ii
PENDAHULUAN
Lansia merupakan kelompok yang sudah
mengalami penurunan atau perubahan fungsi
seperti fisik, psikis, biologis, spiritual, serta
hubungan sosialnya, dan tentunya memberikan
pengaruh
terhadap
berbagai
aspek
kehidupannya,
salah
satunya
kondisi
kesehatannya(1). World Population Prospect
(2010)
dalam
KemenKesRI
(2013)
menyebutkan bahwa populasi lansia di dunia
pada tahun 2010 mencapai 14,35% dari total
penduduk dunia(2). Seiring bertambahnya usia,
lansia mengalami perubahan stuktural dan
fungsional dalam tubuhnya dan salah satunya
mengalami
kerusakan
struktural
dan
fungsional pada aorta, yaitu arteri besar yang
membawa darah dari jantung, yang
menyebabkan semakin parahnya pengerasan
pembuluh darah dan semakin tingginya
tekanan darah sehingga menyebabkan lansia
mengalami hipertensi(3).
Hipertensi
merupakan
peningkatan
tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi
manula, dikatakan mengalami hipertensi
apabila tekanan sistolik 160 mmHg dan
diastolik 90 mmHg. Sekitar 20% populasi
dewasa mengalami hipertensi dan lebih dari
90% diantaranya menderita hipertensi esensial
(primer), dimana tidak dapat ditentukan
penyebab medisnya. Sisanya mengalami
kenaikan tekanan darah karena penyebab
tertentu
(hipertensi
sekunder),
seperti
penyempitan arteri renalis atau penyakit
parenkim ginjal, disfungsi organ, tumor dan
kehamilan(4). Tingginya angka kejadian
hipertensi menuntut peran tenaga kesehatan
untuk
melakukan
upaya
penanganan/pengobatan(5).
Salah
satu
pengobatan hipertensi yang dapat dilakukan
yaitu dengan cara terapi komplementer. Salah
satu bentuk terapi komplementer adalah terapi
relaksasi otot progresif(6). Teknik relaksasi otot
progresif adalah teknik relaksasi otot dalam
yang tidak memerlukan imajinasi, kekuatan
atau sugesti. Teknik relaksasi otot progresif
memusatkan perhatian pada suatu aktivitas
otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang
kemudian menurunkan ketegangan dengan
melakukan
teknik
relaksasi
untuk
mendapatkan perasaan rilaks(7).
Terapi relaksasi otot progresif bermanfaat
untuk menurunkan resistensi perifer dan
menaikkan elastisitas pembuluh darah. Otot-
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian jenis
eksperimen semu atau Quasi Experimental.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah
Non Equivalent Control Group. Penelitian ini
membandingkan antara hasil intervensi teknik
relaksasi otot progresif dengan suatu
kelompok kontrol yang serupa, tetapi tidak
perlu kelompok yang benar-benar sama(9).
Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Karangbendo,
Banguntapan,
Bantul,
Yogyakarta pada tanggal 30 Mei 2014 sampai
dengan 5 Juni 2014. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh lanjut usia yang mengalami
hipertensi primer yang ada di Desa
Karangbendo,
Banguntapan,
Bantul,
Yogyakarta yang berjumlah sebanyak 42
orang. Sampel adalah bagian dari populasi
yang dipilih untuk mewakili populasi(10)
dimana dalam penelitian ini menggunakan
teknik Stratified Proportional Random
Sampling yaitu pengambilan sampel dalam
3
populasi yang bersifat heterogen yang dibagibagi dalam strata dan setiap strata
pengambilan sampel dengan cara acak sesuai
dengan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi
dengan jumlah sampel 38 responden.
Kriteria inklusi adalah karakteristik
umum subyek penelitian pada populasi target
terjangkau(11).
Kriteria
inklusi
dalam
penelitian ini adalah lansia yang berusia 60
tahun mengidap hipertensi primer baik
perempuan dan laki-laki yang berada di
lingkungan Desa Karangbendo, Banguntapan,
Bantul,
Yogyakarta,
bisa
diajak
berkomunikasi dengan baik, dan bersedia
menjadi responden. Kriteria ekslusi adalah
adalah populasi diluar kriteria inklusi(11).
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah
lansia yang mengkonsumsi obat anti
hipertensi, mengalami sakit pada persendian
sehingga mengalami nyeri saat diberikan
intervensi, dan didiagnosis DM, gagal ginjal.
Prosedur pengambilan data dalam
penelitian ini adalah pengumpulan data
dilakukan dengan cara melakukan pengukuran
tekanan darah pretest pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol, memberikan
intervensi latihan teknik relaksasi otot
progresif kepada kelompok intervensi, dan
melakukan pengukuran tekanan darah posttest
pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol yang sebelumnya sudah meminta izin
dari Ketuan Padukuhan Desa Karangbendo
agar bisa dilakukan penelitian. Dalam
memberikan intervensi latihan teknik
relaksasi otot progresif dibantu oleh asisten
yang sudah ditunjuk. Asisten juga sebelumnya
diberikan orientasi tentang langkah-langkah
teknik relaksasi otot progresif agar
diimplementasikan dengan baik ke responden.
Selanjutnya peneliti melakukan penelitian
dengan mengumpilkan responden, kemudian
membagi responden kedalam 2 kelompok
yaitu kelompok intervensi dan kelompok
kontrol, kemudian peneliti menjelaskan tujuan
dan manfaat dilakukannya penelitian.
Kemudian peneliti membagikan informed
consent kepada responden, selanjutnya
peneliti melakukan pengukuran tekanan darah
pretest kepada kedua kelompok.
Instrumen penelitian dalam penelitian ini
berupa sphygmomanometer air raksa yang
digunakan untuk mengukur tekanan darah
pretest dan posttest, stetoskop, dan lembar
ANALISIS UNIVARIAT
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di Desa
Karangbendo, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta Bulan Mei-Juni 2014 (n=36)
Kelompok
Kelompok
Karakteristik
Intervensi
Kontrol
Frekuensi
Presentase
(f)
(%)
(f)
(%)
(n)
(%)
60-69
10
55,6
33,3
16
44,4
70-79
33,3
38,9
13
36,1
27,8
19,4
Usia (Tahun)
80-89
11,1
Jenis Kelamin
Laki-laki
16,7
22,2
19,4
Perempuan
15
83,3
15
77,8
29
80,6
Total
18
100
18
100
36
100
Grafik 1. Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Responden Pretest pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol Di Desa Karangbendo, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta Bulan MeiJuni 2014
Kelompok Intervensi
Kelompok Kontrol
120%
100%
100%
100%
100%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
0%
0%
0%
Tekanan Darah
Sistolik
Tekanan Darah
Diastolik
Tekanan Darah
Sistolik
Tekanan Darah
Diastolik
0%
Normal
Hipertensi
Grafik 2. Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Responden Posttest pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol Di Desa Karangbendo, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta Bulan MeiJuni 2014
Kelompok Intervensi
Kelompok Kontrol
120%
100%
100%
100%
83,3%
72,2%
80%
60%
40%
27,8%
16,7%
20%
0%
0%
Tekanan Darah
Sistolik
Tekanan Darah
Diastolik
0%
Tekanan Darah
Sistolik
Tekanan Darah
Diastolik
Normal
Hipertensi
ANALISIS BIVARIAT
Tabel 2. Hasil Pretest dan Posttest pada Kelompok Intervensi pada Lansia yang Mengalami
Hipertensi di Desa Karangbendo, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta Bulan Mei-Juni 2014
Tekanan
Darah Pretest
Hipertensi
Total
Tekanan
Darah Pretest
Hipertensi
Total
Total
F
(%)
13
72,2
27,8
18
100,0
13
72,2
27,8
18
100,0
(%)
16,7
15
83,3
18
100,0
16,7
15
83,3
18
100,0
Total
p-value
0,000
p-value
0,083
Tabel 3. Hasil Pretest dan Posttest pada Kelompok Kontrol pada Lansia yang Mengalami Hipertensi
di Desa Karangbendo, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta Bulan Mei-Juni 2014
Tekanan
Darah Pretest
Hipertensi
Total
Tekanan
Darah Pretest
Hipertensi
Total
(%)
0,0
18
100,0
18
100,0
0,0
18
100,0
18
100,0
Total
(%)
0,0
18
100,0
18
100,0
0,0
18
100,0
18
100,0
Total
p-value
1,000
p-value
1,000
KESIMPULAN
Tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi sebelum diberikan terapi relaksasi
otot progresif yaitu 36 responden baik
kelompok intervensi maupun kelompok
kontrol mengalami hipertensi (100%) baik
tekanan darah sistolik maupun tekanan darah
diastolik. Tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi sesudah diberikan terapi relaksasi
otot progresif yaitu tekanan darah sistolik pada
kelompok intervensi mayoritas masuk ke
dalam kategori tekanan darah sistolik normal
yaitu 13 responden (72,2%) dan tekanan darah
diastolik mayoritas masuk ke dalam kategori
hipertensi yaitu 15 responden (83,3%).
Sedangkan pada kelompok kontrol semua
responden masuk ke dalam kategori hipertensi
sistolik dan diastolik yaitu 18 responden
8
SARAN
Terapi
Hipertensi.
10
11