Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DIAGNOSTIC
PHASE
SWOT ANALYSIS
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats)
dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.
Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai
tujuan tersebut.
2. Hasil Proyeksi Menunjukkan Bahwa Jumlah Penduduk Indonesia Selama Dua Puluh Lima
Tahun Terus Meningkat Yaitu dari 205,1 Juta pada Tahun 2000 Menjadi 273,2 Juta pada
Tahun 2025
Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun
terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta pada tahun 2025.
Namun, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode 2000-2025
menunjukkan kecenderungan terus menurun. Walaupun demikian, kondisi ini tetap menjadi
peluang bagi Kalbe Farma untuk meningkatkan kapasitas usahanya untuk memenuhi
permintaan yang terus meningkat.
Sumber: http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/919/934/
3. Pertumbuhan Pasar Obat Herbal Indonesia Selama 5 Tahun Terakhir Rata-Rata Sekitar
15%
Dalam dua dasawarsa terakhir, perhatian dunia terhadap obat-obatan dari bahan alam (obat
tradisional) menunjukkan peningkatan, baik di negara-negara berkembang maupun di
negara-negara maju. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengistilahkan pengobatan tradisional
sebagai traditional medicine untuk negara timur dan menyebut istilah complementary and
alternative medicines bagi negara barat.
Case Analysis Diagnostic Phase
P a g e | 59
4. Indonesia Merupakan Salah Satu Negara Mega Diversity untuk Tumbuhan Obat di Dunia
Keanekaragaman hayati ini adalah yang tertinggi ke-2 setelah Brazil. Di dunia terdapat 40
ribu spesies tanaman, dan sekitar 30 ribu spesies berada di Indonesia. Dari jumlah tersebut
sebanyak 9.600 di antaranya terbukti memiliki khasiat sebagai obat. Kalbe Farma dapat
memanfaatkan peluang ini melalui bidang R&D untuk menemukan bahan baku obat yang
berasal dari keanekaragaman hayati Indonesia.
Sumber:
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2011/03/12/23487/30_negara_hadiri_konferensi
keanekaragaman hayati di bali/
6. Pasar Farmasi Indonesia Tumbuh Rata-Rata Per Tahun 11% Sejak Tahun 2003 Sampai
dengan Estimasi 2010
Pasar farmasi Indonesia tumbuh rata-rata per tahun atau compounded annual growth rate
sebesar 11% sejak tahun 2003 sampai dengan estimasi 2010. Pada tahun 2009, pasar farmasi
tumbuh sebesar 13,3%. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi produk
farmasi yang selaras dengan proyeksi pertumbuhan penduduk Indonesia. Kondisi ini tentu
membuka peluang bagi Kalbe Farma dalam meningkatkan produksi dan pemasarannya.
Case Analysis Diagnostic Phase
P a g e | 60
P a g e | 61
THREATS
1. Kebijakan Pemerintah Mengenai Pembatasan Harga Obat Generik dan Pembatasan
Obat Branded Generic pada Sarana Pelayanan Kesehatan Pemerintah
Pembatasan harga obat generik dilakukan pemerintah dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 302/Menkes/SK/III/2008 tentang Harga Obat Generik
dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 696/Menkes/Per/VI/2007
tentang Harga Obat Generik Bernama Dagang (Branded Generic) pada Sarana Pelayanan
Kesehatan Pemerintah. Kebijakan tersebut berdampak pada rendahnya margin obat generik
yang diproduksi perusahaan farmasi dan secara umum kurang menguntungkan bagi industri
farmasi terutama pada saat terjadi kenaikan harga bahan baku obat.
Sumber: http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/Kepmenkes_No_302_ttg_Harga_Obat_Generik.pdf
http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream//123456789/656/3/PMK696--0607-G.pdf
Figure 2.2
Fluktuasi kurs Rupiah terhadap Yen Jepang 2008-2009
P a g e | 62
Figure 2.3
Fluktuasi kurs Rupiah terhadap Yuan China 2008-2009
Figure 2.4
Fluktuasi kurs Rupiah terhadap EURO 2008-2009
P a g e | 63
Peredaran Usaha
Biaya Adv.
PT Kalbe Farma
9.087,347
547,365
Persentase
6.02%
PT Sanbe Farma
1.398,279
63,103
4.51%
4.497,931
579,296
12.88%
2.854,057
78,414
2.75%
1.125,055
112,347
9.99%
Sumber: - http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2009/104~PMK.03~2009Per.htm
-Annual Report PT Kalbe Farma, PT Sanbe Farma, PT Tempo Scan Pacific, PT Kimia Farma, dan PT
Indofarma
P a g e | 64
P a g e | 65
EFE MATRIX
EFE Matrix merupakan sebuah alat untuk menentukan strategi dengan mengevaluasi
lingkungan eksternal perusahaan yang meliputi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi,
lingkungan alam, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, dan informasi eksternal lainnya. EFE
Matrik Kalbe Farma disajikan dalam tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2
EFE Matrix for Kalbe Farma
Key External Factors
Opportunities
1.
Kebijakan
Pemerintah
yang
Cenderung
Memberatkan Perusahaan Farmasi Asing
2.
Hasil Proyeksi Menunjukkan Bahwa Jumlah
Penduduk Indonesia Selama Dua Puluh Lima
Tahun Terus Meningkat Yaitu dari 205,1 Juta pada
Tahun 2000 Menjadi 273,2 Juta pada Tahun 2025
3.
Pertumbuhan Pasar Obat Herbal Indonesia Selama
5 Tahun Terakhir Rata-Rata Sekitar 15%
4.
Indonesia Merupakan Salah Satu Negara Mega
Diversity Untuk Tumbuhan Obat di Dunia
5.
Kebijakan Pemerintah Mendukung Ekspor
6.
Pasar Farmasi Indonesia Tumbuh Rata-Rata Per
Tahun 11% Sejak Tahun 2003 Sampai dengan
Estimasi 2010
Threats
7.
Kebijakan Pemerintah Mengenai Pembatasan
Harga Obat Generik dan Pembatasan Obat
Branded Generic pada Sarana Pelayanan
Kesehatan Pemerintah
8.
Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Valas
(Valuta Asing)
9.
Peredaran Obat Palsu yang Masih Tinggi
10. Krisis Ekonomi di Indonesia Sebagai Dampak Krisis
Global
11. Rendahnya Kesadaran Masyarakat Memeriksakan
Kesehatannya
12. Makin Maraknya Pengobatan Alternatif
13. Rencana Merger Indofarma dan Kimia Farma
14. Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
104/PMK.03/2009 tentang Biaya Promosi dan
Penjualan yang Dapat Dikurangkan dari
Penghasilan Bruto
Total
Case Analysis Diagnostic Phase
Weight
Rating
Weighted
Score
0,06
0,24
0,08
0,32
0,08
0,16
0,08
0,16
0,07
0,09
3
4
0,21
0,36
0,06
0,18
0,06
0,24
0,07
0,05
2
4
0,14
0,20
0,08
0,16
0,07
0,09
0,06
2
1
2
0,14
0,09
0,12
1.00
2,72
P a g e | 66
P a g e | 67
2.
3.
P a g e | 68
Hal ini merupakan kekuatan bagi Kalbe Farma karena Kalbe tidak bergantung pada satu
divisi secara dominan. Apabila terjadi masalah pada salah satu divisi, misalkan penurunan
penjualan, tidak akan terlalu mempengaruhi total penjualan Kalbe Farma. Jika terjadi
kerugian pun tidak akan terlalu besar jika dibandingkan dengan apabila Kalbe Farma
bergantung pada 1 divisi tertentu.
4.
5.
PT Bintang Toedjoe Memperoleh Sertifikasi ISO 9001:2000 dan ISO 14001:2004 dari
Lloyds Register Quality Assurance (LRQA)
PT Bintang Toedjoe memperoleh sertifikasi ISO 9001:2000 dari Lloyds Register Quality
Assurance (LRQA), sebuah institusi pemberi sertifikasi terbesar yang telah diakui di dunia.
ISO 9001:2000 menggabungkan tiga standar 9001, 9002, dan 9003 menjadi satu, yang
disebut 9001. Desain dan prosedur pengembangan diperlukan hanya jika perusahaan
terlibat dalam penciptaan produk baru. Versi 2000 berupaya untuk membuat perubahan
radikal dalam berpikir dengan benar-benar menempatkan konsep dari proses manajemen
pusat dalam pemantauan dan mengoptimalkan tugas perusahaan, dan bukan hanya
memeriksa produk akhir. Versi 2000 juga menuntut keterlibatan oleh eksekutif atas, dalam
rangka mengintegrasikan kualitas ke dalam sistem bisnis dan menghindari pendelegasian
fungsi kualitas untuk administrator level junior. Tujuan lain adalah untuk meningkatkan
efektivitas melalui matrik kinerja proses, pengukuran numerik efektivitas tugas dan
kegiatan.
ISO 14001:2004 adalah suatu standar pengelolaan lingkungan. Ini menentukan satu set
persyaratan manajemen lingkungan untuk lingkungan manajemen sistem. Tujuan dari
standar ini adalah untuk membantu semua jenis organisasi untuk melindungi lingkungan,
untuk mencegah polusi, dan untuk meningkatkan kinerja lingkungan mereka.
6.
P a g e | 69
8.
Investasi Kalbe Dalam R&D Pada Tahun 2009 Mencapai Rp 78,8 Miliar atau Meningkat
8,4% dari Investasi Tahun 2008
Investasi Kalbe dalam riset dan pengembangan (R&D) pada tahun 2009 mencapai
Rp
78,8 miliar atau meningkat 8,4% dari investasi Rp 72,7 miliar yang dilakukan pada tahun
2008. Biaya R&D Perseroan tahun 2009 setara dengan sekitar 0,9% dari total penjualan
konsolidasi. Hal ini merupakan kekuatan Kalbe karena sebagai perusahaan farmasi, salah
satu indikator kesuksesan adalah adanya penemuan produk baru obat-obatan. Sementara,
penemuan produk baru mustahil bisa tercapai tanpa adanya penelitian dan pengembangan
melalui bidang R&D. Dengan peningkatan biaya R&D ini, Kalbe sangat memperhatikan
penelitian produk-produk baru farmasi.
9.
Stem Cell and Cancer Institute (SCI) Mendapatkan 3 Paten yang Berhubungan dengan
Bahan Anti Kanker
SCI merupakan unit riset di bawah naungan Kalbe yang fokus pada riset sel punca dan
kanker. Dalam riset penyakit kanker tersebut, SCI mendapatkan 3 paten yang berhubungan
dengan bahan anti kanker dari artocarpin, ekstrak daun cassia alata dan piper crocatum.
Penemuan ini memperlihatkan bahwa Indonesia dengan keragaman hayatinya dapat
digunakan sebagai pengobatan kanker.
10. Pada Tahun 2009, SCI Membentuk Unit Bisnis Kalbe Genomics (KalGen) sebagai
Laboratorium Diagnostik Molecular Canggih yang Pertama di Indonesia
KalGen kini memfokuskan pada layanan pemeriksaan molekular untuk melihat profil gen
dari sel kanker pada pasien sehingga bisa diberikan obat dengan tepat (farmakogenetik).
KalGen telah memiliki 13 layanan pemeriksaan farmakogenetik hingga akhir 2009.
Pemeriksaan genetik ini akan terus dikembangkan, tidak hanya pada kanker saja, tapi pada
penyakit-penyakit lain juga. Dalam kegiatannya, KalGen selalu berkolaborasi dengan
berbagai laboratorium, lembaga-lembaga riset dan perguruan tinggi serta akan
mengembangkan layanan ke tingkat regional.
P a g e | 70
WEAKNESSES
1. Net Profit Margin yang Relatif Rendah Dibanding Kompetitor
Pada tahun 2009 Kalbe Farma membukukan net profit margin sebesar 10,22% atau
meningkat 1,25% dibanding tahun 2008. Namun angka tersebut masih dibawah net profit
margin Sanbe Farma sebesar 13,58% dan Bio Farma sebesar 18,4%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Kalbe Farma kurang efisien dalam menjalankan proses bisnis dan
adanya kelemahan dalam mengendalikan cost.
2. Adanya Kompetisi Internal yang Cukup Keras
Sesuatu yang dapat disebut perang saudara terutama terjadi di jalur pemasaran. Lebih
spesifik lagi, di produk-produk farmasi yang berada di kategori yang sama. Di obat flu,
misalnya, Kalbe memiliki Procold sementara Dankos punya andalan yang cukup ampuh,
Mixagrip. Lantaran Kalbe dan Dankos bisa saling melihat data masing-masing, akan lebih
banyak energi tersita untuk bersaing dan berpotensi untuk saling menjatuhkan.
3. Penjualan Ekspor Kalbe Farma Masih Kecil Porsinya
Nilai total penjualan Kalbe Farma dalam 5 tahun disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2.4
Penjualan Lokal dan Ekspor Kalbe Farma
Tahun
Sales Volume
Lokal
Ekspor
Porsi
Ekspor
2005
5.870.938.590.836
5.560.103.259.345
310.835.331.491
5.29%
2006
6.071.550.437.967
5.781.655.567.922
289.894.870.045
4.77%
2007
7.004.909.851.908
6.610.161.638.769
394.748.213.139
5.64%
2008
7.877.366.385.633
7.586.191.007.456
291.175.378.177
3.70%
2009
9.087.347.669.804
8.754.157.580.220
333.190.089.584
3.67%
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa porsi penjualan ekspor Kalbe Farma termasuk kecil
jika dibandingkan dengan total penjualannya. Porsi ini justru cenderung menurun sejak
tahun 2005. Jumlah kecil ini tergolong kelemahan Kalbe, mengingat Kalbe memiliki kantor
perwakilan di Kamboja, Malaysia, Myanmar, Filipina, Sri Lanka, Vietnam, Singapura, Nigeria,
dan Afrika Selatan.
4. Pangsa Pasar Produk Nutrisi Kalbe Farma Masih Rendah
Pangsa pasar produk nutrisi masih dikuasai oleh Nestle dengan porsi 30%, Sari Husada
dengan 16%, Frisian Flag Indonesia dengan 11%, dan Nutricia dengan 10%. Sementara,
Kalbe Nutritional hanya menguasai pangsa pasar sebesar 8% saja. Data mengenai pangsa
pasar produk nutrisi dapat dilihat pada bagan berikut ini.
P a g e | 71
P a g e | 72
IFE MATRIX
IFE Matrix merupakan sebuah alat untuk menentukan strategi dengan mengidentifikasi dan
mengevaluasi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) pada level fungsional dalam suatu
perusahaan. Penentuan bobot Key Internal Factors diperlukan kecermatan analisa dan intuisi
mendalam dari perumus matriks ini sehingga formulasi strategi bisa dihasilkan dengan baik.
Tabel 2.5
IFE Matrix for Kalbe Farma
Key Internal Factors
Strengths
1.
Market Leader Produk Kesehatan dan ObatObatan di Indonesia
2.
Perusahaan Farmasi Publik Terbesar di Asia
Tenggara
3.
Penjualan dari Masing-Masing Divisi Cukup
Berimbang
4.
Kalbe Farma Meraih Berbagai Penghargaan
Bergengsi Selama Tahun 2009
5.
PT Bintang Toedjoe Memperoleh Sertifikasi ISO
9001:2000 dan ISO 14001:2004 dari Lloyds
Register Quality Assurance (LRQA)
6.
Kalbe Meningkatkan Kepemilikan atas PT Enseval
Putera Megatrading Tbk Sebesar 25,45% Melalui
Penawaran Tender
7.
Kalbe Memiliki Jaringan Distribusi Paling Luas di
Indonesia
8.
Investasi Kalbe Dalam R&D Pada Tahun 2009
Mencapai Rp 78,8 Miliar atau Meningkat 8,4% dari
Investasi Tahun 2008
9.
Stem Cell and Cancer Institute (SCI) Mendapatkan
3 Paten yang Berhubungan dengan Bahan Anti
Kanker
10. Pada Tahun 2009, SCI Membentuk Unit Bisnis
Kalbe Genomics (KalGen) sebagai Laboratorium
Diagnostic Molecular Canggih yang Pertama di
Indonesia
Weaknesses
11. Net Profit Margin yang Relatif Rendah Dibanding
Kompetitor
12. Adanya Kompetisi Internal yang Cukup Keras
13. Penjualan Ekspor Kalbe Farma Masih Kecil
Porsinya
14. Pangsa Pasar Produk Nutrisi Kalbe Farma Masih
Case Analysis Diagnostic Phase
Weight
Rating
Weighted
Score
0,08
0,32
0,07
0,28
0,05
0,15
0,06
0,24
0,05
0,15
0,06
0,24
0,07
0,28
0,06
0,24
0,06
0,24
0,08
0,32
0,07
0,14
0,04
0,06
2
2
0,08
0,12
0,06
0,06
P a g e | 73
15.
16.
Rendah
Produk Herbal yang Diproduksi Kalbe Farma Masih
Relatif Rendah
Tingkat Ketergantungan Kalbe Farma Terhadap
Bahan Baku Impor Masih Tinggi
Total
Weight
Rating
Weighted
Score
0,06
0,06
0,07
0,14
1,00
3,06
Dari tabel IFE Matrix di atas, dapat diketahui nilai total weighted score Kalbe Farma adalah
sebesar 3,06. Jumlah ini di atas rata-rata (2,5), mengindikasikan bahwa Kalbe Farma memiliki
posisi internal yang cukup kuat.
P a g e | 74
Diagram di atas menunjukkan bahwa menurut survei yang dilakukan ITMA dan IHPA, Kalbe
Farma masih memimpin pasar dengan menguasai pangsa pasar sebesar 13% dan 11%,
sedangkan Sanbe Farma mendapatkan pangsa pasar sebesar 6% dan 9%. Sedangkan
pangsa pasar obat resep untuk Tempo Scan Pacific, Kimia Farma, Bio Farma, dan Indo Farma
masih dibawah 3%.
Untuk produk kesehatan dan obat yang dijual bebas di pasaran (Over The Counter) Kalbe
Farma juga menguasai pasar dengan memperoleh 15% dari seluruh pangsa pasar, kemudian
posisi kedua disusul oleh Tempo Group dengan menguasai pasar sebesar 9%. Sedangkan
Sanbe pada pasar ini memperoleh bagian sebesar 4%. Kimia Farma, Bio Farma dan Indo
Farma masing-masing memperoleh kurang dari 3%.
P a g e | 75
Figure 2.7
Pangsa Pasar OTC
2. Financial Position
Pada tahun 2009 Kalbe Farma masih mengukuhkan diri sebagai pemimpin pasar dengan
posisi keuangan yang paling baik. Walaupun secara perkembangan dari tahun 2008 Sanbe
Farma sangat agresif dalam meningkatkan labanya, namun secara keseluruhan laba
tertinggi masih dipegang oleh Kalbe Farma.
Pada tahun 2009, Kalbe Farma memperoleh laba sebesar Rp929 miliar (meningkat 31,43%
dari tahun sebelumnya). Di lain pihak, Sanbe Farma pada tahun 2009 memperoleh laba
sebesar Rp189,91 miliar (meningkat 103,12% dari tahun sebelumnya). Tempo Scan Pacific
pada tahun 2009 memperoleh laba sebesar Rp359,96 miliar, Bio Farma memperoleh laba
sebesar Rp217,68 miliar, Kimia Farma memperoleh laba sebesar Rp62,51 miliar. Sedangkan
Indo Farma memperoleh laba sebesar Rp2,13 miliar.
Berdasarkan posisi keuangan diatas kami memberikan poin 4 untuk Kalbe Farma, poin 3
untuk Sanbe Farma, Tempo Scan Pacific, dan Bio Farma, poin 2 untuk Kimia Farma,
sedangkan untuk Indo Farma dengan laba terendah kami berikan 1 poin.
3. Research and Development
Pelaksanaan penelitian dan pengembangan merupakan suatu keharusan bagi setiap
perusahaan dalam menjaga eksistensi serta mengembangkan pasar bisnisnya. Suatu produk
pasti mengalami siklus hidup mulai dari pengenalan produk sampai dengan produk tersebut
mengalami masa kejenuhan sehingga pemasarannya akan terus menurun. Perusahaan
berkewajiban untuk terus membuat inovasi-inovasi baru dalam pengembangan produknya
sehingga dapat terus mempertahankan pasar yang telah diraih dan terus
mengembangkannya.
Inovasi dan semangat wirausaha telah menjadi ciri khas Kalbe sejak berdirinya lebih dari 40
tahun yang lalu. Di tahun 2009, Kalbe terus melanjutkan langkah-langkah strategis menjadi
inovator dalam penciptaan produk baru yang semakin canggih dan bernilai tinggi.
Pengembangan kapabilitas strategis ini dilakukan Perseroan melalui riset sendiri, di bawah
lisensi pihak ketiga atau kerja sama dan aliansi dengan mitra-mitra lokal maupun
internasional, seperti institusi riset, universitas dan perusahaan lain, atau dengan kata lain
meliputi unsur akademis, bisnis dan pemerintahan.
P a g e | 76
P a g e | 77
P a g e | 78
P a g e | 79
P a g e | 80
Tabel 2.6
Sanbe Farma
Weight
Tempo Scan
Pacific
Kimia Farma
Indo Farma
Biofarma
Rating
Score
Rating
Score
Rating
Score
Rating
Score
Rating
Score
Rating
Score
Market Share
0,1
0,4
0,3
0,2
0,1
0,1
0,1
Financial Position
0,08
0,32
0,24
0,24
0,08
0,16
0,24
0,15
0,6
0,45
0,15
0,3
0,15
0,3
Product Diversivication
0,11
0,44
0,44
0,33
0,33
0,33
0,22
Profit Margin
0,1
0,2
0,3
0,2
0,1
0,1
0,4
Global Ekspansion
0,14
0,42
0,42
0,28
0,42
0,28
0,42
Promotion
0,12
0,48
0,24
0,48
0,24
0,36
0,12
0,07
0,21
0,21
0,21
0,21
0,21
0,21
0,13
0,52
0,39
0,39
0,39
0,26
0,39
Total
1,00
3,59
2,99
2,48
2,17
1,95
2,4
P a g e | 81
WEAKNESSES
Tingkat ketergantungan
bahan baku impor masih
tinggi
P a g e | 82
10
OPPORTUNITIES
WO STRATEGIES
Kebijakan pemerintah
yang cenderung
memberatkan perusahaan
farmasi asing
Meningkatkan koordinasi
antar divisi dan
departemen dalam
perusahaan sendiri
terutama dalam produksi
dan distribusi produk
(S7,O2)
Hasil proyeksi
menunjukkan bahwa
jumlah penduduk
Indonesia selama dua
puluh lima tahun terus
meningkat yaitu dari 205,1
juta pada tahun 2000
menjadi 273,2 juta pada
tahun 2025
Pertumbuhan pasar obat
herbal Indonesia selama 5
tahun terakhir rata-rata
sekitar 15%
Melakukan penelitian
terhadap bahan baku
hayati dalam negeri untuk
menghasilkan produk baru
baik obat resep/bebas
maupun obat herbal
(S9,O4)
Meluncurkan produk
inovator baru berkualitas
ekspor yang belum dimiliki
oleh produsen lain
khususnya di bidang obat
resep dan produk nutrisi
serta membuat legal
system yang ketat (W4,O2)
Mengakuisisi vendor
penyedia bahan baku lokal
untuk mengembangkan
industri kimia hulu dalam
negeri sekaligus
mengurangi impor bahan
baku (S1,S2,O6)
Kebijakan pemerintah
mendukung ekspor
P a g e | 83
Kebijakan pemerintah
mengenai pembatasan
harga obat generik dan
pembatasan obat branded
generic pada sarana
pelayanan kesehatan
pemerintah
Fluktuasi nilai tukar rupiah
terhadap valas (valuta
asing)
Makin maraknya
pengobatan alternatif
Peraturan Menteri
Keuangan nomor
104/PMK.03/2009 tentang
biaya promosi dan
penjualan yang dapat
dikurangkan dari
penghasilan bruto
ST STRATEGIES
1
Meningkatkan koordinasi
antar divisi dan
departemen dalam
perusahaan sendiri
terutama dalam produksi
dan distribusi produk (S6,
S7,T7)
Meluncurkan produk
inovator baru yang belum
dimiliki oleh produsen lain
khususnya di bidang obat
resep dan produk nutrisi
dan membuat legal
system yang ketat (S1, O3)
WT STRATEGIES
1
Mengakuisisi vendor
penyedia bahan baku lokal
untuk mengembangkan
industri kimia hulu dalam
negeri sekaligus
mengurangi impor bahan
baku (W6, T2)
Melakukan promosi yang
efektif terhadap produk
baru yang dikeluarkan
melalui pendekatan
persuasif yang dapat
memperkuat brand image
namun tidak menguras
biaya (W4,T8)
Mengakuisisi salah satu
perusahaan herbal di
Indonesia (W5,O6)
SO Strategies
SO Strategies memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari
peluang eksternal. Pada kasus PT Kalbe Farma Tbk ini, strateginya adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan koordinasi antar divisi dan departemen dalam perusahaan sendiri
terutama dalam produksi dan distribusi produk
Penyelarasan rantai pasokan dari penyediaan bahan baku, produksi, pemasaran, penjualan,
distribusi dan logistik ini memiliki dampak besar mengingat Kalbe memiliki lebih dari 2.000
jenis produk yang disalurkan melalui 64 cabang yang melayani langsung sekitar 150.000
outlet di seluruh Indonesia. Strategi ini terutama diarahkan untuk memperpendek jalur
distribusi dan pembagian pangsa pasar untuk produk-produk internal perusahaan yang saling
bersaing.
Case Analysis Diagnostic Phase
P a g e | 84
P a g e | 85
P a g e | 86
P a g e | 87
BCG MATRIX
BCG Matrix menggambarkan perbandingan Kalbe Farma/Divisi di Kalbe Farma dengan konteks
posisi pangsa pasar relatif dan tingkat pertumbuhan industri farmasi. Sebagaimana telah
dibahas sebelumnya, diketahui bahwa Kalbe Farma memiliki 4 divisi usaha yaitu Divisi Obat
Resep, Divisi Produk Kesehatan, Divisi Nutrisi dan Divisi Distribusi dan Kemasan. Di bawah ini
adalah Tabel BCG dari PT Kalbe Farma Tbk:
Tabel 2.8
No
Divisions
1
2
3
4
Obat Resep
Produk Kesehatan
Nutrisi
Distribusi dan
Kemasan
TOTAL
100,0
1.565,87
%
Profits
31,1
21,2
22,6
25,1
RMS
1,00
1,00
0,27
1,00
IGR
(%)
13,3
13,2
6,1
34,0
100,0
Pada tabel diatas dapat kita lihat bahwa pendapatan dari tiap divisi hampir merata, yang
menunjukkan keseimbangan kekuatan diantara tiap divisinya. Hanya Divisi Distribusi dan
Kemasan yang sedikit lebih menonjol dibanding 3 (tiga) divisi lainnya. Ini merupakan suatu
keberhasilan pengambilan strategi dimana setelah distribusi dan kemasan dipisahkan menjadi
unit bisnis tersendiri ternyata menunjukkan potensi pasar yang sangat besar. Untuk Industry
Growth Rate, tampak dalam tabel bahwa industri farmasi merupakan suatu industri yang
menjanjikan dimana untuk tahun-tahun kedepannya industri ini diprediksi masih bisa terus
berkembang. Hanya segmen nutrisi saja yang pertumbuhannya tidak setinggi segmen lainnya,
tetapi 6,1% juga tidak bisa dikatakan rendah. Untuk usaha distribusi di tahun 2009 bahkan telah
menjadi motor pertumbuhan baru dengan pertumbuhan sekitar 34,0%.
Mengenai Relative Market Share pada tabel di atas, perhitungannya diambil dari tingkat
pendapatan tiap divisi pada PT Kalbe Farma Tbk yang dibandingkan dengan pendapatan di
bidang usaha sejenis yang dimiliki pesaing terbesar pada industri tersebut. Yang unik disini,
ternyata tiap divisi pada PT Kalbe Farma Tbk memiliki kompetitor terbesar yang berbeda-beda.
Divisi Obat Resep bersaing ketat dengan produk sejenis dari Dexa Medica Group. Divisi Produk
Kesehatan, khususnya obat bebas harus berhadapan dengan produk-produk dari Tempo Scan.
Divisi Nutrisi masih harus berjuang keras untuk menggeser produk-produk Nestle, sedangkan
Divisi Distribusi dan Kemasan tidak bisa begitu saja meremehkan pergerakan PT Kimia Farma
Tbk. Dari keempat divisi tersebut, 3 (tiga) diantaranya merupakan pemimpin pasar. Hanya Divisi
Nutrisi yang masih belum mampu menggeser Nestle, perusahaan multinasional yang memang
sudah lama menguasai pasar nutrisi Indonesia.
Untuk BCG Matrix dari PT Kalbe Farma Tbk digambarkan sebagai berikut:
P a g e | 88
Figure 2.8
BCG Matrix
RELATIVE MARKET SHARE POSITION IN THE INDUSTRY
High
High
1,0
+35
+30
Medium
Low
0,5
0,0
25,1%
+25
+20
+15
31,1%
+10
INDUSTRY SALES
GROWTH RATE Medium
(Percentage)
+5
STARS
?
22,6%
21,2%
0
-5
-10
-15
-20
CASHCOWS
DOGS
-25
-30
Low
-35
Dari matrix di atas dapat kita ketahui bahwa posisi Divisi Obat Resep, Divisi Produk Kesehatan
serta Divisi Kemasan dan Distribusi berada pada Kuadran II yaitu Stars dimana ketiga divisi
tersebut memiliki Relative Market Share yang tinggi, bahkan ketiganya merupakan pemimpin
pasar pada masing-masing bidang industrinya. Selain itu, ketiga divisi tersebut juga berada pada
industri yang cukup tinggi tingkat pertumbuhannya dimana masing-masing divisi berada pada
industri yang pertumbuhannya diatas 10%. Strategi yang bisa diterapkan PT Kalbe Farma Tbk
dalam posisi Kuadran II ini diantaranya: mengakuisisi salah satu perusahaan herbal di Indonesia,
melakukan penelitian terhadap bahan baku hayati dalam negeri untuk menghasilkan produk
baru baik obat resep/bebas maupun obat herbal, mengakuisisi vendor penyedia bahan baku lokal
untuk mengembangkan industri kimia hulu dalam negeri sekaligus mengurangi impor bahan
baku, meluncurkan produk inovator baru berkualitas ekspor yang belum dimiliki oleh produsen
lain khususnya di bidang obat resep dan produk nutrisi dan membuat legal system yang ketat
dan melakukan ekspansi bisnis ke wilayah Asia dan Afrika melalui kolaborasi berbentuk joint
venture dengan perusahaan asing bertaraf internasional.
Sedangkan untuk Divisi Nutrisi dapat kita lihat bahwa mereka berada pada Kuadran I yaitu
Question Marks (?). Hal tersebut diakibatkan walau mereka berada pada bidang industri yang
cukup tinggi tingkat pertumbuhannya (6,1%), mereka belum mampu menjadi pemimpin pasar.
Dalam bidang ini Nestle masih terus mendominasi dan dibutuhkan usaha ekstra keras untuk
dapat menyainginya. Melihat hal tersebut strategi yang dapat diterapkan PT Kalbe Farma untuk
Divisi Nutrisinya ini antara lain: meluncurkan produk inovator baru berkualitas ekspor yang
belum dimiliki oleh produsen lain dan membuat legal system yang ketat dan melakukan ekspansi
P a g e | 89
I/E MATRIX
I/E Matrix menggambarkan posisi Kalbe Farma dalam 9 cell displays. Matriks ini dibagi menjadi
tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi berbeda. Pertama rekomendasi untuk
perusahaan yang masuk dalam sel I, II, IV dapat digambarkan sebagai grow and build. Strategi
yang sesuai untuk posisi ini adalah Integration, Market Penetration, Market Development, dan
Product Development. Kedua, perusahaan yang masuk dalam sel III, V, VII dapat digambarkan
sebagai hold and maintain. Strategi yang sesuai untuk posisi ini adalah Market Penetration dan
Product Development. Ketiga, divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, IX dapat digambarkan sebagai
harvest or divest.
Figure 2.9
I/E Matrix for Kalbe Farma
Dari tabel I/E Matrix di atas, dapat diketahui bahwa posisi Kalbe berada dalam sel IV yakni
termasuk grow and build. Pada posisi ini, strategi yang paling cocok untuk Kalbe adalah
Integration, Market Penetration, Market Development, dan Product Development.
P a g e | 90
SPACE MATRIX
SPACE Matrix merupakan Matriks yang terdiri dari kerangka 4 kuadran yang mengindikasikan
apakah agresif, konservatif, defensif, atau strategi kompetitif yang paling sesuai untuk Kalbe
Farma.
Tabel 2. 9
Tabel rating SPACE Matrix
No.
Ratings
Gross Profit Margin sebesar 49,65%, mengalami kenaikan 1,37% dari tahun
2008
Operating Margin pada tahun 2009 16,19%, naik 1,23% dari laba bersih tahun
2008
10
11
12
Saldo Kas dan Setara Kas PT Kalbe Farma pada akhir tahun 2009 turun/naik
dari Rp1.562.664.177.408 diawal tahun menjadi Rp1.321.797.625.299
FP Ratings Average
No.
4,67
Ratings
Pasar farmasi Indonesia tumbuh rata-rata per tahun 11% sejak tahun 2003
sampai dengan estimasi 2010
IP Ratings Average
No.
1
2
4,33
Ratings
-1
-2
-6
-2
P a g e | 91
-2
-4
Investasi Kalbe dalam riset dan pengembangan (R&D) pada tahun 2009
mencapai Rp78,8 miliar atau meningkat 8,4%
-2
CP Ratings Average
No.
-2,71
Ratings
-1
-3
3
4
5
-2
-2
-6
-2,80
Competitive Position
1.
Market Leader Produk Kesehatan dan Obat-Obatan Di Indonesia dengan Market Share
Terbesar pada Obat Resep (13%) dan Obat Bebas (16%)
Kalbe merupakan market leader untuk produk kesehatan masyarakat dan market leader
untuk produk ethical. Produk-produknya merupakan leading brand dengan berbagai
segmentasi pasar yang spesifik. Selain itu produknya merupakan inovator, dengan
mengembangkan obat-obatan serta rumusan kimia baru baik dengan kemampuan sendiri
ataupun melalui aliansi strategis dengan mitra internasional, serta banyak menghasilkan
produk-produk baru yang berbasis teknologi tinggi. Kalbe menguasai pasar obat resep
dengan market share sebesar 13%. Selain itu Kalbe juga menguasai pasar obat bebas
dengan market share 16%.
Sumber: Annual Report 2009
2.
P a g e | 92
g.
h.
i.
j.
3.
P a g e | 93
5.
6. Dalam Kegiatan Promosi dan Pengenalan Produk Menempati Peringkat Kedua Setelah
Tempo Group
Selama tahun 2009 Kalbe farma telah melakukan beberapa kegiatan promosi untuk
memeperkenalkan produknya, misalnya untuk meningkatkan penjualan obat resep pada
tahun 2009 antara lain adalah mengembangkan merek dagang yang kuat melalui kegiatan
ilmiah seperti seminar dan pameran, serta kerjasama lebih erat antara Divisi Obat Resep
dengan unit bisnis Kalbe lainnya melalui pembentukan pelayanan komprehensif atau
holistik kepada konsumen. Pada tahun ini Kalbe Farma telah mengeluarkan dana sebesar
Rp547,36 Miliar untuk kegiatan promosi. Sementara itu PT Tempo Scan Pacific dalam
mengalokasikan dana sebesar Rp579,296 Miliar untuk kegiatan yang sama. PT Indofarma,
PT Sanbe Farma, PT dan PT Kimia Farma masing-masing mengalokasikan dananya sebesar
Rp112 miliar, 63,108 miliar, dan 78,41 miliar. Sedangkan Biofarma melakukan kegiatan
promosi dengan melaksanakan kegiatan pameran di berbagai event, pemasangan iklan di
berbagai media, dan melakukan beberapa pengadaan media promosi dalam bentuk brosur
dan flyer. Namun Biofarma tidak merincikan berapa dana yang dialokasikan dalam
kegiatan promosi mereka.
Sumber: Annual Report 2009
7.
Investasi Kalbe dalam Riset dan Pengembangan (R&D) pada Tahun 2009 Mencapai
Rp78,8 Miliar atau Meningkat 8,4%
Inovasi dan semangat wirausaha telah menjadi ciri khas Kalbe sejak berdirinya lebih dari 40
tahun yang lalu. Di tahun 2009, Kalbe terus melanjutkan langkah-langkah strategis menjadi
inovator dalam penciptaan produk baru yang semakin canggih dan bernilai tinggi.
Pengembangan kapabilitas strategis ini dilakukan Perseroan melalui riset sendiri, di bawah
lisensi pihak ketiga atau kerja sama dan aliansi dengan mitra-mitra lokal maupun
internasional, seperti institusi riset, universitas dan perusahaan lain, atau dengan kata lain
meliputi unsur akademis, bisnis dan pemerintahan.
Investasi Kalbe dalam riset dan pengembangan (R&D) pada tahun 2009 mencapai Rp 78,8
miliar atau meningkat 8,4% dari investasi Rp 72,7 miliar yang dilakukan pada tahun 2008.
Dibandingkan dengan kompetitor-kompetitor terpilih, Kalbe Farma telah
menginvestasikan dana yang jauh lebih besar, dimana Sanbe Farma sebagai pesaing
terdekat hanya menginvestasikan dananya sebesar 47,88 Milliar, disusul dengan Biofarma
yang menginvestasikan dananya untuk R&D sebesar 24,17 Milliar, kemudian Kimia Farma
sebesar 8,92 Milliar.
Sumber: Annual Report 2009
Stability Position
P a g e | 94
2.
3.
4.
5.
Tingginya Angka Pemalsuan Obat Mencapai 20% dari Penjualan Produk Farmasi
Menurut Business Monitor International, angka pemalsuan obat di Indonesia masih sangat
tinggi, yakni mencapai 20% dari penjualan produk farmasi. Hal tersebut menjadi
penghalang utama para investor untuk masuk ke industri ini khususnya investor asing.
Financial Position
1.
P a g e | 95
3.
4.
5.
PT Kalbe Farma memiliki Working Capital Turnover Ratio sebesar 1,46 kali
Working Capital Turnover Ratio PT Kalbe ada di posisi ketiga dari empat perusahaan farmasi
yang kami analisis. Kami berpendapat bahwa PT Kalbe Farma kurang mampu
memanfaatkan modal kerja yang tersedia (aset lancar setelah dikurangi kewajiban lancar)
untuk menghasilkan pendapatan untuk perusahaan, dibanding dengan para kompetitornya.
Debt to Equity Ratio adalah 36,52%
Rasio ini berfungsi untuk mengetahui persentase keseluruhan dana yang berasal dari
hutang dengan yang berasal dari pemilik. Dalam hal ini rasio dari PT Kalbe adalah 36,52%
yang mana artinya komposisi hutang dari PT Kalbe hanya sebesar 36,52% dari total
equitasnya.
6.
P a g e | 96
Persentase Laba Bersih tahun 2009 naik 31,43% dari tahun 2008
Total Pendapatan Usaha pada tahun 2009 Sebesar 924,004 milyar, mengalami kenaikan
sebesar 31,43% dari tahun 2008.
8.
Gross Profit Margin sebesar 49,65%, mengalami kenaikan 1,37% dari tahun 2008
Gross Profit PT Kalbe Farma berada di posisi kedua setelah Bio Farma dengan nilai 49,65%.
Nilai ini kurang sebanding dengan besarnya perusahaan. Perusahaan kurang dapat
melakukan efisiensi biaya-biaya seperti bahan baku, tenaga kerja dan biaya lainnya untuk
dapat meningkatkan profit perusahaan.
9.
Operating Margin pada tahun 2009 16,19%, naik 1,23% dari laba bersih tahun 2008
Untuk menghitung Operating Margin terdapat komponen pendapatan usaha, beban kontrak
dan beban usaha. Perusahaan dari hasil tersebut dapa melakukan penilaian apakah beban
usaha (Operating Expense) terlalu besar sehingga dapat memperkecil laba. Dari analisis
kami, Operating Margin PT Kalbe berada di urutan kedua dari kompetitornya.
10. Earning Per Share meningkat menjadi Rp97 per lembar saham
EPS adalah alat untuk melakukan penilaian atas profitabilitas suatu perusahaan. EPS PT
Kalbe dibandingkan dengan kompetitornya (Kimia Farma) yang sama-sama sudah listing di
bursa jauh berada diatasnya. Kimia Farma berada pada posisi kedua dengan EPS sebesar
RP11,25
11. Price Earning Ratio (PER) sebesar 12,37 kali
Price Earning Ratio adalah indikator ketertarikan investor terhadap perusahaan di pasar
modal. Pada akhir tahun 2009, PT Kalbe memiliki PER sebesar 12,37 kali, yang mana ini
berarti bahwa investor hendak membeli tiap lembar saham PT Kalbe dengan harga 12,37
kali dari nilai Earning per Share nya (EPS).
12. Cash Flow
Dari laporan arus kas PT Kalbe di tahun 2009, nilai arus kas dari kegiatan operasi positif, arus
kas dari kegiatan investasi negatif, dan arus kas dari pendanaan juga negatif. Secara umum
ini berarti bahwa perusahaan mampu membiayai kegiatan investasi dan pendanaannya dari
hasil kegiatan operasinya. Free Cash Flow adalah kas yang tersedia dari kegiatan operasi
setelah digunakan untuk memelihara atau menambah aset perusahaan. Dana kas yang
tersedia ini sangat penting untuk memungkinkan perusahaan melakukan terobosan seperti
mengembangkan produk baru, melakukan akuisisi; atau melakukan pembayaran atas
kewajiban-kewajibannya seperti membayar deviden atau hutang. PT Kalbe memiliki Cash
Flow yang bisa dilihat dari arus kas kegiatan operasi yang bernilai positif.
Industrial Position
1.
2.
Pasar farmasi Indonesia tumbuh rata-rata per tahun 11% sejak tahun 2003 sampai
dengan estimasi 2010
P a g e | 97
P a g e | 98
Kimia
Farma
164
Indo
Farma
111
Receivables
1.318
45
180
156
Inventories
1.561
437
142
136
Advances
21
12
92
127
46
Prepaid expense
15
Penyertaan Saham
29
28
24
1.398
402
101
545
482
357
213
109
Balance Sheet
Cash & Cash Equivalents
Fixed Assets
Trade Payables
Bio Farma
315
Tax Payables
273
27
12
32
Stock Capital
508
555
310
450
436
75
26
Sales
9.087
2.854
1.125
1.183
4.575
2.066
820
480
Gross Profit
4.512
788
305
703
2.946
676
259
362
1.566
112
46
341
(95)
(12)
(33)
(30)
1.471
100
13
311
(421)
37
(11)
(93)
929
63
218
97
11,25
Debt to Equity
36,52%
36,82%
126,18%
23,86%
Current Ratio
298,70%
199,84%
154,21%
284,00%
199,51%
114,22%
116,54%
198,00%
Cash Ratio
99,27%
32,07%
29,42%
133,00%
49,65%
27,62%
27,08%
59,45%
16,19%
3,49%
1,13%
28,82%
10,22%
2,19%
0,19%
18,40%
Return on Equity
21,55%
21,55%
21,55%
29,57%
6,50
7,10
11,14
2,17
14,33%
7,16%
6,31%
27,16%
1,46
4,05
4,02
1,10
Other expense
Net Income
Basic Earning per Share
Ratios
P a g e | 99
Figure 2.10
SPACE Matrix
Kuadran II
Conservative Profiles
Kuadran I
Aggressive Profiles
Kuadran III
Defensive Profiles
Kuadran I
Competitive Profiles
Tabel 2.11
Perhitungan Koordinat
Strategic Position
Average
FP
4,67
SP
-2,80
IP
4,33
CP
-2,71
Coordinate
y-axis
(1,87) , (1,62)
1,62
x-axis
Dari posisi KALBE pada SPACE Matrix di atas, dapat diketahui bahwa KALBE berada pada
Kuadran I, yaitu posisi Aggressive. Pada posisi ini, strategi yang tepat buat KALBE adalah:
1. Backward, forward, horizontal integration
2. Market Penetration
3. Market Development
4. Product Development
5. Diversification (related and unrelated)
P a g e | 100
Market Development
Market Penetration
Product Development
Forward Integration
Backward Integration
Horizontal Integration
Related Diversification
WEAK
COMPETITIVE
POSITION
STRONG
COMPETITIVE
POSITION
PT Kalbe Farma Tbk berada pada posisi Quadrant I, karena selain memiliki posisi kompetitif yang
kuat, perusahaan juga berada pada pertumbuhan pasar yang cepat/tinggi.
1. Strong Competitive Position
Dari 4 (empat) divisi yang ada dalam PT Kalbe Farma Tbk, 3 diantaranya berhasil menguasai
pangsa pasar di Indonesia. Divisi Obat Resep Kalbe mampu mempertahankan posisi dominan
peringkat pertama di pasar obat resep di Indonesia, dengan pangsa pasar 13% di tahun 2009.
Dalam pasar obat bebas yang merupakan lahan Divisi Produk Kesehatan, Kalbe Farma berada
di urutan pertama dengan penguasaan 15% pangsa pasar di Indonesia. Begitu juga dengan
Divisi Distribusi dan Kemasan. Hanya Divisi Nutrisi yang produknya belum dapat menguasai
pasar karena masih berada di bawah produsen-produsen multinasional yang sudah lebih awal
menggarap pasar nutrisi di Indonesia.
Case Analysis Diagnostic Phase
P a g e | 101
P a g e | 102
P a g e | 103
Tabel 2.12
QSPM
STRATEGIC ALTERNATIVES
KEY FACTORS
1
Backward
Integration
AS
TAS
2
Market
Penetration
AS
TAS
3
Market
Development
AS
TAS
0,06
4,00
0,24
3,00
0,18
1,00
0,06
2,00
0,12
0,08
0,08
3,00
0,24
2,00
0,16
1,00
0,08
4,00
0,32
0,08
3,00
0,24
1,00
0,08
2,00
0,16
4,00
0,32
WEIGHT
4
Product
Development
AS
TAS
OPPORTUNITIES
1
Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh
lima tahun terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta
pada tahun 2025
Pertumbuhan pasar obat herbal Indonesia selama 5 tahun terakhir rata-rata sekitar
15%
Indonesia merupakan salah satu negara mega diversity untuk tumbuhan obat di dunia
0,07
2,00
0,14
1,00
0,07
4,00
0,28
3,00
0,21
Pasar farmasi Indonesia tumbuh rata-rata per tahun 11% sejak tahun 2003 sampai
dengan estimasi 2010
0,09
2,00
0,18
4,00
0,36
1,00
0,09
3,00
0,27
2
3
THREATS
7
0,06
0,06
4,00
0,24
1,00
0,06
2,00
0,12
3,00
0,18
0,07
10
0,05
3,00
0,15
1,00
0,05
4,00
0,20
2,00
0,10
11
0,08
12
0,07
1,00
0,07
4,00
0,28
3,00
0,21
2,00
0,14
13
0,09
1,00
0,09
3,00
0,27
4,00
0,36
2,00
0,18
P a g e | 104
KEY FACTORS
14
WEIGHT
0,06
1
Backward
Integration
AS
TAS
2
Market
Penetration
AS
TAS
3
Market
Development
AS
TAS
4
Product
Development
AS
TAS
1,00
STRENGTHS
1
0,08
1,00
0,08
4,00
0,32
3,00
0,24
2,00
0,16
0,07
1,00
0,07
2,00
0,14
4,00
0,28
3,00
0,21
0,05
0,06
PT Bintang Toedjoe memperoleh sertifikasi ISO 9001:2000 dan ISO 14001:2004 dari
Lloyds Register Quality Assurance (LRQA)
0,05
0,06
0,07
1,00
0,07
3,00
0,21
4,00
0,28
2,00
0,14
Investasi Kalbe dalam R&D pada tahun 2009 mencapai Rp 78,8 miliar atau meningkat
8,4% dari investasi tahun 2008
0,06
Stem Cell and Cancer Institute (SCI) mendapatkan 3 paten yang berhubungan dengan
bahan anti kanker
0,06
3,00
0,18
1,00
0,06
2,00
0,12
4,00
0,24
10
Pada tahun 2009, SCI membentuk unit bisnis Kalbe Genomics (KalGen) sebagai
laboratorium diagnostic molecular canggih yang pertama di Indonesia
0,08
3,00
0,24
2,00
0,16
1,00
0,08
4,00
0,32
0,07
4,00
0,28
2,00
0,14
1,00
0,07
3,00
0,21
WEAKNESSES
11
P a g e | 105
KEY FACTORS
WEIGHT
1
Backward
Integration
AS
TAS
2
Market
Penetration
AS
TAS
3
Market
Development
AS
TAS
4
Product
Development
AS
TAS
12
0,04
13
0,06
1,00
0,06
2,00
0,12
4,00
0,24
3,00
0,18
14
0,06
3,00
0,18
4,00
0,24
1,00
0,06
2,00
0,12
15
0,06
3,00
0,18
2,00
0,12
1,00
0,06
4,00
0,24
16
Tingkat ketergantungan Kalbe Farma terhadap bahan baku impor masih tinggi
0,07
4,00
0,28
2,00
0,14
1,00
0,07
3,00
0,21
TOTAL
1,00
3,21
3,16
3,06
3,87
Dari hasil QSPM tersebut, terlihat bahwa prioritas pertama strategi yang akan dilaksanakan Kalbe Farma adalah product developmentdengan skor 3,87.
Oleh karena strategi product development berhubungan erat dengan ketiga strategi lainnya maka pada rencana strategis Kalbe 2010-2015, strategistrategi yang lain juga akan dilaksanakan untuk mendukung strategi utama product development.
P a g e | 106