Anda di halaman 1dari 2

Persentase CD4 digunakan untuk menilai kondisi kekebalan

pasien koinfeksi HIV/HCV


Oleh: Michael Carter, aidsmap.com, 11 Januari 2007
Pasien HIV-negatif yang menderita sirosis memiliki jumlah CD4 yang rendah, tetapi persentase CD4-nya
normal, para peneliti AS melaporkan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Clinical
Infectious Diseases edisi 1 Februari 2007. Para peneliti beranggapan bahwa penemuan ini dapat memberi
dampak penting pada penggunaan jumlah CD4 untuk memantau status HIV pada pasien HIV-positif
yang koinfeksi dengan virus hepatitis C, dan penulis tajuk rencana bersama berpendapat pemeriksaan
persentase CD4 dan fibrosis hati mungkin lebih baik mengungkapkan keterkaitan antara tekanan
kekebalan akibat HIV dan penyakit hati.
Percepatan fibrosis hati telah diamati pada orang yang koinfeksi virus hepatitis C dan HIV, terutama
apabila jumlah CD4-nya rendah. Dengan demikian banyak peneliti dan dokter menyimpulkan bahwa
penyakit HIV lanjut yang ditandai dengan rendahnya jumlah CD4 dikaitkan dengan sirosis.
Tetapi, para peneliti dari Tufts-New England Medical Center di Boston, AS beranggapan bahwa adalah
masuk akal bahwa sirosis sendiri dapat menyebabkan hilangnya sel CD4, meskipun tidak ada infeksi
HIV.
Untuk menguji pendapat ini, para peneliti merancang penelitian silang dengan melibatkan pasien
HIV-negatif dengan sirosis. Penelitian mereka mempunyai empat tujuan:
Untuk memastikan jumlah CD4 pada pasien dengan sirosis, dan untuk menetapkan hubungan antara
CD4 mutlak dengan persentase CD4.
Untuk menentukan apakah penyebab sirosis virus versus non-virus mempunyai dampak yang
berbeda terhadap jumlah CD4.
Untuk memeriksa hubungan antara jumlah CD4 yang rendah dan faktor termasuk demografi,
disfungsi hati dan hipertensi portal.
Untuk membandingkan jumlah CD4 pada pasien dengan sirosis dengan kelompok kontrol yang
sehat.
Sebanyak 60 pasien dilibatkan dalam penelitian ini antara 2001 dan 2003. Kebanyakan pasien ini (54,
90%) adalah kulit putih, 38 (63%) laki-laki berusia rata-rata 50 tahun. Kebanyakan pasien mempunyai
sirosis yang didasari oleh virus, dengan virus hepatitis C sebagai penyebab pada 31 pasien, dengan satu
lagi pasien terinfeksi hepatitis B.
Jumlah CD4 berkisar antara 52-1269, dengan jumlah rata-rata 384. Hampir duapertiga pasien ditemukan
memiliki jumlah CD4 yang sangat rendah (didefinisikan dalam protokol penelitian sebagai jumlah CD4
di bawah 550, dengan sub-analisis pada peserta dengan CD4 di bawah 350), yaitu 43% (26) mempunyai
jumlah CD4 di bawah 350 dan 7% (4) lainnya memiliki jumlah CD4 di bawah 200.
Namun demikian para peneliti menemukan bahwa 95% pasien dengan jumlah CD4 di bawah normal,
mempunyai persentase CD4 yang normal.
Kemudian mereka mengamati untuk menentukan apabila ada faktor risiko lain terhadap jumlah CD4 di
bawah normal. Tidak ditemukan faktor demografi secara bermakna. Tidak juga terhadap penyebab
sirosis virus dan non-virus yang berdampak pada rendahnya jumlah sel CD4.
Tetapi, jumlah CD4 yang rendah dikaitkan dengan bentuk klinis dan laboratorium tertentu, termasuk
pembesaran limpa(p = 0,03), penurunan jumlah sel darah putih (p = 0,014), jumlahtrombosityang rendah
(p = 0,002), dan jumlah CD8 mutlak (p = 0,002). Para peneliti juga menemukan bahwa rendahnya
tingkat albumin berkaitan secara bermakna dengan jumlah CD4 di bawah 350.
Tanda klinis hipertensi portal juga dikaitkan dengan jumlah CD4 yang rendah, termasuk pembengkakan
pembuluh darah pada dindingesofagus(p = 0,02) dan pembesaran limpa (p = 0,04).
Akhirnya, para peneliti melakukan pencarian dalam perpustakaan untuk menentukan jumlah CD4 pada
kelompok kontrol yang sehat untuk dibandingkan dengan pasien sirosis. Mereka menemukan bahwa
pasien sirosis memiliki jumlah CD4 rata-rata yang lebih rendah secara bermakna (492 versus 925 3, p <

Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/

Persentase CD4 digunakan untuk menilai kondisi kekebalan pasien koinfeksi HIV/HCV

0,001).
Para peneliti menulis, Penelitian kami menyoroti kaitan yang belum dilaporkan sebelumnya antara CD4
mutlak yang rendah dengan sirosis pada orang yang tidak terkait infeksi HIV. Mereka menambahkan,
kami beranggapan bahwa jumlah CD4 yang rendah adalah akibat dari penyempitan pembuluh darah
secara global terkait dengan hipertensi portal.
Mereka berpendapat bahwa penemuan mereka berdampak pada penanganan pasien koinfeksi HIV dan
hepatitis C. Mereka beranggapan bahwa, jumlah CD4 mutlak mungkin tidak sepenuhnya dapat
mencerminkan stadium infeksi HIV pada pasien yang mempunyai penyakit hati lanjut. Temuan ini
penting, terutama bagi pasien koinfeksi yang membutuhkan pencangkokan hati. Protokol untuk
pencangkokan hati memerlukan penilaian terhadap status kekebalan tubuh calon pencangkokan. Dengan
demikian, para peneliti berpendapat bahwa "penggunaan persentase CD4 harus dipadukan dalam tata
cara pencangkokan hati untuk memastikan penilaian yang lebih tepat mengenai status kekebalan tubuh
calon pencangkokan.
Tajuk rencana bersama mengatakan bahwa penelitian ini membuat kasus yang meyakinkan dan
memberi pandangan yang segar mengenai bagaimana sirosis berdampak pada jumlah CD4 mutlak.
Ringkasan: Use CD4 cell percentages to assess immunological condition of HIV/HCV coinfected
patients, says study
Sumber:
McGovern BH et al. The impact of cirrhosis on CD4 T cell counts in HIV-seronegative patients. Clin Infect Dis 44 (online edition), 2007.
Gandhi RT. Cirrhosis is associated with low CD4 T cell counts: implications for HIV-infected patients with liver disease. Clin Infect Dis 44
(online edition), 2007.

Anda mungkin juga menyukai