ABSTRACT
ABSTRAK
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan
Judul
Nama
NRP
: B04051929
Disetujui
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Diketahui
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Tanggal lulus :
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik penelitian dan
penulisan skripsi yang berjudul Uji Aktivitas Anti Lithiasis Ekstrak Etanol Daun
Alpukat (Persea americana Mill) pada Tikus Putih Jantan yang merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan di Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bimbingan, bantuan, dan dukungan baik moral, spiritual maupun materi dari
pihak-pihak dibalik kehidupan dan pembentukan jati diri sang penulis. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang begitu dalam kepada:
1. Keluargaku tersayang, Papah, Mamah dan Mbak Ratna yang tiada
hentinya memberikan doa dan dukungan seumur hidup kepada penulis.
2. Dr. Dra. Hj. Ietje Wientarsih, M.Sc, Apt dan Rini Madyastuti Purnomo,
S.Si, Apt sebagai pembimbing skripsi yang dengan sabar memberikan
bimbingannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. Drh. Sri Murtini, M.Si sebagai pembimbing akademik yang telah
membantu penulis selama menjalankan masa studi di FKH IPB.
4. Segenap staf dan keluarga besar IPB pada umumnya dan FKH pada
khususnya, serta Mas Wawan foto copy yang selalu setia menemani.
5. Guru TK, SD, SMP, SMU, Bimbel dan Guru Ngaji yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat tanpa tanda jasa.
6. Afu dan Mencit, teman satu penelitian dan teman-teman FKH 42
GOBLET yang telah bersama-sama berjuang dalam menempuh studi
di FKH IPB, tidak lupa teman-teman terdekat di luar kampus.
7. Amir, Izul, Karo, teman-teman satu kontrakan yang telah berjuang
bersama-sama dalam menyelesaikan pendidikan di IPB dan melewati
suka duka dalam mengarungi bahtera kehidupan.
8. Venty Oktovani S, ITP 42 sebagai tujuan hidup yang selalu memberikan
inspirasi dan kebahagiaan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu saran dan kritik tetap penulis harapkan untuk menjadikan
tulisan ini lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun sebagai tambahan
informasi untuk memperkaya ilmu di kemudian hari.
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Wonogiri pada tanggal 30 September 1987 sebagai
anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Heru Anto, BA. dan Ibu
Kusdiyatni, SH.
Penulis menyelesaikan Taman Kanak-kanak di TK YPWKS III Cilegon
pada tahun 1993 dan Sekolah Dasar di SD YPWKS IV Cilegon pada tahun 1999,
kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Cilegon dan lulus pada tahun
2002. Pada tahun 2005, penulis telah menyelesaikan pendidikan di SMU Negeri I
Serang dan diterima menjadi mahasiswa pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) IPB.
Selama menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan IPB, penulis aktif
dalam organisasi internal kampus menjabat sebagai ketua divisi internal
Himpunan Minat Profesi (HIMPRO) Satwa Liar FKH IPB. Penulis juga pernah
aktif di Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Keluarga Mahasiswa Banten
(KMB). Selain itu penulis juga aktif pada berbagai kegiatan dan kepanitiaan yang
diselenggarakan oleh berbagai organisasi di IPB. Pada tahun 2009 Penulis lolos
seleksi Program Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa yang diselenggarakan
oleh Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni (DPKHA) IPB.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3
1.3 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alpukat ........................................................................................................ 4
2.2 Hewan Percobaan ........................................................................................ 6
2.3 Ginjal ........................................................................................................... 8
2.4 Batu ginjal ................................................................................................... 9
2.5 Etilen glikol ............................................................................................... 12
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 14
3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................... 14
3.3 Determinasi dan Pengumpulan Daun Alpukat .......................................... 14
3.4 Pembuatan Serbuk / Simplisia Daun Alpukat ........................................... 14
3.5 Pembuatan ekstrak etanol Daun Alpukat .................................................. 15
3.5 Pengujian aktivitas penghambatan batu ginjal .......................................... 15
3.6 Analisis sampel ......................................................................................... 16
3.6.1 Preparasi sampel............................................................................... 16
3.6.2 Analisis Kalsium .............................................................................. 16
3.6.3 Analisis Fosfor ................................................................................. 17
3.7 Teknik analisis data ................................................................................... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Bobot Badan, Bobot Ginjal dan Rasio ...................................................... 19
4.2 Kadar Kalsium dan Fosfor ........................................................................ 21
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 26
5.2 Saran .......................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Persea americana Mill........................................................................................ 4
2. Rattus sp. ............................................................................................................. 7
3. Metabolisme Etilen Glikol ................................................................................ 12
4. Bobot Badan Harian .......................................................................................... 19
5. Bobot Ginjal dan Rasio ..................................................................................... 20
6. Kadar Kalsium .................................................................................................. 21
7. Kadar Fosfor...................................................................................................... 24
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Komposisi batu ginjal ....................................................................................... 11
2. Rataan Bobot badan, Bobot ginjal dan Rasio.................................................... 20
3. Rataan Kadar Kalsium dan Fosfor .................................................................... 22
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Uji Statistik One Way ANOVA ........................................................................ 30
2. Uji lanjut Duncan (p < 0,05) ............................................................................. 31
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan di bidang pengobatan maju pesat
seiring dengan kemajuan teknologi, namun penggunaan obat tradisional masih
banyak digemari oleh masyarakat (Back to nature). Hal tersebut disebabkan obat
tradisional mempunyai banyak keuntungan, antara lain: harga yang relatif murah
sehingga dapat dijangkau masyarakat luas, praktis dalam pemakaian, bahan baku
yang mudah diperoleh dan disamping itu efek samping penggunaan obat
tradisional yang sejauh ini dianggap lebih kecil daripada efek samping obat
sintetik. Secara tradisional dan sudah umum digunakan adalah dengan
menggunakan tanaman obat. Salah satu penyakit yang banyak diobati dengan
tanaman secara empiris adalah batu ginjal. Contoh tanaman yang digunakan oleh
masyarakat untuk mengobati penyakit ini adalah Kumis Kucing, Meniran, Pecut
Kuda, Sambiloto, Ketimun dan Pare. Batu ginjal merupakan salah satu masalah
kesehatan yang menempati urutan ketiga setelah infeksi saluran kemih dan
kelainan prostat pada sekian banyak penyakit saluran kemih. Akibat terburuk dari
adanya batu ginjal adalah kerusakan ginjal secara permanen dan berdampak pada
uremia (Wijaya dan Darsono 2005).
Batu ginjal adalah partikel padat seperti kerikil yang terdapat diberbagai
bagian dari saluran urin. Terbentuk akibat kelebihan garam di dalam aliran darah
yang kemudian mengkristal di ginjal. Ukuran dan bentuk batu bermacam-macam,
berkisar dari partikel sangat kecil yang dapat lewat tanpa diketahui sampai batu
yang berukuran sekitar 5 cm. Selama tidak bergerak, adanya batu tidak diketahui.
Tetapi batu yang kecil sekalipun dapat menimbulkan rasa sakit yang hebat ketika
berjalan keluar dari ginjal. Perdarahan ringan dapat terlihat akibat luka pada
dinding saluran kemih. Proses pembentukan batu terjadi di dalam ginjal di bagian
muara dari saluran kecil yaitu di bagian yang disebut piramid. Terbentuknya batu
dipengaruhi oleh berbagai hal fisika dan kimia antara lain mula-mula kadar suatu
zat, misalnya asam urat berlebihan dalam urin disebut supersaturasi sehingga
mengendap menjadi kristal, zat-zat lain adalah kalsium oksalat dan strufit. Faktor
lain adalah bila zat inhibitor (zat pencegah terjadinya kristal) kadarnya berkurang,
misalnya sitrat, faktor keasaman urin (pH) serta infeksi. Jenis batu yang sering
terdapat dalam ginjal ada empat, yaitu kalsium oksalat (70-75 %), strufit (20 %),
asam urat (5 %) dan sistin (1 %). Biasanya batu kalsium oksalat dan asam urat
akan terbentuk karena makanan dan minuman yang banyak mengandung kalsium
oksalat dan purin, sedangkan batu strufit sering terjadi karena ada infeksi di ginjal.
Batu sistin akan terjadi bila ada gangguan metabolisme (Coe 2003).
Pemeriksaan batu ginjal dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain
ultrasound, CT-scans, X-ray dan urin tampung 24 jam untuk memastikan jenis
batu penyebab dan bagaimana strategi terapinya (Stockham dan Scott 2008).
Terapi batu ginjal dapat dilakukan dengan mengubah pola makan, penggunaan
obat-obatan seperti diuretik, kalium sitrat dan operasi. Pengangkatan batu ginjal
dengan cara operasi memiliki resiko yang cukup tinggi selain mengeluarkan biaya
yang mahal, masyarakat enggan untuk melakukan operasi karena takut akan
trauma pasca operasi yang berkepanjangan. Batu ginjal tidak dapat larut hanya
dengan mengatur asupan makanan dan minuman obat tertentu. Obat-obatan yang
digunakan hanya akan mencegah agar batu tersebut tidak bertambah besar dan
membantu pengeluaran batu ginjal secara spontan. Untuk itu dapat dipilih obatobatan yang dapat menurunkan kadar kalsium dalam urin dan meningkatkan
frekuensi buang air kecil (diuresis). Salah satu obat yang sering digunakan dalam
pengobatan batu ginjal adalah preparat diuretikum. Diuretik umumnya digunakan
pada pengobatan hipertensi dan gangguan lain yang berhubungan dengan
pengeluaran cairan dan natrium dari tubuh.
Pohon alpukat selama ini dikenal hanya buahnya saja yang biasa
dikonsumsi masyarakat. Ternyata daun alpukat merupakan salah satu bahan alami
yang bisa digunakan sebagai obat tradisional. Daun ini secara empiris telah
digunakan sebagai diuretik, analgesik, anti radang, hipertensi, hipoglikemia, diare,
sakit tenggorokan dan perdarahan (Brai et al. 2007). Namun penelitian tentang
daun alpukat sendiri masih jarang dilakukan. Penelitian ini difokuskan pada
aktivitas anti lithiasis dari tanaman tersebut untuk melihat sejauh mana daya
hambat ekstrak etanol daun alpukat terhadap pembentukan batu ginjal.
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Ranales
Famili
: Lauraceae
Genus
: Persea
Spesies
swellings), menstruasi tidak teratur dan biji dapat digunakan untuk sakit gigi dan
kencing manis. Daun mempunyai aktivitas antibakteri dan menghambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus strain A dan B. Staphylococcus albus,
Pseudomonas sp; Proteus sp; Escherichea coli dan Bacillus subtilis (Prihatman
2000).
Penggunaan biasanya pada buah alpukat untuk dikonsumsi sedangkan
daun dan biji alpukat dirasa kurang aman karena mengandung toksik.
Aktivitasnya antara lain sebagai anti penuaan, anti bakteri, anti radang, antiseptik,
astringensia, COX-2 Inhibitor, deobstruksi usus, diuretik, emolien, ekspektoran,
hematonik, hepatoproteksi, hipertensi, hipokolesterolemia, laksatif, anti parasit,
rodentisida, rubefasiensia. Indikasinya untuk alopesia, Alzheimer disease, anemia,
arthrosis, atherosclerosis, perdarahan, kalkuli, kanker, flu, batuk, ketombe,
penyakit kulit, diabetes, diare, disentri, enterosis, demam, frigid, kembung, asam
urat, sakit kepala, hematom, hepatosis, impoten, infeksi, malaria, neuralgi,
pulmonosis, rematik, skabies, gigitan ular, sakit tenggorokan, nyeri sendi, sakit
gigi, hingga memperlancar menstruasi. Kontraindikasi, interaksi dan efek
sampingnya belum ditemukan. Daun alpukat mengandung dopamin dan
minyaknya mengandung methyl chavicol. Ingesti dari daun, ranting atau keduanya
menyebabkan mastitis pada sapi, kuda, kelinci dan kambing. Di samping itu dosis
tinggi sangat fatal pada kambing. Daun alpukat yang terendam di kolam dapat
membunuh ikan di dalamnya. Dikatakan buah alpukat mentah itu beracun, burung
kenari mati setelah memakan buah yang matang. Dua jenis getah yang berasal dari
kulit buah, memiliki sifat racun bagi marmut melalui suntikan secara subkutan
dan peritonial. LD50 ekstrak daun alpukat lebih besar dari 8828 mg/kg secara
intraperitonial dan lebih besar dari 12500 mg/kg secara oral pada tikus percobaan
sedangkan LD50 ekstrak buah lebih besar dari 12500 mg/kg secara oral (Duke et
al. 2002).
2.2 Hewan Percobaan
Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakan
untuk dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan
berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorik
(Malole et al. 1989). Untuk digunakan dalam penelitian, hewan percobaan harus
: Animalia
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Rodentia
Subordo
: Myomorpha
Famili
: Muridae
Subfamili
: Murinae
Genus
: Rattus
Spesies
: Rattus sp.
Tikus putih mempunyai 3 galur yang umum dikenal yaitu, galur SpragueDawley, galur Winstar dan galur Long-Evans. Galur Sprague-Dawley yang umum
digunakan untuk penelitian, mempunyai ciri berwarna putih albino, berkepala
kecil dan ekornya lebih panjang dari badannya (Malole et al. 1989).
Penelitian dalam bidang toksikologi dan farmakologi memerlukan
serangkaian percobaan terhadap hewan percobaan untuk mengetahui tingkat
toksisitas dan keamanan obat untuk manusia. Penggunaan berbagai tingkat dosis
obat terhadap hewan percobaan dilakukan untuk mendapatkan dosis terbesar yang
tidak menimbulkan efek merugikan atau dosis yang sangat besar yang dapat
menimbulkan kelainan jaringan atau efek toksik yang jelas. Waktu observasi akan
jauh lebih pendek bila kita menggunakan dosis yang lebih besar, sehingga akan
mengurangi biaya pemeriksaan. Pada waktu tertentu sebagian hewan percobaan
perlu dibunuh untuk mengetahui pengaruh obat terhadap organ. Pemeriksaan
kimia darah, urin dan tinja dilakukan untuk mengetahui kelainan yang timbul
(Darmansjah 1995).
2.3 Ginjal
Ginjal adalah organ tubuh yang berperan utama dalam memelihara
keseimbangan cairan serta elektrolit dan mengatur tekanan darah (Hartono 1992).
Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat yang bersifat toksik
adalah ginjal. Hal ini berkaitan dengan fungsi ginjal yang tercermin pada sistem
pembuluh darah kompleks. Peran utama ginjal adalah ekskresi sebagian besar
hasil akhir metabolisme tubuh melalui urin dan mengatur konsentrasi unsur-unsur
yang terdapat dalam cairan tubuh (Guyton 1994). Selain itu ginjal berfungsi
memetakan toksikan pada filtrat, membawa toksikan melalui sel tubulus dan
mengaktifkan senyawa racun tertentu, menyebabkan ginjal sebagai organ sasaran
utama dari efek toksik (Lu 1995).
Sebuah ginjal dengan potongan melintang memberi gambaran dua daerah
yang cukup jelas. Daerah perifer yang beraspek gelap disebut korteks (cortex) dan
selebihnya yang agak cerah disebut medula (medulla), berbentuk piramid terbalik
(Hartono 1992). Unit terkecil dari ginjal adalah nefron, yang terdiri dari
glomerolus, kapsula Bowman dan tubulus renalis. Nefron memiliki fungsi dasar
membersihkan atau menjernihkan plasma darah dari substansi yang tidak
diinginkan oleh tubuh. Biasanya substansi tersebut berasal dari hasil metabolisme
seperti urea, kreatinin, asam urat dan ion-ion natrium, kalium, klorida serta ionion hidrogen dalam jumlah yang berlebihan (Guyton 1994). Proses filtrasi terjadi
di glomerulus dan substansi dengan ukuran kecil sampai sedang dapat melewati
dinding kapilernya. Substansi yang besar seperti protein plasma tidak dapat
melewati dinding kapiler sehingga tidak terfiltrasi. Substansi darah yang dapat
terfiltrasi antara lain natrium, kalium, klorida, fosfor anorganik, glukosa, kreatinin
dan asam urat (Strukie 1976).
Ginjal dalam tubuh berfungsi sebagai filter untuk membersihkan darah
atau cairan lainnya. Fungsi ini bertujuan agar bahan-bahan kimia yang terkandung
dalam darah atau cairan tubuh lainnya tidak terbawa kembali oleh darah dan
beredar ke seluruh tubuh. Sebagian kotoran hasil penyaringan ini akan
dikeluarkan melalui ginjal bersama urin. Namun sebagian lagi mungkin tertinggal
dan mengendap menjadi batu ginjal. Apabila endapan ini tidak dikeluarkan, maka
akan menetap di ginjal atau berpindah ke kantung kemih. Cairan yang menyerupai
plasma difiltrasi melalui dinding kapiler glomerolus ke tubulus renalis di ginjal.
Dalam perjalanannya sepanjang tubulus ginjal, isi cairan filtrat akan berkurang
dan susunannya berubah akibat proses reabsorbsi tubulus dan proses sekresi
tubulus untuk membentuk urin yang akan disalurkan ke dalam pelvis renalis. Air
serta elektrolit dan metabolit penting lainnya akan diserap kembali. Dari pelvis
renalis, urin dialirkan ke dalam kandung kemih untuk kemudian dikeluarkan
melalui proses berkemih (Ganong 1995).
2.4 Batu ginjal
Pembentukan batu hasil sedimentasi di saluran kemih disebut dengan
urolithiasis atau kalkuli. Kalkuli biasa ditemukan di kantung kemih, pelvis renalis,
atau bahkan ditemukan di tubulus renalis. Urolith yang berada di ureter,
menghasilkan rasa sakit yang bukan main dikenal dengan kolik ureter. Kalkuli di
kantung kemih dikeluarkan bersama urin biasanya tersangkut di uretra pada
hewan jantan, termasuk fleksura sigmoidea pada ruminan, hasilnya obstruksi yang
fatal jika tidak diobati. Pada betina sangat jarang karena bentuk uretra yang lebih
pendek dan lebar. Kalkuli yang ditemukan di dalam ginjal dinamakan nefrolith.
Urolith berukuran dari yang kecil seperti partikel pasir sampai yang berukuran
10
besar seperti batu yang mengisi pelvis ginjal dan kantung kemih. Batu tersebut
bisa padat, lunak, berwarna putih, kekuningan, halus, kasar, bulat atau persegi
(Smith dan Jones 1962).
Hewan herbivora sering ditemukan batu yang didominasi bentukan silikat
dan sangat sedikit ditemukan bentukan fosfat, karbonat, kalsium oksalat,
amonium dan magnesium. Bentukan batu ginjal sangat dipengaruhi makanan yang
dikonsumsi. Tanaman yang tumbuh di daerah gersang banyak ditemukan unsur
silika. Pada daerah lain ditemukan derivat xanthine dilaporkan sebagai penyebab
kalkuli pada domba. Pada karnivora dan omnivora urolith yang ditemukan pun
berbeda. Kalkuli yang ditemukan mirip dengan yang ada pada manusia,
dikarenakan karakteristik urin yang asam kontras dengan karakteristik urin pada
herbivora yang lebih alkalis. Batuan kalsium oksalat sangat keras, berwarna putih
kekuningan dan berduri. Biasa ditemukan satuan di kantung kemih dan ukuran
diameternya mencapai beberapa sentimeter. Kalkuli asam urat sebagian besar
terdiri atas amonium (dari dekomposisi urea) dan sodium urat. Biasa ditemukan
pada anjing ras dalmatian yang mengekskresikan banyak asam urat pada urinnya.
Kalkuli fosfat seperti kalkuli pada herbivora, berwarna putih dan lebih rapuh
seperti kapur. Batuan sistin lebih kecil, bentuknya lebih bervariasi dan tidak
umum, jarang ditemukan (Smith dan Jones 1962).
Kejadian urolithiasis selama 15 tahun di Royal Veterinary College,
Copenhagen ditemukan kalkuli 0,6 % dari keseluruhan penyakit anjing. Sebagian
besar berupa magnesium-amonium fosfat, kalsium oksalat, batuan asam urat dan
sistin. Banyak pendapat, yang menyebabkan kalkuli karena infeksi saluran kemih
dan kekurangan vitamin A. Beberapa kasus menyebutkan pembentukan kalkuli
karena kristalisasi dari suatu partikel yang akan menjadi inti dari batuan. Inti
batuan bisa berupa leukosit yang mati, sel epitel yang runtuh, atau gumpalan
fibrin (Smith dan Jones 1962).
Pemeriksaan urolith secara reaksi kimia untuk mendeteksi adanya kation
dan anion memiliki kelemahan sehingga tidak dipakai. Pemeriksaan ini tidak
menunjukan data kuantitas, tidak menyediakan jumlah relatif antar unsur
pembentuk batuan, kehilangan beberapa jumlah ion secara signifikan, tidak bisa
mendeteksi silika dan sistin, beberapa komponen sering menunjukan positif palsu
11
dan batu ginjal campuran tidak bisa diklasifikasikan. Batu ginjal jenis dan
komposisinya bermacam-macam seperti yang terlihat pada Tabel 1. Pemeriksaan
tersebut telah digantikan dengan pemeriksaan secara fisik, yaitu dengan
kristalografi optikal, X-ray dan yang jarang dilakukan seperti microprobe
electron, scanning electron microscopy (SEM) dan mikroskop inframerah
(Stockham dan Scott 2008).
Tabel 1 Komposisi batu ginjal
Kelompok
Karbonat
Sistin
Oksalat
Nama Senyawa
Kalsium karbonat
Sistin
Kalsium oksalat monohidrat
Kalsium oksalat dihidrat
Fosfat
Kalsium fosfat
Hidroksiapatit
Karbonit-apatit
Kalsium hidrogen fosfat dihidrat
Trikalsium fosfat
Oktakalsium fosfat
Magnesium amonium fosfat
heksahidrat
Magnesium hidrogen fosfat
trihidrat
Silika
Silikon dioksida
Asam urat
Asam urat
Asam urat dihidrat
Urat
Amonium asam urat
Sodium asam urat monohidrat
(Stockham dan Scott 2008)
Rumus Kimia
CaCO3
S CH2 CH(NH2)COOH
CaC2O4.H2O
CaC2O4.2H2O
Ca5(PO4)3(OH)
Ca10(PO4)6(OH)2
Ca10(PO4,CO3OH)6(OH)2
CaHPO4.2H2O
Ca3(PO4)2
CaH(PO4)3.2.5H2O
MgNH4PO4.6H20
MgHPO4.3H2O
SiO2
C5H4N4O3
C5H4N4O3.2H2O
C5H4N4O3NH4
C5H3N4O3Na.H2O
12
13
14
15
maka simplisia kering diserbukan dan diayak dengan ayakan nomor 20 sehingga
didapat serbuk daun alpukat, disimpan dalam wadah bersih dan tertutup rapat
(Ditjen POM 2000).
3.5 Pembuatan ekstrak etanol Daun Alpukat
Pembuatan ekstrak etanol daun alpukat dilakukan dengan menambahkan
etanol 70 % ke dalam serbuk daun alpukat. Perbandingan jumlah pelarut dengan
serbuk adalah 1 : 10, direndam selama 2 x 24 jam dan sesekali diaduk kemudian
ditampung dalam suatu wadah dengan selalu mengganti pelarut tiap hari. Hasil
dari maserasi berupa ekstrak etanol daun alpukat yang kemudian dilakukan
evaporasi dengan alat rotary evaporator (40o C dan 50 rpm) untuk menguapkan
pelarutnya sehingga didapat ekstrak kental dari daun alpukat (Ditjen POM 2000).
3.5 Pengujian aktivitas penghambatan batu ginjal
Penelitian mengenai aktivitas penghambatan batu ginjal oleh ekstrak
etanol daun alpukat ini dilakukan dengan menggunakan tikus putih jantan galur
Sprague dawley. Untuk uji aktivitas ekstrak etanol daun alpukat pada percobaan
ini digunakan 20 tikus sehat dengan berat badan sekitar 200 gr 300 gr yang
terbagi dalam 4 kelompok dan masing-masing kelompok 5 tikus, yaitu:
1. Kelompok kontrol normal (N): tikus diberi air minum normal ad libitum
2. Kelompok kontrol negatif (K): tikus diberi inducer
3. Kelompok perlakuan 1 (P1) : tikus diberi inducer dan dicekok ekstrak
etanol daun alpukat dosis 100 mg/kg
4. Kelompok perlakuan 2 (P2) : tikus diberi inducer dan dicekok ekstrak
etanol daun alpukat dosis 300 mg/kg
Inducer mengandung etilen glikol 0,75 % dan amonium klorida 2 % untuk
menginduksi batu ginjal dan mempercepat proses pembentukan. Dosis cekok
ekstrak daun alpukat adalah 3 ml/200gr BB dicekok dengan menggunakan sonde
lambung. Pengamatan bobot badan juga dilakukan dan perhitungan rasio terhadap
bobot ginjal. Perlakuan selama 10 hari dan pada hari ke-11 dilakukan nefroktomi.
Tikus dimatikan dengan menggunakan eter. Bagian abdomen dibuka kemudian
diambil ginjalnya untuk dianalisis kadar kalsium dan fosfor.
16
yang
dibutuhkan
dan
penambahan
bahan
kimia
untuk
(Suzanne 1998).
( / )
( ( / ) )
17
18
19
325
300
N
K
275
P1
250
P2
225
200
1
10
Waktu (hari)
20
1.07
1.10
0.97
1.12
1.00
Bobot (gram)
0.86
0.90
Bobot Ginjal
0.77
0.80
0.76
Rasio / 200 gr
BB
0.70
0.72
0.71
0.60
0.50
0.40
P1
P2
Kelompok
Gambar 5 Bobot Ginjal dan Rasio. N: Normal, K: Kontrol negatif, P1: Perlakuan
1 dosis 100 mg/kg, P2: Perlakuan 2 dosis 300 mg/kg
Tabel 2 Rataan Bobot badan, Bobot ginjal dan Rasio
Parameter N
K
c
P1
b
P2
a
BB (gr)
314,98 + 7,97
278,80 + 23,63
238,45 + 18,47
253,72 + 17,64a
BG (gr)
1,12 + 0,08
1,07 + 0,24
0,86 + 0,26
0,97 + 0,26
Rasio
0,71
0,77
0,72
0,76
21
0.140
0.120
0.100
0.080
0.075
0.060
0.067
Kalsium
0.060
0.040
0.020
0.000
N
P1
P2
22
P1
P2
Kadar Ca
0,075 + 0,013
0,067 + 0,009
Kadar P
0,540 + 0,023
0,568 + 0,137
23
penghambat batu ginjal lainnya adalah asam sitrat yang dapat memecah kristal
dengan
mengikat
kalsium.
Dengan
perhitungan
sungguh-sungguh
yang
24
0.900
0.800
0.700
0.600
0.540
0.512
0.568
0.500
Fosfor
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
N
P1
P2
25
dengan dosis 300 mg/kg (P2) yang hanya menurunkan kadar fosfor dengan selisih
0,028 di atas kontrol normal (N).
Efek dari pemberian EG adalah menurunkan kadar kalsium dan fosfor
tulang, plasma kalsium, ekskresi fosfor dan asam sitrat serta meningkatkan plasma
fosfor dan ekskresi kalsium. Peningkatan kadar fosfor disebabkan karena
gangguan fungsi ginjal akibat nefrotoksik yang tidak mampu mengekskresikan
fosfor sehingga terjadi peningkatan kadar fosfor dalam darah (Rajagopal et al.
2004) terlihat pada kelompok tikus yang diinduksi etilen glikol (K). Dalam darah
fosfor dikenal dengan fosfat (H2PO4- dan HPO42-). Hiperfosfatemia menyebabkan
gejala metabolik asidosis oleh karena ion H+ meningkat bersamaan dengan
peningkatan fosfat (HPO42- + H+ H2PO4-). Metabolik asidosis pada umumnya
menginduksi hiperfosfaturia (Vander et al. 1990). Pencegahan nefrotoksik oleh
ekstrak etanol daun alpukat (Persea americana Mill) mengembalikan fungsi ginjal
dalam mengatur homeostasis mineral dalam tubuh.
26
27
DAFTAR PUSTAKA
AOAC International. 1995. Official Methods of Analysis. 16th Ed. AOAC
International. Gaithersburg. MD.
Atmani F, Gerald F, John L. 2004. Extract from herniaria hirsuta coats calcium
oxalate monohydrate crystals and blocks their adhesion to renal epithelial
cells. The Journal of Urology, 172(4 Pt 1):1510-4.
Baker HJ, Lindsey JR, Weisbroth SH. 1979. The Laboratory rat: Biology and
Disease. Vol 1. New York : Academic Press Inc.
Brai BIC, Odetola AA, Agomo PU. 2007. Effects of persea americana leaf
extracts on body weight and liver lipid in rats fed hyperlipidaemic diet.
African Journal of Biotechnology, 6(8):1007-1011.
Coe FL. 2003. Kidney stone in Adults. http://www.kidney.niddk.nih.gov/
Kudisease/pus/kidneyfaillure/index.htm [3 Juni 2009]
Cox RD, Phillips WJ. 2004. Ethylene glycol toxicity. Military Medicine,
169(8):660-663.
Cruzan G, Corley RA, Hard GC, Mertens JJWM, McMartin KE, Snellings WM,
Gingell R, Deyo JA. 2004. Subchronic toxicity of ethylene glycol in wistar
and F-344 rats related to metabolism and clearance of metabolites.
Toxicological Sciences, 81(2):502-511.
Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
Duke JA, Bogenschutz-Godwin MJB, duCellier J, Duke PK. 2002. Handbook of
Medicinal Herbs. 2nd Ed. Florida : CRC Press LLC.
Darmansjah I. 1995. Toksikologi Dasar dalam Farmakologi dan Terapi. Jakarta :
Bagian Farmakologis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ganong WF. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 14. Jakarta : Penerbit
buku kedokteran.
Green ML, Hatch M, Freel RW. 2005. Ethylene glycol induces hyperoxaluria
without metabolic acidosis in rats. AJP-Renal Physiology, 289(3):536-543.
Guyton AG. 1994. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 7. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran. EGJ.
Grover PK, Thurgood LA, Fleming DE, Bronswijk W, Wang T, Ryall RL. 2007.
Intracrystalline urinary proteins faacilitate degradation and dissolution of
calcium oxalate crystals in cultured renal cells. AJP-Renal Physiology,
294:355-361.
28
Han HJ, Lim MJ, Lee YJ. 2004. Oxalate inhibits renal proximal tubule cell
proliferation via oxidative stress, p38 MAPK/JNK, and cPLA2 signaling
pathways. AJP-Renal Physiology, 287:1058-1066.
Hartono R. 1992. Histologi Veteriner. Edisi 3. Jakarta: Universitas Indonesia.
Hlm 392-444.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid II. Jakarta : Yayasan Sarana
Wana Jaya.
Last W. 2007. The calcium-phosphorus ratio. http://www.health-sciencespirit.com/calcium.html [4 September 2009]
Lu FC. 1995. Toksikologi Dasar. Terjemahan Edi Nugroho. Jakarta : UI Press.
Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Pengantar Hewan-Hewan Percobaan di
Laboratorium. Bogor : Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB.
Mattjik A, Sumetajaya M. 2000. Perencanaan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab. Bogor : IPB Press.
Painter, FM. 2000. Antioxidant flavonoids: structure, function and clinical usage.
Alternative Medicine Review, 1(2):103-111.
Prihatman K. 2000. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan.
Jakarta : BAPPENAS.
Rajagopal G, Venkatesan K, Ranganathan P, Ramakrishnan S. 1977. Calcium and
phosphorus metabolism in ethylene glycol toxicity in rats. Toxicology
and Applied Pharmacology, Vol. 39(3): 543-547
Reitz LL, Smith WH, Plumlee MP. 1960. A simple wet oxidation procedure for
biological materials. Analytical chemistry, Vol. 32: 1728.
Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi keenam.
Terjemahan Kosasih Padmawinata. Bandung : Penerbit ITB.
Sampson L, Rimm E, Hollman PC, de Vries JHM, Katan MB. Flavonol and
flavone intakes in US health professionals. 2002. Journal of The American
Dietetic Association, 102(10):1414-1420.
Smith HA, Jones T C. 1962. Veterinary Pathology. 2nd Ed. Texas: Lea & Febiger.
Subahagio, Rahman I, Ibnusahni, Sutarjo, Sulaksono ME. 1997. Pengaruh faktor
keturunan dan lingkungan terhadap sifat-sifat biologis terlihat pada hewan
percobaan. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Badan
Pengembangan Kesehatan, Vol. VII No.1.
Suzanne N. 1998. Food Analysis. 2nd Ed. West Lafayette. Indian : Purdue
University.
Stockham SL, Scott MA. 2008. Fundamental of Veterinary Clinical Pathology.
2nd Ed. Iowa : Blackwell Publishing.
29
Strukie PDB. 1976. Kidney, Exterenal Salt Exretion and Urine. In: Avian
Physiology. 3rd Ed. New York: Heidebeg, Springer-Verlag.
Touhami M, Laroubi A, Elhabazi K, Loubna F, Zrara I, Eljahiri Y, Oussama A,
Grases F, Chait A. 2007. Lemon juice has protective activity in a rat
urolithiasis model. Pubmed Central, 7:18.
Vander AJ, Sherman JH, Luciano DS. 1990. Human Physiology: The Mechanisms
of Body Function. 5th Ed. New York : McGraw-Hill Inc.
Wijaya S, Darsono FL. 2005. Uji daya anti kalkuli perasan buah ketimun
(Cucumis sativus) terhadap tikus putih jantan dengan metode kalkuli.
Majalah Farmasi Indonesia, 16 (3): 173-176.
30
Ca
Between
Groups
Within
Groups
Total
Between
Groups
Within
Groups
Total
Bobot Badan
Between
Groups
Within
Groups
Total
Sum of
Squares
8313.425
10887.86
19201.29
Mean
Square
df
0.413928
0.19424
0.608168
15
18
0.019792
0.026403
0.046195
15
18
df
Mean
Square
0.137976 10.65508
0.000526
0.012949
0.006597 3.748003
0.00176
Sig.
Sig.
0.034324
31
0.872
1
0.13912
1
Bobot Badan
perlakuan N
3
4
2
1
Sig.