rasa suhu).
3. Pemeriksaan saraf tepi dan fungsinya dilakukan pada: nervus Auricularis
magnus,Nervus ulnaris,Nervus radialis, Nervus medianus, nervus peroneus
dan nervus tibialis posterior. Hasil pemeriksaan yang perlu dicatat adalah

pembesaran, konsistensi, penebalan, dan adanya nyeri tekan. Perhatikan raut


muka pasien apakah ia kesakitan atau tidaksaraf-saraf diraba.
4. Pemeriksaan fungsi saraf otonom, yaitu: memeriksa ada tidaknya kekeringan
pada lesi akibat tidak berfungsinya kelenjar keringat dengan menggunakan
pensil tinta (uji gunawan).
I.3 Diagnosa Keperawatan
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier
kulit.
Gangguan rasa nyaman gatal berhubungan dengan lesi kulit.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan priritus.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kuilit yang tidak
baik.
Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan pada kulit, pertahanan
tubuh menurunun.
Gangguan interaksi social berhubungan dengan persepsi penampilan.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya imformasi terhadap
perawatan kulit.
Ansietas berhubungan dengan poerubahan status kesehatan.
!.4 Intervensi Keperawatan
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier
kulit.
Tujuan: Untuk memelihara integritas kulit/ mencapai penyembuhan tepat
waktu.
Intervensi:
Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor, sirkulasi dan sensasi.
Gambarkan lesi dan amati perubahan.
Rasional : Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status
dapat dibandikan dan lakukan intervensi yang tepat.
Pertahankan/intruksikan dalam hygiene kulit, misalnya membasuh
kemudian mengerinkannya dengan berhati-hati dan melakukan
masase dengan menggunakan losion atau krim.
Rasional : Masase meningkatkan sirkulasi kulit dan meningkatkan
kenyamanan.
Gunting kuku secara teratur
Rasional : Kuku yang panjang/kasar, meningkatkan resiko
kerusakan dermal.
Dapatkan kultur dari lesi kulit terbuka.
Rasional : Dapat mengidentifikasi bakteri patogen dan pilihan
perawatan yang sesuai.

Gunakan/berikan obat topical atau sistemik sesuai indikasi.


Rasional : Digunakan pada perawatan lesi kulit.
Lindungi lesi dengan salep antibiotic sesuai petunjuk.
Rasional : Melindungi area lesi dari kontaminasi bakteri dan
meningkatkan penyembuhan.
b. Gangguan rasa nyaman gatal berhubungan dengan lesi kulit.
Tujuan: Untuk mengurangi rasa gatal sehingga tercapai kenyamanan pasien.
Upayakan untuk menemukan penyebab gangguan rasa nyaman.
Rasional : Membantu mengidentifikasi tindakan yang tepat untuk
memberikan kenyamanan .
Mencapai hasil-hasil observasi
secara rinci dengan memakai
terminology deskriftif.
Rasional : Deskrifsi yang akurat tentang erupsi kulit diperlukan
diagnosis dan pengobatan. Banyak kondisi tampak
serupa tapi mempunyai etiologi yang berbeda.
Mengantisipasi reaksi alergi yang mungkin terjadi.
Rasional : Lesi yang menyeluru terutama dengan awitan yang
mendadak dapat menunjukkan reaksi alergi terhadap
obat.
Pertahankan kelembaban kira-kira 60%. Gunakanlah alat pelembab.
Rasional : Dengan kelembaban yang rendah kulit akan kehilangan
air.
Pertahankan lingkungan dingin .
Rasional : Kesejukan mengurangi gatal.
Gunakan sabun ringan (dove) atau sabun yang dibuat untuk kulit
sensitive (Neutrogena, aveno ).
Rasional : Upaya ini mencakup tidak adanya larutan detergen, zat
pewarna atau bahan pengeras.
Lepaskan kelebihan pakaianatau peralatan ditemp[at tidur.
Rasional : Meningkatkan lingkungan yang sejuk.
Cuci linen tempat tidur dan pakaian dengan sabun ringan
Rasional : Sabun yang keras dapat menimbulkan iritasi kulit.
Hentikan pemajanan berulang terhadap detergen ,pembersih dan
pelarut.
Rasional : Setiap substansi yang menghilangkan air, lipid atau
protein dari epidermis akan mengubah fungsi barier
kulit.
Membantu pasien menerima terapi yang lama yang diperlukan pada
tahap penyembuhan.
Rasional : Tindakan koping biasanya akan meningkatkan
kenyamanan.

Menasehati pasien untuk menghindari pemakaian salep atau lotion


yang diberi tampa resep dokter.
Rasional : Masalah pasien dapat disebabkan oleh iritasi atau
sensitisasi karena pengobatan sendiri.
c. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus.
Tujuan: Untuk mencapai istirahat tidur yang cukup.
Menasehati pasien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki
ventilasi dan kelembaban yang baik.
Rasional : Udara yang kering menimbulkan rasa gatal.
Lingkungan yang nyaman meningkatkan relaksasi.
Menjaga agar kulit agar selalu lembab .
Rasional : Tindakan ini mencegah kehilangan air. Kulit yang
kering dan gatal biasanya tidak dapat dikendalikan
tetapi dapat disaembuhkan.
Menjaga jadwal tidur yang teratur.Pergi tidur pada saat yang sama
dan bangun pada saat yang sama.
Rasional : Dengan jadwal tidur yang teratur akan terpenuhi
kebutuhan tidur klien.
Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur
malam hari.
Rasional : Kafein memiliki efek puncak 2-4 jam sesudah
dikomsumsi.
Melaksanakan gerak badan secara teratur .
Rasional : Gerak badan memberikan efek yang menguntungkan
untuk tidur jika dilaksanakan pada malam hari.
Mengerjakan hal-hal yang ritual dan rutin menjelang tidur.
Rasional : Tindakan ini memudahkan peralihan dari keadaan
terjaga menjadi keadaan tertidur.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kuilit yang tidak
baik.
Tujuan : Klien dapat mengembangkan peningkatan penerimaan diri
Kaji adanya gangguan pada citra diri pasien (menghindari kontak
mata, ucapan yang merendahkan diri sendiri, ekspresi perasaan muak
terhadap kondisi kulitnya.
Rasional : Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit
atau keadaan yang tampak nyata bagi pasien. Kesan
seseorang terhadap dirinya sendiri akan berpengaruh
pada konsep diri.
Identifikasi stadium psikososial tahap perkembangan.

Rasional :

Terdapat hubungan antara stadium perkenmbangan,


citra diri dan reaksi serta pemahaman pasioen
terhadap kondisi kulitnya.
Berikan kesempatan untuk pengungkapan. Dengarkan (dengan cara
yang terbuka, tidak menghakimi) untuk mengespresikan berduka atau
anseitas tentang perubahan citra tubuh.
Rasional : Pasien membutuhkan pengalaman didengarkan dan
dipahami.
Mendukung
upaya
pasien
untuk
memperbaiki citra diri.
Bersikap realistic selama pengobatan, pada penyuluhan kesehatan.
Rasional : Meningkatkan
kepercayaan
dan
mengadakan
hubungan antara pasien dan perawat.
Berikan harapan dalam parameter situasi individu: jangan
memberikan keyakinan yang salah.
Rasional : Meningkatkan perilaku positif dan memberikan
kesempatan untuk menyusun tujuan dan rencana untuk
masa depan berdasarkan realita.
Dorong interaksi keluarga dan dengan tim rehabilitasi.
Rasional : Mempertahankan pola komunikasi dan memberikan
dukungan terus menerus pada pasien dan keluarga.

e. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan pada kulit, pertahanan


tubuh menurun.
Tujuan : Mencapai penyembuhan tepat waktu, tanpa komplikasi
Ukur tanda-tanda vital termasuk suhu
Rasional : Memberikan imformasi data dasar, peningkatan suhu
secara berulang-ulang dari demam yang terjadi untuk
menujukkan bahwa tubuh bereaksi pada proses infeksi
yang baru, dimana obat tidak lagi secara efektive
mengontrol infeksi yang tidak dapat disembuhkan.
Tekankan pentingnya tekhnik cuci tanganyang baik untuk semua
individu yang dating kontak dengan pasien
Rasional : Mengcegah kontaminasi silang; menurungkan resiko
infeksi.
Gunakan saputangan , masker dan tekniik aseptik selama perawatan
dan berikan pakaian yang steril atau baru
Rasional : Mengcegah terpajan pada organisme infeksius.
Observasi lesi secara periodic
Rasional : Untuk mengetahui perubahan respon terhadap terapi.

Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi yang baik. Periksa


pengunjung atau staf terhadap tanda infeksi dan pertahankan
kewaspadaan sesuai indikasi.
Rasional : Mengurangi patogen pada system integument dan
mengrangi kemungkinan pasien mengalami infeksi
nosokomial.
Berikan preparat antibiotic yang diresepkan dokter.
Rasional : Membunuh
atau
mencegah
pertumbuhan
mikroorganisme penyebab infeksi.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya imformasi terhadap
perawatan kulit.
Tujuan : Klien mendapatkan imformasih yang adekuat tentang perawatan
kulit.
Tentukan apakah pasien mengetahui (memahami dan salah mengerti)
tentang kindisi dirinya.
Rasional : Memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana
penyuluhan.
Jaga agar pasien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki
kesalahan persepsi /imformasi.
Rasional : Pasien harus memiliki perasaan bahwa ada sesuatu
yang dapat mereka perbuat. Kebanyakan pasien
merasakan mamfaat dan merasa lebih.
Berikan imformasi yang spesifik dalam bentuk tulisan misalnya
jadwal dalam minum obat.
Rasional : Imformasi tertulis dapat membantu mengingatkan
pasien.
Jelaskan penatalaksanaan minum obat: dosis, frekuensi, tindakan, dan
perlunya terapi dalam jangka waktu lama.
Rasional : Meningkatkan partisipasi klien, mematuhi aturan terapi
dan mencegah putus obat.
Berikan nasehat pada pasien untuk menjaga agar kulit tetap lembab
dan fleksibel dengan tindakan hidrasi serta lotion kulit.
Rasional : Stratum korneum memerlukan air agar fleksibilitas kulit
btetap terjaga.. pemberian lotion untuk melembabkan
kulit akan mencegah agar kulit tidak menjadi kering,
kasar, retak dan bersisik.
Dorong pasien agar mendapat status nutrisi yang sehat.
Rasional : Penampakan kulit mencerminkan kesehatan umum
seseorang.perubahan pada kulit dapat mendakan status
nutrisi yang abnormal. Nutrisi yang optimal

meningkatkan regenerasi jaringan dan penyembuhan


umum kesehatan.
Tekankan perlunya atau pentingnya mengevaluasi perawatan atau
rehabilitasi.
Rasional : Dukungan jangka panjang dengan evaluasi ulang
kontinu dan perubahan terapi dibutuhkan untuk
penyembuhan optimal.
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan: Pasien dapat menunjukkan penurunan ansietas sehingga dapat
menerimah perubahan status kesehatannya dengan cara sehat.
Berikan penjelasan yang sering dan imformasi tentang prosedur
perawatan.
Rasional : Pengetahuan diharapkan menurunkan ketakutan dan
ancietas, memperjelas kesalahan
konsep dan
meningkatkan kerjasama.
Libatkan pasien atau orang terdekat dalam proses pengambilan
keputusan.
Rasional : Meningkatkan rasa control dan kerjasama, menurunkan
perasaan tak berdaya atau putuis asa.
Kaji status mental terhadap penyakit
Rasional : Pada awalnya pasien dapat men ggunakan
penyangkalan untuk menurungkan dan menyaring
imformasi secara keseluruhan.
Berikan orientasi konstan dan konsisten.
Rasional : Membantu pasien tetap berhubungan dengan
lingkungan dan realitas.
Dorong pasien untuk bicara tentang penyakitnya.
Rasional : Pasien perlu membicarakan apa yang terjadi terus
menerus untuk membuat beberapa rasa terhadap situasi
apa yang menakutkan.
Jelaskan pada pasien apa yanga terjadi. Berikan kesempatan untuk
bertanya dan berikan jawaban terbuka atau jujur.
Rasional : Pernyataan kompensasi menunjukkan realitas situasi
yang dapat membantu pasien atau orang terdekat
menerima realitas dan mulai menerima apa yang terjadi.
Identifikasi metode koping atau penanganan stuasi stress
sebelumnya.
Rasional : Perilaku masalalu yang berhasil dapat digunakan untuk
membantu situasi saat ini.

Dorong keluarga atau orang terdekat mengunjungi dan


mendiskusikan yang terjadi pada keluarga. Mengingatkan pasien
kejadian masa lalu dan akan datang.
Rasional : Mempertahankan kontak dengan realitas keluarga,
membuat rasa kedekatan dan kesinambungan hidup.
Berikan sedative ringan sesuai indikasi.
Rasional : Obat ansietas diperlukan untuk periode singkat sampai
pasien lebih stabil secara psikis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arief Mansjoer dkk., 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius


FKUI, Jakarta.

PENDAHULUAN

Penyakit kusta adalah suatu penyakit kronis menular yang disebabkan oleh
infeksi Mycobacterium leprae. Penyakit ini terutama menyerang pada masyarakat
dinegara-negara berkembang dan menimbulkan dampak psikologis, sosial dan
ekonomi. M. leprae yang merupakan basil tahan asam (BTA), bersifat obligat
intraseluler, menyerang sel saraf perifer, kulit, dan organ lain seperti mukosa saluran
napas bagian atas, hati, dan sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat.
Menurut Departemen Kesehatan Ditjen P2MPLP (1999) dan WHO (1995)
penyakit ini dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe yaitu Pause Basilier (PB) dan
Multi Basier (MB). Secara awam kusta dikenal ada dua macam yakni kusta kering
dan kusta basah. Jika kusta terlambat diobati maka akan timbul kerusakan saraf
dengan akibat berupa mati rasa (terhadap stimulus panas, dingin, nyeri), kelumpuhan
otot, buta, dan akibat lain yang disebabkan oleh proses immunologis yang disebut
reaksi kusta. Setelah M. leprae masuk kedalam tubuh, perkembangan penyakit kusta
bergantung pada kerentanan seseorang. Respon tubuh terhadap masa tunas dilampaui
tergantung pada derajat sistem immunitas seluler (cellular mediated immune) pasien.
Kalau sistem immunitas seluler tinggi, penyakit berkembang kearah tuberkuloid dan
bila rendah, berkembang kearah lepromatosa.

Teori

yang

paling

banyak

digunakan

adalah

penularan

melalui

kontak/sentuhan yang berlangsung lama, namun berbagai penelitian mutakhir


mengarah pada droplet infection yaitu penularan melalui selaput lendir pada saluran
napas. M. leprae tidak dapat bergerak sendiri dan tidak menghasilkan racun yang
dapat merusak kulit, sedangkan ukuran fisiknya yang lebih besar dari pada pori-pori
kulit. Oleh karena itu, M. leprae yang karena sesuatu hal menempel pada kulit kita,
tidak dapat menembus kulit jika tidak ada luka pada kulit.

Batuk

Bersin

Pengeluaran mukus

Nyeri kepala

Demam ringan

Malaise (tidak enak badan)

1.4 Gejala
-

Nyeri diatas area sinus sekresi nasal yang purulent

Ongesti nasal, gatal pada nasal, bersin-bersin, sakit kepala.

1.4.1 Perilaku Positif


- Membersihkan rumah dan lingkungan sekitar
- Menggunakan masker pada saat melakukan aktivitas
- Hindari menghirup asap rokok secara berlebihan
- Tidak melakukan pembakaran sampah disekitar lingkungan tempat tinggal
- Memakai masker saat mengendarai masker

1.4.2 Perilaku Negatif


- Tidak membersihkan lingkungan sekitar
- Tidak menggunakan masker pada saat melakukan aktivitas
- Menghirup asap rokok secara berlebihan
- Membakar sampah disekitar lingkungan tempat tinggal
- Tidak memakai masker saat mengendarai masker.

Anda mungkin juga menyukai