Anda di halaman 1dari 4

BAHAYA NARKOBA BAGI GENERASI KITA

by: Surya Gunawan


NIM : 09021281520120
Billingual Informatics Engineering 2015

Fenomena penggunaan narkoba di kalangan generasi kita semakin


mencemaskan. Saat ini sekitar 1,3 juta orang Indonesia menjadi pemakai
narkoba. Di Jakarta misalnya, hingga bulan Agustus 1999, tercatat secara
resmi 30 orang tewas akibat overdosis narkoba. Dilihat dari aspek usia yang
kecanduan narkoba, mereka adalah remaja berusia antara usia 15-20 tahun,
serta 70 % diantaranya berasal dari golongan menengah hingga atas.
Teknik pemasaran narkoba sekarang ini bahkan telah sampai pada tingkat
anak-anak SD, yakni dengan memasukkan narkoba ke dalam permen, tisu
dan minuman yang diberikan secara gratis kepada anak-anak. Bila anak-anak
sudah kecanduan, barulah mereka dibujuk untuk membeli barang tersebut.
Jenis narkoba yang digunakan, antara lain, ganja, putaw, obat-obatan
psikotropika, shabu-shabu dan lainnya. Jenis narkoba yang terbanyak
disalah-gunakan remaja adalah heroin (putaw). Cara penggunaannya yaitu :
a. Lewat jarum suntik
b. Diisap dengan bibir melalui
gulungan kertas plastik di atas alumunium foil yang dipanaskan
c. Dimasukkan dalam rokok tembakau
d. Dihirup melalui lubang hidung
Penggunaan narkoba ini memberi efek rasa percaya diri yang
berlebihan, sehingga pemakainya dapat nekat dalam melakukan hal-hal yang
berbahaya. Beberapa tindakan tawuran pelajar dan tindak pidana lainnya juga
dirangsang dengan narkoba ini.
Tindakan aparat kepolisian terhadap maraknya narkoba sebenarnya sudah
terlihat. Bulan Juli 1999, tersangka yang ditangkap berjumlah delapan orang.
Barang bukti yang dapat disita adalah 39.193 butir ecstasy, satu buah mesin
pres plastik ,44 paket heroin, 525 gram shabu, 4 bong alat hisap shabu, dan

245 kg ganja. Pada bulan Agustus 1999, jumlah tersangka yang ditangkap
berjumlah 145 orang. Barang bukti sebanyak 81 paket atau sekitar 350 gr
heroin, 12.684 butir atau sekitar 3 kg ecstasy, 12 paket atau 9,3 kg shabu, 982
linting ganja, 53 paket putaw, 24.456 butir nipam, 22.510 butir BK.
Tetapi, berkaitan dengan itu semua, respons masyarakat yang terlihat
ternyata biasa saja Hasil tangkapan itu dinilai masyarakat belum apa-apa
dibanding realitas meraja-lelanya penjualan dan pemakaian narkoba di
perkampungan dan selama ini belum pernah disentuh polisi.
Penyalahgunaan narkoba di Indonesia semakin memprihatinkan, dari
hari kehari terus meningkat tajam. Manusia Indonesia kian banyak masuk
neraka narkotika dan obat terlarang (narkoba). Selain generasi tua, lebih
banyak generasi muda yang terpeleset narkoba.
Pencegahan terhadap penyalahgunaan barang haram tersebut sebaiknya
tidak hanya selogan dan retorika saja. Perlu adanya peran serta masyarakat
dalam menangani masalah ini, tidak hanya cukup dengan kampanye Anti
Narkoba masuk Sekolah dan kampus. Dari hasil riset dari tahun 2003 sampai
dengan 2006 saja total mahasiswa dan siswa yang menggunakan narkoba
sejumlah 1.037.682 orang.
Ini merupakan lampu kuning mendekati merah
Salah satu acara paling efektif untuk melakukan pencegahan yaitu dengan
membuat kebijakan terhadap para mahasiswa yang ingin mencoba narkoba
akan
berfikir dua kali menggunakannya. Sebaiknya pihak kampus melakukan
tindakan
prenventif dengan melakukan pemeriksaan Narkoba secara berkala dengan
system acak per semester terhadap para mahasiswa pada saat jam kuliah.
Salah satu cara yang mungkin juga efektif yaitu kewajiban melakukan
pemeriksaan Narkoba kepada mahasiswa baru dan mahasiswa yang akan
melangsungkan Magang dan Ujian Akhir. Pihak kampus dapat berkerjasama
dengan BNN, BNP, Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta atau Lembaga
yang dianggap berwenang mengeluarkan Surat Bebas Narkoba (SBN) dalam

rangka pemeriksaan Narkoba.


Yang akan menjadi batu sandungan adalah faktor pembiayaan
pemeriksaan narkoba, karena biaya pemeriksaan narkoba tidaklah murah.
Ujung-ujngnya biaya pemeriksaan narkoba ini akan dibebankan kepada para
mahasiswa yang terakumulasi dalam biaya kuliah. Tetapi resiko biaya ini
merupakan hal yang wajar bagi pihak kampus dan orang tua yang tidak ingin
anaknya terjerat narkoba.
Say no to drug! Ini merupakan slogan yang sangat sederhana namun
memiliki implikasi yang kompleks terkait dengan harapan yang harus
diwujudkan, usaha berikut kebijakannya yang mesti diimplementasikan.
Say no to drug, bukan hanya sebuah jargon, ini adalah tanggung jawab
organisasi berbasis keagamaan, pemerintah, LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat), lembaga hukum, serta tanggung jawab kita bersama untuk
meningkatkan dan memberdayakan masyarakat kita menuju kehidupan yang
sehat baik dari aspek mental, jasmani, maupun spiritual. Di seluruh dunia
banyak program yang didirikan dengan maksud mencegah penyalahgunaan
Narkoba, atau untuk mengobati mereka yang terkena narkoba melalui
kepercayaan dan praktek-praktek agama tertentu. Pendekatan ini banyak
dilakukan di Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. Di barat,
agama tidak begitu menonjol dalam mencegah penyalahgunaan narkoba :
namun kita percaya bahwa program-program berbasis keagamaan benarbenar memiliki kepedulian kearah sana.
Sebagai pemimpin agama dan pendidikan, kita menyadari banyak
tantangan yang dihadapi generasi muda di negara kita saat ini. Penggunaan
obat-obat terlarang termasuk penggunaan alkohol dan produk-produk
tertentu. Terus merangkak naik dalam masyarakat terutama para remaja, dan
di beberapa tempat, obat-obat terlarang tersebut telah menarik pemuda dalam
dunia kejahatan dan kecanduan yang mematikan setiap orang, masyarakat,
keluarga dan individu-individu serta penanaman nilai-nilai yang kuat, yang
berakar dari kepercayaan agama merupakan faktor perlindungan yang efektif

guna mencegah dampak pengguna narkoba sebagai tindakan yang beresiko


tinggi.
Penyalahgunaan narkoba menyebabkan peningkatan HIV/AIDS
(Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome).
Kekacauan mental, dan kejahatan yang pada gilirannya merusak sendi-sendi
kehidupan sosial. Puluhan bahkan ratusan juta orang telah kecanduan
narkoba. Di Indonesia Badan Narkotika Nasional (BNN) menaksir bahwa kirakira ada 3,2 juta orang yang sudah terjerat ketergantungan Narkotika. Kendati
persoalan narkoba muncul, pemerintahan kita memberi harapan bagi setiap
orang, keluarga, masyarakat yang terpengaruh oleh penyalahgunaan narkoba
serta yang terkait dengan persoalan kesehatan dan sosial. Riset menunjukkan
bahwa kaum muda yang terlibat dalam komunitas keagamaan nampaknya
tidak begitu rentan terhadap penggunaan Narkoba.
Komunitas keagamaan berada di garda depan dalam merespon
kebutuhan pelayanan sosial yang mendesak bagi setiap individu dan
masyarakat. Termasuk ketergantungan narkoba, kita memberikan makanan
dan pakaian bagi yang membutuhkan, kita memberi naungan bagi tuna
wisma. Kita menawarkan pengobatan narkoba, bingkisan dan membantu
kelompok-kelompok anggota yang berjuang menjaga agama. Ketika
mencegah penggunaan narkoba, kita juga dapat memainkan peranan penting.

DAFTAR PUSTAKA
http://kabarmedan.com/pemakai-narkoba-di-kalangan-pelajar-danmahasiswa-alami-peningkatan/
https://abuelsah.wordpress.com/2014/02/26/makalah-mengatasipenyalahgunaan-narkoba-di-kalangan-pelajar/

Anda mungkin juga menyukai