Anda di halaman 1dari 5

Laporan Hasil Analisis

Sinau Kedaulatan Bareng Cak Nun


Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Politik

Disusun oleh:
Nabila Dina Azkiyah
15010113120076

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015

A. Karakteristik
Tema Kegiatan

: Sinau Kedaulatan Bareng Cak Nun

Hari/Tanggal

: Rabu/15 April 2015

Waktu

: 19.30-00.30 WIB

Tempat

: Gd. Prof. Soedharto, SH.

B. Resume
Sinau kedaulatan yang dilaksanakan pada hari Rabu, 15 April 2015 merupakan salah
satu rangkaian acara pisah sambut rektor undip. Dilaksanakan mulai pukul 19.30 wib, acara
ini mendapat sambutan yang sangat meriah dari civitas akademika Universitas Diponegoro.
Hal ini terbukti dari sesaknya gedung Prof. Soedharto oleh peserta yang didominasi oleh para
mahasiswa, bahkan sebagian peserta harus duduk dilantai dua karena lantai satu telah penuh.
Acara dimulai dengan sambutan dari panitia pelaksana, kemudian Rektor Universitas
Diponegoro 2010-2014 Prof. Sudharto P Hadi, MES, PhD dengan puisi dan pantunnya, lalu
diakhiri sambutan oleh rektor terpilih Profesor Yos Johan Utama. Selanjutnya pemberian
kenang-kenangan kepada Prof. Sudharto dan Istri. Sampai puncak acara, yaitu sinau
kedaulatan bersama Emha Ainun Nadjib yang telah ditunggu-tunggu oleh semua hadirin.
Sinau kedaulatan dibuka oleh Kyai Kanjeng (kelompok musik Emha Ainun Nadjib)
dengan melantunkan beberapa lagu, kemudian Cak Nun (sapaan akrab Emha Ainun Nadjib)
mengajak semua yang hadir untuk melantunkan sholawat. Gema sholawat seketika memenuhi
gedung Prof. Soedharto malam itu. Sebelum mengkaji tentang kedaulatan, Cak Nun
memanjatkan doa untuk rektor terpilih UNDIP agar senantiasa diberikan kesuksesan dalam
menjalankan amanah.
Cak Nun mengajak semua peserta untuk mengkaji kembali hakikat kedaulatan, bukan
hanya kedaulatan relatif yang menjadi paham masyarakat umum. Cak Nun kemudian
mengajak beberapa mahasiswa yang memiliki konsentrasi pada bangsa dan Negara, ekonomi
dan perusahaan, serta pribadi keluarga dan keagamaan. Beberapa mahasiswa dengan latar
belakang berbeda-beda mulai maju kedepan, dan berkumpul menjadi tiga kelompok.
Kemudian dipandu oleh Noe Letto (putra Cak Nun), mereka diminta untuk berdiskusi tentang
syarat-syarat kedaulatan dan batasannya dari sudut pandang masing-masing konsentrasi.

Ketiga kelompok tersebut kemudian diminta untuk mencari tempat di backstage untuk
berdiskusi.
Sementara menunggu ketiga kelompok menyelesaikan tugasnya, Cak Nun bersama
Kyai Kanjeng mengajak semua peserta untuk menyanyikan beberapa lagu. Suara merdu dari
vokalis diiringi paduan musik modern dan gamelan Kyai Kanjeng membuat semua orang
yang hadir kagum dan menikmatinya. Guyonan yang menjadi ciri khas Cak Nun juga
menghiasi jalannya acara, gelak tawa menggema dalam gedung ketika Cak Nun melontarkan
guyonan-guyonannya.
Pada saat yang bersamaan, hadirin yang semula khidmat mendengarkan Cak Nun
seketika mengalami kegaduhan. Hal ini disebabkan karena beberapa tamu undangan yang
hendak meninggalkan gedung, saling bertegur sapa dan bersalaman di tengah-tengah
penonton. Ratusan mahasiswa yang semula acuh tak acuh mulai merasa terganggu karena Cak
Nun tidak mau melanjutkan acara sebelum suasana kembali tenang. Teriakan dan tepukan dari
mahasiswa sebagai sindiran terhadap perilaku para tamu undangan, semakin membuat
suasana tidak kondusif. Melihat hal itu, Cak Nun kemudian mengajak semua mahasiswa
untuk melantunkan lagu dan sholawat sembari menunggu tamu undangan keluar ruangan.
Ternyata cara ini digunakan Cak Nun agar para mahasiswa tidak membuat kegaduhan
terlalu lama, terbukti semua penonton kembali tenang. Diakhir sholawat, Cak Nun
mengatakan bahwa penonton dan tamu undangan yang masih duduk lesehan di gedung adalah
mulia, karena memberikan kesempatan kepada tamu undangan untuk membuat sedikit
keributan ditengah-tengah acara. Sindiran dengan nada guyonan juga dilontarkan Cak Nun
kepada EO, yang tidak menyediakan ruangan khusus bagi tamu undangan untuk saling
bertegur sapa sehingga harus menganggu keberjalanan acara.
Cak Nun menyampaikan pentingnya saling kerjasama seluruh civitas akademika
dalam mendukung kesuksesan kepemimpinan Prof. Yos sebagai rektor lima tahun kedepan.
Sebab kemajuan Universitas Diponegoro tidak hanya tugas bagi rektor, tapi seluruh civitas
akademika yang ada. Selain itu, beliau juga berharap UNDIP tidak hanya mencetak
mahasiswa lulusan fakultas saja, tetapi mahasiswa universal. Yaitu mahasiswa yang tidak
hanya dalam bidang keilmuan fakultasnya saja, tetapi secara universitas.
Sinau kedaulatan tidak hanya dipandu oleh Cak Nun, beliau kemudian mengundang
Prof. Yos dan Hasyim Asy ari, S.H., M.Si., PhD yang merupakan dosen di Fakultas Hukum
untuk bersama-sama mengkaji kedaulatan. Setelah menunggu, akhirnya ketiga kelompok

selesai berdiskusi dan dengan dipandu oleh Noe, perwakilan masing-masing kelompok
menjelaskan hasil diskusi mereka.
Kelompok bangsa dan Negara sebagai kelompok pertama menjelaskan bahwa syarat
kedaulatan dalam berbangsa dan bernegara adalah ketika sebuah Negara terbentuk
membuktikan bahwa kedaulatan juga terbentuk. Mereka juga menyebutkan bahwa kedaulatan
secara sepenuhnya berada di tangan rakyat.
Kemudian kelompok kedua dengan konsentrasi perusahaan, menyebutkan bahwa
kedaulatan adalah ketika individu memiliki ide dan konsep, serta kedaulatan berada ditangan
pemilik perusahaan. Sedangkan kelompok pribadi, keluarga dan agama memasukkan
kedaulatan dalam konsep manusia sejak dilahirkan hingga kembali kepada Tuhan.
Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 23.44 WIB, Cak Nun kemudian meminta izin
kepada Prof. Yos untuk melanjutkan diskusi hingga pukul setengah satu dinihari, sebab
menurutnya konsep kedaulatan harus memiliki kesamaan dalam pemikiran semua yang hadir.
Bahkan beberapa mahasiswa berteriak untuk melanjutkan diskusi hingga pukul 02.00 WIB,
antusiasme mahasiswa sangat terasa meskipun esok paginya adalah hari aktif kuliah.
Setelah mendapatkan kesepakatan, diskusi dilanjutkan. Giliran Prof. Yos dan Pak
Hasyim untuk menjelaskan makna kedaulatan sesuai dengan pandangan mereka. Pak Hasyim
menjelaskan bahwa kedaulatan adalah sebuah keberanian, keberanian untuk melakukan dan
menyuarakan. Seperti yang telah dilakukan oleh para pahlawan, yang berani mengambil
langkah untuk melaksanakan proklamasi ketika Jepang dikalahkan sekutu. Sedangkan Prof.
Yos menjelaskan bahwa kedaulatan dapat dipandang dari berbagai sudut, akan tetapi
kedaulatan adalah sebuah rasa. Sebuah rasa yang dimiliki oleh setiap manusia bahwa dia
memiliki hak dan kewajiban.
Puncaknya, Cak Nun mengajak semua untuk merefleksikan kembali hakikat dari
kedaulatan. Sebuah bangsa dan Negara adalah tentang kepemilikan tanah, dimana rakyat yang
memiliki tanah mengutus perwakilan di pemerintahan untuk mengelolanya, sedangkan
pemilik tanah sebenarnya adalah Tuhan. Sebuah perusahaan, kedaulatan berada ditangan
pemilik saham, sedangkan saham tentu berasal dari alam, yang lagi-lagi ciptaan Tuhan.
Sedangkan dalam kehidupan keluarga, ayah dan ibu memiliki kedaulatan terhadap putra
putrinya, tetapi hal yang harus diingat bahwa anak adalah cipataan Tuhan. Semua yang ada
didunia ini, baik manusia, tumbuhan, hewan, langit, tanah, air, gunung dan lainnya adalah
ciptaan Tuhan. Inilah kedaulatan mutlak yang dimiliki oleh Tuhan sebagai pencipta dunia dan

isinya. Manusia hanya memiliki kedaulatan relatif untuk melaksanakan kehidupan didunia,
hingga kita semua mati dan kembali kepada Tuhan.
Sebagai penutup, Prof. Yos menyanyikan sebuah tembang ciptaannya. Rektor terpilih
ini ternyata selain humoris, juga pandai menembang. Cak Nun kemudian mengajak semua
untuk menyanyikan lagu dari daerah-daerah di nusantara, karena Undip memiliki mahasiswa
yang berasal dari seluruh daerah di Indonesia. Sinau kedaulatan kemudian ditutup pada pukul
00.30 WIB dengan lantunan sholawat dan pembacaan doa oleh Prof. Yos sebagai pemimpin
baru Universitas Diponegoro.

C. Analisis
Carl I. Hovland, menyatakan bahwa komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk
merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat
dan sikap. Ia menyebutkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses mengubah perilaku
orang lain. sedangkan Laswell menjelaskan komunikasi sebagai suatu proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu. Dari pendapat dua ahli diatas, dapat diambil kesimpulan
bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi dengan tujuan untuk
mempengaruhi dan mengubah perilaku orang lain sesuai dengan informasi yang
disampaikan.
Jika dikaitkan dengan teori diatas, sinau kedaulatan bersama Cak Nun yang
diadakan pada hari Rabu yang lalu merupakan salah satu contoh dari komunikasi. Yaitu
penyampaian informasi mengenai hakikat kedaulatan yang secara mutlak ada pada Tuhan,
dengan tujuan mempengaruhi pola pikir penonton dan dapat mengubah perilaku penonton
mengenai kedaulatan. Sehingga mereka dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Komunikasi yang terjadi dalam sinau kedaulatan bersifat timbal balik. Dimana tidak
hanya Cak Nun yang berperan aktif dalam menyampaikan isi materi, tetapi juga Rektor,
Dosen serta perwakilan-perwakilan mahasiswa ikut menyampaikan pendapat mereka
mengenai kedaulatan. Selain itu, model yang digunakan adalah model komunikasi
interaksional. Yaitu terjadinya penyampaian pesan tidak hanya dari satu pihak, tetapi
semua terlibat langsung dan saling menerima pendapat yang disampaikan.

Anda mungkin juga menyukai