Anda di halaman 1dari 4

TUGAS UJIAN

RIDO PRAMA ELED, 0906639871


PENGUJI : dr. BRASTHO BRAMANTYO, Sp.THT-KL (K).
PATOFISIOLOGI OTITIS MEDIA EFUSI
otitis media efusi adalah keadaan dimana terdapatnya sekret non purulent di cavum timpani
sedangkan membrane timpani ututh.Awal dari patofisiologi otitis media efusi adalah adanya
peradangan di mukosa saluran nafas atas dan tuba eustasius yang dapat disebabkan oleh alergi atau
infeksi virus. Dengan adanya peradangan tersebut maka mengganggu fungsi tuba. Adapun fungsi
tuba eustasius adalah
1. Sebagai fungsi ventilasi yang mengatur agar tekanan telinga tengah sama dengan telinga
luar.
2. Fungsi drainase yaitu mengalirkan sekret yang dihasilkan mukosa telinga tengah ke naso
faring
3. Fungsi proteksi yaitu untuk menlindungi telinga tengah dari sekret nasofaring dan tekanan
suara.
Dengan terganggunya fungsi ventilasi dari tuba maka tuba tidak bisa menyeimbangkan tekanan
antara telinga tengah dan telinga luar sehingga terdapat tekanan negative di telinga tengah. Tekanan
negative dari telinga tengah menyebabkan tekanan hidrostatik pembuluh darah lebih kecil daripada
ruangan telingan tengah yang berakibat keluarnya plasma ke telinga tengah. Hal ini dapat
menyebabkan terkumpulnya cairan di telinga tengah. Selain fungsi ventilasi, fungsi drainase dari
tuba juga terganggu sehingga cairan serta mucus yang dihasilkan oleh mukosa telinga tengah tidak
dapat di alirkan ke nasofaring yang juga berkontribusi terhadap pengumpulan cairan atau mucus di
telinga tengah.
eprints.unsri.ac.id/.../Penatlaksanaan_OMA_pada_...
2. Fungsi Tuba Eustasius dan Mekanisme Buka-Tutup Tuba
Terdapat 3 fungsi dari tuba eustasius yaitu:
1. Sebagai fungsi ventilasi yang mengatur agar tekanan telinga tengah sama dengan telinga
luar.
2. Fungsi drainase yaitu mengalirkan sekret yang dihasilkan mukosa telinga tengah ke naso
faring
3. Fungsi proteksi yaitu untuk menlindungi telinga tengah dari sekret nasofaring dan tekanan
suara.
Dalam keadaan normal tuba eustasius tertutup. Tetapi untuk menjaga agar tekanan antara telinga
luar dengan telinga tengah maka tuba eustasius membuka secara intermiten. Membukanya tuba
eustasius ini dilakukan secara aktif dengan kontraksi otot M. tensor veli platini yang terjadi pada saat
proses menelan.
3. Manuver-manuver telinga
Secara umum terdapat 2 manuve yang biasa digunakan untuk membuka tuba eustasius yaitu:
1. Valsava maneuver yaitu dengan menutup hidung dan mulut secara rapat dan tiup kencangkencang. Tekanan udara yang dipaksakan tersebut akan mengakibatkan udara dari
tenggorokan mengalir ke saluran Eustasius sehingga terdapat keseimbangan tekanan pada
telinga tengah. Valsava maneuver tidak boleh dilakukan pada pasien dengan infeksi jalan

nafas atas karena ditakutkan kuman-kuman penyebab infeksi dapat masuk ke telinga
tengah.
2. Toynbee maneuver yaitu dilakukan dengan menutup hidung dan mulut serta menelan ludah.
Gerakan menelan akan membuka tuba eustasius dengan berkontraksinya M.tensor veli
platini.
4. Barotrauma Pada Penerbangan.
Pada saat terbang maka terjadi perubahan tekanan antara telinga tengah dan telinga luar karena
perubahan tekanan udara. Sewaktu mulai terbang, udara di telinga luar lebih rendah tekanan nya
daripada udara di telinga tengah. Sedangkan waktu turun, udara di telinga luar akan lebih tinggi
tekanannya daripada tekanan di telinga tengah. Disinilah peran dari tuba eustasius yaitu untuk
ventilasi dan menyeimbangkan tekanan diantara 2 ruangan tersebut. Tetapi pada saat perbedaan
tekanan melebihi 90 cmHg maka bagian kartilago dari tuba eustasius akan menciut sehingga
mengganggu fungsi ventilasi dari tuba. Akibatnya pada saat pesawat turun maka tekanan di telinga
tengah lebih negative dan menyebabkan keluarnya plasma ke telinga tengah serta retrasi pada
membrane timpani.
5. Algoritma Diagnosis Rinosinusitis
Menurut Guidelines of American Academy of Alergy, Asthma and Imunology kriteria diagnosis
Rhinosinusitis Akut dibagi menjadi 2 kriteria yaitu
Kriteria Mayor
o Ingus yang Purulen
o Post Nasal Drip yang Purulen
o Batuk
Kriteria Minor
o Sakit Kepala
o Nyeri Wajah
o Edema Periorbita
o Nyeri telinga
o Halitosis
o Nyeri gigi
o Nyeri Tenggorok
o Peningkatan Wheezing
o Demam
Diagnosis Rhinosinusitis akut dapat ditegakkan ketika ada 2 gejala mayor atau 1 gejala mayor
ditambah 2 gejala minor. Menurut waktunya Rhinosinusitis akut kurang dari 12 minggu.
Pada rhinosinusitis kronik gejalanya seperti pada rhinosinusitis akut tapi lebih ringan dan
kurang lengkap memperlihatkan gejala. Rhinosinusitis kronik berjalan 12 minggu.

6. Foto Ronsen Pada Sinusitis


Terdapat beberapa posisi dalam melakukan foto polos atau radiografi konvensional untuk melihat
sinus yaitu :
Proyeksi Lateral

Posisi Postero-Anterior

Posisi Postero-anterior axial (Caldwell method)

Posisi Parieto-achantial (waters method)

Posisi Open Mouth waters

Dari foto polos dapat terlihat peradangan sinus ataupun polip dengan melihat ada atau
tidaknya gambaran radioopak pada rongga sinus.
7. Rhinitis Alergi dan Alergi Pada Mukosa Telinga Tengah
Alergi pada rhinitis ada tipe cepat ada tipe lambat dan kedua-duanya menyerang saluran
pernafasan. Pada beberapa sumber dinyatakan bahwa alergi dapat berupa local ataupun sitemik.
Contoh alergi yang bersifat local adalah rhinitis alergi yang menyerang mukosa saluran nafas atas.
alergi yang menyerang organ target local ini biasanya disebabkan oleh allergen yang memang masuk
dan terpajan pada organ target tersebut. Pada rhinitis alergi, allergen yang masuk merupakan
allergen inhalen yang masuk bersamaan dengan udara pernafasan sehingga terjadi inflamasi pada
hidung dan saluran nafas bagian atas. karena struktur dan lokasi mukosa telinga tengah sama dan
berhubungan dengan saluran nafas atas maka peradangan juga terjadi pada tuba dan mukosa
telinga tengah.
8. Skin Prick Test
Skin Prick Test adalah salah satu metode untuk menguji jenis beberapa allergen pada seseorang.
Syarat dari test ini yaitu harus sehat dan bebas obat antihistamin selama 3-7 hari. Harus sehat
karena kalau dalam keadaan sakit akan menimbulkan bias positif. Pada waktu seseorang sakit maka
akan terjadi reaksi inflamasi pada tubuhnya sehingga mengganggu dari hasil test tersebut. Kalau
masih ada kandungan zat antihistamin pada tubuh orang tersebut maka akan menghambat reaksi
histaminnya dan menyebabkan false negative.

Anda mungkin juga menyukai