Anda di halaman 1dari 3

SOSIOLOGI PEMBANGUNAN:

KEMISKINAN
Disusun oleh: Putri Lutfi Ifafah (110110120055)
Jonathan Houghton dan Shahidur R. Kandker menjelaskan Kemiskinan adalah istilah yang terkait
dengan kesejahteraan. Pandangan konvensional menyatakan bahwa sejahtera pada dasarnya apabila
semua kebutuhan hidup terpenuhi; maka orang miskin adalah mereka yang tidak memiliki pendapatan
yang cukup untuk bisa memenuhi kebutuhan minimum secara layak. Pandangan ini melihat
kemiskinan dalam koridor keuangan. Kemiskinan juga bisa dilihat pada jenis yang lebih khusus,
misalnya konsumsi, misalnya orang yang berhak mendapatkan rumah sederhana, raskin, atau
jamkesmas. Dimensi-dimensi tersebut seringkali bisa kita ukur secara langsung dengan mengukur
mal-nutrisi (gizi buruk) ataupun buta huruf. Pendekatan lain untuk melihat kesejahteraan (dan
kemiskinan) difokuskan pada kemampuan individu dalam fungsi sosialnya. Orang miskin, dalam
pendekatan ini, adalah mereka yang seringkali SDM-nya rendah, sehingga pendapatan/pendidikan
mereka pun tidak memadai, atau kesehatannya yang buruk dan merasa tidak berdaya ataupun tidak
memiliki kebebasan politik).
1.

Kemiskinan dalam kelas sosial


Menurut Pitrim A. Sorokin yang dimaksud dengan kelas sosial adalah, Pembedaan penduduk
atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarchis). Dimana perwujudannya
adalah lapisan-lapisan atau kelas-kelas tinggi, sedang, ataupun kelas-kelas yang rendah. Faktor
yang menyebabkan seseorang tergolong kedalam suatu kelas sosial tertentu itu oleh Paul B.
Horton disebabkan oleh Kekayaan dan penghasilan, Pekerjaan, dan Pendidikan.
Kamanto Sunarto membedakan menjadi tiga kelas yaitu:
a) Kelas atas, kelas ini ditandai oleh besarnya kekayaan, pengaruh baik dalam sektor-sektor
masyarakat perseorangan ataupun umum, berpenghasilan tinggi, tingkat pendidikan yang
tinggi, dan kestabilan kehidupan keluarga.
b) Kelas menengah, kelas ini di tandai oleh tingkat pendidikan yang tinggi, penghasilan dan
mempunyai penghargaan yang tinggi terhadap kerja keras, pendidikan, kebutuhan menabung
dan perencanaan masa depan, serta mereka dilibatkan dalam kegiatan komunitas.
c) Kelas bawah, kelas ini biasanya terdiri dari kaum buruh kasar, penghasilannya pun relatif lebih
rendah sehingga mereka tidak mampu menabung, lebih berusaha memenuhi kebutuhan
langsung daripada memenuhi kebutuhan masa depan, berpendidikan rendah, dan penerima
dana kesejahteraan dari pemerintah.

2.

Kemiskinan sebagai masalah sosial


Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur
kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi
bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti
kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat. Masalah sosial muncul akibat terjadinya
perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat
menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah
sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti
tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
a. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
b. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
c. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
d. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.
Adapun faktor yang melatarbelakangi adanya sumber masalah kemiskinan, yaitu:
a. Faktor Biologis, Psikologis, dan Kultural
Kondisi individu yang memiliki kelemahan biologis, psikologis, dan kultural dapat dilihat dari
munculnya sifat pemalas, kemampuan intelektual dan pengetahuan yang rendah, kelemahan
fisik, kurangnya keterampilan, dan rendahnya kemampuan untuk menanggapi persoalan di
sekitarnya.
b. Faktor Struktural
Kemiskinan struktural biasanya terjadi dalam masyarakat yang terdapat perbedaan antara
orang yang hidup di bawah garis kehidupan dengan orang yang hidup dalam kemewahan. Ciriciri masyarakat yang mengalami kemiskinan struktural, yaitu:
1) Tidak adanya mobilitas sosial vertikal.
2) Munculnya ketergantungan yang kuat dari pihak orang miskin terhadap kelas sosialekonomi di atasnya.

3.

Kemiskinan sebagai perubahan sosial dan hubungannya dengan rekayasa sosial


Prof. Selo Soemardjan menjelaskan, Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi
pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya.
Faktor yang menyebabkan perubahan sosial adalah, Faktor intern adalah faktor perubahan sosial
yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri. Faktornya bermacam-macam yakni perubahan
jumlah penduduk, penemuan-penemuan baru, konflik dalam masyarakat, dan pemberontakan atau
revolusi. Faktor ekstern adalah penyebab perubahan sosial yang berasal dari luar masyarakat.
Adapun faktor-faktornya adalah dari alam, peperangan, dan pengaruh dari masyarakat lain.
Rekayasa sosial (social engineering) adalah campur tangan gerakan ilmiah dari visi ideal tertentu
yang ditujukan untuk mempengaruhi perubahan sosial. Rekaya sosial merupakan sebuah jalan
mencapai sebuah perubahan sosial secara terencana. Rekayasa sosial timbul akibat adanya
sentimen atas kondisi manusia. Untuk itu perlu adanya perombakan yang dimulai dari cara
pandang/paradigma manusia atas sebuah perubahan.
Di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat beberapa pola atau cara penyelesaian konflik yang
berujung pada terciptanya konflik yang lain, entah itu konflik psikologial, emosional maupun
kontak fisik antar sesama individu ataupun kelompok masyarakat. Hal inilah yang menjadi objek
kajian dari rekayasa sosial ini dimana campur tangan sebuah gerakan ilmiah lebih dimaksudkan
untuk menggeser cara pandang masyarakat kearah yang benar demi tercapainya tujuan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai