Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP

TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI DESA


KARANGBENDO BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA
Adi Sucipto
INTISARI
Latar Belakang: Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal dalam jangka waktu yang lama. Salah satu
pengobatan nonfarmakoterapi yang dapat digunakan untuk mengatasi hipertensi yaitu
dengan terapi komplementer dan salah satunya adalah teknik relaksasi otot progresif.
Terapi teknik relaksasi otot progresif ini membantu relaksasi otot tubuh terutama otot
pembuluh darah sehingga mempertahankan elastisitas pembuluh darah arteri.
Tujuan: Mengetahui pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah
pada lansia dengan hipertensi di Desa Karangbendo, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.
Metode Penelitian: Penelitian ini dilaksanakan di balai pertemuan padukuhan di Desa
Karangbendo, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta dengan jenis penelitian Quasi
Experimental dengan rancangan penelitian Non Equivalen Control Group. Responden
adalah lansia yang mengalami hipertensi berjumlah 36 orang. Teknik pengambilan
sampel menggunakan Proportional Random Sampling yaitu pengambilan sampel dalam
populasi yang bersifat heterogen yang dibai-bagi dalam strata dan setiap strata
pengambilan sampel dengan cara acak dengan teknik analisa data menggunakan
Wilxocon.
Hasil: Uji statistik dengan menggunakan Wilxocon diperoleh nilai p-value = 0,000
(0,000 < 0,05) pada tekanan darah sistolik dan p-value = 0,083 (0,083 > 0,05) pada
tekanan darah diastolik.
Kesimpulan: Ada pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah pada
lansia dengan hipertensi di Desa Karangbendo, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.
Kata Kunci: Hipertensi, Teknik relaksasi otot progresif, Tekanan darah

EFFECT OF PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION TECHNIQUE ON


BLOOD PRESSURE IN THE ELDERLY WITH HYPERTENSION IN
KARANGBENDO VILLAGE, BANGUNTAPAN, BANTUL YOGYAKARTA
Adi Sucipto
ABSTRACT
Background: Hypertension is a condition in which a person has elevated blood pressure
in the long term. One of the nonpharmacotherapy treatments that can be used to treat
hypertension is a complementary therapy and one of which is progressive muscle
relaxation techniques. The therapy of progressive muscle relaxation technique helps to
relax the muscles of the body, especially muscles of blood vessels so as to maintain the
elasticity of the arteries.
Objective: This research is to identify effect of progressive muscle relaxation technique
on blood pressure in the elderly with hypertension in Karangbendo Village, Banguntapan,
Bantul Yogyakarta.
Methods: The research was conducted at the village meeting hall in the Karangbendo,
Banguntapan Village, Bantul, Yogyakarta. It belongs to Quasi-Experimental research
design with Non-equivalent Control Group. Respondents were the elderly with
hypertension, numbering 36 people. Sampling used proportional random sampling,
namely sampling in a heterogeneous population divided in strata and the sampling of each
stratum was taken randomly. Data were analyzed using Wilcoxon.
Results: The statistical test using Wilcoxon generated p-value = 0,000 (0,000 < 0,05) in
systolic blood pressure and p-value = 0,083 (0,083 > 0,05) in diastolic blood pressure.
Conclusion: There is a significant effect of progressive muscle relaxation technique on
blood pressure in the elderly with hypertension in Karangbendo Village, Banguntapan,
Bantul Yogyakarta.
Key words: Hypertension, progressive muscle relaxation technique, blood pressure

ii

otot dan peredaran darah akan lebih sempurna


dalam mengambil dan mengedarkan oksigen
serta relaksasi otot progresif dapat bersifat
vasodilator yang efeknya memperlebar
pembuluh darah dan dapat menurunkan
tekanan darah secara langsung. Relaksasi otot
progresif ini menjadi metode relaksasi
termurah, tidak memerlukan imajinasi, tidak
ada efek samping, mudah dilakukan, membuat
tubuh dan pikiran terasa tenang dan rileks(8).
Latihan ini dapat membantu mengurangi
ketegangan otot, stres, menurunkan tekanan
darah, meningkatkan toleransi terhadap
aktivitas sehari-hari, meningkatkan imunitas,
sehingga status fungsional, dan kualitas hidup
meningkat. Dari hasil studi pendahuluan yang
telah dilakukan di Desa Karangbendo,
Banguntapan, Bantul, Yogyakarta pada
tanggal 19 Februari 2014, ditemukan sebanyak
42 orang lansia mengalami hipertensi dengan
jumlah lansia perempuan sebanyak 32 orang
dan laki-laki sebanyak 10 orang yang
sebelumnya dilakukan pengukuran tekanan
darah pada lansia yang berada di lingkungan
Desa Karangbendo, Banguntapan, Bantul,
Yogyakarta. Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Pengaruh
Teknik Relaksasi Otot Progresif terhadap
Tekanan Darah Pada Lansia dengan Hipertensi
di Desa Karangbendo, Banguntapan, Bantul,
Yogyakarta.

PENDAHULUAN
Lansia merupakan kelompok yang sudah
mengalami penurunan atau perubahan fungsi
seperti fisik, psikis, biologis, spiritual, serta
hubungan sosialnya, dan tentunya memberikan
pengaruh
terhadap
berbagai
aspek
kehidupannya,
salah
satunya
kondisi
kesehatannya(1). World Population Prospect
(2010)
dalam
KemenKesRI
(2013)
menyebutkan bahwa populasi lansia di dunia
pada tahun 2010 mencapai 14,35% dari total
penduduk dunia(2). Seiring bertambahnya usia,
lansia mengalami perubahan stuktural dan
fungsional dalam tubuhnya dan salah satunya
mengalami
kerusakan
struktural
dan
fungsional pada aorta, yaitu arteri besar yang
membawa darah dari jantung, yang
menyebabkan semakin parahnya pengerasan
pembuluh darah dan semakin tingginya
tekanan darah sehingga menyebabkan lansia
mengalami hipertensi(3).
Hipertensi
merupakan
peningkatan
tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi
manula, dikatakan mengalami hipertensi
apabila tekanan sistolik 160 mmHg dan
diastolik 90 mmHg. Sekitar 20% populasi
dewasa mengalami hipertensi dan lebih dari
90% diantaranya menderita hipertensi esensial
(primer), dimana tidak dapat ditentukan
penyebab medisnya. Sisanya mengalami
kenaikan tekanan darah karena penyebab
tertentu
(hipertensi
sekunder),
seperti
penyempitan arteri renalis atau penyakit
parenkim ginjal, disfungsi organ, tumor dan
kehamilan(4). Tingginya angka kejadian
hipertensi menuntut peran tenaga kesehatan
untuk
melakukan
upaya
penanganan/pengobatan(5).
Salah
satu
pengobatan hipertensi yang dapat dilakukan
yaitu dengan cara terapi komplementer. Salah
satu bentuk terapi komplementer adalah terapi
relaksasi otot progresif(6). Teknik relaksasi otot
progresif adalah teknik relaksasi otot dalam
yang tidak memerlukan imajinasi, kekuatan
atau sugesti. Teknik relaksasi otot progresif
memusatkan perhatian pada suatu aktivitas
otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang
kemudian menurunkan ketegangan dengan
melakukan
teknik
relaksasi
untuk
mendapatkan perasaan rilaks(7).
Terapi relaksasi otot progresif bermanfaat
untuk menurunkan resistensi perifer dan
menaikkan elastisitas pembuluh darah. Otot-

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian jenis
eksperimen semu atau Quasi Experimental.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah
Non Equivalent Control Group. Penelitian ini
membandingkan antara hasil intervensi teknik
relaksasi otot progresif dengan suatu
kelompok kontrol yang serupa, tetapi tidak
perlu kelompok yang benar-benar sama(9).
Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Karangbendo,
Banguntapan,
Bantul,
Yogyakarta pada tanggal 30 Mei 2014 sampai
dengan 5 Juni 2014. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh lanjut usia yang mengalami
hipertensi primer yang ada di Desa
Karangbendo,
Banguntapan,
Bantul,
Yogyakarta yang berjumlah sebanyak 42
orang. Sampel adalah bagian dari populasi
yang dipilih untuk mewakili populasi(10)
dimana dalam penelitian ini menggunakan
teknik Stratified Proportional Random
Sampling yaitu pengambilan sampel dalam
3

populasi yang bersifat heterogen yang dibagibagi dalam strata dan setiap strata
pengambilan sampel dengan cara acak sesuai
dengan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi
dengan jumlah sampel 38 responden.
Kriteria inklusi adalah karakteristik
umum subyek penelitian pada populasi target
terjangkau(11).
Kriteria
inklusi
dalam
penelitian ini adalah lansia yang berusia 60
tahun mengidap hipertensi primer baik
perempuan dan laki-laki yang berada di
lingkungan Desa Karangbendo, Banguntapan,
Bantul,
Yogyakarta,
bisa
diajak
berkomunikasi dengan baik, dan bersedia
menjadi responden. Kriteria ekslusi adalah
adalah populasi diluar kriteria inklusi(11).
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah
lansia yang mengkonsumsi obat anti
hipertensi, mengalami sakit pada persendian
sehingga mengalami nyeri saat diberikan
intervensi, dan didiagnosis DM, gagal ginjal.
Prosedur pengambilan data dalam
penelitian ini adalah pengumpulan data
dilakukan dengan cara melakukan pengukuran
tekanan darah pretest pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol, memberikan
intervensi latihan teknik relaksasi otot
progresif kepada kelompok intervensi, dan
melakukan pengukuran tekanan darah posttest
pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol yang sebelumnya sudah meminta izin
dari Ketuan Padukuhan Desa Karangbendo
agar bisa dilakukan penelitian. Dalam
memberikan intervensi latihan teknik
relaksasi otot progresif dibantu oleh asisten
yang sudah ditunjuk. Asisten juga sebelumnya
diberikan orientasi tentang langkah-langkah
teknik relaksasi otot progresif agar
diimplementasikan dengan baik ke responden.
Selanjutnya peneliti melakukan penelitian
dengan mengumpilkan responden, kemudian
membagi responden kedalam 2 kelompok
yaitu kelompok intervensi dan kelompok
kontrol, kemudian peneliti menjelaskan tujuan
dan manfaat dilakukannya penelitian.
Kemudian peneliti membagikan informed
consent kepada responden, selanjutnya
peneliti melakukan pengukuran tekanan darah
pretest kepada kedua kelompok.
Instrumen penelitian dalam penelitian ini
berupa sphygmomanometer air raksa yang
digunakan untuk mengukur tekanan darah
pretest dan posttest, stetoskop, dan lembar

observasi untuk mencatat hasil pengukuran


tekanan darah pretest dan posttest.
Pengolahan data terdiri dari editing,
coding, tabulating, transferring, entering, dan
cleaning. Analisis data terdiri dari dua yaitu
analisis univariat untuk menyajikan data
dalam bentuk distribusi frekuesi sedangkan
analisis bivariat menggunakan uji Wilcoxon
untuk data ordianal dengan tidak berdistribusi
normal. Etika penelitian yang sebelumnya
mendapatkan izin dari Ketua Padukuhan Desa
Karangbendo,
Banguntapan,
Bantul,
Yogyakarta untuk melakukan penelitian di
balai
pertemuan
padukuhan.
Setelah
mendapatkan
izin
kemudian
peneliti
menerapkan masalah etika yang terdiri dari
beneficience dan maleficience (manfaat dan
kerugiannya), autonomy (kebebasan menjadi
responden), anonimity dan confidentiality
(kerahasiaan identitas responden), justice
(keadilan), dan protection from discomfort
(terbebas dari rasa sakit).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran umum lokasi penelitian Desa
Karangbendo terbagi dalam 6 rukun warga
(RW). Batas wilayah Desa Karangbendo,
Banguntapan, Bantul, Yogyakarta meliputi
batas timur yaitu jembatan layang Janti, batas
selatan yaitu daerah Serowajan, batar barat
yaitu Sungai Gajah Wong, dan batas utara
yaitu Bantulan yang merupakan wilayah
perbatasan Kota Sleman dengan Kota Bantul.
Desa Karangbendo, termasuk dalam wilayah
kerja Puskesmas Banguntapan III. Di desa ini
posyandu lansia rutin dilaksanakan pada
minggu ke-3 setiap bulannya.
Kegiatan yang dilakukan oleh petugas
kesehatan dari Puskesmas Banguntapan III
selaku puskesmas yang menaungi kegiatan
posyandu lansia yaitu melakukan pemeriksaan
dan melakukan pengobatan kepada lansia
yang berada di lingkungan desa Karangbendo,
Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Kegiatan
posyandu lansia biasanya dimulai pada pukul
09.00 WIB yang diawali dengan melakukan
senam lansia secara bersama-sama yang
dipandu oleh kader-kader lansia. Selanjutnya
setelah senam lansia dilanjutkan dengan
kegiatan pemeriksaan kesehatan seperti
pengukuran tekanan darah, penimbangan
berat badan, dan pengobatan yang dilakukan
oleh petugas kesehatan dari Puskesmas
Banguntapan III.
4

ANALISIS UNIVARIAT
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di Desa
Karangbendo, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta Bulan Mei-Juni 2014 (n=36)
Kelompok
Kelompok
Karakteristik

Intervensi

Kontrol

Frekuensi

Presentase

(f)

(%)

(f)

(%)

(n)

(%)

60-69

10

55,6

33,3

16

44,4

70-79

33,3

38,9

13

36,1

27,8

19,4

Usia (Tahun)

80-89

11,1

Jenis Kelamin
Laki-laki

16,7

22,2

19,4

Perempuan

15

83,3

15

77,8

29

80,6

Total

18

100

18

100

36

100

Grafik 1. Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Responden Pretest pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol Di Desa Karangbendo, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta Bulan MeiJuni 2014

Kelompok Intervensi

Kelompok Kontrol

120%
100%

100%

100%

100%

100%
80%
60%
40%
20%
0%

0%

0%

0%

Tekanan Darah
Sistolik

Tekanan Darah
Diastolik

Tekanan Darah
Sistolik

Tekanan Darah
Diastolik

0%

Normal

Hipertensi

Grafik 2. Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Responden Posttest pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol Di Desa Karangbendo, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta Bulan MeiJuni 2014
Kelompok Intervensi

Kelompok Kontrol

120%
100%

100%

100%
83,3%
72,2%

80%
60%
40%

27,8%
16,7%

20%

0%

0%

Tekanan Darah
Sistolik

Tekanan Darah
Diastolik

0%
Tekanan Darah
Sistolik

Tekanan Darah
Diastolik
Normal

Hipertensi

ANALISIS BIVARIAT
Tabel 2. Hasil Pretest dan Posttest pada Kelompok Intervensi pada Lansia yang Mengalami
Hipertensi di Desa Karangbendo, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta Bulan Mei-Juni 2014
Tekanan
Darah Pretest

Hipertensi

Total
Tekanan
Darah Pretest

Hipertensi

Total

Tekanan Darah Sistolik


Posttest
Normal
Hipertensi
f
(%)
f
(%)

Total
F

(%)

13

72,2

27,8

18

100,0

13

72,2

27,8

18

100,0

Tekanan Darah Diastolik


Posttest
Normal
Hipertensi
f
(%)
f
(%)

(%)

16,7

15

83,3

18

100,0

16,7

15

83,3

18

100,0

Total

p-value

0,000

p-value

0,083

Tabel 3. Hasil Pretest dan Posttest pada Kelompok Kontrol pada Lansia yang Mengalami Hipertensi
di Desa Karangbendo, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta Bulan Mei-Juni 2014

Tekanan
Darah Pretest

Hipertensi

Total
Tekanan
Darah Pretest

Hipertensi

Total

Tekanan Darah Sistolik


Posttest
Normal
Hipertensi
f
(%)
f
(%)

(%)

0,0

18

100,0

18

100,0

0,0

18

100,0

18

100,0

Total

Tekanan Darah Diastolik


Posttest
Normal
Hipertensi
f
(%)
f
(%)

(%)

0,0

18

100,0

18

100,0

0,0

18

100,0

18

100,0

Berdasarkan hasil penelitian yang


dilakukan di Desa Karangbendo, Banguntapan,
Bantul, Yogyakarta hasil analisa data sebelum
diberikan teknik relaksasi otot progresif pada
kelompok intervensi bahwa semua responden
mengalami hipertensi sistolik maupun
diastolik (100%), demikian juga pada
kelompok
kontrol
semua
responden
mengalami hipertensi sistolik maupun
diastolik (100%). Dari hasil distribusi
frekuensi karakteristik responden berdasarkan
usia, mayoritas responden dalam penelitian ini
berusia 60-69 tahun (young old) sebanyak 16
responden
(44,4%).
Lansia
biasanya
mengalami peningkatan tekanan darah sistolik
yang berhubungaan dengan
elastisitas
pembuluh darah yang menurun, tetapi tekanan
darah lebih dari 140/90 mmHg didefinisikan
sebagai hipertensi dan meningkatkan resiko
terjadinya penyakit yang berhubungan dengan
hipertensi(5). Sementara itu dilihat dari hasil
distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan
jenis
kelamin,
mayoritas
responden dalam penelitian ini berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 29
responden (80,6%). Hipertensi cenderung
lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan
dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini
dikarenakan pada perempuan meningkat
seiring bertambahnya usia dimana pada
perempuan masa premenopause cenderung
memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada
laki-laki, penyebabnya sebelum menopause

Total

p-value

1,000

p-value

1,000

wanita relatif terlindungi dari penyakit


kardiovaskuler oleh hormon estrogen(12).
Pada hasil posttest tekanan darah
responden
pada
kelompok
intervensi
mengalami
perubahan
dimana
terjadi
perubahan tekanan darah sistolik normal
sebanyak 13 responden (72,2%), dan diastolik
normal sebanyak 3 responden (16,7%).
Sedangkan pada kelompok kontrol hasil
posttest dari diagram menunjukkan bahwa
tidak ada perubahan yang terjadi pada
kelompok kontrol, semua tekanan darah
responden baik sistolik maupun diastolik
masih dalam kategori hipertensi (100%).
Tekanan darah sistolik dihasilkan oleh otot
jantung yang mendorong isi ventrikel masuk
kedalam arteri yang telah teregang(13). Dilihat
dari grafik 2 pada kelompok intervensi setelah
diberikan terapi teknik relaksasi otot progresif,
terjadi penurunan tekanan darah sistolik
sementara pada tekanan darah diastolik tidak
mengalami penurunan yang signifikan. Ada
beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan
pelaksanaan terapi relaksasi otot progresif
dalam
menurunkan
tekanan
darah.
Pelaksanaan teknik relaksasi otot progresif
untuk memperoleh hasil yang maksimal
dianjurkan dilakukan 2 kali sehari secara rutin
selama 25-30 menit dalam setiap sesinya.
Lama latihan biasanya memerlukan waktu
minimal 1 minggu(14). Dalam penelitian ini,
terapi teknik relaksasi otot progresif diberikan
hanya 1 kali dalam sehari selama 1 minggu,
dimana setiap sesi berlangsung selama 20
7

menit. Kemungkinan yang kedua disebabkan


karena ketidakmampuan responden dalam
melaksanakan teknik relaksasi otot progresif
secara baik dan benar walau sudah dalam
pengawasan peneliti saat pelaksanaannya.
Berdasarkan tabel analisis bivariat didapat
hasil analisis data mengenai teknik relaksasi
otot progresif terhadap tekanan darah pada
lansia yang mengalami hipertensi dengan uji
Wilcoxon menunjukkan bahwa tekanan darah
sistolik memiliki nilai p-value (0,000) <
(0,05) dan tekanan darah diastolik memiliki pvalue (0,083) > (0,05). Sehingga Ho ditolak
dan Ha diterima yang artinya bahwa ada
pengaruh yang bermakna pada teknik relaksasi
otot progresif terhadap tekanan darah sistolik
namun tidak ada pengaruh yang bermakna
pada tekanan darah diastolik pada lansia yang
mengalami hipertensi di Desa Karangbendo,
Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Hal ini
dibuktikan dari kelompok intervensi dengan
hasil pretest tekanan darah sistolik dimana 18
responden (100%) masuk ke dalam kategori
hipertensi dan hasil posttest tekanan darah
sistolik 13 responden (72,2%) masuk ke dalam
kategori tekanan darah sistolik normal,
sementara itu hasil pretest tekanan darah
distolik dimana 18 responden (100%) masuk
dalam kategori hipertensi dan hasil posttest
tekanan darah diastolik 3 responden (16,7%)
masuk dalam kategori tekanan darah diastolik
normal.
Hal ini membuktikan bahwa ada
perubahan tekanan darah setelah diberikan
terapi teknik relaksasi otot progresif pada
kelompok intervensi.

mengaktivasi kerja sistem saraf parasimpatis


dan memanipulasi hipotalamus melalui
pemusatan pikiran untuk memperkuat sikap
positif sehingga rangsangan stres terhadap
hipotalamus berkurang(16). Aktivasi dari sistem
saraf parasimpatis disebut juga Trophotropic
yang dapat menyebabkan perasaan ingin
istirahat, dan perbaikan fisik tubuh. Respon
parasimpatik meliputi penurunan denyut nadi
dan tekanan darah serta meningkatkan aliran
darah. Oleh sebab itu, melalui latihan relaksasi
lansia dilatih untuk dapat memunculkan
respon relaksasi sehingga dapat mencapai
keadaan tenang dan relaks sehingga lansia
mengalami
penurunan
tekanan
darah.
Penelitian ini mendukung hasil penelitian(17),
terjadi perubahan tekanan darah pada klien
hipertensi primer setelah diberikan terapi
relaksasi otot progresif dengan hasil uji
statistik Wilcoxon Signed Rank Test pada
tekanan darah sistolik diperoleh nilai p-value
0,0075 dengan tingkat kepercayaan 95%,
secara bermakna dapat menurunkan tekanan
darah sistolik. Sedangkan pada tekanan darah
diastolik diperoleh nilai p-value 0,058 ini
menunjukkan tidak terjadi penurunan tekanan
darah diastolik yang bermakna setelah
diberikan teknik relaksasi otot progresif pada
klien dengan hipertensi primer. Demikian juga
dengan hasil penelitian(18), terjadi perubahan
tekanan darah sistolik pada lansia dengan
hipertensi setelah diberikan terapi teknik
relaksasi otot progresif dengan nilai p-value
(0,000).
KESIMPULAN DAN SARAN

Relaksasi otot progresif merupakan salah


satu terapi non farmakoterapi yang tidak
memerlukan imajinasi, sugesti, tidak ada efek
samping, mudah untuk dilakukan. Relaksasi
otot progresif merupakan salah satu teknik
untuk mengurangi ketegangan otot dengan
proses yang simpel dan sistematis dalam
menegangkan sekelompok otot kemudian
merilekskannya kembali sehingga otot-otot
menjadi
relaks
dan
menurunkan
kecemasan/stres
sehingga
menyebabkan
ekanan darah menurun pada hipertensi(15).
Selama
stres,
hormon-hormon
seperti
epineprin,
kortisol,
glukagon,
ACTH,
kortikosteroid, dan tiroid akan meningkat,
stres fisik maupun emosional mengaktifkan
sistem neuroendokrin dan sistem saraf
simpatis melalui hipotalamus-pituitari-adrenal.
Teknik relaksasi otot progresif akan

KESIMPULAN
Tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi sebelum diberikan terapi relaksasi
otot progresif yaitu 36 responden baik
kelompok intervensi maupun kelompok
kontrol mengalami hipertensi (100%) baik
tekanan darah sistolik maupun tekanan darah
diastolik. Tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi sesudah diberikan terapi relaksasi
otot progresif yaitu tekanan darah sistolik pada
kelompok intervensi mayoritas masuk ke
dalam kategori tekanan darah sistolik normal
yaitu 13 responden (72,2%) dan tekanan darah
diastolik mayoritas masuk ke dalam kategori
hipertensi yaitu 15 responden (83,3%).
Sedangkan pada kelompok kontrol semua
responden masuk ke dalam kategori hipertensi
sistolik dan diastolik yaitu 18 responden
8

(100%).Ada perbedaan tekanan darah sebelum


dan sesudah diberikan terapi relaksasi otot
progresif pada lansia yang mengalami
hipertensi di Desa Karangbendo, Banguntapan,
Bantul, Yogyakarta dimana perbedaan terjadi
pada tekanan darah sistolik pada kelompok
intervensi dengan nilai p-value = 0,000 (pvalue < 0,05).

SARAN

Kepada lansia yang mengalami hipertensi


agar dapat melaksanakan latihan teknik
relaksasi otot progresif ini secara benar
dan rutin dengan cara melaksanakan
latihan rutin dua kali dalam satu hari yaitu
setiap pagi hari dan sore hari sehingga
dapat membantu menurunkan tekanan
darah dan meningkatkan kesehatan tubuh.
Dengan adanya penelitian diharapkan bagi
ilmu keperawatan agar bisa menjadikan
penelitian ini sebagai acuan untuk
pengembangan ilmu keperawatan yang
komprehensif khususnya keperawatan
medikal bedah dan keperawatan komunitas
khususnya keperawatan gerontik dengan
cara terjun ke masyarakat untuk
memeberikan
pendidikan
kesehatan
tentang latihan teknik relaksasi otot
progresif kepada masyarakat khususnya
lansia dan menjadikan latihan teknik
relaksasi sebagai salah satu pengobatan
non farmakoterapi untuk mengatasi
tekanan darah tinggi pada lansia.
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan bisa
dijadikan sebagai acuan untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh teknik
relaksasi otot progresif dengan frekuensi
latihan teknik relaksasi otot progresif
dilakukan lebih dari 1 kali latihan dalam 1
hari atau berkelanjutan dengan lama waktu
penelitian kurang lebih 1 bulan pada lansia
dengan hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tamher, S. dan Noorkasiani. (2008).
Kesehatan Usia Lanjut Dan Pendekatan
asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

2. Kemenkes RI. (2013). Gambaran Kesehatan


Lanjut Usia Di Indonesia. Jakarta.
3. Kowalski. (2010).
Bandung: Qanita.

Terapi

Hipertensi.

4. Smeltzer,S. C. & Bare, B. G. (2002). Buku


Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner
and Sudarth vol. I, edisi 8. Alih Bahasa :
Monica Ester, Ellen Panggabean. Jakarta :
EGC.
5. Potter, P.A., dan Perry, A.G. (2010).
Fundamental Keperawatan Edisi 7. Jakarta:
Salemba Medika.
6. Susanti. (2009). Perbedaan Tingkat Insomnia
Lansia Sebelum Dan Sesudah Latihan
Relaksasi Otot Progresif (Progressive Muscle
Relaxation)
Di
BPSTW
Ciparay
Bandung.http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent
/uploads/2009/07/perbedaan_tingkat_insomni
a_lansia.pdf ,diakses pada tanggal 20 Januari
2014.
7. Herodes. (2010). Teknik Relaksasi Progresif
Terhadap
Insomnia
Pada
Lansia.
http://herodessolution.blogspot.com/2010/11/t
eknik-relaksasi-progresif-terhadap.
Html,
diakses pada tanggal 20 Januari 2014.
8. Maryam, S., (2010). Buku Panduan Kader
Posbindu Lansia. Jakarta Timur: Cv. Trans
Info Media.
9. Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
10. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
11. Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. (2008).
Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis.
Jakarta: Sagung Seto.
12. Armilawaty, H. A. (2007). Hipertensi dan
faktor risikonya dalam kajian epidemiologi.
http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/
12/08/hipertensi-dan-faktorrisikonya-dalamkajian-epidemiologi Diakses tanggal 12 Juni
2014.

13. Evelyn. P. (2011), Buku Anatomi dan


Fisiologi
untuk
Paramedis.
Jakarta:
Gramedia.
14. Tobing, D. L. (2012). Pengaruh Progressive
Muscle Relaxation dan Logoterapi terhadap
perubahan Ansietas, Depresi, Kemampuan
Relaksasi dan Kemampuan Memaknai Hidup
Klien Kanker di RS Kanker Dharmais
Jakarta. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
15. Setyoadi dan Kushariyadi. (2011). Terapi
Modalitas
Keperawatan
Pada
Klien
Psikogeriatrik. Jakarta : Salemba Medika.
16. Masudi. (2011). Pengaruh Progressive
Muscle Relaxation Terhadap Kadar Glukosa
Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
RSUD Raden Mattaher Jambi. Tesis. Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
17. Hamarno, R. (2010). Pengaruh latihan
relaksasi otot progresif terhadap penurunan
tekanan darah klien hipertensi primer di Kota
Malang. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
18. Zuriati, A. (2010). Pengaruh Tteknik
Relaksasi
Otot
Progresif
Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Sistolik Pada
Lansia Dengan Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Air Tawar Kelurahan Air Tawar
Barat Padang 2010. Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas Padang.

10

11

Anda mungkin juga menyukai