Disusun oleh :
Ach. Maskur
201110420311202
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN DENGUE HAEMORRAGHIC FEVER (DHF)
1.
Pengertian
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan
adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2007). Dengue Haemoragic Fever
(DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus (Ngastiyah,
2011). Adapun klasifikasi DHF menurut WHO sebagai berikut:
a.
Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan (uji tourniquet
positif).
Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.
c.
Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg,
b.
d.
2.
Penyebab
a. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan
4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu
dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus
ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai
macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel sel mamalia misalnya sel BHK
(Babby Homster Kidney) maupun sel sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
b. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita,2007).
c. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe
lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah
mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk
kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari
ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990).
3.
c. Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan
cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun (120 /
80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
d. Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg) anggota
gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru (Arief Mansjoer &Suprohaita,
2007).
4.
Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal
tersebut menyebabkan pengaktifan komplemen sehingga terjadi komplek imun Antibodi
virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin,
serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga
terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+
dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan
permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya
komplek imun antibodivirus juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi
gangguan
fungsi
trombosit,
trombositopeni,
coagulopati.
Ketiga
hal
tersebut
menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika shock
tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis
metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan
sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia
jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup dalam
sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan
protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia.sebagai
reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat
anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi
perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi trombosit
menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit
sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3)
kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor
pembekuan. Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas
kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan
kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2007).
5. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas.
b. Shock atau renjatan.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Ig.G dengue positif
b. Trombositopenia
c. Hemoglobin meningkat
d. Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat)
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hiponatremia dan
hipokalemia
f. Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia, aneosinophilia,
peningkatan limposit, monosit dan basofil
g. SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat
h. Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
i. Waktu pendarahan memanjang
j. Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik: PCO2 <
35 40 mm Hg, HCO3 rendah
2. Pemeriksaan serologi
Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran literantibodi pasien dengan cara
haemaglutination nibitron test (HIT test) atau dengan uji peningkatan komplemen
pada pemeriksaan serologi di butuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut
atau demam dan masa penyembuhan ( 104 minggu setelah awal gejala penyakit )
untuk pemeriksaan serologi ini di ambil darah vena 2 5 ml
3. Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak mungkin di jumpai
pleural effusion, pemeriksaan USG hepatomegali dan splenomegali
7. Penanganan/Penatalaksanaan
Medik
a. DHF tanpa Renjatan
1)
2)
3)
Jika kejang maka dapat diberi luminal ( anticonvulsan ) untuk anak <1 th dosis
50 mg IM dan untuk anak >1th 75 mg IM. Jika 15 menit kejang belum teratasi ,
beri lagi luminal dengan dosis 3 mg / Kg BB anak <1 th dan pada anak >1th
diberikan 5 mg/ Kg BB.
4)
Pasang infus RL
2)
Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 30
ml/ kg BB )
3)
Keperawatan
a. Pengawasan tanda tanda vital secara kontinue tiap jam
1)
2)
3)
Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3
jam ,
4)
Pada pasien DHF derajat II : Pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombosit, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah
menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
5)
Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2
pengawasan tanda tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi produksi
urine tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombosit.
b. Resiko Perdarahan
1)
2)
3)
2)
3)
Berikan kompres
8. Clinical Pathway
Arbovirus (Aedes aegypti)
Beredar di aliran darah
Infeksi virus (viremia)
Hepatomegali
Mengaktivasi sistem komplemen
Nyeri
Membentuk dan melepaskan C3a dan C5a
Hypothalamus
Hipertermi
(Ngastiyah, 2011).
9. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan data
yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan . pengkajian pada pasien
dengan DHF dapat dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran, dan
pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-tahapannya meliputi :
1) Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual pasien dari berbagai
sumber (pasien, keluarga, rekam medik dan anggota tim kesehatan lainnya).
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk memenuhi
kebutuhan pasien.
3) Kaji riwayat keperawatan.
4) Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah, tidak
nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok (denyut nadi
cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstrimitas,
sianosis, gelisah, penurunan kesadaran).
b. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler,
perdarahan, muntah dan demam.
2) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
tidak ada nafsu makan.
4) Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi
5) Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
c. Intervensi Keperawatan
N
o
1.
Dx.
Keperawat
an
Hipertermi
a b/d
proses
infeksi
virus
dengue
NOC
NIC
Setelah
Fever treatment
dilakukan
1.
Monitor suhu sesering mungkin
tindakan
2.
Monitor IWL
keperawatan
3.
Monitor warna dan suhu kulit
selama
3x24
4.
Monitor tekanan darah, nadi dan
jam,
RR
menunjukkan
5.
Monitor
penurunan
tingkat
temperatur
kesadaran
dalam
batas
6.
Monitor WBC, Hb, dan Hct
normal dengan
7.
Monitor intake dan output
Kriteria Hasil :
8.
Berikan anti piretik
9.
Berikan
pengobatan
untuk
1. Bebas
dari
mengatasi penyebab demam
kedinginan
10.
Selimuti pasien
(5)
11.
Lakukan tapid sponge
2. Suhu
tubuh
12.
Kolaborasipemberian
cairan
dalam
intravena
rentang
13.
Kompres pasien pada lipat paha dan
normal 36,5aksila
37,5 (5)
14.
Tingkatkan sirkulasi udara
3. Mukosa bibir
15.
Berikan
pengobatan
untuk
lembab (5)
mencegah terjadinya menggigil
4. Kulit
tidak
teraba panas
Temperature regulation
(5)
1.
Monitor suhu minimal tiap 2 jam
5. Nadi dan RR
2.
Rencanakan
monitoring
suhu
dalam
secara kontinyu
rentang
3.
Monitor TD, nadi, dan RR
normal (5)
4.
Monitor warna dan suhu kulit
6. Tidak
ada
5.
Monitor tanda-tanda hipertermi dan
perubahan
hipotermi
warna
kulit
6.
Tingkatkan
intake
cairan
dan
dan tidak ada
nutrisi
pusing (5)
7.
Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
8.
Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
9.
Diskusikan
tentang
pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
10.
Beritahukan
tentang
indikasi
terjadinya keletihan dan penanganan
emergency yang diperlukan
11.
Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
12.
Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign Monitoring
1.
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2.
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3.
Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
4.
Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
5.
Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
6.
Monitor kualitas dari nadi
7.
Monitor
frekuensi
dan
irama
pernapasan
8.
Monitor suara paru
9.
Monitor pola pernapasan abnormal
10. Monitor
suhu,
warna,
dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor
adanya
cushing
triad
(tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
2.
Risiko
defisit
volume
cairan
berhubung
an dengan
pindahnya
cairan
intravaskul
er
keekstravas
kuler.
Setelah
Fluid management
dilakukan
1.
Timbang
popok/pembalut
jika
tindakan
diperlukan
keperawatan
2. Pertahankan catatan intake dan output
selama
3x24
yang akurat
jam. Kebutuhan 3. Monitor status hidrasi ( kelembaban
cairan
klien
membran
mukosa,
nadi
adekuat,
dapat terpenuhi
tekanan
darah
ortostatik
),
jika
dengan kriteria
diperlukan
hasil:
4. Monitor hasil lAb yang sesuai dengan
1. Input
dan
retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas
output
urin )
seimbang
5. Monitor vital sign
(5)
6. Monitor masukan makanan / cairan dan
2. Vital
sign
hitung intake kalori harian
dalam batas 7. Kolaborasi pemberian cairan IV
normal (5)
8. Monitor status nutrisi
3. Tidak
ada 9. Berikan cairan
tanda-tanda
10.Berikan diuretik sesuai interuksi
syok (5)
11.Berikan cairan IV pada suhu ruangan
4. Akral hangat 12.Dorong masukan oral
(5)
13.Berikan penggantian nesogatrik sesuai
5. Capilarry
output
refill <
detik (5)
4.
Resiko
gangguan
pemenuhan
kebutuhan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubung
an dengan
intake
nutrisi
yang tidak
adekuat
akibat mual
muntah
dan
nafsumaka
n
yang
menurun.
Setelah
Nutrition Management
dilakukan
1.
Kaji adanya alergi makanan
tindakan
2.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
keperawatan
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
selama 3x24jam.
yang dibutuhkan pasien.
Kebutuhan
3.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan
nutrisi
klien
intake Fe
terpenuhi
4.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan
dengan kriteria
protein dan vitamin C
hasil:
5.
Berikan substansi gula
1. Nafsu
6.
Yakinkan
diet
yang
dimakan
makan
mengandung
tinggi
serat
untuk
meningkat
mencegah konstipasi
(5)
7.
Berikan
makanan
yang
terpilih
2. Klien tidak
( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
terlihat lesu 8.
Ajarkan pasien bagaimana membuat
dan lemah
catatan makanan harian.
(5)
9.
Monitor
jumlah
nutrisi
dan
3. Mukosa
kandungan kalori
bibir
tidak 10.
Berikan informasi tentang kebutuhan
kering (5)
nutrisi
4. Mual
dan 11.
Kaji
kemampuan
pasien
untuk
muntah
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
berkurang
(5)
Nutrition Monitoring
5. Tidak
ada
1.
BB pasien dalam batas normal
tanda-tanda
2.
Monitor adanya penurunan berat
malnutrisi
badan
(5)
3.
Monitor tipe dan jumlah aktivitas
6. Tidak terjadi
yang biasa dilakukan
penurunan
4.
Monitor interaksi anak atau orangtua
berat badan
selama makan
(5)
5.
Monitor lingkungan selama makan
6.
Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
7.
Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
8.
Monitor turgor kulit
9.
Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
14. Monitor
pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake nuntrisi
16.
6.
Resiko
terjadi
perdarahan
berhubung
an dengan
penurunan
faktorfaktor
pembekuan
darah
(trombosito
peni)
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
tidak
terjadi
perdarahan
selama
dalam
masa perawatan
dengan kriteria
hasil:
1. Tidak
ada
perdarahan
spontan (gusi,
hidung,
hematemesis
dan melena)
(5)
2. Trombosit
dalam batas
normal
(150.000/Ul)
(5)
3. Ttv
dalam
rentang
normal (5)
Gangguan
Setelah
rasa
dilakukan
nyaman:
tindakan
Nyeri
keperawatan
berhubung selama 3x24 jam
an dengan gangguan rasa
hepatomeg nyaman
ali
terkontrol/
berkurang
ditandai dengan
kriteria hasil:
1. Skala nyeri
berkurang
(5)
2. Ekspresi
wajah relax
(5)
3. Bisa
menggunaka
n
teknik
relaksasi
dengan baik
(nafas
dalam,
imajinasi)
7.
(5)
4. Intensitas
nyeri
berkurang
(5)
Kurang
Setelah
pengetahua dilakukan
n
tindakan
berhubung keperawatan
an dengan
selama 3x24
penyakitny jam, diharapkan
a
pengetahuan
klien dan
keluarga ttg
penyakitnya
meningkat
Kriteria Hasil :
1. Pasien dan
keluarga
menyatakan
pemahaman
tentang
penyakit,
kondisi,
prognosis dan
program
pengobatan
(5)
2. Pasien dan
keluarga
mampu
melaksanaka
n prosedur
yang
dijelaskan
secara benar
(5)
3. Pasien dan
keluarga
mampu
menjelaskan
kembali apa
yang
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan
lainnya (5)
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2007). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.
Ngastiyah (2011). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Herdam H.T (2012). NANDA Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC
Morhead, Sue,. et al. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth
Edition. Missouri: Mosby
Bulechek, Gloria, M., et al. (2013) Nursing Interventions Classification (NIC).
Sixth Edition. Missouri: Mosby