PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari waktu ke waktu permintaan masyarakat akan gula terus
meningkat. Hal ini disebabkan perkembangan penduduk dan semakin
maraknya industri yang menggunakan bahan baku gula. Meningkatnya
konsumsi masyarakat akan gula hendaknya disertai dengan meningkatnya
produksi gula.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan produksi gula.
Salah satu caranya adalah dengan menggunakan mesin-mesin dalam proses
pembuatan gula. Dengan adanya mesin-mesin ini pembuatan gula tidak lagi
dilakukan secara tradisional.
Seiring dengan semakin berkembangnya mesin-mesin pembuat gula,
maka produksi gula pun semakin meningkat. Produksi gula dewasa ini jauh
lebih baik dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas bila dibandingkan
dengan produksi gula pada waktu sebelum adanya mekanisasi. Proses
pembuatan gula yang dilakukan secara tradisional tidak efektif dan efisien.
Pabrik pabrik gula tradisional hanya mampu memproduksi gula dalam skala
kecil. Selainitu gula yang dihasilkan berkualitas rendah, karena gula yang
dibuat secara tradisional berwarna merah kecoklatan atau kuning. Hal ini
menyebabkan masyarakat enggan mengkonsumsi gula tersebut, sehingga
distribusi gula jenis ini terbatas pada masyarakat pedesaan sekitar pabrik
gula tradisional.
Apa yang dialami pabrik gula tradisional tentunya tidak dialami oleh
pabrik-pabrik gula modern yang telah menggunakan mesin-mesin dalam
proses pembuatan gula mampumemperoleh gula dalam skala besar, selain itu
mutu gula yang dihasilkan lebih baik. Gula yang dihasilkan merupakan gula
SHS (Superieure Hoofd Suiker) yang berwarna putih.
Lain hal nya dengan beras atau jagung atau bahan pokok lain, proses
pembuatan gula dari tebu memerlukan beberapa tahapan dan proses kimia
serta mekanis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tentang masalah diatas, dapat
diajukan pokokpokok perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan gula?
2. Bagaimana sejarah perkembangan pabrik gula di Jawa Barat?
3. Apa sajakah pabrik gula pasir yang berada di Jawa Barat?
4. Bagaimana proses pengolahan gula pasir di Jawa Barat khususnya oleh
PT Rajawali II?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari karya tulis ini adalah :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan gula.
2. Mengetahui sejarah perkembangan pabrik gula di Jawa Barat.
3. Mengetahui letak pabrik-pabrik gula pasir di Jawa Barat.
4. Mempelajari proses pengolahan gula pasir di Jawa Barat khususnya oleh
PT Rajawali II.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1. Pengolahan
Pengolahan adalah sebuah proses mengusahakan atau mengerjakan
sesuatu (barang dsb) supaya menjadi lebih sempurna. (Tim Penyusun
Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa: 1988)
2.1.2. Gula Pasir
2
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gula
Cirebon,
Kabupaten
Majalengka,
Kabupaten
Kuningan,
lain:
Kabupaten
Cirebon,
Kabupaten
Kuningan,
Kabupaten
mengelola 5 (lima) unit pabrik gula dengan total kapasitas giling 14.000
TCD yaitu PG Sindang Laut, PG Karangsuwung, PG Tersana Baru, PG
Jatitujuh, dan PG Subang.
Peta
Kabupaten Subang
Alat ini berfungsi untuk memotong dan menyayat tebu agar menjadi
potongan tebu kasar agar lebih memudahkan saat dicacah dalam
unigrator.
5. Unigrator
Alat ini berfungsi untuk memukul dan mencacah potongan tebu
kasar agar menjadi serpihan halus sehingga memmudahkan dan
mempercepat ekstraksi pada saat penggilingan.
Untuk pemenuhan kualitas gula yang baik, bahan baku tebu yang
diterima harus memenuhi pola MBS yaitu Manis, Bersih dan Segar.
Proses penilaian bahan baku pola MBS ini dilakukan oleh petugas
lapangan pabrik gula (PLPG) setiap kali tebu akan dikirim ke
pabrik sehingga tebu yang masuk dapat terjamin kualitasnya.Sistem
pemasukan tebu menuju stasiun penggilingan menggunakan prinsip
FIFO (first in first out) dimana tebu yang pertama kali masuk dalam
stasiun penerimaan adalah tebu yang pertama kali akan digiling, hal
ini dilakukan untuk menghindari terjadinya penurunan rendemen
dalam tebu. Penurunan rendemen terjadi karena tebu mengalami
proses respirasi terus menerus yang dapat mengakibatkan
menurunnya kandungan gula. Pada stasiun penerimaan ini juga
terdapat proses penimbangan tebu guna untuk mengetahui bobot
tebu yang akan digiling seperti alur yang dijelaskan pada gambar
berikut ini;
10
11
2. Stasiun Gilingan
menghancurkan
tebu
dengan
mesin
penggiling
untuk
Gilingan I
Pada gilingan pertama hanya terdiri dari serpihan serpihan tebu
sari unigrator yang setelah digiling akan menghasilkan nira perahan
pertama (NPP) dan ampas. NPP selanjutnya dipompa menuju DSM
Screen untuk dilakukan penyaringan agar terpisah nira dengan
ampas. Dari DSM Screen nira dipompa ke Door Clone untuk
dilakukan pemisahan dengan pasir yang masih terikut. Nira yang
telah dipisahkan pasirnya dialirkan ke bak penampungan nira
mentah, sedangkan ampasnya diangkut dengan Intermediet Carrier
(IMC) menuju gilingan kedua.
12
b. Gilingan II
Pada gilingan kedua terdiri dari ampas gilingan pertama dan ampas
dari DSM Screen, yang kemudian ditambahkan nira imbibisi (N3)
atau nira dari hasil perahan gilingan ketiga, banyak air imbibisi
yang diperlukan sebanyak 20 30% dari berat batang tebu yang
digiling. Tujuan dari penambahan nira imbibisi adalah untuk
melarutkan gula yang masih terkandung dalam ampas dan
kemudian mengeluarkannya dengan pemerasan pada gilingan
berikutnya.
Dari gilingan kedua ini akan dihasilkan nira perahan kedua (NPK)
dan ampas. NPK akan ditampung dalam bak penampung nira
mentah yang sama dengan NPP, selanjutnya ditambahkan Ca(OH) 2
dan asam phosphate (H3PO4). Penambahan Ca(OH)2 bertujuan
untuk menjaga kondisi nira agar tidak terlalu asam karena jika
terlalu asam akan menyebabkan terbentuknya gula inverse dan
mencegah berkembangnya mikroorganisme yang dapat merusak
sukrosa yang terdapat dalam nira dan sedangkan H3PO4 bertujuan
agar terbentuk endapan kalsium phosphate (Ca3(PO4)2) sebagai inti
endapan yang mampu mengikat koloid. NPP dan NPK yang telah
ditambahkan H3PO4 dan Ca(OH)2 disebut nira mentah dengan pH
6,8 yang akan diolah dalam stasiun berikutnya. Ampas dari gilingan
kedua akan dibawa dengan IMC menuju gilingan ketiga.
c. Gilingan III
Pada gilingan ketiga, ampas dari gilingan kedua ditambahkan
ampas dari DSM screen dan ditambahkan nira imbibisi (N4) atau
nira yang berasal dari gilingan keempat, kemudian diperah
menghasilkan ampas dan nira perahan ketiga (N3). N3 akan
digunakan untuk nira imbibisi gilingan kedua dan ampasnya dibawa
oleh IMC menuju gilingan keempat.
d. Gilingan IV
13
14
yang sebanyak mungkin yang terdapat dalam nira mentah dengan cara
kimia dan fisik sehingga akan diperoleh kadar sukrosa yang maksimal
dari nira tersebut serta menghilangkan kekeruhan dengan pengendapan.
Proses pemurnian dapat dilakukan melalui beberapa proses di antaranya
yaitu proses defekasi, sulfitasi dan karbonatasi. Pemurnian berfungsi
untuk menghilangkan atau mengurangi bukan gula dari nira mentah
seoptimal mungkin. Proses pemurnian ini dapat dilakukan secara fisis
maupun kimiawi. Secara fisis dengan cara penyaringan sedangkan
secara kimia melalui pemanasan, pemberian bahan pengendap serta
penggunaan unit peralatan berupa pemanas pendahuluan (heat
exchanger), defekator, sulfitator, expandeur, clarifier, rotary vacuum
filter. Proses pemurnian nira dapat dilihat pada gambar berikut:
Proses Defekasi
Dalam proses defekasi
pemurnian
nira
dilakukan
dengan
15
16
SO2. Pertimbangan
yang
digunakan
17
di
Indonesia.
Proses
ini
18
menurunkan titik didih larutan dan air didalam larutan dapat terurapkan
dengan cepat, selain itu juga untuk menjaga aliran tetap kontinyu dan
menjaga nira agar tidak rusak pada suhu tinggi. Dari badan V nira keluar
sebagai nira kental atau diskap dengan kekentalan 64% Brix atau 32Be.
Nira kental (diksap) yang keluar dari badan IV selanjutnya dipompa ke
bejana sulfitir nira kental dan di dalam bejana sulfitir ditambahkan gas
belerang sampai pH 6,5. Tujuan penambahan gas belerang adalah untuk
memucatkan nira agar nantinya diperoleh gula reduksi yang bermutu
bagus dan putih.
Nira kental tersulfutasi ini kemudian ditampung dalam tangki diksap
tersulfitasi sebagai tangki tunggu sebelum digunakan sebagai umpan
masakan dalam proses kristalisasi. Uap pemanas dari masing masing
badan evaporator dan pemanas pendahuluan akan mengembun sebagai
kondesat. Jika kondesat tidak mengandung gula, digunakan untuk air
imbibisi pada stasiun penggilingan, air semprotan pada vaccum filter
dan sebagai pencuci gula pada stasiun puteran. Untuk evaporator badan
I atau pemanasan pendahuluan, uap nira hasil penguapannya digunakan
sebagai bleeding, yaitu uap untuk pemanas pada juice heater. Peralatan
yang digunakan dalam stasiun penguapan ini yaitu evaporator yang
terdiri dari evaporator badan I, II, III, IV.
Pembuatan vakum pada badan evaporator dilakukan dengan cara
menginjeksikan air dari spray pond ke dalam jet kondensor, disini air
yang diinjeksikan sebaiknya sedini mungkin. Adanya perbedaan suhu
yang makin tinggi antara injeksi dengan uap air nira dari badan terakhir
akan mengakibatkan vakum yang semakin tinggi. Dengan adanya
perbedaan suhu akan mengakibatkan perbedaan tekanan, sehingga akan
menarik uap nira dalam badan evaporator. Pada temperatur ini air injeksi
19
yang masuk sebesar 34 37C sedangkan uap nira yang keluar sebesar
60 62C.
Tekanan vakum harus diperhatikan, karena jika tekanan terlalu tinggi
maka kandungan air di dalam nira menjadi lebih sedikit karena banyak
yang teruapkan. Hal tersebut akan menyebabkan larutan menjadi jenuh
dan dapat terjadi pengkristalan sedangkan jika terlalu rendah maka
kandungan nira akan semakin banyak karena air yang teruapkan sedikit,
hal ini mengakibatkan larutan menjadi encer dan akan memberatkan
kerja pan masakan.
5. Stasiun Masakan / Kristalisasi
Umumnya Pabrik Gula menggunakan proses pemasakan ACD karena
nira yang dihasilkan mempunyai harga kemurnian sekitar 79. Tujuan
adanya stasiun ini adalah untuk mengubah bentuk gula atau sukrosa dari
zat terlarut dalam nira menjadi zat padat dalam bentuk Kristal.
Proses kristalisasi dilakukan secara bertahap atau bertingkat, agar
didapat kristal gula sebanyak mungkin. Tahap tahapnya yaitu:
a. Tahap pembuatan inti kristal
Nira kental ditarik ke pan masakan, kemudian dikentalkan lagi
sampai masakan menjadi tua kemudian ditambahkan fondan hingga
terbentuk inti Kristal
b. Tahap pembesaran kristal
Pembesaran inti Kristal yang telah terbentuk dengan cara pelapisan
molekul molekul sukrosa pada inti Kristal. Pelapisan molekul
terjadi karena adanya gaya adhesi antara permukaan inti Kristal
dengan molekul sukrosa.
20
Pada stasiun ini bertujuan untuk memisahkan kristal gula dari stroopnya.
Pemisahan ini dilakukan dalam putaran dengan menggunakan gaya
centrifugal atau gaya pemusing sehingga diperoleh gula yang bersih.
Putaran mula mula digerakan pelan pelan setelah itu diputar dengan
kecepatan penuh, karena pengaruh gaya putaran kristal gula akan
terlempar ke dinding tromol kemudian stroopnya menerobos keluar
melalui saringan yng terdapat dalam tromol sedangkan kristal gulanya
21
bertujuan
untuk
menyempurnakan
steam
selain
untuk
22
23
7. Stasiun Penyelesaian
Stasiun penyelesaian ini adalah tahap akhir untuk menyelesaikan hasil
dari stasiun putaran sehingga menghasilkan gula produk yang siap untuk
dipasarkan. Selain itu juga untuk menurunkan temperature gula menjadi
50C. Proses didalam stasiun penyelesaian ini diawali dengan kristal
gula di alirkan kedalam talang goyang yang digetarkan oleh gaya
elektrik motor yang dilengkapi dengan vibrating screen yang berfungsi
untuk membantu penyaringan dan sebagai alat transportasi yang
mengangkut gula ke rotary dryer sugar dan selanjutnya oleh elevator
24
BAB IV
25
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
1. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energy.
Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan
enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan digunakan
oleh sel. Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau
aren.
2. Pabrik gula pasir di Jawa Barat kebanyakan didirikan oleh Belanda.
Cirebon dan sekitarnya dipilih oleh Belanda sebagai tempat mendirikan
pabrik gula karena lokasinya yang straregis dekat dengan pelabuhan,
sehingga memudahkan eksport gula ke Belanda.
3. Proses pembuatan gula pasir terdiri atas 7 stasiun, yaitu:
a. Stasiun Penerimaan tebu
b. Stasiun Gilingan
c. Stasiun Pemurnian
d. Stasiun Penguapan / Evaporasi
e. Stasiun Masakan / Kristalisasi
f. Stasiun Puteran
g. Stasiun Penyelesaian
DAFTAR PUSTAKA
26
Anonim.
2012.
Tentang
Gula
https://amanmartabak.wordpress.com/2012/08/19/tentang-gula-pasir/ .
Pasir.
Diakses
27