Anda di halaman 1dari 7

IDENTIFIKASI VARIASI GENETIK BERBASIS MIKROSATELIT KERBAU

LOKAL (BUBALUS BUBALIS) KABUPATEN JEMBRANA DALAM


PENGEMBANGAN KOMIK PEMBELAJARAN BIOLOGI MOLEKULER
BERBASIS PENELITIAN.
Khairul Umam A.D, Moh. Amin, dan Abdul Gofur.
Universitas Negeri Malang
Email: Umamluther@gmail.com
ABSTRAC: The useful of this study, is a) provide initial informations related phenotype
and genotype variation in the local buffalo of Jembrana especially in east and west
Kaliakah villages as a reference in conservation efforts, b) obtaining genetic mapping of
local buffalo in the district of Jembrana, especially in village-based Kaliakah
microsatellites, which will provide better information on the pattern of breeding and
conservation of local buffaloes of Jembrana, c) produce comic molecular biology
research based as a medium of learning for teaching materials in Analysis Techniques in
Molecular Biology, in State University of Malang.
Based on the calculation of allele frequencies, it is known that the locus HEL09 has
the greatest frequency in the range 0:00 to 0.44. Followed by the range of 0.05 to 0.33
INRA32 and INRA 023 with a range from 0.05 to 0.27. Heterozygosity values were
observed at all three loci in the eastern region of the HEL09 sample of 5.5%, INRA 23
was 7.7%, and 8.9% INRA032. Average scores PIC (Polymorphism Information
Content) highest to lowest in two sample areas are the locus INRA023 by 0.79% while
for INRA032 locus was 0.60% and 0.54% HEL09. From these results, the most
informative loci to describe genetic diversity in both populations of Jembrana local
buffalo is locus INRA023. The conclusion that can be drawn from the results and
discussion, namely: 1) there are differences in the phenotypic characteristics of the two
groups of local buffalo Jembrana on sample areas of the east and west Kaliakah village
covering chest circumference, height, body length, head size, neck length, and tail length
varies. at the phenotypic traits that include body shape, body color, eye color, direction
of the horn, and the horn shape has the same pattern on both sample groups of buffalo in
the region, 2) there are differences in genetic variation in both populations of buffalo,
judging from the frequency of alleles, heterozygosity, and Polymorphism Information
Content (PIC); and 3) the results of identification process microsatellite-based genetic
variation, starting from the stage of DNA isolation, agarose electrophoresis, Polymerase
Chain Reaction (PCR), and polyacrylamide electrophoresis can be developed in a comic
form of learning molecular biology.
Keywords: buffalo, microsatellite, comics, analysis technic of molecular biology.

ABSTRAK: Tujuan dari penelitian ini, adalah a) memberikan informasi awal terkait
variasi fenotip dan genotif kerbau lokal di Kabupaten Jembrana khususnya di desa
Kaliakah timur dan barat sebagai acuan dalam upaya konservasi, b) diperolehnya
pemetaan genetik kerbau lokal yang ada di Kabupaten Jembrana khususnya di Desa
Kaliakah berbasis mikrosatelit, sehingga akan memberikan informasi yang lebih baik
terhadap pola pembibitan dan upaya konservasi ternak kerbau lokal Kabupaten
Jembrana, c) menghasilkan komik pembelajaran biologi molekuler berbasis penelitian
sebagai media pembelajaran maupun bahan ajar dalam perkuliahan Teknik Analisis

Biologi Molekular di Universitas Negeri Malang. Hasil penelitian menunjukkan,


terdapat perbedaan ciri fenotip pada kedua kelompok kerbau lokal Jembrana pada
sampel wilayah bagian timur dan barat desa kaliakah. Terdapat perbedaan variasi genetik
pada kedua populasi kerbau, dilihat dari frekuensi alel, heterozigositas, dan
Polymorphism Information Content (PIC). Hasil penelitian proses identifikasi variasi
genetik berbasis mikrosatelit, dimulai dari tahap isolasi DNA, elektroforesis agarose,
Polymerase Chain Reaction (PCR), dan elektroforesis poliakrilamid dapat
dikembangkan dalam bentuk komik pembelajaran biologi molekuler.
Kata kunci: kerbau, mikrosatelit, komik, teknik analisis biologi molekuler.
Ternak kerbau merupakan salah satu komoditas peternakan di Indonesia yang berpotensi
untuk dikembangkan. Hewan kerbau memiliki keistimewaan dibandingkan sapi, baik dalam
pemfaatkan serat kasar, daya adaptasinya yang tinggi, serta berat badan yang relatif besar.
Saat ini populasi kerbau nasional mengalami penurunan jumlah pada kurun waktu lima tahun
terakhir. Populasi kerbau yang berjumlah 2.403.298 ekor di tahun 2004 turun menjadi sekitar
1.932.927 ekor di tahun 2010 dengan laju penurunan sekitar sekitar 3,97% per tahun. Di
Provinsi Bali populasi kerbau saat ini dominan hanya ditemukan di kabupaten Jembrana,
dengan jumlah sebanyak 1.232 ekor dan mengalami penurunan jumlah secara fluktuatif pada
setiap tahunnya. Penurunan populasi kerbau di sejumlah wilayah di Indonesia disebabkan
karena tingkat pemotongan yang lebih tinggi dibandingkan laju kinerja reproduksi dan
produktivitas, pengurangan habitat, cara berternak yang masih tradisional, dan penyebaran
populasi yang tidak merata (Anggraeni.2007).
Variasi genetik merupakan salah satu kunci pengelolaan yang optimal terhadap sumber
daya genetik (Rahayu dkk, 2006). Variasi genetik ini dapat dipelajari dengan melihat variasi
alel DNA pada populasi kerbau. Salah satu penanda yang digunakan untuk melihat variasi
genetik adalah dengan menggunakan penanda mikrosatelit. Adanya mikrosatelit yang
berlimpah dalam genom, dan tingkat polimorfisme yang tinggi dan mudah untuk dianalisis,
menjadikan mikrosatelit menjadi pilihan marka atau penanda untuk pemetaan genetik dan
analisis keterpautan pada hampir sebagian besar spesies. Variasi genetik sangat diperlukan
dalam usaha pemuliaan ternak, dengan adanya variasi genetik dimungkinkan untuk
membentuk kelompok ternak baru melalui seleksi dan sistem perkawinan. Hal ini penting
karena dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan outbreeding
dengan menggunakan kerbau jantan dari wilayah lain dalam satu propinsi.
Dalam perkuliahan TABM (Teknik Analisis Biologi Molekuler) di Universitas negeri
malang memiliki kompetensi dasar yang mengupayakan mahasiswa untuk memahami
hakikat, prinsip-prinsip biologi molekular, serta prosedur dasar teknik molekular dalam
bidang biologi serta prinsip analisis data dengan menggunakan teknologi informasi untuk
pengembangan teknologi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan manusia. Dengan
demikian pengembangan media pembelajaran berbasis penelitian penting dikembangkan
untuk mendukung tercapainya kompetensi yang diharapkan.
Materi yang disajikan secara kontekstual akan menghasilkan pembelajaran yang lebih
bermakna dan menyenangkan (Nurhadi dkk, 2004). Biologi molekuler masih terkesan sangat
abstrak dan memerlukan pemahaman konsep yang kuat, sehingga diperlukan pembelajaran

yang kontekstual sehingga diperlukan media pembelajaran maupun bahan ajar yang
diharapkan membantu memfasilitasi serta memberi kemudahan bagi mahasiswa dan dosen
dalam mengelaborasikan beberapa konsep materi dasar, aplikasi, serta hasil dari penelitian
yang dimuat sebagai bahan refleksi bagi pengguna yakni mahasiswa.
Komik merupakan bentuk komunikasi visual yang memiliki kekuatan dalam
penyampaian maksud dan informasi secara popular dan mudah dimengerti melaui gambar
dan bahas tulis yang dimilikinya. (Bonnef. 1998). Beberapa penelitian memberikan informasi
bahwa komik dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang efektif dan berdampak
positif terhadap peningkatan minat belajar, motivasi, dan aspek kognitif siswa. Berdasarkan
hasil observasi di bebrapa perguruan tinggi terutama di Universitas Negeri Malang pada mata
TABM, maupun matakuliah lainnya belum digunakan atau dikembangkan komik sebagai
media pembelajaran. Melalui penggunaan komik media pembelajaran, mahasiswa tidak
hanya diharapkan mampu mengelaborasikan konsep materi, namun juga diharapkan mampu
meningkatkan minat serta motivasi dalam mengikuti kegiatan perkuliahan.
METODE
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
eksploratif (Arikunto, 2010). Penelitian deskriptif dengan pendekatan observasi laboratorik
adalah melakukan identifikasi variasi genetik kerbau lokal Kabupaten Jembrana melalui
analisis DNA dengan mikrosatelit, dan mengkaji hubungan variasi fenotip dan variasi
genotipnya pada kerbau di Desa Kaliakah kabupaten Jembrana. Hasil penelitian ini akan
ditindaklanjuti dengan pengembangan (developmental) bahan ajar dalam bentuk Komik
untuk menunjang proses pembelajaran matakuliah TABM di Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Malang. Penelitian lapang dimulai pada bulan September dan penelitian
observasi laboratorium dilakukan dari bulan September hingga selesai. Populasi dalam
penelitian ini adalah kerbau yang ada di Desa Kaliakah. Sedangkan sampel dalam penelitian
ini sebanyak 18 ekor kerbau lokal Kabupaten Jembrana dari Desa Kaliakah wilayah barat dan
timur. Proses pengembangan media pembelajaran komik mengadopsi model 4D (Define,
Design, Develop, Disseminate) oleh Thiagarajan et al (1974). Tahapan Disseminate tidak
dilakukan karena produk komik yang dihasilkan tidak didistribusikan secara massal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari pengamatan yang dilakukan diketahui terdapat variasi pada ciri morfologi yang
meliputi lingkar dada, panjang kaki, panjang tubuh, panjang kepala, panjang leher, dan
panjang ekor. Ukuran lingkar dada pada populasi kerbau lokal Jembrana di desa Kaliakah
memiliki rentang anatara 148 cm hingga 185 cm. Ukuran panjang kaki memiliki rentang
anatara 51 cm hingga 66 cm. Ukuran panjang tubuh berkisar antara 112 cm hingga 128 cm.
Ukuran panjang kepala pada kisaran 26 cm hingga 38 cm. Ukuran panjang ekor berkisar
antara 55 cm hingga 70 cm. Terdapat variasi pada penampakan warna tubuh sampel kerbau
yakni warna kehitaman sebanyak 12 ekor dan 8 ekor albino yang tersebar secara acak pada
dua wilayah pengamatan. Ciri morfologi merupakan tampilan eksternal tubuh mahkluk hidup
yang merupakan ekspresi dari bentuk keseimbangan biologis, sehingga dapat dipakai untuk
menentukan asal-usul dan hubungan filogenetik antara spesies, bangsa, dan tipe ternak yang
berbeda (Anggraeni, dkk, 2011:201). Dalam menentukan keragaman kerbau lokal di

Kabupaten Jembrana penampakan fenotif bukanlah merupakan satu-satunya indikator yang


dapat diamati, maka dilakukan kajian informasi genetik.
Penggunaan alel-alel DNA mikrosatelit telah banyak digunakan, dalam menentukan
kekerabatan baik pada tumbuhan, hewan, maupun bakteri. Untuk sampel hewan ruminasia
dalam hal ini kerbau, penanda mikrosatelit yang digunakan yakni tiga lokus HEL 09, INRA
023 dan INRA 032 dengan pertimbangan bahwa lokus tersebut telah umum digunakan dalam
beberapa penelitian terkait variasi genetik kerbau. Untuk mengetahui keadaan variasi genetik
suatu populasi maka penting untk mengukur parameter genetik yang meliputi heterozigositas,
frekuensi alel, dan polimorpisme.
Heterozigositas merupakan jumlah individu dalam sebuah populasi yang memiliki
alel yang berbeda dalam satu lokus (Ellegren, 2004). Heterozigositas merupakan parameter
yang bagus untuk menggambarkan variabilitas genetik pada individu kerbau. Perhitungan
nilai heterozigositas pada sampel wilayah pertama dan kedua memiliki nilai yang berbedabeda pada masing masing lokus. Pada perhitungan nilai observed heterozygosity untuk
sampel wilayah pertama (timur) pada lokus INRA 032 sebesar 0,5 yang terendah, dan HEL09
yakni sebesar 0,55 serta lokus INRA 23 sebesar 0,88. Hal ini menunjukkan heterozigositas
pada kedua sampel wilayah kerbau kabupaten Jembrana, dimana individu-individu pada
sampel wilayah kedua lebih heterozigot dibandingkan dengan wilayah pertama.
Frekuensi alel adalah frekuensi individual yang mempunyai alel bersifat homozigot
plus setengah dari frekuensi heterozigot dari alel tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan
jumlah alel pada setiap lokus mikrosatelit serta dan ukuran alel pada dua wilayah Kabupaten
Jembrana diketahui nilai frekuensi alel lokus HEL 009 pada sampel wilayah pertama (timur)
memiliki kisaran antara 0,22 0,44 dan pada sampel wilayah dua (barat) berkisar berkisar
antara 0,06 0,33. Nilai frekuensi alel untuk lokus INRA 023 pada sampel wilayah pertama
(timur) berkisar antara 0,05 0,27 dan pada sampel wilayah dedua (barat) berkisar antara
0,11 0,33. Nilai frekuensi alel untuk lokus INRA 032 pada sampel wilayah pertama (timur)
berkisar antara 0,05 0,33 dan pada sampel wilayah kedua (barat) berkisar antara 0,17
0,33. Nilai frekuensi alel tiap lokus mikrosatelit yang diperoleh kemudian digunakan untuk
mendapatkan nilai expected heterozygosity sedangkan nilai observed heterozygosity diperoleh
dari hasil pengamatan individu heterozigot
Pada perhitungan nilai observed heterozygosity untuk sampel wilayah pertama (timur)
pada lokus INRA 032 sebesar 0,5 yang terendah, dan HEL09 yakni sebesar 0,55 serta lokus
INRA 23 sebesar 0,88. Nilai observed heterozygosity pada sampel wilayah kedua yang
terendah dimulai dari lokus HEL 09 yakni 0,51, INRA 032 yakni 0,82, dan yang tertinggi
yakni lokus INRA 023 dengan nilai 0,87. Dari nilai rata-rata heterozigositas, diperoleh nilai
rata-rata tertinggi pada sampel wilayah pertama yakni 33,8% sedangkan pada sampel wilayah
pertama diperoleh nilai sebesar 0,73%. Hal ini menunjukkan heterozigositas pada kedua
sampel wilayah kerbau kabupaten Jembrana, dimana individu-individu pada sampel wilayah
kedua lebih heterozigot dibandingkan dengan wilayah pertama. Heterozigositas genetik yang
tinggi memperkirakan adanya generasi campuran yaitu populasi campuran dari area-area
yang berbeda, aliran gen, dan seleksi alami.
PIC (Polimorphism Information Content) merupakan sebuah parameter yang
mengindikasikan derajat keinformatifan dari sebuah penanda (Aminafshar et al, 2008).
Perbedaan nilai informasi polimorfik lokus diantara individu kerbau menunjukkan adanya

perbedaan pada keragaman genetik antar individu. Lokus yang polimorfik menggambarkan
adanya heterozigositas dalam suatu individu. Setiap individu heterozigot masing-masing
membawa dua macam alel atau lebih. Hasil perhitungan dari hasil analisis frekuensi alel yang
diperoleh dengan menggunakan software Gene pop. Nilai PIC tertinggi secara keseluruhan
sampel kerbau di kedua wilayah adalah pada lokus INRA023 yaitu sebesar 0,77, sehingga
lokus ini dianggap paling informatif untuk menggambarkan keanekaragaman genetik pada
individu kerbau pada kedua populasi lokasi wilayah di Kabupaten Jembrana.Komik yang
dikembangkan terdiri atas dua bagian, yaitu bagian dasar teori dan teknik serta aplikasi.
Proses penyusunan media pembelajaran komik mengadopsi model pengembangan 4D
(Define, Design, Develop, Disseminate) oleh Thiagarajan et al (1974). Dari angket yang
disebar diketahui bahwa pada umumnya masih merasa kesulitan dalam memahami beberapa
konsep penting dalam perkuliahan. Sebagian besar mahasiswa sudah memiliki motivasi,
minat belajar, dan semangat kerja sama yang tinggi.
Pada tahap define dilakukan analisis kebutuhan yang meliputi analisis kebutuhan akan
media pembelajaran terkait kurikulum, materi, dan karakteristik mahasiswa. Kompetensi
yang ingin dicapai oleh jurusan biologi FMIPA yakni menghasilkan lulusan yang memiliki
keterampilan dalam mengembangkan kurikulum dan bahan ajar biologi dan IPA (FMIPA
UM:52). Dari hasil analisis kebutuhan diketahui bahwa penggunaan media dalam menunjang
pembelajaran TABM masih menggunakan buku teks, beberapa mahasiswa masih mengalami
kesulitan dalam mengaitkan konsep teori pada materi dan aplikasinya secara kontekstual,
serta kesulitan dalam memperoleh media maupun sumber belajar yang relatif terjangkau. Dari
uraian tersebut penyusunan komik sebagai media dan bahan ajar dirasakan perlu untuk
mewujudkan iklim belajar yang optimal dan mencapai kompetensi lulusan program s-1 yang
ingin dicapai.
Tahap design dilakukan berdasarkan hasil observasi tahap define sebelumnya. Tahap
design dilakukan perumusan komik sesuai dengan sinopsis cerita yang telah dibuat melalui
persetujuan dari ahli materi dan pembuatan storyline yang dikoreksi oleh media. perumusan
komik dilakukan pada tahap develop meliputi plot cerita, naskah, dan karakter. Tahap
develop yang dilakukan meliputi pembuatan fisik komik dan validasi dari ahli materi, ahli
media pembelajaran, dan respon mahasiswa. Pembuatan fisik komik dimulai dari pembuatan
panel, layout, sketsa kartun, yang dilakukan secara manual dengan tangan sedangkan untuk
scaning,dan colouring dilakukan dengan menggunakan software Adobe Photoshop CS 4 pada
komputer.
Aspek yang diukur pada media komik oleh ahli materi, media pembelajaran, dan
responden mahasiswa meliputi materi (kesesuaian dengan kurikulum), komunikaai visual
(kemenarikan, kontekstualisasi, penyajian materi, alur cerita,) serta motivasi yang
ditimbulkan dan keefektifannya dalam penggunaan. Validasi oleh ahli media, ahli materi, dan
mahasiswa dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P=

Keterangan :
P
X

= Skor yang dihitung


= Jumlah jawaban responden dalam satu item

Xi
100

= Jumlah keseluruhan nilai ideal dalam satu item


= Bilangan konstan

Pedoman untuk menginterpretasikan hasil analisis data tersebut, maka ditetapkan


kriteria kualifikasi hasil validasi yang dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel Kriteria Kualifikasi Hasil Validasi

Skor
100-80

Kualifikasi
Valid

79-60

Cukup
Valid

59-50

Kurang
Valid

49-0

Tidak Valid

Keputusan
Produk baru siap dimanfaatkan di lapangan untuk kegiatan
pembelajaran
Produk dapat dilanjutkan dengan menambahkan sesuatu
yang kurang dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu
Merevisi dengan meneliti kembali secara seksama dan
mencari kelemahan-kelemahan produk untuk
disempurnakan
Merevisi secara besar-besaran dan mendasar tentang isi
produk

Sumber: Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Sudjana, 1990:45)

Hasil analisis data validasi media komik oleh ahli media pembelajaran diperoleh
persentase nilai sebesar 89,5%, yang termasuk pada kategori valid dan tidak perlu direvisi.
Hasil analisis data validasi dari ahli bidang studi, diperoleh persentase sebesar 92,8% yang
termasuk pada kategori valid dan sangat layak dan tidak perlu direvisi. Dari hasil analisis data
angket validasi komik oleh mahasiswa, diperoleh persentase nilai sebesar 83,2% yang
termasuk pada kategori valid, sehingga komik yang dikembangkan tidak perlu direvisi ulang,
namun dilakukan beberapa perbaikan sesuai saran dan masukan dari masing-masing
validator.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa aspek
meliputi perbedaan ciri fenotif, variasi genetik, dan hasil pengembangan komik sebagai
media pembelajaran.Terdapat perbedaan ciri fenotip pada kedua kelompok kerbau lokal
Jembrana pada sampel wilayah bagian timur dan barat desa kaliakah yang meliputi lingkar
dada, tinggi badan, panjang badan, ukuran kepala, panjang leher, panjang ekor, warna tubuh
dan warna mata yang bervariasi. Pada ciri fenotip yang meliputi bentuk tubuh, arah tanduk,
dan bentuk tanduk memiliki pola yang sama pada kelompok kerbau di kedua sampel wilayah.
Terdapat perbedaan variasi genetik pada kelompok kerbau lokal Jembrana pada
sampel wilayah bagian timur dan barat desa kaliakah. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan,
yang meliputi frekuensi alel, heterozigositas, dan Polymorphism Information Content (PIC).
Nilai frekuensi alel dari ketiga lokus, yaitu HEL09, INRA023 dan INRA032 sangat bervariasi
pada kedua sampel daerah. Nilai frequensi alel dari yang terkecil hingga terbesar yaitu INRA
032 dengan kisaran 0,05- 0,27, INRA 23 dengan kisaran 0,05-0,33, dan HEL09 yakni dengan
kisaran 0.00 hingga 0,44. Nilai heterozigositas teramati pada ketiga lokus pada sampel
wilayah timur, HEL09 sebesar 5,5%, INRA 23 sebesar 7,7 %, dan INRA032 sebesar 8,9 %.

Rata-rata heterozigositas yang diharapakan pada populasi kerbau lokal Jembrana pada
sampel wilayah timur sebesar 7,3%, sedangkan untuk sampel wilayah barat sebesar 7,1%.
Nilai rata rata PIC (Polymorphism Information Content) paling tinggi pada kedua sampel
wilayah diperoleh dari lokus INRA023 sebesar 0,79% sedangkan untuk lokus INRA032
adalah 0,60% dan HEL09 sebesar 0,54%. Dari hasil ini, lokus yang paling informatif untuk
menggambarkan keanekaragaman genetik pada kedua populasi kerbau Sumatera Selatan
adalah lokus INRA023.Hasil penelitian proses identifikasi variasi genetik berbasis
mikrosatelit, dimulai dari tahap isolasi DNA, elektroforesis agarose, Polymerase Chain
Reaction (PCR), dan elektroforesis poliakrilamid dapat dikembangkan dalam bentuk komik
pembelajaran biologi molekuler.
SARAN
Berdasarkan simpulan di atas maka saran atau rekomendasi yang diajukan untuk
dirumuskan adalah sebagai berikut. Setelah diperoleh nilai variasi genetik kerbau lokal
Jembrana yang menunjukkan nilai yang bervariasi, maka diperlukan partisipasi dari
pemerintah daerah setempat untuk mensosialisasikannya kepada masyarakat. Sosialisai ini
bertujuan dengan maksud sebagai upaya awal dalam konservasi kerbau lokal Jembrana, dari
ancaman kepunahan akibat perkawinan sekerabat serta habitat yang berkurang. Mengenai
pengembangan media pembelajaran komik terkait esensi materi, hendaknya meliputi semua
sub materi TABM, serta mengelaborasikannya dengan materi genetika dasar dan genetika
populasi, sehingga diharapkan dapat dihasilkan produk yang memvisualisasikan materi secara
utuh dan menyeluruh.
DAFTAR RUJUKAN
Aminafshar, M., Amirinia, C., & Torshizi, R. 2008. Genetic diversity in Buffalo population of
Guilan using microsatellite markers. Journal of Animal and Veterinary Advances, Vol
7 (11) : 1499-1502.
Anggraeni, A. dan E. Triwulaningsih. 2007. Keragaan bobot badan dan morfometrik tubuh
kerbau Sumbawa terpilih untuk penggemukan. Pros. Seminar Nasional Lokakarya
Nasional Usaha Ternak Kerbau. Jambi, 2223 Juni 2007. hlm; 124-131.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bonnef, Marcel. 1998. Les bandess dessinees Indonesianess, Terjemahan Rahayu hidayat.
KPG. Jakarta .
Ellegren, H. 2004. Microsatellites: Simple sequences with complex evolution. Genetics, Vol
5: 435-445.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Rahayu S, Sumitro SB, Susilawati T, dan Soemarno, 2006. Analisis Isoenzim untuk
Mempelajari Variasi Genetik Sapi Bali di Provinsi Bali. Berkas Penelitian Hayati.
Sudjana, Nana dan Rivai Ahmad. 2002. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru
Algensindo.
Thiagarajan 1974. Instructional development for training teacher of exceptional children.
Indiana: Morana University.

Anda mungkin juga menyukai