PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang
berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau
bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait Obat.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan
Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang
berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang
berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan
Kefarmasian (pharmaceutical care).
Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit dinyatakan bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,
bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan.
Persyaratan kefarmasian harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu, bermanfaat,
aman, dan terjangkau. Selanjutnya dinyatakan bahwa pelayanan Sediaan
Farmasi di Rumah Sakit harus mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian
yang selanjutnya diamanahkan untuk diatur dengan Peraturan Menteri
Kesehatan.
Dalam
tentang
Peraturan
Pekerjaan
Pemerintah
Kefarmasian
juga
Nomor
51
Tahun
2009
dinyatakan
bahwa
dalam
hak
pasien
agar
Umum
Tersedianya pedoman pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan
farmasi klinik di Rumah Sakit.
2.
Khusus
a. Terlaksananya pengelolaan perbekalan farmasi yang bermutu,
efektif, dan efisien.
b. Terlaksananya pelayanan farmasi klinik yang mengutamakan
keselamatan pasien.
c. Terwujudnya sistem informasi pengelolaan perbekalan farmasi
kesehatan yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan
kebutuhan perbekalan farmasi.
2
perbekalan
farmasi
meliputi
kegiatan
pemilihan,
samping
tidak
dikehendaki
(ROTD)
dan
E. Landasan Hukum
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Nama Jabatan
Kualifikasi
Formal dan
Informal
Ka. Unit Farmasi Apoteker, STRA,
SIPA, Seminar /
pelatihan
manajemen farmasi
Tenaga yang
dibutuhkan
Tenaga yang
ada
Koordinator
Depo Farmasi
Apoteker, STRA,
SIPA, Seminar /
pelatihan kefarmasi
Koordinator
Gudang Farmasi
Apoteker, STRA,
SIPA, Seminar /
pelatihan kefarmasi
Apoteker
Pendamping
Apoteker, STRA,
SIPA, Seminar /
pelatihan kefarmasi
DIII Farmasi atau
SMF, STRTTK,
SIKTTK, Pelatihan
kefarmasian
29
21
SMA
Tenaga Teknis
Kefarmasian
Administrasi
JUMLAH
SDM
1
19
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
1.
Gudang Farmasi
Lantai 1
F
E
G
D
Lantai dasar
J
K
I
L
Keterangan :
A
: Ruang Distribusi
: Wastafel
: Ruang administrasi
: Lemari penyimpanan B3
6
2.
: Kamar Mandi
: Ruang Arsip
E
K
A
Keterangan :
A
: Kasir
: Meja Racikan
: Wastafel
: Meja administrasi
3.
G
D
C
B
Keterangan :
4.
: Meja racikan
: Wastafel
: Kasir
A
Keterangan :
A
: Meja Administrasi
: Meja Penyiapan
5.
Keterangan :
A
: Lemari penyimpanan
: Meja Administrasi
: Lemari penyimpanan
: Wastafel
B. Standar Fasilitas
1. Bangunan
Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a) Lokasi menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit.
b) Luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian di
rumah sakit.
c) Dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen,
pelayanan langsung pada pasien, dispensing serta ada penanganan
limbah.
d) Memenuhi
persyaratan
ruang
tentang
suhu,
pencahayaan,
Ada ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan
menyimpan dokumen dalam rangka menjamin agar penyimpanan
j)
yang
memadai
untuk
melaksanakan
pelayanan
informasi obat.
d) Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan psikotropika,
berkunci ganda, dengan kunci yang selalu dibawa oleh apoteker /
Koordinator / Asisten Apoteker penanggungjawab shift.
e) Lemari pendingin untuk perbekalan farmasi yang termolabil.
f) Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah
yang baik.
g) Pemadam Kebakaran atau Alat Pemadan Api Ringan (APAR)
BAB IV
10
penerimaan,
penyimpanan,
pendistribusian,
pengendalian,
akan
diingatkan
pada
dokter-dokter
terkait
yang
akan
dalam
pencampuran
produk/kemasan/etiket.
Apoteker
penting dari perbekalan farmasi. Dalam tim penerimaan farmasi harus ada
tenaga farmasi. Semua perbekalan farmasi yang diterima harus diperiksa dan
disesuaikan dengan spesifikasi pada order pembelian rumah sakit. Semua
perbekalan farmasi harus ditempatkan dalam tempat persediaan, segera
setelah diterima, perbekalan farmasi harus segera disimpan di dalam lemari
atau tempat lain yang aman. Perbekalan farmasi yang diterima harus sesuai
dengan spesifikasi kontrak yang telah ditetapkan. Hal lain yang perlu
diperhatikan dalam penerimaan:
1. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS), untuk B3.
2. Khusus untuk alat kesehatan harus mempunyai Certificate of Origin.
3. Sertifikat analisa produk
Guna menjamin tata kelola perbekalan farmasi yang baik, dalam
proses penerimaan maka dibuat :
1. SPO Penerimaan perbekalan farmasi dari distributor
2. SPO Penerimaan perbekalan farmasi dari gudang farmasi
3. SPO Penomoran lembar penerimaan barang
4. SPO Penomoran faktur
D. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat
yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak
mutu obat. Tujuan penyimpanan adalah :
a. Memelihara mutu sediaan farmasi
b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
c. Menjaga ketersediaan
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan
Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan,
pencarian dan pengawasan perbekalan farmasi, diperlukan pengaturan tata
ruang gudang dengan baik.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang bangunan
gudang adalah sebagai berikut :
1. Kemudahan bergerak
Untuk kemudahan bergerak, gudang perlu ditata sebagai berikut:
15
Gudang menggunakan sistem satu lantai, tidak menggunakan sekatsekat karena akan membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan
sekat, perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah
gerakan.
Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dan selalu
terkunci.
Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol harus disimpan dalam
ruangan khusus.
5. Pencegahan kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar
seperti dus, karton, dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus
dipasang pada tempat yang mudah dijangkau dan dalam jumlah yang
cukup. Tabung pemadam kebakaran agar diperiksa secara berkala,
untuk memastikan masih berfungsi atau tidak.
16
E. Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di
rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat
inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.
Tujuan pendistribusian adalah tersedianya perbekalan farmasi di unitunit pelayanan secara tepat waktu, tepat jenis dan jumlah.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh Unit Farmasi
dalam mendistribusikan perbekalan farmasi di lingkungannya. Adapun
metode yang dimaksud antara lain:
1. Resep Perorangan
Resep perorangan adalah order/resep yang ditulis dokter untuk tiap
pasien. Dalam sistem ini perbekalan farmasi disiapkan dan didistribusikan
oleh Depo farmasi sesuai yang tertulis pada resep.
Keuntungan resep perorangan, yaitu:
18
perbekalan
farmasi
dosis
unit
adalah
metode
didistribusikan
dalam
kemasan
unit
tunggal, dispensing
lebih
dari
24
jam
persediaan
farmasi
layak
dapat
menjadi
berbahaya
jika
kemudian
adminstrasi,
meliputi
laporan
dan
berita
acara
pemusnahan
3. Penentuan jadwal, metode, dan tempat pemusnahan, dan koordinasi
dengan pihak terkait
4. Persiapan tempat pemusnahan
5. Pelaksanaan pemusnahan, menyesuaikan jenis dan bentuk sediaan
6. Pembuatan laporan pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan,
yang memuat :
23
pemusnahan
obat
dan
perbekalan
kesehatan,
pertanggungjawaban
bagi
petugas
penyimpanan
dan pendistribusian
Sebagai alat bantu kontrol bagi Kepala unit farmasi
2. Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan
administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan
yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan.
Tujuan pelaporan adalah :
Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi
Tersedianya informasi yang akurat
Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan
Mendapat data yang lengkap untuk membuat perencanaan
NO
1
2
3.
4.
5.
6.
Formularium, non
Formularium, Obat
Tidak terpakai dalam 3
bulan, kegiatan farmasi
klinik
Penggunaan
Psikotropika dan
Narkotika
Stok Opname, obat
kadaluarsa dan rusak
Pemantauan
penyimpanan B3, High
Alert, LASA,
Emergency, laporan
kepuasan pasien, laporan
obat tidak terlayani,
laporan IKP
atau kesesuaian
pelaksanaan
Cara
Pelayanan
kepuasan
(time delivery),
dan
Standar
Prosedur
Operasional
serta
26
sel
sehingga
dapat
menyebabkan
karsinogenik,
tidak
menderita
sakit.
Tujuan
penanganan
27
NAMA OBAT
ATROPIN SULFAS INJ
EPHINEPHRIN INJ
DOPAMIN INJ
DOBUTAMIN INJ
DHIPENHIDRAMIN INJ
INDEXON INJ
ETHAPHILIN INJ
GITAS INJ
METOCLOPAMID INJ
ANTRAIN INJ
FUROSEMID INJ
RANITIDIN INJ
JUMLAH
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
28
JUMLAH
NAMA OBAT
ISDN 5 Mg TAB
2
2
2
4
4
10
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
ISDN 10 Mg TAB
SILAX INJ
ASPILET 80 Mg TAB
CLOPIDOGREL 75 TAB
ATROPIN INJ
VENTOLIN NEB
TERBUTALIN INJ
AMINOPHILIN INJ
VALISANBE INJ
DEXAMETHASON INJ
DIAZEPAM 5 MG SUPPO
DIAZEPAM 10 MG SUPP
PARACETAMOL INF
MEYLON INJ
KCL 7.46% INJ
MORPHIN INJ
NS 3% INJ
ANTRAIN INJ
KETOROLAC 30 MG INJ
KETOROLAC SUPPO
BISOPROLOL 5 MG TAB
AMIODARON INJ
DOPAMIN INJ
DOBUTAMIN INJ
EPHRINEPRIMN INJ
10
VOLUVEN INF
D 40% INF
PZ 0.9 % INF
NO
1
2
3
4
5
JUMLAH
NAMA OBAT
METHYLPREDNISOLON INJ
INDEXON INJ
VALISANBE INJ
DIAZEPAM 5 MG SUPP
DIAZEPAM 10 MG SUPP
2
2
2
2
2
29
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
PARACETAMOL INF
ANTRAIN INJ
DOPAMIN INJ
DOBUTAMIN INJ
EPHRINEPRIN INJ
SIBITAL INJ
AMPICILIN+SULBACT INJ
GENTAMICIN INJ
KCl 7,46% INJ
MEYLON INJ
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
EPHRINEPRIN INJ
SIBITAL INJ
AMPICILIN+SULBACT INJ
GENTAMICIN INJ
2
2
2
2
DEXAMETHASON INJ
2
30
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
NS 3% INJ
2
2
2
2
2
2
1
ANTRAIN INJ
KETOROLAC 30 MG INJ
KETOROLAC SUPPO
BISOPROLOL 5 MG TAB
AMIODARON INJ
DOPAMIN INJ
DOBUTAMIN INJ
DIAZEPAM 5 MG SUPPO
DIAZEPAM 10 MG SUPP
PARACETAMOL INF
MEYLON INJ
KCL 7.46% INJ
MORPHIN INJ
EPHRINEPRIMN INJ
10
VOLUVEN INF
D 40% INF
PZ 0.9 % INF
NAMA OBAT
BENTUK
SEDIAAN
EPHINEPHRIN INJ
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
DOPAMIN INJ
DOBUTAMIN INJ
DHIPENHIDRAMIN INJ
INDEXON INJ
ETHAPHILIN INJ
GITAS INJ
METOCLOPAMID INJ
ANTRAIN INJ
FUROSEMID INJ
RANITIDIN INJ
NAMA OBAT
ATROPIN SULFAS INJ
EPHINEPHRIN INJ
DHIPENHIDRAMIN INJ
INDEXON INJ
ONDANCETRON 8 INJ
BENTUK
SEDIAAN
2
2
2
2
2
31
dan lain sebagainya. Pada saat ini obat program kesehatan yang telah
dapat diakses oleh rumah sakit islam aisyiyah malang adalah obat TB.
Sumber pembiayaan Obat Program kesehatan dapat berasal dari
APBN/ APBD maupun bantuan luar negeri. Pada umumnya rumah sakit
tidak perlu mengadakan obat program kesehatan, akan tetapi rumah sakit
dapat berkontribusi dalam perencanaan kebutuhan obat tersebut dengan
berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan
ketersediaan,
melaksanakan
adanya
diskrepansi.
Selanjutnya
diskrepansi
yang
Guna menjamin tata kelola kegiatan farmasi klinik yang baik, dalam
proses pelayanan informasi obat maka dibuat SPO pelayanan Informasi Obat.
D. Konseling
Konseling obat adalah suatu aktifitas pemberian saran terkait dengan
terapi obat dari apoteker kepada pasien atau keluarga pasien. Tujuan konseling
adalah untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi obat
yang tidak dikehendaki dan meningkatkan keamanan penggunaan obat.
Kriteria pasien adalah pasien yang mendapatkan poli farmasi ( Obat lebih dari
5 macam selain obat racikan ). Guna menjamin tata kelola kegiatan farmasi
klinik yang baik, dalam proses konseling obat pasien maka dibuat SPO
konseling.
E. Monitorng Efek Samping Obat
Monitoring
Efek
Samping
Obat
(MESO)
merupakan
kegiatan
pemantauan setiap respons tubuh yang tidak dikehendaki terhadap obat yang
terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosis, dan terapi. Efek samping sebagai reaksi yang dapat
diperkirakan frekuensinya dan suatu efek yang intensitas maupun kejadiannya
terkait dengan besarnya dosis yang digunakan mengakibatkan
sedikit
atau
tidak ada perubahan terapi pada pasien (misalnya, efek mengantuk atau
mulut kering pada penggunaan antihistamin; efek mual pada penggunaan obat
kanker). Reaksi obat yang tidak diharapkan (ROTD) (ADR, adverse drug
reactions)
terapi
Kegiatan :
Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi,
reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD)
Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat.
Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat
Tahapan Pemantauan Terapi Obat :
a) Pengumpulan data pasien
b) Identifikasi masalah terkait obat
c)
d)
Pemantauan
e) Tindak lanjut
Faktor yang harus diperhatikan :
a)
b) Kerahasiaan informasi
c) Kerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter dan perawat)
Guna menjamin tata kelola kegiatan farmasi klinik yang baik, dalam
proses pemantauan obat pasien maka dibuat SPO pemantauan terapi obat.
G. Dispensing Sediaan Steril
1. Pencampuran Obat
Suntik
Melakukan pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien yang
menjamin kompatibilitas, dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan
dosis yang ditetapkan.
Kegiatan :
a) Mencampur sediaan intravena kedalam cairan infus
b) Melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut
yang sesuai.
c) Mengemas menjadi sediaan siap pakai.
d) Melakukan dokumentasi.
Kegiatan pencampuran obat suntik dilakukan diarea yang bersih dan
dilaksanakan oleh perawat yang telah dilatih teknik aseptik. Guna
menjamin tata kelola kegiatan farmasi klinik yang baik, dalam proses
pencampuran obat suntik maka dibuat SPO Pencampuran obat suntik.
37
pada
keamanan
terhadap
lingkungan,
petugas maupun sediaan obat dari efek toksik dan kontaminasi, dengan
menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran,
distribusi, maupun proses pemberian kepada pasien sampai pembuangan
limbahnya.
Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai
prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai.
Kegiatan :
a) Melakukan perhitungan dosis secara akurat
b) Melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai
c) Mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan
d) Mengemas dalam kemasan tertentu
e) Membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku
Faktor yang Perlu di perhatikan :
a) Ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai
b) Lemari pencampuran (Biological Safety Cabinet)
c) HEPA filter
d) Alat Pelindung Diri
e) Sumber Daya Manusia yang terlatih
f) Cara Pemberian obat kanker
38
BAB V
LOGISTIK
Untuk menunjang kelancaran pelayanan farmasi terutama pemenuhan
kebutuhan alat tulis kantor, prasarana untuk peracikan dan pengemasan, maka tiap awal
bulan farmasi menyampaikan usulan kebutuhan ke Unit Rumah Tangga sesuai SPO
permintaan BHP dan ATK. Prasarana yang dibutuhkan antara lain :
NO
NAMA ALAT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Bolpoint
Spidol
Isi Steples
Plastik Kresek
Plastik Klip
Plastik Kiloan
Etiket (Putih dan Biru)
Pembungkus puyer
Blangko Resep
Formulir Rekonsiliasi
Formulir Perbaikan Prasarana
Formulir Informasi obat
Label Obat Sitostatika
Label high alert, LASA
Nota Penjualan Manual
Surat Keterangan Obat Kronis BPJS
Protokol Terapi
Surat Pesanan (B3, Psikotropika,
19.
20.
21.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
39
40
Tunjuk staf Unit Farmasi/Apotek yang bisa menjadi penggerak dan mampu
mensosialisasikan program (leader)
Adakan pelatihan untuk staf dan pastikan pelatihan ini diikuti oleh seluruh
staf dan tempatkan staf sesuai kompetensi. Staf farmasi harus mendapat
edukasi tentang kebijakan dan SOP yang berkaitan dengan proses
dispensing yang akurat, mengenai nama dan bentuk obat-obat yang
membingungkan, obat-obat formularium/non formularium, obat-obat yang
ditanggung asuransi/non-asuransi, obat-obat baru dan obat-obat yang
memerlukan perhatian khusus. Disamping itu petugas farmasi harus
mewaspadai dan mencegah medication error yang dapat terjadi.
Tumbuhkan budaya tidak menyalahkan (no blaming culture) agar staf
berani melaporkan setiap insiden yang terjadi
c) Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko serta lakukan identifikasi
dan asesmen hal yang potensial bermasalah
Buat kajian setiap adanya laporan KTD, KNC dan Kejadian Sentinel
Buat solusi dari insiden tersebut supaya tidak berulang dengan
mengevaluasi SOP yang sudah ada atau kembangkan SOP bila diperlukan
d) Kembangkan Sistem Pelaporan
Pastikan
semua
staf
Unit
Farmasi/Apotek
dengan
mudah
dapat
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Farmasi
rumah
sakit
merupakan
unit
pelaksana
fungsional
yang
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek
yang akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang
digunakan untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit yaitu :
Defenisi Indikator adalah:
Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi.
Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat
perubahan. Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria :
Adalah spesifikasi dari indikator.
Standar :
Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang
berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab
untuk mempertahankan tingkat performance atau kondisi tersebut.
Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat
baik.
Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau
mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus
memperhatikan prinsip dasar sebagai berikut:
1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
Keprofesian
Efisiensi
Keamanan pasien
Kepuasan pasien
Sarana dan lingkungan fisik
2. Indikator yang dipilih
a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses
b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok
daripada untuk perorangan.
digunakan
ditetapkan
permintaan / resep.
Sediaan farmasi adalah obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan oleh
Operasional
Frekuensi
Pengumpulan
Data
Periode analisa
Numerator
Denumerator
Sumber data
Standar
Penanggung
jawab
Judul
Dimensi mutu
Tujuan
Definisi Operasional
Frekuensi
pengumpulan data
Periode analisis
Numerator
Denominator
Sumber data
Standar
Penanggung jawab
Frekuensi
obat racikan
1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis
Numerator
3 bulan
jumlah kumulatif waktu tunggu pelayanan obat racikan pasien
Denominator
Sumber data
Standar
Penanggung jawab
3. Salah orang
4. Salah jumlah
1 bulan
Frekuensi
pengumpulan data
Periode analisis
Numerator
3 bulan
Jumlah seluruh pasien Unit farmasi yang disurvey
dikurangi jumlah pasien yang mengalami kesalahan
pemberian obat
Jumlah seluruh pasien Unit Farmasi yang disurvey
Survey
100 %
Kepala Unit Farmasi
Denominator
Sumber data
Standar
Penanggung Jawab
5. Kepuasan Pelanggan
Judul
Kepuasan Pelanggan
Dimensi mutu
Kenyamanan
Tujuan
Definisi
Operasional
Frekuensi
pengumpulan data
1 bulan
Periode analisis
3 bulan
Numerator
Denominator
Sumber data
Survei
Standar
80 %
Penanggung
Jawab
Numerator
Denumerator
Sumber data
Standar
Penanggung Jawab
BAB IX
PENUTUP
Buku pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi apoteker
yang bekerja di rumah sakit dalam pengelolaan perbekalan farmasi yang baik.
Pengelolaan perbekalan farmasi yang baik, efektif, dan efisien akan mendorong
penggunaan obat yang rasional di rumah sakit. Pengelolaan perbekalan farmasi
yang baik diharapkan dapat meningkatkan efisiensi biaya pengobatan. Diharapkan
55
56