Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

SIKAP NABI IBRAHIM AS TERHADAP ORANG TUA


4.1

Nabi ibrahim menasehati ayahnya agar meninggalkan berhala


Aazar, ayah Nabi Ibrahim tidak terkecuali sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan

menyembah berhala bahkan ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya
sendiri dan orang-orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan.
Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum
berdakwah kepada orang lain ialah menyadarkan ayah kandungnya dulu orang yang terdekat
kepadanya, bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah
perbuatan yang sesat dan bodoh. Beliau merasakan bahwa kebaktian kepada ayahnya
mewajibkan memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan
mengikutinya beriman kepada Allah Yan Maha Kuasa.
Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap
orang tuanya dengan kata kata yang halus ia datang kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia
diutus oleh ALlah sebagai nabi dan rasul dan bahwa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan
ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut apakah
yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti kaumnya yang lain padahal ia
mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak dapat mendatangkan
keungungan bagi penyembahnya atua mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan pula
kepadanya bahwa penyembahan kepada berhal-berhala itu adalah semata-mata ajaran syaitan
yang memang menjadi musuh kepada manusia sejak nabi adam as diturunkan ke bumi. Ia
berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari
berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua
makhluk yang dihdupkan memberi rezeki dan kenikatan hidup serta menguasakan bumi dengan
segala isinya kepada manusia.
4.2

Ayah Nabi ibrahim murka kepada Ibrahim


Aazar, ayah dari nabi ibrahim menjadi merah mukanya dan melotok matanya mendengar

kata-kata seruan puteranya yang ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang kurang patuh bahwa
puteranya telah berani mengecem dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan mengajaknya utuk

meninggalkan kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak
menyembunyikan murka dan marahnya tetap dinyatakan dalam kata-kata yang kasar dan dalam
maki seolah tidak ada hubungan di antara mereka. ia berkata kepada Nabi Ibrahim as dengan
nada gusar : Hai ibrahim! berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku? dan
kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya?
janganlah engkau membangkitkan amarahku dan coba mendurhakaiku. Jika engkau tidak
menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu dan tidak engkau hentikan sauahmu
mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini.
Aku tidak sudi bercampur denganmu di dalam satu rumah di bawah satu atap. Pergilan engkau
dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau
Nabi ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya sikap
tenang, sebagai anak terhadap ahanya seraya berkata : Oh ayahku, semoga engkau selamat, aku
akan tetap memohon ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan
selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan
doaku untukmu. Lalu keluarlah Nabi ibrahim as meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan
sedih dan prihatin karena tidak berhasil mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kufur.
Sebagai salah satu bukti kebaikan Nabi Ibrahim AS kepada orangtuanya, beliau
mendoakan orangtuanya. Bahkan, ketika beliau diusir oleh ayahnya dari kampung halamnnya,
karena Ibrahim tak mau menghentikan dakwahnya, Ibrahim tetap berjanji akan mendoakan
orangtuanya. Saat Ibrahim diusir oleh ayahnya sendiri, beliau menyatakan,


Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada
Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. (QS. Maryam: 47)
Pada ayat lain, beliau memohon,


dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orangorang yang sesat. (QS. Asy-Syuara [26]: 86)

Namun, permohonan Ibrahim itu ditolak oleh Allah SWT. Karena, orang musyrik,
termasuk para orangtua yang musyrik tidak boleh dimohonkan ampun, karena sudah pasti dosadosa mereka tidak akan diampuni oleh Allah SWT.
Lalu mengapa Ibrahim memohonkan ampun orangtuanya? Hal itu dia lakukan sebelum
nyata baginya bahwa orangtuanya termasuk musuh Allah SWT, karena menyekutukan-Nya.
Allah SWT menyatakan,




Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain
hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas
bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya.
(QS. Ibrahim: 114)
Kegagalan nabi ibrahim as dalam usahanya menyadarkan ayahnya yang tersesat itu
sangat menusuk hatinya karena ia sebagai putra yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada
dalam jalan yang benar terangkat dari lembah kesesatan dan syirik namun ia sadar bahwa
hidayah itu adalah di tangan Allah dan bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar
ayahnya mendapat hidayah, bila belum dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah keiinginan dan
usahanya.
Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak
sedikpun mempengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus
memberi penarangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih persembahan-persembahan yang
bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah
dan rasul-Nya
Nabi ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog
dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mereka anut dan ajaran yang ia bawa. Dan ternyata
bahwa bila mereka sudah tidak berdaya menilai dan menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil
yang dikemukakan oleh Nabi Ibrahim as tentang kebenaran ajarannya dan kebathilan
kepercayaan maereka maka dalil dan alasan yang usanglah yang mereka kemukakan yaitu bahwa
mereka hanya meneruskan apa yang bapak dan nenek moyang mereka lakukan dan mereka tidak
akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mereka warisi.

Anda mungkin juga menyukai