PENDAHULUAN
Pemeriksaan kasus-kasus persetubuhan yang merupakan tindak pidana, hendaknya
dilakukan dengan teliti dan waspada. Pemeriksa harus yakin akan semua bukti-bukti yang
ditemukannya karena berbeda dengan di klinik. Ia tidak lagi mempunyai kesempatan untuk
melakukan pemeriksaan ulang guna memperoleh lebih banyak bukti tetapi dalam melaksanakan
kewajiban itu, dokter jangan sampai meletakkan kepentingan si korban di bawah kepentingan
pemeriksaan, terutama bila korban masih anak-anak.Dengan demikian, hendaknya pemeriksaan
itu tidak sampai menambah trauma psikis yang sudah dideritanya.
Visum et repertum yang dihasilkan mungkin menjadi dasar untuk membebaskan
terdakwa dari penuntutan atau sebaliknya untuk menjatuhkan hukuman. Di Indonesia,
pemeriksaan korban persetubuhan, yang diduga merupakan tindak kejahatan seksual, umumnya
dilakukan oleh dokter ahli Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, kecuali di tempat yang
tidak ada dokter ahli demikian, dokter umumlah yang harus melakukan pemeriksaan itu.
BAB II
SKENARIO KASUS
Korban datang diantar oleh ayahnya dan seorang security membawa SPV dengan dugaan
pencabulan yang terjadi pada tanggal enam belas juli dua ribu empat belas sekitar pukul empat
belas nol nol Waktu Indonesia Bagian Tengah di daerahTanjung bunga dekat jembatan
barombong. Menurut pengakuan korban, korban di ajak keluar oleh pacarnya sekitar pukul tiga
belas nol nol dengan dijemput menggunakan bentor keTanjung bunga. Di tanjung bunga korban
mengaku dipegang-pegang di daerah dada, dipeluk dan dicium di bibir dan pipi tetapi tidak
berhubungan intim dengan pelaku. Korban mengaku tidak ada paksaan dan kekerasan dari
pelaku. Pelaku merupakan pacar pertama korban dan baru menjalani hubungan selama dua hari.
Korban mengaku hal ini baru pertama kali dilakukan. Menurut pengakuan saksi (security tanjung
bunga) pelaku dan korban kedapatan sedang berbaring di rerumputan sambil berciuman dan
pelaku sedang memegang dada korban dengan mengenakan pakaian lengkap. Pelaku dan korban
segera dibawa kepos satpam lalu ditindak lanjuti di kantor polisi.
BAB III
PEMBAHASAN
I. Aspek Hukum
Kejahatan terhadap kesusilaan adalah setiap perbuatan
yang dilakukan sesorang yang menimbulkan kepuasan seksual dan di sisi lain perbuatan tersebut
mengganggu kehormatan orang lain. Kejahatan seksual ialah kejahatan yang timbul diperoleh
melalui persetubuhan.
Pesetubuhan adalah masuknya penis ke dalam vagina,
sebagian atau seluruhnya, dengan atau tanpa ejakulasi, setidaknya melewati verstibulum.
Percaabulan adalah setiap penyerangan seksual tanpa terjadi persetubuhan.
Aspek hukum mengenai kejahatan terhadap kesusilaan dan kejahatan seksual ialah :
1. KUHP
Pasal 289 KUHP (R. Soesilo 1993:212) :Barang siapa dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa seseorang melakukan atau membiarkan dilakukan pada
dirinya perbuatan cabul, dihukum karena merusakkan kesopanan dengan hukuman
diketahuinya atau patut harus disangkanya, bahwa umur orang itu belum cukup
15 tahun atau kalau tidak nyata berapa umurnya,bahwa orang itu belum belum
masanya buat dikawin.
3. 3e.Barang siapa membujuk (menggoda) seseorang yang diketahuinya atau patut
harus disangkanya, bahwa umur orang itu belum cukup 15 tahun atau kalau tidak
nyata berapa umurnya, bahwa ia belum masanya buat kawin, akan melakukan
atau atau membiarkan dilakukan pada dirinya perbuatan cabul, atau akan
bersetubuh dengan orang lain dengan tiada kawin.
Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang belum dewasa
dari jenis kelamin yang sama, sedang diketahuinya atau patut harus disangkanya
hal belum dewasa itu, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun.
tahun.
Pasal 295 KUHP (R. Soesilo 1993:216):
1. e.Dengan pidana penjara paling lama lima tahun barangsiapa dengan sengaja
menyebabkan atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh anaknya, anak
tirinya, anak angkatnya, atau anak di bawah pengawasannya yang belum dewasa,
atau
Anamnesis Umum
Korban berusia 16 tahun
Belum menikah
Tidak ditemukan penyakit kelamin, penyakit kandungan dan penyakit
penyerta lainnya
Korban tidak pernah bersetubuh
b. Anamnesis Khusus
Waktu kejadian : 14.00 wita
Lokasi kejadian : Daerah tanjung bunga dekat jembatan barombong
Korban mengaku dipegang-pegang di daerah dada, dipeluk dan dicium di
bibir dan pipi tetapi tidak berhubungan intim dengan pelaku. Korban
mengaku tidak ada paksaan dan kekerasan dari pelaku
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dibagi menjadi :
a. Pemeriksaan umum
Kesadaran : compos metis, emosi tengang
Tekanan darah : 100/60 mmHg, HR: 92x/menit, RR: 24x/menit, BB: 46
kg, TB: 158 cm, status gizi sedang
Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan, memar, luka lecet pada daerah
mulut, leher, pergelangan tangan, lengan, paha bagian dalam
Perkembangan alat kelamin sekunder baik
b. Pemeriksaan khusus
Hymen intak, tidak ada luka lecet, hiperemis (-), perdarahan (-).Tidak
terdapat robekan pada selaput darah hingga ke dasar.
Nomor
SPV
------------------------------------------------------------:
------------------------------------------------------------------------------
b)
Tanggal
dan
Waktu
SPV
diterima
------------------------------------------------------------: Satu Juli tahun dua ribu empat belas pukul empat
belas nol nol Waktu Indonesia bagian Tengah.
c)
NEGARA
RESORT
REPUBLIK
KOTA
BESAR
III.
a)
Nomor
SPV
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------:
K/421/VII/2014/VER
-------------------------------------------------------------
b)
NEGARA
REPUBLIK
IV.
LaporanVisum et Repertum----------------------------------------------------------------------------a)
Tempat, Tanggal dan Waktu Pembuatan VeR: Rumah sakit Bhayangkara jalan
Mappaoddang Makassar pada hari Rabu tanggal enam belas Juli tahun dua ribu empat belas
pukul tujuh belas lewat lima menit Waktu Indonesia bagian Tengah ----------------
b)
Identitaspasien / Korban: (Kartu Pelajar / KTP /SPV / SIM / Pasport / Keterangan Korban
dan Keluarganya)---------------------------------------------------------------------------------------1. NamaKorban
2. JenisKelamin
: Perempuan
3. Umur
4. Pekerjaan
: Pelajar
5. Agama
: Islam
Zaenab
Gazali
16
tahun
6. Alamat
-------------------------------------------------------:Jl. H. A. Mappanyukki No. 117kota Makassar
-------------------------------------------------------7. No Bukti Identitas
c)
:---------------------------
Pemeriksaan ---------------------------------------------------------------------------------------------1.
Anamnesis : Korban datang diantar oleh ayahnya dan seorang security membawa SPV
dengan dugaan pencabulan yang terjadi pada tanggal enam belas juli dua ribu empat
belas sekitar pukul empat belas nol nol Waktu Indonesia Bagian Tengah di
daerahTanjung bunga dekat jembatan barombong. Menurut pengakuan korban, korban
di ajak keluar oleh pacarnya sekitar pukul tiga belas nol nol dengan dijemput
menggunakan bentor keTanjung bunga. Di tanjung bunga korban mengaku dipegangpegang di daerah dada, dipeluk dan dicium di bibir dan pipi tetapi tidak berhubungan
intim dengan pelaku. Korban mengaku tidak ada paksaan dan kekerasan dari pelaku.
Pelaku merupakan pacar pertama korban dan baru menjalani hubungan selama dua
hari. Korban mengaku hal ini baru pertama kali dilakukan. Menurut pengakuan saksi
(security tanjung bunga) pelaku dan korban kedapatan sedang berbaring di
rerumputan sambil berciuman dan pelaku sedang memegang dada korban dengan
mengenakan pakaian lengkap. Pelaku dan korban segera dibawa kepos satpam lalu
ditindak
lanjuti
2. Pemeriksaan Luar
di
kantor
polisi.
:----------------------------------------------------------------------------i. Pakaian : Memakai baju kaos putih lengan panjang dengan jaket
warna abu-abu, jilbab berwarna hitam dan
rok panjang
seratus
empat
c. Pernafasan
d. Suhu
:
v.
lima
seratus
per
sembilan
dua
tiga
puluh
puluh
puluh
delapan
puluh
enam
enam
puluh
puluh
koma
kilogram
milimeter
dua
empat
enam
sentimeter-
kali
kali
lima
air
raksa
permenit
per
menit
derajat
Celsius
Ciri
khusus
:
vi. Kepala
:
a.Kepala
bagian
berambut:
tidak
ada
kelainan.
b. Pelipis
:
tidak
ada
kelainan.
tidak
ada
kelainan
tidak
ada
kelainan
tidak
ada
kelainan.
tidak
ada
kelainan
g. Pipi :
tidak
ada
kelainan.
c.Mata
d. Hidung
e.Telinga
f. Bibir
vii. Leher
tidak
ada
kelainan
viii. Bahu
tidak
ada
kelainan
ix. Dada
tidak
ada
kelainan
tidak
ada
kelainan
tidak
ada
kelainan
x. Punggung
xi. Perut
xii. Pinggang
tidak
ada
kelainan
xiii. Bokong
tidak
ada
kelainan
xiv. Dubur
tidak
ada
kelainan
xv.
Alat
kelamin
: hymen intak, tidak ada luka lecet, hiperemis (-),
perdarahan
xvi.Anggota
(-).
gerak
atas:
tidak
ada
kelainan
xvii. Anggota
gerak
bawah
Tidak
tidak
ada
kelainan
3. Pemeriksaan laboratorium :
a. Pemeriksaan
urine
dilakukan
pemeriksaan
: -----------------------------------------------------------
V.
Penutup
Demikian Surat keterangan ini dibuat berdasarkan dengan penguraian yang
sejujur-jujurnya
mengingat sumpah pada saat menerima jabatan---------------------------------------------a) Tempat dan Tanggal dikeluarkan surat VeR: Rumah Sakit Bhayangkara tanggal enam
belas juli tahun dua ribu empat belaspukul tujuh belas lewat lima menit Waktu Indonesia
bagian Tengah---------------------------------------------------------------------------------------
pelayanan kesehatan : AKP. dr. Mauluddin Mansyur, Sp.F, S,Sos, M.H, M.Kes-----------c) Jabatan dan kompetensi dari (b) : Dokter Forensik dari Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Muhammdiyah Makassar --------------d) Tanda tangan
VI.
LampiranPemeriksaan
a)
b)
c)
:
d)
Lampiran
Foto
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------:Satu buah foto seluruh tubuh, satu buah foto
region alat kelamin, satu buah foto close up alat
kelamin, satu buah foto pakaian dalam korban.
-------------------------------------------------------------
e)
Lampiran Video
f)
Lampiran lain-lain
BAB IV
DISKUSI
Pada kasus ini Korban datang diantar oleh ayah korban ke Rumah Sakit Bhayangkara
makasar pada tanggal 16 juli 2014, dengan membawa surat permintaan visum.permintaan
pembuatan visum et repertum disampaikan secara tertulis dalam surat permintaan visum (SPV)
dari Polrestabes yang di tandatangani oleh.
Permintaan dilakukan secara tertulis dan disebutkan untuk pemeriksaan luar dan dalam
(sesuai dengan pasal 133 KUHAP ayat 2,Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat).
Dengan adanya SPV tersebut berarti dokter wajib untuk memberikan bantuan sesuai
dengan kemampuannya, dan dapat diancam pidana penjara atau denda jika terjadi pelanggaran
peraturan tersebut. Hal ini diterangkan dalam pasal 216 ayat 1 KUHP yang berbunyi : Barang
siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut
undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan
tugasnya, demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau
menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
Pada kasus ini dilaporkan seorang anak perempuan berumur 16 tahun, korban
kemungkinan mengalami tindak pencabulan. Dimana kita ketahui bahwa umur tersebut belum
saatnya untuk kawin. Dimana sesuai dengan bunyi pasal 290 yaitu :
Pasal 290 KUHP :
1e. Barang siapa yang melakukan perbuatan cabul dengan seseorang, sedang diketahuinya
bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya .
2e. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang, sedang diketahuinya atau
patut harus disangkanya, bahwa umur orang itu belum cukup 15 tahun atau kalau tidak
nyata berapa umurnya, bahwa orang itu belum belum masanya buat dikawin.
3e.Barang siapa membujuk (menggoda) seseorang yang diketahuinya atau patut harus
disangkanya, bahwa umur orang itu belum cukup 15 tahun atau kalau tidak nyata berapa
umurnya, bahwa ia belum masanya buat kawin, akan melakukan atau atau membiarkan
dilakukan pada dirinya perbuatan cabul, atau akan bersetubuh dengan orang lain dengan tiada
kawin.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada korban tidak ditemukan luka pada serambi
kemaluan dan luka robek pada selaput dara (hymen). Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan,
maka disimpulkan bahwa korban mengalami perlakuan tidak senonoh dan melanggar kesusilaan
dimana dalam hal ini korban dicium di pipi dan bibir dan raba-raba pada bagian dada.
Hal ini menunjukkan adanya tindakan pencabulan. Dimana telah dijelaskan bahwa bahwa
tindak pidana pencabulan adalah segala tindakan atau perbuatan yang keji, tidak senonoh,
kotor, dan melanggar kesusilaan (kesopanan), dimana semua itu dalam lingkup nafsu birahi
kelamin. Contohnya, cium-ciuman, meraba-raba anggota kemaluan, meraba-raba buah dada,
dan sebagainya. Aturan khusus yang mengatur tentang tindak pidana pencabulan terdapat
pada Pasal 82 Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yakni:
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan,
memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam
puluh juta rupiah).
Adapun pengertian pencabulan atau kata cabul dalam kamus hukum. Dapat diartikan
sebagai berikut:
Pencabulan berasal dari kata cabul yang diartikan keji dan kotor; tidak senonoh karena
melanggar kesopanan, kesusilaan, hal ini secara umum diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana Pasal 281 dan Pasal 282, yaitu: diancam dengan pidana penjara paling
lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah. Seperti yang diuraikan di atas, pencabulan adalah kejahatan seksual yang
dilakukan seorang pria atau perempuan terhadap anak di bawah umur baik pria maupun
perempuan dengan kekerasan atau tanpa kekerasan. Pencabulan memiliki pengertian sebagai
suatu gangguan psikoseksual dimana orang dewasa memperoleh kepuasan seksual bersama
seorang anak. Ciri utamanya berbuat atau berfantasi tentang kegiatan seksual dengan cara
yang paling sesuai untuk menperoleh kepuasan seksual.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada korban tidak ditemukan luka pada serambi
kemaluan dan luka robek pada selaput dara (hymen). Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan,
maka disimpulkan bahwa korban mengalami perlakuan tidak senonoh dan melanggar kesusilaan
dimana dalam hal ini korban dicium di pipi dan bibir dan raba-raba pada bagian dada. Hal ini
menunjukkan adanya unsur tindakan pencabulan
SARAN
Sebagai Seorang dokter sangat perlu membekali dirinya dengan pengetahuan yang memadai
tentang aspek pengetahuan forensik tentang kasus-kasus kejahatan seksual lainnya.
Saran berikan berkaitan dengan permaasalahan yang didapatkan adalah sebagai berikut:
1. Mayarakat diharapkan dapat meningkatkan mentalitas, moralitas, serta keimananan dan
ketaqwaan yang bertujuan untuk pengendalian diri yang kuat sehingga tidak mudah
tergoda untuk melakukan sesuatu yang tidak baik, dan juga untuk mencegah agar dapat
menghindari pikiran dan niat yang kurang baik di dalam hati serta pikirannya.
2. Diharapkan pemerintah dapat memberantas film-film atau bacaan yang mengandung
3. unsur pornografi karena pornografi merupakan salah satu sebab terjadinya tindak pidan
pencabulan. Tindakan ini di harapkan dapat mencegah ataupun mengurangi terjadinya
tindak pidana pencabulan terhadap anak di bawah umur.
4. Kepolisian diharapkan dapat mewujudkan perlindungan hukum terhadap korban dengan
memberikan pendampingan psikiater untuk menjaga kejiwaan dari rasa trauma akibat
tindak pidana pencabulan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Bahasa Indonesia. Balai Pustaka:
Jakarta.
Moeljatno. 2008. Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta: Jakarta.
Moeljatno, 2003. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Bumi Aksara: Jakarta.
___ 1987. Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia. Bina Aksara: Jakarta. Niniek Suparni. 2007.
Asas-Asas Hukum Pidana. Sinar Grafika: Jakarta
Soesilo. 1996. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) sertaKomentar-komentarnya
Lengkap Dem Pasal. Bogor: Politea