mengalami
imunologi. kemajuan ini memberi efek dramatis pada peran dokter. Kalau selama
periode sebelumnya, dokter sebagai individu pemeran tunggal di RS, bersama
perawat berorientasi pada individu pasien. Pada periode berikunya pelayanan RS
yang intensif melibatkan kaerja sama berbagai keahlian, seperti radiologi, ahli
patologi, ahli anestesi, dan berbagai profesi non medis dalam sattu tim kerja.
dokter sudah menggangap profesi lain seperti perawat, anestesi, analisis
merupakan kalega atau sejawat yang bekerja demi kualitas pelayanan dan bukan
lagi sebagai bawahan.
Dalam bidang manajamen, RS mulai lebih aktif dalam memasarkan
produk layanan dan menggunakan information system untuk penyelesaian tugastugas manajeman. Pola pengendalian sumber daya RS bergeser ke arah
kemampuan majaman. yaitu pasien masih menjadi sumber utama penghasilan RS
walaupun pada periode ini peranan dokter masih dominan dalam mengendalikan
pemasukan pasien RS. Manager administrasi atau administrator RS sangat
berperan dalam negoisasi dengan asuransi kesehatan, komisi-komisi akreditasi
RS, dan sebagai juru bicara (humas) yang berhadapan dengan media publikasi dan
msyarakat, sehingga administrator dapat menjadi CEO ( chief executive officer )
yang berwenang penuh dalam manajamen RS.
Periode berikutnya adalah periode tim dimulai pada tahun 1990, yakni
dalam periode ini perkembangan kemajuan teknologi kedokteraan semakin
beragam dan spesialistik seperti pengobatan bedah kanker, transplantasi organ
tubuh, diagnostik, dan perawatan sendiri oleh pasien menajsi kenyataan seiring
dengan kemajuan personal komputer. perkembangan perumahsakitan juga
ditandai dengan munculnya RS spesialis khusus seperti RS stroke, RS jantung, RS
penyakit infeksi, RS ibu dan anak, RS mata, dan lain sebagainya.
Dibidang manajemen RS juga terjadi
pengembangan dan
pelayanan RS.
admistrasi dan
tindak lanjut
menyebar
profresional
serta
kecanggihan
teknologi
diagnostik
kedookteran.
tidaklah mudah dikelola seperti mengelola usaha hotel dan klinik. Jika di klinik
atau beberapa RS biasanya dokter berkuasa atas pelayanan medik dengan
mengarahkan langsung pada banyak pegawai yang lebih di anggap sebagai tenaga
penunjang
suatu
rumah
sakit.
Konsekuensinya
manajemen
memiliki
sehingga
yaitu merupakan pegawai, mempunyai ikatan profesi yang erat dan setia yang
tidak terdapat pada banyak industri lainnya.
Demikianlah
rumah
sakit
perlu
pengelolaan
yang
profesional
dibandingkan dengan usaha jasa atau industri yang lain. Manajemen rumah sakit
dapat
membuat perbedaan
sebagai
suatu sistem
atau
manajemen
seperti sistem
dalam
menghadapi hal-hal yang akan datang baik sudah diramalkan maupun yang tidak
terduga sebelumnya. Perencanaan menspesifikasikan apa yang harus dicapai atau
dilakukan di masa akan datang dan bagaimana hal tersebut dapat dilaksanakan.
RS merupakan perencanaan pelayanan kesehatan, yakni didasarkan pada
suatu wilayah yang lebih luas sehingga membangun suatu rumah sakit disuatu
wilayah membutuhkan perencanaan wilayah agar perencanaan RS dapat
ditempatkan pada suatu lokasi yang sangat sesuai dengan distribusi dan jumlah
penduduk di wilayah tersebut.
tersebut dituangkan dalam suatu bentuk rencana induk rumah sakit (master plan)
yang memuat seluruh perencanaan baik secara konsep yang akan melibatkan
berbagai pihak yang berwenang maupun secara teknis pada saat perencanaan ini
akan dilaksanakan.
Perencanaan
RS
dapat
diwujudkan
setiap
tingkat
perencanaan
dilaksanakan oleh orang-orang dengan waktu yang cukup agar dapat bekerja
secara hati-hati dan teliti adalah sangat penting apabila perencanaan yang akan di
buat sinkron dengan seluruh kebijakan dan dari para stakehorder, semua dari
pihak pemilik saham terbesar, pemerintah, lembaga, atau instansi yang memiliki
mitra dan telah menjalin kerja sama dan ikut mendukung pembangunan RS
tersebut serta masyarakat pada umumnya.
Langkah pertama pendirian sebuah RS membentuk sebuah tim kecil yang
sudah berpengalaman dalam perencanaan dan terubah dalam teknik operasional di
lapangan seperti dokter, administrator, perawat, dan tenaga teknis penunjang
medis dan non medis. Tugas utama yang harus di lakukan oleh tim ini adalah
menentukan adanya kebutuhan Rs di wilayah yang ditentukan berdasarkan angka
kesaktian (morbiditas) di wil;ayah tersebut, proyeksi dari perunahan-perubahan di
masa depan dalam bidang praktik kedokteran, pendududk dan ekonomi, dan juga
proyeksi di masa depan dari perkembangan pelayanan kesehatan baik secara lokal
maupun global.
Penentuan lokasi RS tersebut harus memperhatikan penyebaran sarana
penyebaran yang telah ada serta penyebaran penduduk perkembangan sistem
transportasi sekarang dan yang akan datang. Perkembangan ekonomi dan rencana
pembangunan fisik lainnya di sekitar lahan lokasi tersebut. oleh sebabitu tim
perencanaan sangat penting membina kerja sama dari awal dengan pejabat-pejabat
yang berwenang yang dapat mengambil keputusan didalam perencanaan
pembangunan ekonomi dan perencanaan wilayah setempat. Berbagai hasil diskusi
melakukan
pemilihan
terhadap
beberapa
alternatif
dipilih salah satu alternatif yang terbaik. Hasil proses ini dikenal
kebutuhan tempat tidur, dapat pula dipresentasikan secara kuantitatif beberapa hal
antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Master plan atau rencana induk rumah sakit pada dasarnya merupakan
suatu dokumen lengkap tentang rencana pembangunan dan pemeliharaan RS
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang telah di tetapkan dalam master program.
Dokumen ini akan menjabarkan secara rinci mengenai kebutuhan rumah sakit
secara fisik dan fisik agar dapat berfungsi secara optimal untuk kurun waktu
tertentu.
dan proyeksi pada masa depan yang akan datang dan juga dapat dikaji
terhadap kebijaksanaan pengembangna RS yang bersangkutan, serta
memperhatikan pula faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap
pengembangan
2. Pengelompokan ruangan berdasarkan fungsi menjadi blok bangunan.
Pengelompokan ruangan berdasarkan, sebagai berikut.
a. Ruangan kelompok medic yang terdiri atas ruang rawat jalan,
gawat darurat, rawat inap, ruang operasi, ruang persalinan
b. Ruangan kelompok penunjang medic yang terdiri atas ruang
radiologi, ruang dan gudang farmasi, ruang laboratorium, ruang
fisioterapi
c. Ruangan kelompok penunjang nonmedik yang terdiri atas ruang
bengkel (workshop), ruang gizi dan dapur, ruang cuci (laundry),
ruang pusat sterilisasi, ruang jenazah
d. Ruangan pelayanan administrasi
3. Penyusunan blok bangunan menjadi koposisi massa. Ada beberapa
tahap dalam penyusunan blok bangunan, yaitu sebagai berikut:
a. Menciptakan zoning RS yang paling optimal melalui
pengelompokan kegiatan-kegitan tertentu yang fungusinya sejenis
dan mempunyai kedekatan yang maksimal sesuai dengan tingkat
hubungan fungsionalnya, serta atas pertimbangan adanya pengaruh
baik dari luar maupun dari dalam kompleks itu sendiri.
Pengelompokan kegiatan yang optimal ini ditujukan untuk
menimalkan adanya arus lalu lintas yang saling bertabrak/saling
menghambat diantara arus kegiatan yang sifatnya umum dan
khusus serta untuk mencapai kemudahan hubungan/sirkulasi,
instalasi, keamanan, dan kenyamanan.
Secara umum pengelompokan kegiatan tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Areal pelayanan-pelayanan umum atau berkaitan umum
2)
3)
4)
5)
6)
dimasa
mendatang
b. Pola epidemiologi
Kebutuhan obat yang dianalisis dengan menggunakan pendekatan
epidemiologi dapat dilakukan dengan menghitung jumlah kunjungan
dan jenis penyakit yang dilayani pada tahun-tahun sebelumnya. Data
kunjungan jenis penyakit, standar terapi dan ALOS (Averoge Length
of Stay) untuk masing-masing pnyakit memegang peranan yang sangat
perencanaannya
pada
athun
mendatang.
Sementara
Perencanaan Tenaga di RS
Perencanaan ketenagaan di sebuah RS didasarkan pada empat faktor yaitu
jumlah kebutuhan terhadap tenaga baru, ketersediaan tenaga yang sudah
ada, tenaga yang sudah pension, atau yang berhenti dan pindah,
perpindahan tenaga (tenaga yang akan pensiun atau yang akan dirotasi dan
atau
yang
dimutasi).
Pertimbangan
yang
sering
dipakai
untuk
kesehatan
menjadi
persoalan
kesehatan
yang
dirasakan,
benih yang buruk. la akan menghasilkan buah yang dapat merusak atanan
sebuah organisasi secara keseluruhan.
Rumah sakit merupakan sebuah organisasi pelayanan jasa yang sifat
produknya inrangible (tidak bisa dilihat) tetapi bisa dirasakan. Pelayanan ini
hampir mutlak langsung diberikan oleh karyawan (bukan oleh mesin/atau alat),
yang bekerje 24 jam dengan tanggung jawab profesi yang berat karena
berhubunganlangsung dengan jiwa manusia. Dengan demikian sikap, perilaku,
dan karakter, kompetensi, kapabilitas karyawan sangat memengaruhi kualitas jasa
yang diberikan serta citra rumah sakit. Oleh karena iu, proses penerimaan SDM
rumah sakit harus sangatlah ketat dan teliti karena akan memperhatikan sikap,
perilaku dan karakter, serta potensi psikologi caon karyawan.
Pengembangan SDM
Kompetensi SDM tidak terbentuk dengan otomatis. Kompetensi harus
dikembangkan secara tercncana sesuai dengan pengembangan usaha agar menjadi
kekuatan untuk mendukung pencapaian tujuan organissi. Di rumah sakit
diperlukan karyawan yang selalu meningkat kompetensinya karena teknologi,
ilmu pengetahuan tentang Delayanan kesehatan berkembang sangat pesat dari
waktu ke waktu. Adanya peralatan baru, metode perawatan yang berubah
merupakan contoh betapa perlunya pengembangan kompetensi. Kegiatan
pengembangan kompetensi ini antara Iain pendidikan dan pelatihan, pemagangan
dl rumah sakit Iain, rotasi, mutasi.
1. Pembudayaan. Budaya perusahaan merupakan pondasi bagi organisasi dan
pijakan bagi pelaktl yang ada di dalamnya. Budaya organisasi adalah
norma-norma dan nilai-nilai positif yang telah dipilih menjadi pedoman
dan ukuran kepatutan perilaku para anggota organisasi. Anggota organisasi
boleh pintar secara rasional, tetapi kalau tidak diimbangi dengan
kecerdasan emosional dan kebiasaan positif maka intelektual semata akan
dapat menimbulkan masalah bagi organisasi. Pembentukan budaya
organisasi merupakan salah satu lingkup dalam manajemen SDM.
2. Pendayagunaan
The right person in the raight place merupakan salah satu prinsip
pendayagunaan. Bagaimana kita menempatkan SDM yang ada pada
tempat atau tugas yang sebaik-baiknya sehingga SDM tersebut bisa
bekerja secara optimal. Ada SDM yang mudah bergaul, luwes, sabar tetapi
tidak telaten dalam hal keadministrasian. Mungkin SDM ini cocok
dibagian yang melayani public daripada bekerja dikantor sebagai
administrator. Lingkup pendayagunaan ini adalah mutasi, promosi, rotasi,
perluasan tugas, dan tanggung jawab.
3. Pemeliharaan
SDM merupakan manusia yang memiliki hak asasi yang dilindungi
dengan hukum. Dengan demikian SDM tidak bisa diperlakukan semaunya
oleh perusahaan karena bisa mengancam organisasi bila tidak dikelola
dengan baik. SDM perlu dipelihara dengan cara misalnya pemberian gaji
sesuai standart, jaminan kesehatan, kepastian masa depan, membangun
iklim kerja yang kondusif, memberikan penghargaan atas prestasi, dan
sebagainya.
4. Pensiun
Setiap SDM akan memasuki masa pensiun. Rumah sakit harus
menghindari
kesan
habis
manis
sepah
dibuang,
yaitu
ketika
conflict of interest seperti ikut menjadi pemasok barang dan jasa dirumah
sakit yang memberi keuntungan pada dirinya sendiri, atau berakibat tidak
baik yaitu tidak terpenuhinya kepentingan institusi secara maksimal.
Sementara responsibility disini berarti bahwa setiap anggota governing
body harus memberikan kepedulian yang baik, dengan segenap
keterampilan , kecakapan, dan ketekunannya sesuai dengan situasi dan
kondisi yang ada, dalam setiap aktivitas governing body. Dengan kata lain,
dituntut suatu pengabdian yang tanpa pamrih dengan kesungguhan yang
tinggi.
Fungsi Governing Body
Secara garis besar fungsi governing body rumah sakit adalah sebagai
badan otoritas tertinggi yang mewakili pemilik rumah sakit, tetapi
disamping itu juga harus mengayomi kepentingan masyarakat yang
dilayani rumah sakit. Governing body juga berperan sebagai penyangga
atau penghubung. Berperan sebagai penghubung atau penyangga yang
memperjuangkan kepentingan rumah sakit kepada pihak-pihak luar
termasuk pemerintah, sehingga rumah sakit benar-benar mendapatkan
dukungan masyarakat. Badan inilah yang mempunyai tanggung jawab
moral dan hukum tertinggi terhadap keseluruhan pengoperasian rumah
sakit, dan bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan asuhan klinik
terhadap pasien. Governing body bertanggung jawab kepada pemilik, dan
dengan otoritasnya harus memastrikan bahwa misi organisasi dapat
tercapai,
baik
itu
pemerintah,
masyarakat,
kelompok-kelompok
governing body RS di Amerika yang wewenang dan tanggung jawabnya jauh lebih besar.
Disamping itu tidak semua RS pemerintal, memiliki Dewan penyantun.