Anda di halaman 1dari 34

Kamis, 31 Maret 2016

SEMINAR HASIL

LUS I A R M IN A
1213021034

Deskripsi Pembelajaran Matematika dengan Metode Socrates dalam


Pendekatan Kontekstual Ditinjau dari Disposisi Pemahaman Konsep
Matematis Siswa
(Penelitian Kualitatif pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 19 Bandarlampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016)
(SKRIPSI)
Oleh
Lusi Armina

Pendidikan Matematika
Universitas Lampung

DAFTAR ISI

Pendahuluan
I.Pendahuluan
II.

Kajian Teori
Teori
Kajian

III.

Metode
Metode Penelitian
Penelitian

Hasil Penelitian dan


IV. Hasil Penelitian dan
Pembahasan
Pembahasan

dan Saran
V. Simpulan
Simpulan
dan Saran

I. PENDAHULUAN

Latar
Belakang
Masalah

Pertanyaan
Penelitian

Tujuan
Penelitian

Manfaat
Penelitian

Latar Belakang
Masalah
Pentingnya
Pendidikan

Fungsi dan Tujuan


Pendidikan

Peran Matematika

Disposisi
Pemahaman
Konsep Matematis

Pemahaman
Konsep Matematis

Tujuan
Pembelajaran
Matematika

Kenyataan di
Lapangan

Pendekatan
Kontekstual

Metode Socrates

Metode Socrates
dalam Pendekatan
Kontekstual

Pertanyaan
Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas,
pertanyaan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah
disposisi pemahaman konsep matematis siswa kelas VII
C SMP Negeri 19 Bandarlampung tahun ajaran
2015/2016 selama proses pembelajaran dengan metode
Socrates dalam pendekatan kontekstual?

n
a
u
j
u
T
n
a
i
t
i
l
Pene

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk


mendeskripsikan
disposisi
pemahaman konsep matematis siswa
kelas
VII
C
SMP
Negeri
19
Bandarlampung
tahun
ajaran
2015/2016
selama
proses
pembelajaran
dengan
metode
Socrates kontekstual.

Manfaat Penelitian

Teoritis
Praktis

II. KAJIAN teori


A. Pemahaman
Konsep
B. Disposisi
Berpikir
C. Disposisi Pemahaman Konsep
Matematis
D. Metode
Socrates
E. Penekatan
Kontekstual

A. Pemahaman
Konsep
Hiebert dan Carpenter (Hasan, 2012:1)
Marpaung (Hasan, 2012:1)
Murizal (2012:19)
KBBI (2008)
Sudijono (1996:50)
Wardhani (2008:9)
Suherman (2003:33)

Pemahaman konsep
matematis merupakan
kemampuan seseorang
atau sekelompok orang
untuk mengerti atau
memahami suatu ide
abstrak yang
memungkinkan
seseorang dapat
menggolongkan
sekumpulan objek
matematika.

B. Disposisi
Berpikir
- Gavriel Salomon (Herlina, 2013:174)
- Katz (Mahmudi, 2010:3)
- Honderich (Dai dan Sternburg,
2008:354)
- Ritchart (Herlina, 2o13:174)
- Ennis (Costa, 2013:19)
- Tishman et al. (Herlina, 2013:174)

Disposisi berpikir
merupakan
kecenderungan
seseorang dalam
bersikap, bertindak,
dan berperilaku
positif dalam upaya
mengidentifikasi
sifat dari pola pikir.

C. Disposisi Pemahaman Konsep Matematis

- Honderich (Dai dan Sternburg, 2008:354)


- Perkins dan Tishman (Atallah, 2006:4)
- Yunarti (2011:31)

Disposisi
pemahaman konsep
matematis siswa
adalah
kecenderungan
sikap individu
dalam memahami
konsep matematis.

D. Metode Socrates

- Jones, Bagford, dan Walen (Yunarti,


2011:47)
- Hatta (Pahlevi, 2014:7)
- Yunarti (2011:47)
- Permalink (Yunarti, 2011:48)
- Qosyim (2007:7)

Metode Socrates adalah


metode yang memuat
dialog atau diskusi yang
dipimpin oleh guru melalui
pertanyaan-pertanyaan
induktif yang dimulai dari
pertanyaan-pertanyaan
sederhana sampai
kompleks untuk menguji
validitas keyakinan siswa
mengenai suatu objek,
sehingga siswa dapat
membuat kesimpulan yang
benar secara konstruktif.

E. Pendekatan Kontekstual

- Muslich (2007:41)
- Suherman (2003:3)
- Nurhadi (2005:4)
- Kunandar (2007:305-317)
- Sanjaya (2006:255)

Pendekatan kontekstual
merupakan konsep belajar
yang mengaitkan materi
pembelajran dengan
kehidupan nyata seharihari sehingga dapat
memberikan kesempatan
siswa untuk mengkontruksi
pengetahuannya sendiri.

III. Metode
Penelitian

Desain Penelitian
Subjek Penelitian
LatarPenelitian

Teknik
TeknikPengumpulan
Pengumpulan
Data
Data
Intrumen
Intrumen
Penelitian
Penelitian
Teknik
TeknikAnalisis
Analisis
Data
Data

Desain PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 19
Bandarlampung merupakan suatu penelitian dengan
menggunakan
metode
kualitatif.
Metodologi
penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat
diamati.

Subjek PENELITIAN

Subjek penelitian ini adalah


siswa kelas VII C di SMP
Negeri 19 Bandarlampung
tahun pelajaran 2015/2016.
Jumlah siswa di kelas ini
adalah 31 siswa dengan
berbagai karakter yang
berbeda.

Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik
purposive.

latar PENELITIAN
Penelitan ini dilakukan di SMP Negeri 19
Bandarlampung yang terletak di Jalan Turi Raya No. 1
Tanjung
Senang,
Bandarlampung.
Penelitian
dilakukan di kelas VII C SMP Negeri 19
Bandarlampung tahun pelajaran 2015/2016 semester
ganjil pada materi perbandingan. Pertemuan
dilaksanakan 2 kali dalam seminggu yaitu hari Senin
pukul 14.30-17.10 WIB dan hari Sabtu pukul 12.3013.50 WIB.

E. Teknik
Observasi Data
Pengumpulan
Wawancara
Observasi dilakukan
dengan mengamati dan
Wawancara merupakan
cara menghimpun bahan-bahan
Dokumentasi
mencatat
secara
langsung
keadaan, situasi
keterangan atau informasi yang dilakukan dengan tanya

Dokumentasi
dimaksud
dalam penelitian
kondisi yang yang
terjadi,
dan gejala-gejala
yang

jawab lisan antara peneliti dan sumber data. Wawancara

ini
yaitu bukti
fisik yang
dilakukan
dengan yang
cara
tampak
pada
subjek
penelitian
pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
merekam,
dan mengabadikan
berhubungan
dengan
pemahaman
memperoleh menyimpan,
informasi
dari disposisi
informan
terkait
disposisi
pemahaman
muncul
saat
gambar
dankonsep
suaramatematis
terkait yang
dengan
segala
konsep
matematis.
pembelajaranyang
Socrates kontekstual.
kegiatan
terjadi
selama

pembelajaran berlangsung.

proses

Instrumen Penelitian

Catatan
Lapangan
Alat Perekam
Pedoman
Wawancara

Teknik Analisis data

Teknik
analisis data

Data Reduction
(Reduksi data)
Data Display
(Penyajian data)
Conclusion/Verying
(Penarikan
simpulan)

Iv. Hasil dan pembahasan


Penelitian yang dilakukan di kelas VII C SMP N 19
Bandarlampung ini membahas tentang bagaimanakah disposisi
pemahaman konsep matematis siswa dalam pembelajaran
dengan metode Socrates dalam pendekatan kontekstual. Dalam
pembahasan
ini,
peneliti
menggunakan
kode
yang
menunjukkan nama siswa.
Dalam setiap pertemuan, siswa yang aktif berbeda-beda. Dari
semua siswa yang aktif pada pertemuan pertama hingga
pertemuan terakhir, tidak semuanya aktif dalam menunjukkan
disposisi pemahaman konsep matematis, tetapi ada juga siswa
yang menunjukkan disposisi matematis saja. Adapun siswa yang
menunjukkan disposisi pemahaman konsep matematis selama
proses pembelajaran terdapat 9 orang, yaitu siswa dengan kode
P11, P3, P15, P16, P21, P28, P23, P31, dan P14.

Lanjutan..
Sementara itu, 15 siswa dengan kode P5, P6, P8, P10, P12, P13, P17,
P18, P19, P20, P22, P26, P27, P29, dan P30 aktif akan tetapi bukan dalam
hal menunjukkan disposisi pemahaman konsep matematis. Sedangkan
siswa dengan kode P2, P4, P7, P9, P19, P24, dan P25 selama proses
pembelajaran dengan metode Socrates dalam pendekatan kontekstual
berlangsung tidak menunjukkan disposisi
pemahaman konsep
matematisnya.
Selama dilakukan pembelajaran dengan metode Socrates dalam
pendekatan kontekstual, banyak fenomena disposisi pemahaman konsep
yang terjadi. Ada siswa yang menunjukkan kenaikan dan kestabilan
dalam beberapa indikator pemahaman konsep matematis, ada pula siswa
yang mengalami penurunan disposisi pemahaman konsep matematis,
bahkan ada pula siswa yang tidak menunjukkan disposisi pemahaman
konsep sama sekali. Adapun beberapa siswa yang menggambarkan
fenomena-fenomena tersebut yaitu diantaranya P21, P31, P14, dan P24.

P21
Selama dilakukannya pembelajaran dengan metode Socrates dalam
pendekatan kontekstual, P21 menunjukkan kestabilan yang baik
dalam beberapa indikator disposisi pemahaman konsep matematis.
Meskipun pada awal pertemuan P21 sempat kurang percaya diri,
dengan dilakukannya pembelajaran dengan metode Socrates dalam
pendekatan kontekstual ini membuat kepercayaan diri P21 menjadi
lebih baik dari pertemuan ke pertemuan.
Pada pertemuan kedua hingga terakhir, P21 selalu menunjukkan
indikator kepercayaan diri dalam pemahaman konsep. P21 selalu
menawarkan diri kepada guru untuk menjawab persoalan yang
diberikan oleh guru setelah melalui proses pemikiran yang
dilakukannya. Untuk indikator sistematis dan analitis ditunjukkan
oleh P21 pada jawaban-jawabannya saat menjawab soal atau
pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sementara itu, untuk indikator
berpikiran terbuka ditunjukkan oleh P21 pada saat diskusi kelompok.

Lanjutan..
Selain indikator-indikator disposisi pemahaman
konsep tersebut yang meningkat dengan stabil, P21
juga menunjukkan peningkatan hasil belajar. P21
memperoleh nilai post-test lebih besar daripada
nilai pre-test. Hal ini sesuai dengan pendapat
Perkins (Lambertus, 2009:13) yang menyatakan
bahwa seseorang yang memiliki disposisi berpikir
harus pula memiliki keterampilan kognitif.

P31
P31 di awal pembelajaran dengan menggunakan metode Socrates dalam
pendekatan kontekstual menunjukkan beberapa indikator disposisi
pemahaman konsep matematis, yaitu rasa ingin tahu, sistematis, analitis,
berpikiran terbuka, dan kepercayaan diri. Keingintahuan yang tinggi
ditunjukkan oleh P31 dengan aktif bertanya mengenai konsep-konsep
matematika yang belum dipahaminya. Akan tetapi, pada pertemuan kedua
P31 mengalami penurunan dalam indikator disposisi pemahaman konsep
matematis. Bahkan P31 hampir tidak menunjukkan indikator disposisi
pemahaman konsep matematis sama sekali.

Setelah dilakukan wawancara, P31 mengaku penurunan indikator dari


disposisi pemahaman konsep matematis dalam pembelajaran dengan
metode Socrates dalam pendekatan kontekstual dikarenakan ia sedang
memiliki masalah eksternal yang mempengaruhi minat belajarnya.
Selanjutnya, pada pertemuan ketiga P31 kembali menunjukkan
indikator disposisi pemahaman konsep matematis diantaranya yaitu
indikator kepercayaan diri, sistematis, dan analitis yang ditunjukkan
saat P31 menawarkan diri dan mengerjakan soal di depan kelas.

P14
Disposisi pemahaman konsep matematis P14 baru terlihat pada
pertemuan terakhir. Pada pertemuan pertama, P14 sudah
menunjukkan sikap tanggap dengan merespon pertanyaan
guru. Selain itu, P14 juga seringkali menjawab pertanyaan dari
guru bersamaan dengan siswa lain. Pada pertemuan kedua P14
mulai menunjukkan kepercayaan dirinya. Ini terlihat saat guru
melakukan permainan lempar bola kertas, P14 bersedia maju
dan memberikan contoh cara melakukan permainan tersebut.
Indikator disposisi pemahaman konsep matematis P14 muncul
pada saat diskusi kelompok berlangsung. Selama diskusi
berlangsung, P14 menunjukkan indikator disposisi pemahaman
konsep diantaranya kepercayaan diri, rasa ingin tahu, analitis,
pencarian kebenaran, dan berpikiran terbuka.

Lanjutan..
Dari beberapa indikator-indikator disposisi pemahaman
konsep yang muncul tersebut, yang paling terlihat
mengalami peningkatan adalah indikator kepercayaan
diri dalam pemahaman konsep. Hal ini sejalan dengan
kelebihan metode Socrates menurut Lammendola
(Fisher, 2010 : 4), yaitu Socrates Method to force
nonparticipating students to question their underlying
assumptions of the case under discussion, and constand
feedback, artinya metode Socrates menumbuhkan
keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat saat
berdiskusi, serta memupuk rasa percaya pada diri
sendiri.

P24
Selama dilakukannya pembelajaran dengan metode Socrates
dalam pendekatan kontekstual, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan metode tersebut tidak
dapat
memunculkan
disposisi
pemahaman
konsep
matematis pada siswa dengan kode P24 yang memiliki
karakteristik pendiam dan kurang percaya diri. Padahal,
berdasarkan hasil wawancara dengan guru mitra diketahui
bahwa P24 merupakan siswa yang termasuk pandai. Selain
itu, berdasarkan hasil observasi pada pertemuan ketiga
dikatahui P24 tampak sudah memiliki jawaban dari persoalan
yang diajukan guru ketika siswa yang lain belum menemukan
jawaban tersebut. Akan tetapi, P24 enggan mengangkat tangan
dan menjawab persoalan tersebut.

Lanjutan..
Berdasarkan wawancara dengan P24, ia memberikan alasan
tidak mau menjawab persoalan tersebut karena tidak tahu
cara menuliskan jawaban tersebut dan tidak bisa menjelaskan
kepada orang lain bagaimana cara memperoleh jawabannya
karena itu adalah hasil pemikiran yang ada dalam pikirannya.
Selain itu, P24 juga mengaku bahwa ia merasa malu dan
takut akan ditertawakan dan diejek teman-temanya jika ia
tidak dapat mengungkapkan hasil pemikirannya dengan baik,
sehingga ia lebih memilih diam dan menunggu ada siswa lain
yang dapat menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini sejalan
dengan pendapat Natalia (2013) yang menyatakan perasaan
takut salah dan takut mendapat ejekan dari teman, akan
melemahkan semangat dan menggoyahkan ketenangannya,
sehingga apa yang ingin diutarakan tidak dapat disampaikan.

V. SIMPULAN DAN SARAN


A. SIMPULA
N
B. SARAN

A. SIMPULAN
Selama proses pembelajaran dengan metode
Socrates dalam pendekatan kontekstual, hanya
sebagian kecil siswa (9 dari 31 siswa) yang mampu
menunjukkan
disposisi
pemahaman
konsep
matematisnya. Sementara itu, sebagian besar siswa
yang lain (15 dari 31 siswa), aktif akan tetapi bukan
Indikator
pemahaman
konsep
matematis
dalam
hal disposisi
menunjukkan
disposisi
pemahaman
yang matematis.
dominan muncul pada siswa pada saat
konsep
pembelajaran dengan metode Socrates kontekstual
adalah
indikator matematika
kepercayaan dengan
diri danmenggunakan
rasa ingin
Pembelajaran
tahu.
metode Socrates dalam pendekatan kontekstual
juga dapat menurunkan disposisi pemahaman
konsep matematis siswa dan tidak menimbulkan
disposisi pemahaman konsep matematis sama sekali
untuk siswa yang pendiam dan kurang mempunyai
rasa percaya diri.

B. Saran
Bagi Guru
Sebaiknya dalamBagi
pembelajaran
matematika tidak
Peneliti lain
hanya menekankan pada kognitif yang harus
dicapai siswa,
tetapi jugapenelitian
memperhatikan
Sebaiknya
melakukan
dalamaspek
jangka
lain seperti
pemahaman
konsep
waktu
yangdisposisi
lebih lama
dan disarankan
untuk
matematis
karena hal tersebut
dapat siswa
menunjang
dapat
mendekatkan
diri pada
serta
kemampuan
kognitif siswa.
mengenal
karakteristik
siswa sebelum memulai
penelitian agar lebih mudah dalam mengamati
perilaku siswa di dalam kelas.

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai