Anda di halaman 1dari 3

Epidemiologi

Penyakit Jembrana telah menyebar di seluruh kepulauan Indonesia yang terdapat sapi
Bali, seperti : Pulau Jawa, Sumatra, Lombok, Sulawesi dan Kalimantan (Hartaningsih dkk.,
1993). Breed sapi berpengaruh terhadap kerentanan, satu-satunya hewan rentan terhadap
penyakit Jembrana adalah sapi Bali, sedangkan sapi lainnya seperti : Friesian Holstein (FH),
Madura, Rambon, Ongole dinyatakan tahan. Sapi Bali yang sembuh dari JD masih membawa
virus lebih dari dua tahun. Penularan penyakit dapat terjadi melalui kontak maupun mekanis
melalui vektor maupun jarum suntik. Sampai saat ini hanya breed sapi Bali yang diketahui rentan
terhadap JD. Di lapangan belum pernah dilaporkan breed sapi (murni) lainnya terserang penyakit
Jembrana, kecuali sapi silang yang memiliki darah sapi Bali. Kasus penyakit dilaporkan pernah
terjadi pada sapi Rambon (persilangan sapi Bali dengan sapi Madura). Hewan lainnya seperti :
kambing, domba, dan babi dinyatakan tahan terhadap JD dan secara eksperimen marmut jantan
yang diinfeksi dengan material yang berasal dari sapi yang menderita JD menimbulkan reaksi
radang (orchitis) 14 hari setelah penyuntikan (Soeharsono dkk., 1990). Tingkat morbiditas dapat
mencapai 60% dengan mortalitas sekitar 10%, tetapi tingkat kematian penderita (case fatality
rate) cukup tinggi, dapat mencapai 30%. Pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian penyakit
Jembrana, yang menyatakan 31,8% sapi betina yang terserang JD dalam kelompok umur 1-6
tahun akan mati, dan 7,7% kematian terjadi pada sapi jantan. Demikian juga tentang status
fisiologi yang dinyatakan berpengaruh terhadap kejadian penyakit. Sapi bunting lebih peka
dibandingkan dengan sapi yang tidak bunting. Enam puluh tiga ekor sapi bunting yang diamati,
51 ekor (81%) menderita JD, dibandingkan dengan 62% kasus JD pada sapi yang tidak bunting
(umur > 3 tahun). Perbedaan kerentanan terhadap penyakit Jembrana pada kedua status hewan
ini sangat signifikan. Pengaruh umur pada wabah JD yang terjadi di Kabupaten Karangasem
Propinsi Bali, tingkat morbiditas penyakit hewan umur satu sampai tujuh tahun rata-rata sebesar
65%, sementara hewan dibawah umur satu tahun sebesar 49%. Status kekebalan secara umum
berpengaruh terhadap kejadian penyakit. Salah satu penyebab terjadinya wabah untuk penyakit
yang bersifat endemik ini adalah karena terjadinya perubahan proporsi hewan kebal didalam
suatu populasi atau terjadi peningkatan populasi hewan peka. Peningkatan populasi hewan peka
dapat terjadi karena meningkatnya jumlah pedet yang lahir atau turunnya antibodi pada hewan
yang sebelumnya kebal. Pada kasus JD yang terjadi di daerah baru biasanya sekitar 70%
penderita akan mengalami kesembuhan. Pada wabah yang terjadi di Kabupaten Karangasem-Bali
pada tahun 1981, tingkat kematian penderita mencapai 29%, ini berarti 71% hewan penderita
mengalami kesembuhan secara alami (Putra dkk., 1983). Cara penularan penyakit Jembrana
dinyatakan sebagai penyakit yang bersifat non kontagius dalam arti tidak terjadi penularan secara
kontak badan, tetapi terjadi secara mekanis melalui penggunaan jarum yang tercemar atau
melalui gigitan serangga pengisap darah (Dharma dan Putra, 1997). Dalam kaitan ini arthropoda
pengisap darah telah dideskriminasi sebagai penyebar JD di lapangan. Hal ini sangat beralasan
sebab beberapa kasus di lapangan dapat terjadi pada hewan yang dikandangkan saja dan relatip
terisolir dari ternak lainnya. Oleh karena itu salah satu pengendalian wabah dilakukan
penyemprotan dengan insektisida, dan ditengarai pula Boophilus microplus dapat menularkan
penyakit Jembrana secara transovarial.

DAFTAR PUSTAKA
Hartaningsih N, Wilcox GE, Kertayadnya G, Astawa M, 1994. Antibody Response To Jembrana
Disease Virus In Bali Cattle. Vet. Microbiol 39, 15-23.

Putra AAG, Dharma DN, Soeharsono, SudanaIg, Syafriati T, 1983. Studi Epidemiologi penyakit
Jembrana di Kabupaten Karangasem th 1981 Tingkat Morbiditas, Tingkat Mortalitas dan Atact
rate. Annual Report on Animal Disease Investigation in Indonesia During The Period of 19811982. Pp. 170-178

Soeharsono S, Hartaningsih N, Soetrisno M, Kertayadnya G, Wilcox GE, 1990. Studies on


Experimental Jembrana Disease in Bali Cattle. Transmission and persistence of Dharma DN,
Putra AAG, 1997. Penyidikan penyakit Hewan. Cv Bali Medi Adhikarsa. Denpasar. Pp. 123-125

The Infectious Agent in Ruminants and Pigs and Resistance of Recovered Cattle to Re-infection.
J.Comp. Pathol. 102:49-59.

Anda mungkin juga menyukai