Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Tingkat keberhasilan pembangunan nasional Indonesia di segala bidang akan

sangat bergantung pada sumber daya manusia sebagai aset bangsa. Untuk
mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh sumber daya
manusia yang dimiliki, dilakukan melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan
formal maupun jalur pendidikan non formal. Perkembangan dunia pendidikan saat
ini sedang memasuki era yang ditandai dengan gencarnya inovasi teknologi,
sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan yang selaras dengan
tuntutan dunia kerja.
Pendidikan harus mencerminkan proses memanusiakan manusia dalam arti
mengaktualisasikan semua potensi yang dimilikinya menjadi kemampuan yang
dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari - hari di masyarakat luas. Salah satu
lembaga pada jalur pendidikan formal yang menyiapkan lulusannya untuk memiliki
keunggulan di dunia kerja, diantaranya melalui jalur pendidikan kejuruan. Sekolah
Menengah Kejuruan ( SMK ) dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan
yang siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap profesional di
bidangnya. Namun Sekolah Menengah Kejuruan dituntut bukan hanya sebagai
penyedia tenaga kerja yang siap bekerja pada lapangan kerja yang sesuai dengan
kebutuhan dunia usaha / dunia industri, tetapi juga dituntut untuk mengembangkan
diri pada jalur wirausaha, agar dapat maju dalam berwirausaha walaupun dalam
kondisi dan situasi apapun.
Saat ini SMK sedang gencar gencarnya digalakkan oleh pemerintah. Kebijakan ini
ditempuh setelah melihat kenyataan bahwa 65 % penganggur terdidik adalah
lulusan pendidikan menengah, yang dapat diartikan sebagai kurangnya
keterampilan lulusan pendidikan menengah untuk masuk lapangan kerja. SMK
kelompok program keahlian pariwisata adalah salah satu program keahlian yang
diprediksikan oleh Dikmenjur akan berkembang pesat untuk jangka waktu yang
panjang. Pariwisata sekarang ini merupakan suatu tuntutan hidup, yakni untuk
menghilangkan kejenuhan dari rutinitas pekerjaan. Permintaan orang untuk
melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus meningkat. Peningkatan

permintaan tersebut dapat dilihat dari angka kunjungan wisata yang semakin
bertambah dari tahun ke tahun.
Pendidikan memiliki nilai yang strategis dan urgen dalam pembentukan suatu
bangsa. Pendidikan itu juga berupaya untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa
tersebut. Sebab lewat pendidikanlah akan diwariskan nilai-nilai luhur yang dimiliki
oleh bangsa tersebut, karena itu pendidikan tidak hanya berfungsi untuk how to
know, dan how to do, tetapi yang amat penting adalah how to be, bagaimana
supaya how to be, terwujud maka diperlukan transfer budaya dan kultur.
Oleh karena itu pentingnya masalah yang berkenaan dengan pendidikan maka perlu
diatur suatu aturan yang baku mengenai pendidikan tersebut, yang dipayungi
dalam system pendidikan nasional. System pendidikan nasional adalah satu
keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang
berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan
nasional.

BAB II PEMBAHASAN

Indonesia sangat memerlukan pendidikan kejuruan yang banyak dan bermutu,


menyangkut berbagai cabang profesi. Selain itu lulusan Pendidikan Menengah
kejuruan memang tidak langsung masuk ke Pendidikan Tinggi setelah lulus SMK.
Akan tetapi setelah menjalankan pekerjaannya seorang lulusan SMK yang berminat
melanjutkan ke Pendidikan Tinggi dapat melakukan itu dengan memenuhi syarat
yang ditetapkan Pendidikan Tinggi. Sistem pendidikan sekolah harus bersifat
terbuka dan memberikan kemungkinan kepada siapa saja memasuki Pendidikan
Tinggi, asalkan memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan. Dalam syarat itu faktor
pengalaman bekerja tidak dapat diabaikan dan harus pula diperhitungkan sebagai
faktor yang meningkatkan kemampuan orang tersebut. Di Jerman seorang yang
cukup lama bekerja di pabrik dan menunjukkan prestasi tinggi dalam pekerjaannya,
tanpa mempunyai ijazah Abitur (tanda lulus gymnasium) dapat masuk pendidikan
tinggi setelah melewati beberapa syarat.Maka tidak benar untuk menganggap
pendidikan kejuruan lebih rendah dari pendidikan akademis. Yang benar adalah
bahwa setiap pendidikan mempunyai fungsinya sendiri bagi kehidupan bangsa. Dan
jelas bahwa bangsa Indonesia sangat memerlukan pendidikan kejuruan yang luas
dan bermutu agar dapat mengembangkan daya saing tinggi dalam era globalisasi.
SMK merupakan sebutan kumpulan pendidikan bagi aneka ragam kejuruan.
Di SMK dapat diadakan pendidikan untuk kejuruan ekonomi (yang dulu di Sekolah
Dagang dan SMEA), teknik (dulu Sek. Teknik), rumahtangga (dulu SKP),
kepariwisataan dan lainnya. Akan tetapi para pengarah pendidikan tidak
memasukkan pendidikan guru dalam SMK, sekalipun dulu ada SGA, SGPD dan
lainnya. Mereka berpendapat bahwa pendidikan guru harus masuk pendidikan

tinggi dan bukan pendidikan menengah.SMK mempunyai fungsi penting untuk


mendidik dan membentuk kader tingkat menengah bagi berbagai kegiatan produksi
bangsa. Maka boleh dikatakan bahwa produktivitas Indonesia sangat tergantung
kemampuan SMK membentuk kader itu.Dalam kenyataan hingga belum lama ini
SMK kurang dapat memenuhi tuntutan itu secara memuaskan, kecuali beberapa
SMK yang lulusannya dicari dan diburu oleh banyak perusahaan. Pada umumnya
SMK dinilai kurang dapat memberikan kecakapan kejuruan yang diperlukan dunia
industri. Bahkan ada perusahaan yang memilih merekrut lulusan SMA dan kemudian
dilengkapi dengan latihan sendiri dalam perusahaan, ketimbang merekrut lulusan
SMK.Kalau hal ini tidak diperbaiki, maka mayoritas SMK hanya merupakan
pemborosan uang dan waktu belaka yang sangat merugikan masyarakat dan anak
didik. Sebab itu sudah sangat jauh waktunya untuk membawa SMK melaksanakan
fungsinya yang sebenarnya. Hasil didiknya harus menjadi tumpuan produktivitas
perusahaan yang dicari oleh banyak perusahaan..Untuk meningkatkan mutu SMK
harus ada syarat bahwa untuk lulus SMK murid itu harus menempuh dan lulus ujian
dalam kejuruannya. Ujian ini dilakukan Asosiasi Profesi bersangkutan (sebagai
anggota Kamar Dagang dan Industri, KADIN) bersama Pemerintah Pusat. Maka ujian
ini dapat disamakan dengan Ujian Nasional bagi murid SMA. Hasil lulus ujian itu
memberikan kepada lulusan SMK satu ijazah atau certificate yang dikeluarkan
Asosiasi Profesi tersebut. Dengan ijazah itu lulusan SMK dapat diterima perusahaan
yang memerlukan keahliannya di mana saja, bahkan di luar Indonesia kalau Asosiasi
Profesi itu anggota Asosiasi Profesi Internasional atau ASEAN.
Semua SMK dengan begitu dimotivasi dan didorong untuk mendidik dan
membentuk muridnya sesuai dengan syarat-syarat yang diletakkan Asosiasi Profesi.
Karena memiliki ijazah Asosiasi Profesi berarti jaminan mendapat pekerjaan yang
sesuai dengan kecakapan serta mendapat penghasilan yang memadai. Makin
banyak lulusannya memenuhi tuntutan itu, makin tinggi penilaian umum terhadap
SMK tersebut. Sekarang sudah ada beberapa SMK dengan kemampuan demikian,
seperti SMK jurusan teknik milik kaum Katolik di Solo, SMK yang diselenggarakan PT
PAL di Sidoarjo, SMK jurusan pariwisata di Bali. Tetapi mayoritas SMK masih harus
berbenah diri untuk mencapai kondisi itu.Pendidikan SMK yang bertitikberat pada
pembentukan kecakapan kejuruan tidak boleh mengabaikan hal-hal yang pada
umumnya juga diperlukan seorang untuk bekerja baik. Sebab itu pembentukan

karakter seperti telah diuraikan dalam penyelenggaraan SMA, juga berlaku di SMK,
yaitu kemampuanb berpikir, berbuat dan berperasaan. Penguasaan bahasa juga
penting bagi lulusan SMK, baik bahasa Indonesia, Inggeris dan asing lainnya.
Kegiatan ekstra-kurikuler juga perlu dikembangkan, sebagaimana di SMA. Meskipun
mungkin cabang kegiatan tidak seperti SMA. Olahraga penting dalam kegiatan ini,
mungkin juga kegiatan bahasa. Namun hal-hal yang bersangkutan dengan profesi
harus mendapat perhatian lebih banyak di SMK.
UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 15, menyatakan pendidikan menengah
kejuruan bertujuan untuk menyiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam
bidang tertentu. Tujuan tersebut dapat dijabarkan lagi oleh Dikmenjur (2003)
menjadi tujuan umum dan tujuan khusus, sebagai berikut :
Tujuan umum, sebagai bagian dari sistem pendidikan menengah kejuruan SMK
bertujuan : (1) menyiapkan peserta didik agar dapat menjalani kehidupan secara
layak, (2) meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik, (3) menyiapkan
peserta didik agar menjadi warga negara yang mandiri dan bertanggung jawab, (4)
menyiapkan peserta didik agar memahami dan menghargai keanekaragaman
budaya bangsa Indonesia, dan (5) menyiapkan peserta didik agar menerapkan dan
memelihara hidup sehat, memiliki wawasan lingkungan, pengetahuan dan seni.
Tujuan khusus, SMK bertujuan : (1) menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja,
baik secara mandiri atau mengisi lapangan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan
industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan bidang dan program
keahlian yang diminati, (2) membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet
dan gigih dalam berkompetensi dan mampu mengembangkan sikap profesional
dalam bidang keahlian yang diminati, dan (3) membekali peserta didik dengan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) agar mampu mengembangkan diri sendiri
melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.Kompetensi lulusan pendidikan
kejuruan sebagai subsistem dari sistem pendidikan nasional menurut Depdikbud
(2001) adalah : (1) penghasil tamatan yang memiliki keterampilan dan penguasaan
IPTEK dengan bidang dari tingkat keahlian yang sesuai dengan kebutuhan
pembangunan, (2) penghasil tamatan yang memiliki kemampuan produktif,
penghasil sendiri, mengubah status tamatan dari status beban menjadi aset bangsa
yang mandiri, (3) penghasil penggerak perkembangna industri Indonesia yang
kompetitif menghadapi pasar global, (4) penghasil tamatan dan sikap mental yang

kuat untuk dapat mengembangkan dirinya secara berkelanjutan. Dikmenjur (2000)


mengatakan bahwa hasil kerja pendidikan harus mampu menjadi pembeda dari segi
unjuk kerja, produktifitas, dan kualitas hasil kerja dibandingkan dengan tenaga kerja
tanpa pendidikan kejuruan.
Jadi pendidikan kejuruan adalah suatu lembaga yang melaksanakan proses
pembelajaran keahlian tertentu beserta evaluasi berbasis kompetensi, yang
mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja setingkat teknisi.
Peningkatan mutu SMK juga banyak tergantung Pemerintah, Pusat maupun
Daerah, karena kurang ada perhatian yang memadai terhadap SMK, sebagaimana
sudah diuraikan di atas. Keadaan itu menimbulkan suasana seakan-akan SMK
adalah pendidikan kelas buntut, karena yang diperhatikan hanya SMA dan SMP.
Padahal untuk keperluan masa depan bangsa SMK mempunyai peran yang amat
penting. Sebab itu di samping harus peningkatan kualitas juga harus lebih banyak
SMK dibuka oleh Pemerintah dan swasta. Ini sangat berpengaruh terhadap produksi
nasional dan daya saing Indonesia di dunia internasional. Karena penyelenggaraan
SMK memerlukan investasi dan biaya operasi yang tidak sedikit, maka dalam
kondisi masyarakat Indonesia sekarang tidak dapat diharapkan pihak Swasta
membuka SMK kecuali mereka yang kuat modalnya. Sebab itu Pemerintah, baik
Pusat dan Daerah, harus lebih banyak membuka SMK.
Untuk menentukan kelulusan, siswa SMK diharuskan menempuh ujian
kompetensi, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa selama
belajar di SMK. Dengan diadakannya ujian kompetensi pada siswa SMK, yang juga
melibatkan dunia industri sebagai penguji eksternal, diharapkan itu sebagai tes
awal terhadap sisa sebelum masuk ke dunia industri. Ujian kompetensi juga
bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri dengan cara mendengar
masukan dari dunia industri.Hendaknya pemerintah Indonesia membangun
kerjasama yang sinergis dengan dunia industri. Sehingga kurikulum yang diterapkan
di SMK itu sama dengan kebutuhan yang ada di dunia industri, sehingga lulusan
SMK dapat langsung menjadi tenaga yang produktif dan siap pakai. Pemerintah
Indonesia harus fokus pada SMK, bukan hanya gencar membangun dan mendirikan
sekolah-sekolah baru, tapi juga merancang kuriklum yang sesuai dengan kebutuhan
dunia industri. SMK sekarang seperti hanya jadi anak tiri dari pemerintah, mereka

hanya fokus pada SMA, padahal banyak lilusan SMA yang jadi pengangguran karena
tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi.
VISI : Terwujudnya SMK bertaraf internasional, menghasilkan tamatan yang
memiliki jati diri bangsa, mampu mengembangkan keunggulan lokal dan bersaing di
pasar global
MISI : Meningkatkan Profesionalisme dan Good Governance SMK sebagai Pusat
Pembudayaan Kompetensi
Meningkatkan Mutu Penyelenggaraan Pendidikan (8 SNP)
Membangun dan memberdayakan SMK Bertaraf Internasional sehingga
menghasilkan lulusan yang memiliki jati diri bangsa dan keunggulan kompetitif di
pasar nasional dan global.
Memberdayakan SMK untuk Mengembangkan Potensi Lokal menjadi Keunggulan
Komparatif
Memberdayakan SMK untuk Mengembangkan Kerjasama dengan Industri, PPPG,
LPMP, dan Berbagai Lembaga Terkait
Meningkatkan Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan Kejuruan yang Bermutu
TUJUAN
Mewujudkan Lembaga Pendidikan Kejuruan yang akuntabel sebagai Pusar
Pembudayaan Kompetensi Berstandar Nasional
Mendidik Sumber Daya Manusia yang mempunyai etos kerja dan kompetensi
berstandar internasional
Memberikan berbagai layanan Pendidikan Kejuruan yang permeabel dan flesibel
secara terintegrasi antara jalur dan jenjang pendidikan
Memperluas layanan dan pemerataan mutu pendidikan kejuruan
Mengangkat keunggulan lokal sebagai modal daya saing bangsa
Pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta
didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Filosofi Pendidikan Kejuruan

Filosofi adalah apa yang diyakini sebagai suatu pandangan hidup yang diianggap
benar dan baik. Dalam pendidikan kejuruan ada dua aliran filosofi yang sesuai
dengan keberadaanya, yaitu eksistensialisme dan esensialisme.
Eksistensialisme berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus mengembangkan
eksistensi manusia untuk bertahan hidup, bukan merampasnya. Sedangkan
esensialisme berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus mengaitkan dirinya
dengan sistem-sistem yang lain seperti ekonomi, politik, sosial, ketenaga kerjaan
serta religi dan moral.
B.Tujuan pendidikan kejuruan
Tujuan pendidikan kejuruan di Indonesia masih mendua, di satu sisi menyiapkan
peserta didik memasuki dunia kerja, di sisi lain melanjutkan pendidikan ke tingkat
lebih tinggi.
Akibatnya lulusan sekolah menengah kejuruan tidak sepenuhnya memfokuskan
perhatian untuk memasuki dunia kerja. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang
spesifik, demokratis, dapat melayani berbagai kebutuhan individu.
Program pendidikan kejuruan tidak hanya menyiapkan peserta didik memasuki
dunia kerja, tetapi juga menempatkan lulusannya pada pekerjaan tertentu.
C. Sistem pendidikan kejuruan di Indonesia
Untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian sumber daya manusia, perlu
perubahan kebijaksanaan berkenaan dengan pendidikan kejuruan. Upaya-upaya itu
antara lain perubahan dari sistem pendidikan supply-driven atas kebutuhan
masyarakat luas ke sistem pendidikan demand-driven yang dipandu oleh kebutuhan
pasar kerja, perubahan dari sistem pendidikan yang berbasis sekolah dengan
pemberian ijazah ke sistem pendidikan yang memberikan kompetensi sesuai
dengan standar nasional yang baku.Salah satu upaya peningkatan keterampilan
dan keahlian sumber daya manusia yang dikembangkan adalah sistem pendidikan
kejuruan berdasarkan kompetensi yang dipacu oleh kebutuhan pasar.
Pengembangan sistem ini didasarkan kepada asumsi bahwa sistem pendidikan
kejuruan supply-driven yan diterapkan selama ini tidak dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan, baik pelanggan masa kini maupun pelanggan maa depan.Sistem
pendidikan berdasarkan kompetensi mengupayakan agar keluaran dari suatu
lembaga pendidikan kejuruan memiliki keterampilan dan keahlian yang relevan
dengan kebutuhan pasar. Upaya ini dilakukan dengan mengembangkan suatu
standar kompetensi dengan masukan dari industri dan badan usaha lain. Standar

kompetensi yang dihasilkan selanjutnya digunakan sebagai pemberian sertifikat


kompetensi.
Dengan demikian maka sistem pendidikan kejuruan yang dikembangkan
mempunyai ciri, di samping mengacu pada profesi dan keterampilan yang baku,
juga dipandu oleh kebutuhan pasar kerja yang nyata.
Sistem pendidikan yang dikembangkan berfokus tidak hanya pada pendidikan
formal. Tetapi juga meliputi non-formal. Ada tiga jenis siswa yang merupakan
sasaran sistem pendidikan kejuruan yang harus dikembangkan; yaitu siswa sekolah
kejuruan formal, para karyawan yang sudah bekerja, dan para generasi muda calon
pekerja. Standar kompetensi digunakan sebagai ukuran untuk menilai tingkat
keterampilan dan profesionalisme ketiga jenis siswa tanpa memandang darimana
dan bagaimana diperoleh, baik melalui lembaga pendidikan formal , pendidikan luar
sekolah ( off job training) atau pelatihan sambil bekerja (on the job training). Setiap
individu dapat menempuh ujian di lembaga yang telah ditentukan dan memperoleh
sertifikat kompetensi sesuai dengan keterampilan yang dimiliki, Untuk lembaga
pendidikan kejuruan formal, kepada para lulusan akan diberikan sertifikat
kompetensi sesuai dengan tingkat keterampilan dan keahlian yang dimiliki,
disamping Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) yang selama ini diberikan. Sertifikat
kompetensi yang telah dimiliki oleh seseorang akan digunakan sebagai dasar untuk
pengembangan kompetensi ke tinkat selanjutnya.
Lembaga pendidikan luar sekolah ( off the job training), atau lembaga pelatihan
sambil bekerja ( on the job training) mengacu pada standar kompetensi yang baku.
Sistem juga memberi penghargaan kemampuan awal sebelum memasuki suatu
program pendidikan. Hal ini dilakukan dengan melakukan transfer kredit. Dengan
demikian, untuk memasuki suatu program tertentu seorang siswa hanya perlu
menambah kekurangan keterampilan dan pengetahuannya saja melalui bridging
course atau bridging training. Dengan sistem ini, seorang yang berdasarkan
pengalaman dan hasil uji kompetensi yang dilakukan, telah memiliki keterampilan
dan keahlian tertentu dapat memasuki suatu program dengan tidak harus
menempuh pelajaran yang tidak dikuasai.
Untuk menjadi tenaga kerja yang profesional, siswa tidak hanya perlu memiliki
pengetahuan dan keerampilan, tetapi perlu memiliki kiat ( arts). Pengetahuan dan
keterampilan dapat dipelajari dan dilatih di sekolah, akan tetapi unsur kiat hanya

dapat dikuasai melalui proses pembiasan dan internalisasi. Sekolah pada umumnya
hanya dapat memberikan berbagai keterampilan dan pengetahuan dalam bentuk
simulasi sehingga tidak mungkin diharapkan untuk menghasilkan tenaga kerja yang
profesional. Oleh karena itu, diperlukan suatu kerjasama yang erat antara sekolah
dan industri, baik dalam perencanaan dan penyelenggaraan, maupun dalam
pengolalaan pendidikan.Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan suatu sistem
pendidikan kejuruan yang disebut sistem ganda.Pendidikan sistem ganda adalah
suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang
memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan
program program pengusaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung di
dunia kerja, dan terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional
tertentu.Dalam PSG, lembaga pendidikan atau lembaga pelatihan lainnya dan
industri secara bersama-sama menyelenggarakan suatu program pendidikan atau
program pelatihan mulai dari perencanaan, penyelenggaraan, dan penilaian,
sampai dengan upaya penempatan lulusan.
Penaturan penyelenggaraan program kapan diselenggarakan di sekolah dan kapan
diselenggarakan di industri dapat mempergunakan hour release, day release, atau
block release.Komponen pendidikan Normatif, Adaftif, dan sub komponen Teori
Kejuruan diselenggarakan di sekolah sedangkan subkomponen Praktek Keahlian
Produktif diselenggarakan di industri. Subkomponen Praktek Dasar Kejuruan dapat
dilaksanakan di sekolah atau industri.
Dalam era pasar setiap industri akan mengupayakan nilai tambah terhadap
produksinya dan ini akan dilakukan dengan memanfaatkan teknologi-teknologi
tinggi. Sementara itu, teknologi itu sendiri berkembang secara terus menerus. Para
ahli melaporkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi berubah 15 % setiap tahun
dan perubahan ini akan meningkat menjadi 2 kali lipat dalam lima tahun. Suatu hal
yang perlu difahami bahwa teknologi tinggi tidak dapat memberikan nilai tambah
terhadap upaya manusia.. Hanya manusialah yang dapat menghasilkan nilai
tambah dengan memanfaatkan bantuan teknologi. Oleh karena itu,kepada siswa
perlu ditanamkan pemahaman yang mendasar akibat hakekat teknologi dan rasa
ingin mendapatkan nilai tambah terhadap setiap upaya yang dilakukan dengan
bantuan teknologi.Tanpa sikap ini maka akan terbentuk suatu bangsa yang
sekaligus tenaga kerja, yang apatis terhadap perubahan teknologi dan merasa
teknologi sebagai milik suatu kelompok atau bangsa elit tertentu. Pendidikan

teknologi merupakan bagian yang sangat penting dalam membentuk warga


negara.Sesungguhnya, penerapan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di SMK telah
berjalan sejak tahun 1993/1994 hingga sekarang. Sistem ini merupakan
implementasi dari konsep mitch and match. Dengan PSG, perancangan kurikulum,
proses pembelajaran, dan penyelenggaraan evaluasinya didesain dan dilaksanakan
bersama-sama antara pihak sekolah dan industri. Diharapkan nantinya para lulusan
SMK akan menjadi para lulusan yang siap kerja. Melalui PSG, siswa belajar di dua
tempat, yaitu sekolah dan industri.Di sekolah, para siswa belajar teori dari para
guru atau instruktur yang kegiatannya yang pada umumnya dibiayai pemerintah.
Sedangkan kegiatan belajar yang diselenggarakan di perusahaan/industri, artinya
para siswa ini belajar dan mendapatkan pelatihan praktik dari para instruktur dari
pihak sekolah yang bersangkutan. Pembiayaannya dilakukan oleh perusahaan
terkait.
Dalam konteks ini, bisa dikatakan bahwa sekolah melakukan semacam outsourcing
yang dikerjakan oleh industri dalam bentuk penyediaan alat, instruktur, dan
pengalaman praktik di lapangan. Sedangkan industri melihat sekolah sebagai
bagian dari Human Resources Development (HRD) atau sumber daya manusia
perusahaannya yang mencetak tenaga ahli yang andal dan sesuai dengan
kebutuhan perusahaan.
Untuk memuluskan kerjasama antar sekolah dan industri dalam penyelenggaraan
PSG, MPKN tingkat provinsi yang beranggotakan unsur-unsur dari kedua belah
pihak, berfungsi menjembataninya. Melalui kelompok-kelompok bidang keahliannya,
MPKN membantu SMK dalam mengembangkan standar penyelenggaraaan
pendidikan dan pelatihan, maupun bahan ajar yang diperlukan.
Pada awalnya bagi para siswa SMK, diberlakukan masa praktik kerja industri selama
3 bulan. Namun menurut Gatot, hasil dan prosesnya dinilai kurang efisien dan
terlalu sebentar. Maka, mulai tahun 1999 hingga sekarang, diterapkan masa praktik
kerja industri selama 6 bulan. Malah, sebenarnya waktu 6 bulan ini juga masih
dirasa cukup singkat bagi proses praktik kerja industri. Gatot membandingkannya
dengan sistem pendidikan kejuruan yang ada di . Jerman. Dalam sepekan, selama 2
hari anak-anak mendapatkan teori di kelas, sedangkan tiga hari berikutnya kegiatan
pembelajaran berlangsung di industri. Mungkin, di Indonesia masih perlu berubah
setahap demi setahap.
Setelah pemberlakuan masa praktik kerja yang diperpanjang menjadi 6 bulan,

proses ini juga memudahkan para siswa untuk memperoleh peluang praktik kerja ke
luar negeri. Kegiatan praktik kerja di luar negeri ini telah dilakukan sejak tahun
1999. Pada mulanya, Direktorat Pendidikan Menengah dan Kejuruan (Dikmenjur)
mengirimkan 200 kepala sekolah SMK untuk melakukan studi banding ke Malaysia.
Berikutnya, giliran para siswanya yang diberangkatkan magang ke luar negeri. Di
tahun yang sama, sekitar 400 siswa SMK berangkat praktik kerja ke luar negeri.
Hingga perkembangannya sampai dengan tahun 2004, telah ada sekitar 2.000
siswa SMK seluruh Indonesia yang dikirim ke Malaysia. 80% nya melakukan praktik
kerja di bidang perhotelan dan pariwisata.
Negara tujuannya tak hanya sebatas Tanah Melayu Malaysia, melainkan juga ke
negara-negara lain misalnya ke Singapura, Jepang, Inggris, Jerman, Oman, dan
Kuwait. Saat itu, Gatot Hari Priowirjanto berharap, pada tahun 2020 nanti sebanyak
10% dari bisnis hotel dan pariwisata di dunia, tenaga kerjanya berasal dari
Indonesia. Ini memang sebuah mimpi besar. Dan kita harus menyiapkannya secara
serius, ucapnya. Selain memfasilitasi para siswa SMK melakukan praktik kerja di
luar negeri, Direktorat Dikmenjur juga mendorong dan memberi kesempatan bagi
para guru, kepala sekolah, pejabat Dinas Pendidikan dan pengajaran di tingkat
provinsi maupun kabupaten/kota untuk ikut memperluas pengetahuan konsep
penyelenggaraan pendidikan kejuruan di luar negeri.
Kini setiap tahun, Direktorat Dikmenjur telah mengirim 100 sampai 200 pejabat
terkait dengan penyelenggaraan pendidikan kejuruan untuk berangkat ke luar
negeri. Mereka dikirim dalam beberapa gelombang, ke negara yang berbeda-beda,
dengan biaya yang sebagian ditanggung oleh pemda masing-masing, sebagian
lainnya ditanggung oleh Direktorat Dikmenjur.
Menginjak periode kepemimpinan Dr. Joko Sutrisno, Direktorat Dikmenjur (sejak
2005) lebih menyempurnakan desain reposisi pendidikan SMK melalui beberapa
terobosan. Beberapa hal diantaranya adalah mengembangkan SMK bertaraf
internasional dengan metode bilingual, pencitraan kredibilitas SMK melalui program
sosialisasi, dan memenuhi kebutuhan peralatan produksi secara mandiri lewat unit
produksi di masing-masing SMK.
Termasuk didalamnya, program penguatan pengetahuan eksakta/sains melalui
peningkatan bobot jam belajar hingga 6 jam setiap minggunya bagi SMK jurusan
elektronika, automotif dan jurusan eksaskta lainnya. Diharapkan, ini dapat
membuka peluang seluas-luasnya bagi siswanya melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi. Selain itu, Direktorat Dikmenjur juga melakukan sertifikasi
kompetensi untuk para lulusan SMK bidang otomotif, perhotelan, Teknologi
Informasi, sekretaris, busana, dan tata boga.
Perkembangan reposisi terakhir, ada pada penguatan potensi lokal. Program
Dikmenjur disesuaikan dengan kebijakan pemerintah. Kini, kebijakan Presiden
menganjurkan untuk kembali ke potensi go green. Kami beri nama program Agro
Industri. Tahun 2008, melalui program ini kami akan membesarkan 20 SMK di
seluruh Indonesia. Mereka akan diberikan program pengembangan untuk produksi
pangan dengan bahan dasar lokal. Misalnya kripik pisang. Bukan roti karena selain
bukan makanan tradisional orang Indonesia, bahan-bahannya juga masih import,
tuturnya.
Selain itu, Direktorat Dikmenjur juga mengarahkan praktek kerja industri untuk
lebih memilih ke lokasi dalam negeri. Pertimbangannya adalah, untuk mendukung
program penguatan ekonomi lokal dan potensi produksi pangan dalam negeri. Ini
juga supaya petani dan peternak di Indonesia memahami nilai ekonomi produk
mereka. Jadi, mereka bersama para lulusan SMK bisa tingkatkan perekonomian di
daerah masing-masing, ucapnya berharap.
D. Karakteristik Pendidikan Kejuruan
Meskipun pendidikan kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara
keseluruhan, namun sudah barang tentu mempunyai kekhususan atau karakteristik
tertentu yang membedakannya dengan pendidikan yang lain. Perbedaan ini tidak
hanya dalam definisi, struktur organisasi dan tujuan pendidikannya saja, tetapi juga
tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan perencanaan
kurikulum, yaitu :
1. Orientasi pendidikannya
Keberhasilan belajar berupa kelulusan dari sekolah kejuruan adalah tujuan terminal,
sedangkan keberhasilan program secara tuntas berorientasi pada penampilan para
lulusannya kelak dilapangan kerja
2. Justifikasi untuk eksistensinya
Untuk mengembangan PTK perlu alasan atau jastifikasi khusus yang ini tidak begitu
dirasakan oleh pendidikan umum. Jastifikasi khusus adalah adanya kebutuhan nyata
yang dirasakan di lapangan.
3. Fokus kurikulumnya
Stimuli dan pengalaman belajar yang disajikan melalui pendidikan kejuruan

mencakup rangsangan dan pengalaman belajar yang mengembangkan domain


afektif, kognitif dan psikomotor berikut paduan integralnya yang siap untuk
dipadukan baik pada situasi kerja yang tersimulasi lewat proses belajar mapupun
nanti dalam situasi kerja yang sebenarnya. Ini termasuk sikap kerja dan orientasi
nilai yang mendasari aspirasi, motivasi dan kemampuan kerjanya.
4. Kriteria keberhasilannya
Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu
lembaga pendidikan kejuruan pada dasarnya menerapkan ukuran ganda yaitu in
school succes dan out of school succes. Kriteria pertama meliputi aspek
keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan kurikuler yang sudah
diorientasikan ke persyaratan dunia kerja, sedang kriteria yang kedua diindikasikan
oleh keberhasilan atau penampilan lulusan setelah berada di dunia kerja yang
sebenarnya.
5. Kepekaannya terhadap perkembangan masyarakat
Karena komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan
kejuruan mempunya ciri lain berupa kepekaan atau daya suai yang tinggi terhadap
perkembangan masyarakat dan dunia kerja. Perkembangan ilmu dan teknologi
pasang surutnya dunia suatu bidang pekerjaan, inovasi dan penemuan-penemuan
baru di bidang produksi barang dan jasa, semuanya itu sangat besar pengaruhnya
terhadap kecenderungan perkembangan pendidikan kejuruan.
6. Perbekalan logistiknya
Dilihat dari segi peralatan belajar, maka untuk mewujudkan situasi atau
pengalaman belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis
dan edukatif diperlukan banyak
perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik yang lain. Bengkel dan laboratorium
adalah kelengkapan umum yang menyertai eksistensi suatu sekolah kejuruan.
7.Hubunganya dengan Masyarakat Dunia Usaha.
Hubungan lebih jauh dengan masyarakat yang mencakup daya dukung dan daya
serap lingkungan yang sangat penting perannya bagi hidup dan matinya suatu
lembaga pendidikan kejuruan. Perwujudan hubungan timbal balik yang menunjang
ini mencakup adanya dewan penasehat kurikulum kejuruan (curriculum advisory
commite), kesediaan dunia usaha menampung anak didik sekolah kejuruan dalam

program kerjasama yang memungkinkan kesempatan pengalaman belajar


dilapangan.
E. Peningkatan mutu lulusan
Kualitas SMK ditentukan setidaknya oleh mutu para lulusannya. Dukungan metode
belajar mengajar juga jadi ujung tombaknya. Melihat latar belakang perkembangan
kurikulumnya, tercatat bahwa pada kurikulum tahun 1994 telah dicantumkan istilah
pembelajaran berbasis kompetensi atau competency based training (CBT). Namun
pelaksanaannya belum optimal. Dan pada tahun 1999 Direktorat Dikmenjur
meluncurkan suplemen untuk penyempurnaan pelaksanaan konsep pembelajaran
berbasis kompetensi ini. Konsep CBT merupakan gabungan antara pendidikan
kentrampilan, pengetahuan, dan sikap.
Standar kompetensi itu pun disusun setelah berkonsultasi dengan para pengelola
industri, pengelola perusahaan, para pekerja, dan asosiasi profesi. Setiap program
keahlian harus memiliki sederet kompetensi. Ukurannya menyangkut pada dua hal,
yaitu presisi dan waktu. Misalnya, seorang tenaga kerja cleaning service di sebuah
hotel dikatakan memiliki kompetensi jika ia bisa membersihkan toilet dalam waktu 7
menit. Artinya, seseorang dikatakanan kompeten jika ia dapat menyelesaikan
pekerjaan di bidangnya dengan cermat, tepat, dan cepat sesuai standar waktu yang
telah ditentukan. Kurikulum berbasis kompetensi yang mengacu pada CBT, isinya
lebih sederhana dibandingkan dengan kurikulum tahun 1994 yang lalu.
Kurikulum berbasis kompetensi, lebih menekankan pada tujuan (hasil) atau out put
nya, dan bukan pada proses yang terlalu mengacu pada text book (buku panduan
pelajaran/buku paket). Dalam pelaksanaannya, diberikan pula rekomendasi
tahapan-tahapan yang harus dicapai. Namun tahapan ini hanya bersifat acuan saja,
dan proses pencapaiannya menjadi tanggung jawab dan kreatifitas sekolah masingmasing. Selain itu, Direktorat Dikmenjur juga memasukkan pelajaran komputer dan
kewirausahaan sebagai mata pelajaran wajib bagi semua siswa SMK di seluruh
Indonesia.
Pertimbangannya adalah tuntutan kebutuhan yang cukup tinggi dari dunia industri
atas kompetensi siswa di bidang komputerisasi dan kewirausahaan. Tongkat
estafet peningkatan mutu lulusan SMK, dilanjutkan Dr. Joko Sutrisno dengan
peningkatan kualitas guru kejuruan yang juga dibidani oleh P4TK (Pusat
Pengembangan Penataran Pendidik dan Tenaga Kependidikan) melalui program

pendidikan dan pelatihan yang diadakan rutin lima tahun sekali dengan jumlah
peserta sekitar 4.000 s/d 5.000 orang guru kejuruan.
Joko menuturkan bahwa pelaksanaan diklat selama ini belum mempunyai format
yang baku. Untuk kedepan, ia mengharapkan Direktorat Jenderal PMPTK
(Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan) dapat membuat format baku
pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan dan peningkatan mutu
lulusan SMK. Di sisi lain, Direktorat Dikmenjur juga menuturkan masih kurangnya
pasokan tenaga guru kejuruan dari lulusan pendidikan guru kejuruan. Selama ini
pasokan tenaga guru kejuruan hanya mencapai angka 4.500 pertahun dan masih
jauh dari kebutuhan tenaga guru (sebanyak 10.000 orang pertahunnya) di seluruh
Indonesia.
Tapi Joko tetap optimis. Direktorat Dikmenjur sedang melakukan penelitian jumlah
kebutuhan guru SMK di seluruh Indonesia yang dipandu oleh Universitas Negeri
Semarang. Targetnya diselesaikan akhir tahun 2007. Data kebutuhannya akan
lebih detail. Dan pihak kami akan terus mendorong pemerintah pusat dan daerah
untuk menambah jumlah rekrutmen tenaga guru kejuruan, tegas Joko.
Perkembangan mutu lulusan SMK kini dipandu oleh kurikulum baru. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penerapannya, dibawah bimbingan BSNP (Badan
Standar Nasional Pendidikan). Sekolah sudah bisa improvisasi dalam penyusunan
kurikulum. Hal ini mendukung pengembangan bobot jam belajar teori dan ptraktik.
Kini, bobot disamakan menjadi sama rata, dan bukan mengurangi jam belajar teori
untuk kemudian menggelembungkan waktu belajar praktik.Dalam rangka
mendukung upaya peningkatan mutu lulusan SMK, pemerintah mengalokasikan
anggaran khusus untuk peningkatan mutu SMK. Tahun 2007, alokasi dananya naik
sebesar 50% dibanding tahun 2006, menjadi sekitar Rp 1,6 triliun. Untuk anggaran
peningkatan mutu SMK tahun 2008, sudah ada kenaikan mencapai 25% hingga
dananya meningkat menjadi Rp 1,9 triliun. Jumlah yang sangat menggembirakan
untuk mendukung program peningkatan mutu para lulusannya.
Pihak Direktorat Dikmenjur juga sangat optimis terhadap kompetensi lulusan SMK.
Joko menjelaskan bahwa sesungguhnya SMK melahirkan para lulusan yang lebih
siap adaptasi dan siap latih. Kami melahirkan para lulusan yang bukan hanya siap
kerja saja, tetapi juga cerdas dan kreatif, ujarnya sedikit berpromosi.
Idealnya pihak dunia usaha, industri, dunia kerja yang lebih berperan menentukan,
mendorong, dan menggerakkan pendidikan kejuruan, karena mereka adalah pihak

yang lebih berkepentingan dari sudut kebutuhan tenaga kerja.


Asosiasi kejuruan di Indonesia merupakan kumpulan lembaga pendidikan kejuruan
(SMK, Program Diploma, Politeknik, FT, FPTK, JPTK, P3G Teknologi dan Kesenian, dan
Balai-balai Diklat Industri), serta kumpulan orang-orang sebagai pendidik (guru,
instruktur, dosen, widyaiswara) pada lembaga pendidikan teknologi dan
kejuruan.Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 29 Jakarta dikenal dan
merupakan sekolah penerbangan dan tampaknya sekolah di SMK ini tidak hanya
mempelajari tentang teori mesin pesawat, namun juga membuat pesawat
terbang.Saat ini para siswa SMKN 29 ini sudah mampu membuat sebagian kecil
komponen pesawat seperti panel horizontal, stabilizer dan engine cowling dan juga
sudah mampu membuat pesawat meskipun sebagian besar komponen masih harus
diimport.Salah satu hasil karya pesawat buatan siswa SMKN 29 ini telah dipamerkan
di Arena Pekan Raya Jakarta, bernama Jabiru:J200.Salah satu dari 4 siswa SMKN
29 yang membuat dan merakit pesawat terbang dengan dua tempat duduk ini,
nama Jabiru diambil dari nama burung di Australia.
Selain pesawat tersebut, ternyata para siswa tersebut juga sudah membuat dan
merakit lima pesawat terbang lainnya dengan empat tempat duduk dan saat ini
disimpan di Lapangan Terbang Pondok Cabe, Tangerang.
Perbedaan SMA dan SMK adalah :
SMA
Ditujukan untuk siswa
yang akan melanjutkan
ke Perguruan Tinggi
Kurikulum SMA lebih
banyak teori dari pada
praktek

SMK
Ditujukan untuk siswa yang
mau bekerja dan
melanjutkan ke perguruan
tinggi
Kurikulum SMK lebih banyak
praktek dari pada teori

Tamatannya tidak siap

Tamatannya siap kerja dan

kerja dan tidak mandiri

mandiri

Tempat belajar hanya di Tempat belajar di sekolah


sekolah

dan dunia kerja

Melihat data perbedaan di atas, jelas terlihat bahwa SMK lebih menjanjikan masa
depan dibanding SMA. Hal ini disebabkan karena
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :

1.Kualitas dan kauntitas pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan dapat dikatakan


sedikit lebih maju dari pada Sekolah Menengah Atas,karena SMK selain dapat
mencetak lulusan yang siap melanjtkan ke perguruan tinggi,SMK juga dapat
mencetak lulusan yang siap kerja didandingkan dengan SMA.
2.Bedasarkan pembahasan diatas tidak hanya siswa SMA saja yang mamapu
berprestasi,tanpa disadari siswa SMK pun juga bisa,pembuktiannya siswa sma
mampu merakit laptop bahkan merakit sekaligus memebuat pesawat terbang.
3.Lulusan SMK sebagian besar tamatannya siap kerja dan mandiri,berbeda dengan
SMA yang tamatannya belom siap kerja dan belom bisa mandiri,karena siswa SMK
lebih banyak belajar langsung(praktek)dibanding SMA yang lebih banyak teorinya.
4.Peningkatan mutu SMK juga banyak tergantung Pemerintah Pusat maupun
Daerah, karena kurang ada perhatian yang memadai terhadap SMK, sebagaimana
sudah diuraikan di atas. Keadaan itu menimbulkan suasana seakan-akan SMK
adalah pendidikan kelas buntut, karena yang diperhatikan hanya SMA dan SMP.

DAFTAR PUSTAKA

http://ftp.lipi.go.id/pub/Buku_Sekolah_Elektronik/SMK/Kelas%20XII/Kelas
%20XII_smk_budidaya_ikan_gusrina.pdf
http://kodokkrawu.wordpress.com/2010/02/12/sekolah-menengah-kejuruan/
http://bataviase.co.id/node/470199
http://www.jogjatrip.com/id/591/smk-negeri-1-pengasih
http://www.ditpsmk.net/?page=news;ODYz
http://www.ditpsmk.net/
http://smk3jakarta.net/
http://smk2bms.wordpress.com/2008/01/07/smk-dan-permasalahannya/
http://desya.webs.com/apps/blog/show/3919393-permasalahan-smk-bertarafinternasional
http://www.bataviase.co.id/node/

Anda mungkin juga menyukai