OLEH
ADIMAN SAIB
J1A014004
KELOMPOK I
HALAMAN PENGESAHAN
Praktikan,
Rina Heldiyanti
NIM. J1A012115
Adiman Saib
NIM. J1A014004
ACARA I
UJI AMBANG RANGSANGAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
penginderaan. Penginderaan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu
kesadaran atau pengenalan alat indera akan sifat-sifat benda karena adanya
rangsangan yang diterima alat indera yang berasal dari benda tersebut. Panca
indera tersebut merupakan penglihatan, pembau, perasa/pencicip, pendengar dan
peraba. Dalam industri pangan panelis sangat di butuhkan untuk memproduksi
produk baru atau menjaga kualitas mutu dalam memformulasikan bahan.
Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat
berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan
benda penyebab rangsangan. Kesadaran, kesan dan sikap terhadap rangsangan
adalah reaksi psikologis atau reaksi subyektif. Intensitas atau tingkatan
rangsangan terkecil yang mulai dapat menghasilkan respon disebut ambang
rangsangan (Threshold). Dikenal beberapa ambang rangsangan, yaitu ambang
mutlak (Absolute Threshold), ambang pengenalan (Recognition Threshold),
ambang pembedaan (Difference Threshold) dan ambang batas (Terminal
Threshold) (Kartika dkk, 1988).
Ambang mutlak adalah jumlah benda rangsang terkecil yang sudah mulai
menimbulkan kesan. Ambang pengenalan sudah mulai dikenali jenis kesannya,
ambang pembedaan perbedaan terkecil yang sudah dikenali dan ambang batas
adalah tingkat rangsangan terbesar yang masih dapat dibedakan intensitas. Oleh
TINJAUAN PUSTAKA
dan
sikap
disebut
pengukuran
subjektif
atau
penilaian
indera
pencicip,
indera
pembau
dan
indera
perabaan
atau
sebagai pembanding. Selain itu metode ini juga dapat digunakan untuk mengenal
macam-macam stimulusnya (recognition threshold), misalnya asin, asin, dan lainlain. Recognition threshold umumnya lebih tinggi dari absolute threshold. Metode
ini juga kadang-kadang digunakan untuk seleksi panelis, namun beberapa peneliti
menilai cara ini kurang tepat dipakai, karena keberhasilan dalam menguji larutan
murni tidak dapat dipakai sebagai kkriteria keberhasilan dalam menguji sampel
yang mengandung bermacam zat dengan konsentrasi yang berbeda, selain ada
kelemahannya, yaitu pada penentuan threshold biasanya yang disajikan adalah
larutan asal macam substansi, sedangkan dalam makanan, rasa makanan
merupakan campurab berbagai rasa (Kartika, dkk, 1988).
Penetuan uji threshod merupakan uji pembeda, bisa menggunakan uji
segitiga atau uji ambang pembanding. Threshold didapat dinyatakan sebagai
ambang rangsangan oleh suatu kelompok atau populasi tertentu tertentu atau oleh
individu. Ambang mutlak adalah suatu konsentrasi yang apat memberi kesan
bahwa larutan tersebut berbeda dengan air, ambang pengenal yaitu suatu
konsentrasi yang menunjukkan bahwa panelis dapat mengenali jenis larutan
tesebut (asn, manis, asam dan pahit). Ambang pembeda yaitu suatu konsentrasi
dimana konsentrasi yang satu dengan yang lainnya ada perbedaan rasa, sedangkan
ambang batas adalah suatu konsentrasi yang terendah yang memberikan kesan
maksimum atau suatu kesan yang jenuh (Rahayu, 2001).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 11 April 2016 di
Laboraturium Pengendalian Mutu Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
Universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas sloki,
piring, sendok kecil dan kertas label.
b. Bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air
galon, larutan gula, larutan garam, roti tawar dan air mineral.
Prosedur Kerja
a.
Nama Panelis
Ade Sukti Maulana
Adiman Saib
Anindya Marisa P.
Astri Harini
Azizatul Lutfiah
BQ. Harnum H. L.
BQ. Mutya S.
BQ. Rofiati R.
Dahniar Yahya
Desi Noviana
Devi Salviana
Dini APrilara F. A.
Eka Novia Ardani
Fani Zulfiani
Febria Safitra
Hana Hanifa
Hasfi Yuliana
Ilham Wahyudi
Imam Suhardiman
Indana Zulfa
Jahratul Hikmah
Kasanim
Lina Agustina
Linda Suwarya N.
Maisi Andana N.
M. Alfian R.
Mega Rozika
Mia Oktavarina
Erdiana R.
Mira Amalia R.
141
0
0
X
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
X
0
0
0
0
0
0
0
0
0
282
0,1
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
+1
x
+1
+1
0
x
x
x
x
x
x
x
592
0,9
+4
+3
+4
+1
+3
+3
+4
+3
+3
+3
+4
+3
+3
+3
+3
+3
+3
+4
+4
+3
+3
+3
+2
+4
+4
+4
+3
+5
+3
+3
689
1,2
+5
+3
+5
+5
+3
+4
+5
+4
+4
+4
+5
+4
+4
+4
+3
+4
+4
+1
+4
+2
+4
+4
+1
+4
+4
+4
+4
+5
+4
+3
31
32
33
34
35
M. Gusnul Y.
Nabila Aini
Nanda T.
Ni Wayan Vina S.
Nidia Dwi Iriani
Jumlah respon positif
% respon positif
0
0
0
0
0
2
5,71
x
x
x
x
x
34
97,14
+1
+1
+1
+1
+1
35
100
+2
+2
+2
+2
+1
35
100
+3
+3
+2
+2
+2
35
100
+4
+4
+2
+3
+2
35
100
+4
+3
+3
+2
+3
35
100
+5
+5
+4
+5
+4
35
100
Nama Panelis
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
876
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
x
0
0
0
0
0
0
0
0
0
x
0
0
0
0
0
541
0,1
0
0
0
0
x
0
0
x
0
0
x
0
0
0
0
x
0
0
0
0
0
0
0
x
0
x
921
0,9
+1
+1
+2
x
+1
x
+1
+3
+1
+1
+3
+1
+1
x
+1
x
x
x
+1
0
x
+1
x
+3
+2
+1
261
1,2
x
x
+3
x
+1
0
+1
+4
0
x
x
x
+1
0
x
+1
+1
x
x
0
0
+2
x
+1
+1
x
27 Mega Rozika
28 Mia Oktavarina
29 Erdiana R.
30 Mira Amalia R.
31 M. Gusnul Y.
32 Nabila Aini
33 Nanda Tedja N.
34 Ni Wayan Vina S.
35 Nidia Dwi Iriani
Jumlah respon positif
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
x
0
0
0
0
0
0
7
% respon positif
5,71
20
x
+1
0
0
0
0
0
0
0
17
48,5
7
X
+1
X
X
0
X
X
0
X
24
68,7
5
+1
+2
+1
+2
+1
+1
+1
+1
+1
35
+1
+2
+2
+2
+1
x
+2
+1
+1
35
100
100
Hasil Perhitungan
1. Hasil Perhitungan Rasa Garam
a. Konsentrasi 0
% Respon Positif
respon positif
= jumlah panelis
2
= 35
x 100 %
x 100 %
= 5,71 %
b. Konsentrasi 0.1
% Respon Positif
respon positif
= jumlah panelis
34
= 35
x 100 %
x 100 %
= 97, 14 %
c. Konsentrasi 0.2
% Respon Positif
respon positif
= jumlah respon
x 100 %
+1
+2
+3
+1
+1
x
+1
+1
x
34
97,1
4
x
+1
+3
+1
+1
x
x
0
x
29
82,8
5
35
= 35
x 100 %
= 100 %
d. Konsentrasi 0.3
% Respon Positif
respon positif
= jumlah respon
35
= 35
x 100 %
x 100 %
= 100 %
e. Konsentrasi 0.4
% Respon Positif
respon positif
= jumlah respon
35
= 35
x 100 %
x 100 %
= 100 %
f. Konsentrasi 0.5
% Respon Positif
respon positif
= jumlah respon
35
= 35
x 100 %
x 100 %
= 100 %
g. Konsentrasi 0.9
% Respon Positif
respon positif
= jumlah respon
35
= 35
x 100 %
x 100 %
= 100 %
h. Konsentrasi 1.2
% Respon Positif
respon positif
= jumlah respon
35
= 35
x 100 %
x 100 %
= 100 %
2. Hasil Perhitungan Rasa Manis
a. Konsentrasi 0
% Respon Positif
respon positif
= jumlah respon
2
= 35
x 100 %
x 100 %
= 5,71 %
b. Konsentrasi 0.1
% Respon Positif
respon positif
= jumlah respon
7
= 35
x 100 %
x 100 %
= 20 %
c. Konsentrasi 0.2
% Respon Positif
respon positif
= jumlah respon
17
= 35
x 100 %
x 100 %
= 48,57 %
d. Konsentrasi 0.3
% Respon Positif
respon positif
= jumlah respon
24
= 35
x 100 %
x 100 %
= 68,75 %
e. Konsentrasi 0.4
% Respon Positif
respon positif
= jumlah respon
35
= 35
x 100 %
x 100 %
= 100 %
f. Konsentrasi 0.5
% Respon Positif
respon positif
= jumlah respon
35
= 35
x 100 %
x 100 %
= 100 %
g. Konsentrasi 0.9
% Respon Positif
respon positif
= jumlah respon
34
= 35
x 100 %
= 97,14 %
h. Konsentrasi 1.2
x 100 %
% Respon Positif
respon positif
= jumlah respon
29
= 35
x 100 %
= 82,85 %
x 100 %
4.3. Grafik
Grafik 1.1 Respon Positif Pada Konsentrasi Gula
Rasa Manis
120
100
80
60
40
20
0
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.2
1.4
Rasa Asin
120
100
80
60
40
20
0
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.2
1.4
BAB V
PEMBAHASAN
Uji ambang rangsangan dilakukan secara subjektif atau organoleptik
(menggunakan alat indera).Alat indera yang digunakan yaitu indera pencicip yang
berfungsi untuk sejauh mana tingkat besaran kesan panelis terhadap suatu sampel
uji. Rangsangan yang terlalu keci tidak akan dapat menghasilkan respon atau
kesan. Intensitas atau tingkat terkecil yang mulai dapat menghasilkan respon
disebut ambang rangsangan atau stimulus threshold. Prinsip pengujian ambang
rangsangan adalah menyatakan ada atau tidak ada sifat inderawi tertentu untuk
diujikan sejumlah sampel pengujian disajikan dan dinyatakan atau tidak ada
respon dari masing- masing contoh (Muzahid, 2011).
Praktikum ini mencoba menerapkan sifat organoleptik yaitu dengan
metode pengenalan sifat inderawi. Pengenalan inderawi yang digunakan yaitu
dengan menggunakan indera pencicip atau lidah. Larutan yang digunakan adalah
larutan garam dan larutan gula dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Uji
ambang rangsangan dilakukan dengan penilaian secara subyektif (menggunakan
alat indera). Untuk mengetahui kepekaan panelis yaitu melihat penilaian yang
dilakukan terhadap sampel yang disajikan yaitu sampel rasa asin dan rasa manis.
Sampel yang diberikan memiliki lima variasi konsentrasi yaitu 20%, 48,57%,
68,75%, 100% dan 82,85%. Dengan kode 3 digit angka, pengkodean
dimaksudkan untuk mengurangi informasi yang memberikan kepada panelis.
Pemilihan 3 digit kode untuk memindahkan error karena angka satu digit maupun
dua digit besar kemungkinan terjadinya bias.
Sampel pertama adalah larutan gula untuk pengujian rasa manis.
Berdasarkan hasil pengamatan uji ambang stimulus pada rasa manis dengan
konsentrasi yang berbeda-beda menghasilkan respon positif yang beragam.
Respon positif paling tinggi didapatkan pada konsentrasi gula 0,9%. Ambang
mutlak pada larutan gula terjadi pada konsentrasi 0,5%. Pada grafik yang
menunjukkan hubungan antara kesan yang diperoleh dengan konsentrasi larutan
gula tidak berbanding lurus karena semakin tinggi konsentrasi larutan gula,
semakin tinggi
pengaruh dari konsentrasi, hal lain yang berpengaruh pada rasa manis adalah
suhu, medium rasa yang dipakai, dan adapatasi. Apabila semakin banyak sampel
yang diuji oleh panelis, maka lama kelamaan panelis akan dapat memberikan
respons terhadap rangsangan yang diterima panelis secara konstan.
Grafik 1.2 menunjukkan hubungan antara kesan yang diperoleh dengan
konsentrasi larutan garam. Seharusnya hubungan antara besaran kesan yang
diperoleh dengan konsentrasi larutan garam berbanding lurus. Semakin tinggi
konsentrasi larutan garam, semakin tinggi pula besaran kesannya, begitupula
sebaliknya. Akan tetapi berdasarkan grafik diatas menunjukkan terjadinya ambang
batas. Seharusnya hubungan antara daya deteksi dengan konsentrasi larutan garam
berbanding lurus. Semakin tinggi konsentrasi larutan garam, semakin tinggi pula
daya deteksinya, begitupun sebaliknya. Ambang batas ini ditunjukkan dari
konsentrasi 0,3 ke konsentrasi ke 1,2 . Grafik ini tidak linier disebabkan antara
lain karena adanya faktor-faktor yang dapat mencampuri fungsi indera terutama
perasa dan pembau
cepat dideteksi karena kemungkinan panelis biasa mengkonsumsi rasa asin dalam
jumlah standar. Sedangkan rasa manis panelis biasa mengkonsumsi gula dalam
jumlah tinggi sehingga pada keadaan sedikit gula panelis kudang dapat untuk
dideteksi. Untuk panelis yang tidak konsisten dalam memberikan penilaian,
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut panelis yang melakukan uji tidak
dalam kondisi prima, panelis belum makan sesuatu apapun sarapan, panelis tidak
melakukan
berulang kali mencoba, bisa juga panelis belum terbiasa atau berpengalaman
sehingga kurang dapat membedakan kesan alat indera terhadap reaksi atau
rangsangan yang diterima. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan uji
threshold (ambang rangsangan) antara lain tingkat kenaikan rasa, kesan, dan
konsentrasi
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Uji ambang rangsangan adalah uji yang dilakukan secara subjektif atau
organoleptik dengan menggunakan indera pencicipan yang befungsi untuk
mengetahui sejauh mana tingkat besaran kesan panelis terhadap suatu
sampel uji.
2. Panelis lebih sensitif pada larutan garam terbukti dari jumlah respon positif
yang di dapatkan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi panelis adalah asal, tingkat kenaikan
rasa, kesan, dan konsentrasi.
4. Pada grafik jumlah respon positif pada
DAFTAR PUSTAKA
Chrisnanda, F.P.,2013. Penginderaan Kesan Dan Rangsangan. http:www.
chrisnanda95.blogspot.com(Diakses pada tanggal 14 Mei 2015 ).
Kartika, Bambang, dkk.1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU
Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta
Muzahid, 2011. Uji Ambang Rangsangan. http:// www.blogger. (Diakses pada
tanggal 24 Mei 2016).
Rahardjo, J. T. M. 1998. Uji Inderawi. Penerbit Universitas Jenderal
Soedirman:Purwokerto
Rahayu, W.P., 1998. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan
Teknologi Pangan Dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor:Bogor