Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH STABILITAS OBAT

STABILITAS PGV-0 (Pentagamavunon-0) SEBAGAI OBAT ANTIINFLAMASI


DALAM BENTUK SEDIAAN LARUTAN CAIR

Disusun Oleh :
Oki Lia Saputri

(G1F014001)

Melani Dian Arini

(G1F014017)

Zidna Akmala Dewi

(G1F014019)

Deni Agustin Wulandari

(G1F014037)

Katarina

(G1F014061)

Gasti Giopenra Benarqi

(G1F014075)

Kelas A

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN

Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang


mempengaruhi kecepatan reaksi. Penentuan orde reaksi tidak dapat diturunkan
dari persamaan reakti tetapi hanya dapat ditentukan berdasarkan percobaan.
Orde reaksi atau tingkat reaksi terhadap suatu komponen merupakan pangkat
dari konsentrasi komponen tersebut dalam hukum laju. Sebagai contoh, v = k
[A]m [B]n, bila m=1 kita katakan bahwa reaksi tersebut adalah orde pertama
terhadap A. Jika n=3, reaksi tersebut orde ketiga terhadap B. Orde total adalah
jumlah orde semua komponen dalam persamaan laju : n+m+... (Syukri, 1999).
Pangkat m dan n ditentukan dari data eksperimen, biasanya harganya
kecil dan tidak selalu sama dengan koefisien a dan b. Hal ini berarti, tidak ada
hubungan antara jumlah pereaksi dan jumlah koefisien dengan orde reaksi
(Syukri, 1999). Orde reaksi untuk semua formula ditentukan dengan regresi
langsung jumlah obat yang terlarut versus waktu (orde nol) dan melalui
persamaan Wagner (orde satu) (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2007).
Jenis Orde Reaksi menurut Oxtoby (2001) :
1. Orde Nol
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya apabila perubahan
konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Artinya asalkan
terdapat dalam jumlah tertentu, perubahan konsentrasi pereaksi itu tidak
mempengaruhi laju reaksi.
Integrasinya diperoleh : [A]t = -kt +[A0] dengan membuat plot [A] terhadap t
akan diperoleh garis lurus dengan kemiringan (slope) = -k.
2. Orde Satu
Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya jika laju
reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu. Misalkan, konsentrasi
pereaksi itu dilipat tigakan maka laju reaksi akan menjadi 31 atau 3 kali lebih
besar. Bila persaman ln [A]t = -kt + ln[A0] dibuat grafik ln [A] lawan t, maka
diperoleh garis lurus dengan kemiringan = -k, sedang jelajahnya (intersep) = ln
[A0].
3. Orde Dua
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju reaksi
merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila konsentrasi zat itu
dilipat tigakan, maka laju reaksi akan menjadi 32 atau 9 kali lebih besar.

Pentagamavunon-0
Pentagamavunon-0 atau 2,5-bis-(4-hidroksi-3-metoksibenzilidin) siklo
pentanon (PGV-0) merupakan hasil sintesis, hasil modifikasi struktur dari
kurkumin. Modifikasi dilakukan untuk tujuan peningkatan efek farmakologi
serta penurunan toksisitas dan efek sampingnya. PGV-0 telah berhasil disintesis
dari vanillin dan siklopentanon dengan katalis asam sulfat (Yuwono dan Oetari,
2004)

Gambar 1. Struktur Kimia Pentagamavonon-0 (PGV-0)

A. Rumusan Masalah
Apakah degradasi obat PGV-0 mengikuti reaksi orde nol?
Bagaimana stabilitas obat PGV-0 pada pH 10 dengan berbagai suhu?
Berapa lama shelf-life atau waktu kadaluarsa, waktu paruh dan Ea
(energi aktivasi) dari larutan PGV-0?
B. Tujuan
Mengetahui orde reaksi degradasi obat PGV-0.
Mengetahui stabilitas obat PGV-0 pada pH 10 dengan berbagai suhu.
Mengetahui energi aktivasi (Ea), waktu kadaluarsa, serta waktu paruh
PGV-0.
II. FORMULASI
Pembuatan larutan dapar pH 10,0
Larutan dapar dibuat dengan mencampur 100 ml asam borat 0,1 M, 100 ml
larutan kalium klorida 0,1 M dan 94 ml larutan natrium hidroksida 0,2 M lalu
ditambah air suling bebas karbon dioksida hingga mencapai volume 400 ml.
Selanjutnya pH larutan dapar ini ditetapkan dengan pH-meter Hanna
Instruments Type : H1 8314 electrode.
Pembuatan larutan PGV-0

Untuk penetuan stabilitas PGV-0 dibuat larutan PGV-0 dalam larutan


dapar pH 10,0 dengan kadar 2,0 ppm, sedangkan untuk pembuatan kurva baku,
dibuat larutan PGV-0 dengan kadar 1,5 ppm. Penimbangan dan pengenceran
larutan dilakukan secara saksama.
Percobaan kurva baku larutan PGV-0
Untuk pembuatan kurva baku PGV-0 dibuat suatu seri kromatogram
HPLC dari larutan PGV-0 1,5 ppm. Larutan ini diinjeksikan berturut turut
dengan volume 5, 10, 15 dan 20 l. Pembuatan kurva baku dilakukan setiap
akan menentuakan kadar sampel hasil percobaan. Dari kromatogram yang
diperoleh dibuat hubungan antara luas puncak spektra dan jumlah PGV-0 yang
diinjeksikan (g), sehingga diperoleh satu persamaan linear kurva baku.
Persamaan ini selanjutnya digunakan sebagai dasar perhitungan kadar PGV-0
dalam sampel percobaan.
III.CARA PENGUJIAN
Uji stabilitas PGV-0
Larutan 2,0 ppm PGV-0 dimasukkan dalam flakon-flakon. Masingmasing flakon diisi 10 ml larutan tersebut, lalu dibagi menjadi tiga kelompok.
Masing-masing kelompok digunakan untuk percobaan pada suhu 50o, 55o dan
60oC. Pemanasan sampel dilakukan dalam oven. Pemanasan oven baru dimulai
setelah sampel masuk oven. Setelah oven mencapai suhu percobaan, satu sampel
diambil dan ditentukan kadarnya sebagai data percobaan pada t0 , sampel yang
lain diambil setelah periode waktu tertentu diperhitungkan setelah t0, lalu segera
ditentukan kadarnya dengan HPLC. Jumlah sampel yang diinjeksikan tiap
penentuan 20 l. Jika kadar sampel belum dapat ditentukan segera, maka sampel
harus segera disimpan dalam freezer, agar reaksi tidak berlanjut.
Penetuan orde reaksi degradasi larutan PGV-0
Untuk penetuan kinetika orde reaksi degradasi larutan PGV-0 pada
penelitian ini dilakukan dengan metode grafik. Kinetika degradasi mengikuti
orde-0 jika hubungan antara kadar zat utuh sebagai fungsi waktu memberikan
kurva atau persamaan garis linear. Sedangkan kinetika orde reaksi mengikuti
orde I jika hubungan antara ln kadar zat sebagai fungsi waktu menghasilakan
persamaan garis linear. Dengan membandingkan besarnya koefisien korelasi

akan dapat ditentukan orde reaksinya, yaitu persamaan yang menghasilkan


koefisien korelasi, r yang lebih besar.
Penentuan Ea (Energi Aktivasi) dan Shelf-life
Pertama kali menentukan besarnya tetapan kecepatan degradasi pada
suhu kamar, dengan menggunakan persamaan Arrhenius (Martin dkk, 1993)
k = A eEa/RT
Dengan ;
k = tetapan kecepatan degradasi,
A = suatu tetapan yang disebut tetapan
Arrhenius atau factor frekuensi,
Ea = Energi Aktivasi dan
T = suhu absolute.
Persamaan ( 1 ) dapat diubah menjadi :
Ea
1
Log k = log A - 2,303 x RT

Dari hasil percobaan dibuat persamaan hubungan antara log k dengan


1/T. Dari persamaan yang diperoleh akan dapat dihitung harga k pada suhu
kamar serta besarnya Ea (Energi aktivasi) proses degradasinya dan harga shelflife (t90) larutan PGV-0.
IV. HASIL UJI
Langkah pertama dilakukan pembuatan kurva baku, untuk menentukan
jumlah PGV-0 yang masih utuh setelah larutannya dipanaskan pada suhu
percobaan dalam waktu tertentu. Pembuatan kurva baku dilakukan dengan
membuat persamaan garis linear hubungan antara jumlah PGV-0 yang
diinjeksikan dengan luas puncak kromatogram HPLC yang dihasilkan.
Pembuatan kurva baku ini dilakukan setiap akan mulai penetapan sampel
percobaan stabilitas, pada suhu 60o, 55o dan 50o C.
Persamaan kurva baku yang dilakukan saat akan menentukan kadar
sampel percobaan pada suhu 60oC, diperoleh persamaan :
Y = 2,59 x 106 X 2,3 x 103
Dengan;
Y = luas puncak kromatogram, dan ;
X = jumlah PGV-0 dalam g, dan kurva persamaan ini ( gambar 2).

Hasil perhitungan regresi linear tersebut menghasilkan harga koefisien


korelasi, r = 0,9996. Dengan demikian persamaan kurva baku tersebut dapat
digunakan sebagai dasar perhitungan jumlah PGV-0 utuh yang diinjeksikan yang
volumenya 20 l. Hal serupa dilakukan setiap awal pembacaan sampel.

Gambar 1. Kurva baku hubungan antara jumlah PGV-0 yang diinjeksikan


dengan luas puncak kromatogram HPLC yang dihasilkan
Kemudian, dibuat persamaan regresi linear hubungan antara jumlah
PGV-0 yang masih utuh sebagai fungsi waktu (I sebagai tabel orde ke 0) (tabel
1), sedangkan hubungan antara ln kadar PGV-0 utuh sebagai fungsi waktu
persamaan (II sebagai tabel orde ke I).

Tabel 1. Data hasil percobaan penentuan jumlah PGV-0 dalam larutan setelah
pemanasan pada suhu 60oC selama waktu tertentu

Tabel 2. Hasil perhitungan tetapan kecepatan degradasi untuk orde 0 dan orde I
dengan metode grafik, serta harga koefisien korelasi persamaan linearnya pada
suhu 60o, 55o dan 50oC
Percobaan yang dilakukan diperoleh besarnya koefisien korelasi hasil
perhitungan regresi linear diperoleh semua harga r persamaan orde I lebih besar
daripada harga r persamaan orde 0 kecuali satu, yaitu percobaan II yang
dilakukan pada suhu 50oC. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinetika
proses degradasi larutan PGV-0 pada pH 10,0 mengikuti orde I.
Kemudian, hasil perhitungan k1 rata-rata untuk tiap suhu percobaan pada
table II, dapat diperoleh hubungan antara log k1 dan 1/T diperoleh persamaan :
Log k1 = -3106 1/T + 7,788
Dengan persamaan tersebut dapat dihitung besarnya k1 pada suhu 25 o
(suhu kamar), Ea (Energi Aktivasi), Shelf-life atau waktu kadaluwarsanya, serta
waktu paronya, yaitu :
1. Pada suhu 25oC k1 = 0,00232 jam-1
2. Ea = 14,2 kkal mol-1
3. Shelf-life (t90) = 45,3 jam
4. Waktu paro (t1/2) = 299 jam
V. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian pada jurnal ini adalah bahwa stabilitas PGV-0 dalam
larutan dapar Ph 10,0 ternyata senyawa tersebut tidak stabil,shelf-life(t90) nya
hanya 45,3 jam dan t 1/2= 299 jam pada suhu kamar.
Hasil perhitungan besarnya energi aktivasi pada proses degradasinya
diperoleh Ea=14,2 kkal/mol1. Hasil penelitian jurnal ini menyatakan bahwa
tidak merekomendasikan PGV-0 dalam bentuk sediaan cair. Akan tetapi
merekomendasikan untuk dibuat dalam bentuk sediaan padat karena kinetika
degradasi nya akan mengikuti orde 0. Sehingga shelf-life

nya akan lebih

panjang dan harga k0 sangat kecil (k0=ki x larutan)dan PGV-0 praktis tidak larut
dalam air.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Hadisoewignyo, Lannie dan Fudholi, Ahmad,2007. Studi pelepasan in vitro
ibuprofen dari matriks xanthan gum yang dikombinasikan dengan suatu
crosslinking agent. Majalah Farmasi Indonesia. 18(3). 133 140.
Oxtoby, dkk. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern edisi keempat jilid 1. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar jilid 2. Bandung: ITB.

Yuwono Tedjo dan R.A Oetari,2004, Stabilitas PGV-0 (Pentagamavunon-0)


Sebagai Antiinflamasi Dalam Bentuk Sediaan Larutan Cair, Majalah
Farmasi, 15(1), 20-25.
VII. LAMPIRAN JURNAL

Anda mungkin juga menyukai