STATUS PASIEN
I.
Identitas Pasien
Nama
Usia
: 24 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: belum bekerja
Status
: belum kawin
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa
Anamnesis
Autoanamnesa dan Alloanamnesa pada bapak pasien dilakukan pada
tanggal 5 Desember 2009
Keluhan utama
Keluhan tambahan
jika
pasien tidur dengan posisi kaki menekuk. Selain itu pasien mengalami
mual dan muntah. Dalam sehari pasien muntah 2 kali per hari. pasien
1
tidak
pernah
menderita
penyakit
radang
usus
buntu
demam tipes dan demam berdarah juga tidak ada. Riwayat alergi makanan
dan obat-obatan disangkal oleh pasien. Adanya kencing manis dan tekanan
darah tinggi disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat tekanan darah tinggi pada ayah pasien sejak 3 tahun yang
lalu, minum obat anti hipertensi tetapi tidak teratur, saat ada keluhan saja.
Riwayat kencing manis disangkal oleh pasien.
Riwayat Sosial dan kebiasaan
Sehari-hari pasien memiliki kebiasaan makan ikan dan telur. Pasien
tidak suka makan sayur-sayuran. Makan buah pun jarang.
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis
Tanda vital
: TD
: 120 / 80 mmHg
Nadi
: 84 x / menit
Suhu
: 37,8 C
Pernafasan: 18 x / menit
Kepala
normocephali,
rambut
berwarna
hitam,
distribusi
2
rambut merata
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
Thorax
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Ekstremitas
Obturator sign (-), Psoas sign (+), Oedem (-), akral hangat, sianosis
akral (-)
Auskultasi
: BU (+) normal
Palpasi
Perkusi
Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Rectal Touche: Tonus Sfingter Ani baik, mukosa licin,
rata, massa (-), Ampulla recti tidak kollaps, Nyeri tekan (+) pada jam
11
Prostat: pool atas teraba, kenyal, licin, Nyeri tekan (-)
Sarung tangan: feses (-), darah (-), lendir (-)
III.
Pemeriksaan penunjang
Hasil
Nilai rujukan
Interpretasi
20
15,2
9
45
12,4
24 mg/dl
4,93
0.9 mg/dl
258
0-34 U/I
13.2-17.3 g/dl
0-40 U/I
33-45 %
5-10 ribu/Ul
20-40 mg/dlribu/Ul l
41.40-5.90
0.6-1.5 mg/dl
150-440
Normal
Normal
Normal
Normal
Meningkat
Normal
Normal
Normal
Normal
87 mg/dl
93,9 fl
30,8 pg
144
32,8 g/dl
4.10
13,1%
108
2,0
4,0
0,2
+1
Negative
Negative
Negative
6,0
Negative
+3
Negative
Kuning
70-140 mg/dl
80.0-100.0 fl
26.0-34.0
135 - 147
32.0-36
3.10 -5.10 mmol/L
11.5-14.5 %
95 -108 mmol/L
Normal
Menurun
Menurun
Normal
Menurun
Normal
Normal
Normal
<1
Negative
Negative
Negative
Negative
4,8-7,4
Negative
Normal
Meningkat
Normal
Normal
Normal
Normal
Negative
Yellow
4
- Kejernihan
IV.
Keruh
Clear
Resume
Pasien laki-laki, 23 tahun, datang dengan keluhan dua hari
SMRS pasien mengeluh nyeri pada ulu hatinya. Dalam beberapa jam
nyeri berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri dirasakan seperti di
remas-remas. Nyeri dirasakan pasien terus menerus. Nyeri bertambah
bila pasien berjalan dan nyeri dirasakan berkurang jika pasien tidur
dengan posisi kaki menekuk. Mual, muntah, tidak nafsu makan selama
sakit. Adanya demam setelah mengalami nyeri pada perutnya. Pasien
sudah berobat ke dokter dan diberikan obat namun tidak membaik.
Buang air besar tidak ada keluhan. Kembung (-). BAK lancar, berwarna
kuning, tidak berbau dan tidak berpasir. Saat kencing pasien mengaku
tidak terasa sakit. Pasien tidak pernah menderita penyakit radang usus
buntu sebelumnya. Riwayat sakit maag (-), demam tipes (-), demam
berdarah (-)
Pada pemeriksaan fisik didapatkan febris, dan pemeriksaan Abdomen
didapatkan nyeri tekan (+), nyeri lepas (+) pada titik Mc Burney, rovsing
sign (-), blumberg sign (-),nyeri ketok CVA (-),psoas sign (+) dan
obturator
sign
(-).
Pada
pemeriksaan
hematologi
didapatkan
leukositosis.
V.
Diagnosa kerja
Appendicitis akut
VI.
Diagnosa banding
Limfadenitis mesenterika
Urolitiasis ureter kanan
VII.
Penatalaksanaan
Pro Appendiktomi
Puasa minimal 8 jam untuk persiapan apendiktomi.
IVFD RL 20 tetes/menit.
5
Ketesse 2 x 10 mg IV
VIII.
Prognosis
Ad vitam
: bonam
Ad fungsionam
: bonam
Ad sanationam
: bonam
Lampiran
Laporan operasi
Nama operator: dr.ramadhana, Sp B
Tanggal 05 desember 2010
Diagnosis sebelum operasi: Appendisitis Akut
Nama Operasi: Appendiktomi
Diagnosis sesudah operasi: Appendisitis akut
Laporan operasi:
1. Pasien terlentang di meja operasi dalam spinal anestesi
2. A dan Antisepsis daerah operasi dan sekitarnya
3. Insisi grid iron menembus kutis, subkutis, fasia, otot dipisahkan
secara tumpul
6
Stabactam 2 x 1 gr
Ketorolac 3 x 30 ,mg
Puasa sampai pasase usus baik/flatus (+) , jika pasase usus baik
diet bertahap: clear fluid 30 cc/jam diet cair 6x 50 cc
: 20x/mnt
Suhu : 36,5 o C
Status Generalis: dalam batas normal
Status lokalis regio abdomen iliaca kanan
7
Stabactam 2 x 1 gr
Ketorolac 3 x 30 ,mg
: 18x/menit
Suhu : 36,5 o C
Status Generalis: dalam batas normal
Status lokalis regio abdomen iliaca dextra
Inspeksi : luka operasi tertutup perban (+), rembesan darah (-)
Palpasi: nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : BU (+) normal
A : Post Appendiktomi hari ke 2 e.c Appendisitis Akut
P:
minum bertahap
Stabactam 2 x 1 gr
Ketorolac 3 x 30 ,mg
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
APENDISITIS
I. PENDAHULUAN
Apendiks suatu organ yang merupakan bagian dari traktus digestivus
yang sering disebut juga umbai cacing. Fungsi organ ini belum diketahui
namun sering menimbulkan masalah kesehatan. Peradangan akut apendiks
( =apendisitis) memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah
komplikasinya. 10
II. ANATOMI
10
5,6
11
2.
12
13
2,5,7,11
14
Stratum sirkularis dan lobgitudinalis tunika muskularis sering tidak ada dalam
sejumlah area, yang memungkinkan kesinambungan tela submukosa dan
serosa, fakta penting dalam appendicitis akut.
III. FISIOLOGI 5,7
Appendisitis menghasilkan lendir 1 2 milliliter per hari. Hambatan
aliran lendir di mukosa appendiks tampaknya berperan pada patogenesis
appendisitis. Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT ( gut
associated lymphoid tissue ) yang terdapat di sepanjang saluran cerna
termasuk appendiks, ialah IgA. Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai
pelindung terhadap infeksi.
Namun pengangkatan appediks tidak mempengaruhi sistem imun
tubuh sebab jumlah jaringan limfe di appendiks kecil sekali jika dibandingkan
dengan jumlah di saluran cerna.
IV. DEFINISI 5,7
Appendicitis adalah suatu peradangan usus buntu yang umumnya
disebabkan oleh sumbatan, dan merupakan penyebab abdomen akut paling
sering. Appendistis akut paling sering terjadi pada decade kedua dan ketiga.
Rasio pria : wanita 2:1 antara usia 15 -25 tahun,tetapi selanjutnya 1:1 insiden
telah menurun dalam beberapa decade terakhir.
V. ETIOLOGI
5,7
Faktor
penyebab
apendicitis
tanpa
obstruksi
intralumen
mencakup
penekanan eksternal appendiks oleh pita dan tekanan intra lumen yang tinggi
15
VI. PATOGENESIS
1,2,3,4,5
16
Sekresi mukosa terus berlanjut serta sifat inelastic dari jaringan serosa
menyebabkan tekanan intra lumen semakin menigkat
Nyeri somatic yang khas untuk appendicitis, yaitu di perut kanan bawah (
titik Mc.Burney ), 1/3 lateral garis yang menghubungkan SIAS dan umbilicus
17
1,2,3,4,5
18
dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan pada kudran kanan bawah dapat
membantu menentukan lokasi nyeri.
Appendiks yang terletak retrosekal rasa nyeri timbul lebih ke arah perut
sisi kanan atau nyeri timbul pada saat berjalan, karena kontraksi otot Psoas
mayor yang menegang dari dorsal, dan tidak ada tanda rangsangan
peritoneal.
Appendiks yang terletak di rongga pelvis bila meradang, menimbulkan
gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rektum sehingga peristaltik
meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang ulang. Bila appendiks menempel di kantung kemih akan terjadi peningkatan
frekuensi kencing, karena rangsangan dindingnya.
VIII. PEMERIKSAAN FISIK 5,6,7,8
Suhu badan biasanya normal atau demam ringan (suhu sekitar 37,538,5 0C). Bila suhu sudah lebih tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi.
Takikardia sepadan dengan peningkatan suhu tubuh.
Pada inspeksi, tidak ditemukan gambaran spesifik. Penonjolan perut
kanan bawah bisa dilihat pada abses / massa periapendikuler.
Pada palpasi, didapatkan nyeri tekan pada regio iliaka kanan, bisa
disertai nyeri lepas. Defans muskuler menunjukkan adanya rangsangan
peritoneum parietale, hal ini berarti proses peradangan sudah mengenai
peritoneum. Palpasi dimulai dari kuadran kiri bawah, dilanjutkan ke kuadran
kiri atas, kuadran kanan atas dan diakhiri dengan pemeriksaan kuadran
kanan bawah.
19
Ada beberapa tes yang dapat dilakukan untuk pasien yang dicurigai
menderita apendisitis, tetapi perlu diingat bawah uji-uji tersebut tidak selalu
positip pada semua kasus karena seringkali tergantung pada letak apendiks.
-
kanan didapatkan nyeri tekan positip, maksimum pada titik Mc. Burney.
-
maka akan timbul nyeri sebab testis ada hubungan dengan peritoneum.
-
Psoas sign
Rectal toucher
20
LABORATORIUM
12,13,18
RADIOGRAFI
4,18,19
X. DIAGNOSIS BANDING
5,10
mual, muntah dan diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih ringan dan
tidak
berbatas
tegas.
Hiperperistaltik
sering
ditemukan.
Panas
dan
XI. TERAPI
5,6,7,10
Tindakan yang paling tepat apabila diagnosis klinik sudah jelas adalah
apendektomi. Penundaan tindakan bedah sambil pemberian antibiotik dapat
mengakibatkan abses atau perforasi. Terapi dengan antibiotik saja tidak
cukup karena apendisitis adalah suatu obstruksi, bukan hanya peradangan
saja dan lumen yang terobstruksi tidak akan sembuh dengan antibiotik saja.
Appendektomi dapat dilakukan secara terbuka ataupun dengan cara
laparoskopi. Bila apendektomi terbuka, insisi McBurney paling banyak dipilih
ahli bedah. Sebelum pembedahan, pasien sebaiknya diberikan sistemik
antibiotik untuk mengurangi insiden dari infeksi luka dari post-operasi.
Penanganan optimal dari pasien yang stabil dengan apendisitis perforasi dan
sebuah abses yang terselubung sangat kontroversial. Direkomendasikan
untuk melakukan drainase dan apendektomi dikerjakan setelah 6-8 minggu
23
kemudian. Jika ternyata tidak ada keluhan atau gejala apapun dan
pemeriksaan jasmani dan laboratorium tidak menunjukan tanda radang
abses, dapat dipertimbangkan membatalkan tindakan bedah.
Apabila ada kesulitan memastikan diagnosis apendisitis, dapat
dilakukan pemeriksaan ultrasonografi dan laboratorium. Bila ada laparoskopi
diagnostik pada kasus meragukan akan segera menentukan akan dilakukan
operasi atau tidak.
Apendisitis akut yang terdiagnosis lebih dari 48 jam memerlukan
tindakan karena tindakan operasi pada kasus ini lebih sulit dan banyak
manipulasi karena sudah banyak perlengketan, dapat merusak barrier yang
sudah ada sehingga infeksi mudah menyebar, pada waktu pengambilan
appendiks dapat menyebabkan pecahnya appendiks dan mesoappendiks
dalam keadaan oedem sehingga jahitan operasi tidak rapat.
Apendiktomi direncanakan pada infiltrat apendikular tanpa pus yang
telah ditenangkan. Sebelumnya pasien diberi antibiotik kombinasi yang aktif
terhadap kuman aerob dan anaerob. Setelah tenang yaitu 6 8 minggu baru
dilakukan apendiktomi. Pada anak kecil, wanita hamil dan penderita lanjut
usia jika secara konservatif tidak membaik atau berkembang menjadi abses
dianjurkan untuk operasi secepatnya. Jika sudah menjadi abses dianjurkan
drainage, apendiktomi dikerjakan 6 8 minggu kemudian.
Antibiotik praoperasi merendahkan komplikasi infeksi, tetapi panduan
kontroversialnya ialah :
1. Antibiotik praoperasi hanya untuk dugaan adanya perforasi,
2. Antibiotik praoperasi untuk semuanya, dilanjutkan seperti yang
diindikasikan bila ditemukan perforasi atau gangren,
3. Antibiotik praoperasi untuk semunya, dilanjutkan 3 5 hari jika
ditemukan setiap tahap appendisitis.
Patogen dalam appendisitis adalah flora kolon campuran, baik aerob maupun
anaerob, Bacteroides fragillis membutuhkan antibiotik. Klindamisin ditambah
aminoglikosida atau sefalosporin generasi kedua merupakan yang popular.
XII. APENDIKTOMI
5,6,7,10,19
XIII. KOMPLIKASI
5,6,7,8,10
25
itu
dapat
juga
terjadi
portoflebitis
merupakan
suatu
27
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan
pasien berjenis kelamin laki-laki, umur 24 tahun datang dengan keluhan dua
hari SMRS pasien mengeluh nyeri pada ulu hatinya dan dalam beberapa jam
nyeri berpindah ke perut kanan bawah.
Pasien berjenis kelamin laki-laki, dengan dasar tersebut diagnosis banding
yang berhubungan dengan organ reproduksi perempuan dapat disingkirkan
seperti gangguan alat kelamin perempuan seperti folikel ovarium yang pecah
saat ovulasi, salpingitis akut kanan, kehamilan ektopik, kista ovarium terpuntir,
endometriosis eksterna.
Dari segi lokasi nyeri, pada kasus ini nyeri perut kanan bawah mewakili
beberapa organ dan yang paling sering adalah appendiks.
Nyeri dirasakan seperti di remas-remas. Nyeri dirasakan pasien terus
menerus.
berkurang jika pasien tidur dengan posisi kaki menekuk. Durasi nyeri yang
dirasakan pasien secara terus menerus khas pada appendisitis akut dan
harus dibedakan dengan nyeri perut akibat kolik.
Gejala tambahan pada pasien ini adalah mual dan muntah. Pada pasien
appendisitis akut sering disertai perasaan mual dan ingin muntah. Tetapi pada
gastorenteritis dann limfadenitis mesenterika juga disertai mual dan muntah.
Namun pada pasien ini gastroenteritis dapat disingkirkan. Data anamnesis
28
memperkuat hal tersebut yaitu pada pasien ini buang air besarnya dalam
batas normal. Sedangkan limfadenitis mesenterika dimasukkan dalam
diagnosis banding karena gejala nyeri perut terutama di kanan disertai
dengan perasaan mual, nyeri tekan perut samar terutama kanan.
Pasien juga mengalami demam setelah mengalami nyeri pada perutnya. Oleh
karena itu dari anamnesis demam dengue dan demam tifoid dapat
disingkirkan. Diperkuat dengan riwayat demam dengue dan demam tifes pada
pasien ini disangkal.
Adanya perut terasa kembung disangkal pasien. Oleh karena itu dari
anamnesis adanya perforasi pada pasien ini dapat disingkirkan. Dengan
diperkuat pemeriksaan fisik suhu sub febris, defans muskular (-),
Buang air kecil lancar, berwarna kuning, tidak berbau dan tidak berpasir.
Adanya batu ureter atau batu ginjal kanan dapat disingkirkan. Diperkuat
dengan tidak adanya nyeri ketok CVA. Saat kencing pasien mengaku tidak
terasa sakit. Adanya infeksi saluran kemih juga dapat disingkirkan. Diperkuat
dengan hasil urinalisis dalam batas normal.
Diagnosis kerja appendisitis akut pada pasien ini ditegakkan dengan
anamnesis berupa nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari SMRS, dengan sifat
nyeri terus menerus, dari pemeriksaan fisik Abdomen didapatkan nyeri tekan
(+), nyeri lepas (+) pada titik Mc Burney, rovsing sign (-), blumberg sign
(-),nyeri ketok CVA (-),psoas sign (+) dan obturator sign (-). Pada
pemeriksaan hematologi didapatkan leukositosis.
Tatalaksana pada pasien ini adalah appendiktomi cito. Dilakukan
persiapan sebelum dilakukan apppediktomi berupa pemeriksaan di bagian
ilmu penyakit dalam dan anestesi. Dilaksanakan puasa sebelum operasi.
Serta untuk mengurangi rasa nyeri diberikan analgetik.
Prognosis pada pasien ini Ad vitam, Ad fungsionam
, Ad sanationam
29
DAFTAR PUSTAKA
1. www. emedicine.com. Craig Sandy, MD. Appendicitis, Acute. May 26,
2005
2. http:// digestive.niddk.gov/ddiseases/pubs/appendicitis/index.htm
3. www.emedicine.com. Santacroce, MD. Appendicitis. June 15, 2005
4. www.mayoclinic.com.Appendicitis
5. McIlrath,CD, MD. Buku Ajar Bedah Sabiston
6. Mann C.V. Bailey & Loves Short Practice of Surgery. 21st
ed1.http://www.bedahugm.net/BedahDigesti/Apendik/Epidemiologi.html
7. De Jong,.W., Sjamsuhidajat, R., 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.
EGC. Jakarta.
8. http://www.medicinenet.com/appendicitis/
9. Anonim, . Ilmu Bedah dan Teknik Operasi. Bratajaya Fakultas
Kedokteran UNAIR. Surabaya.
10. Schwartz, Spencer, S., Fisher, D.G., 1999. Principles of Surgery sevent
edition. Mc-Graw Hill a Division of The McGraw-Hill Companies.
Enigma an Enigma Electronic Publication.
11. Kartika, Dina, 2005. Chirurgica. Tosca Enterprise. Yogyakarta.
12. Anonim, 2005. Appendix. PathologyOutlines.
13. http://www.patholoyoutlines.com
14. Jehan, E., 2003. Peran C Reaktif Protein Dalam Menentukan Diagnosa
Appendisitis Akut. Bagian Ilmu bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatra Utara.
15. http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-emir%20jehan.pdf.
30
16. Mansjoer,A., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid
Kedua. Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.
17. Itskowiz, M.S., Jones, S.M., 2004. Appendicitis. Emerg Med 36 (10):
10-15. www.emedmag.com
18. Hardin, M., 1999. Acute Appendisitis :Review and Update. The
American Academy of Family Physicians. Texas A&M University Health
Science Center, Temple, Texas .http://www.aafg.org
19. Hugh, A.F.Dudley. 1992. Ilmu Bedah Gawat Darurat edisi kesebelas.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
31
32