Anda di halaman 1dari 13

TUGAS TERSTRUKTUR

KLININK TANAMAN
PENYAKIT PENTING YANG MENYERANG PADA
TANAMAN PADI

Oleh :
1.
2.
3.
4.

Rohmadiyanto
Fita Furniawan
Siti Aminah
Ratnawati

A1L013024
A1L013028
A1L013031
A1L013035

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Padi merupakan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat produksi padi menjadi hal penting yang perlu
diperhatikan. Salah satu faktor yang mempengaruhinya yaitu penyakit tanaman.
Hal inipun telah menjadi perhatian nasional sehingga usaha pengendalian penyakit
tanaman dimasukkan sebagai salah satu dari program panca usaha dalam budidaya
padi. Empat usaha lainnya adalah penggunaan bibit unggul, pengairan yang baik,
pemupukan yang seimbang, dan pengendalian hama tanaman.
Fungsi fisiologis tanaman merupakan hal yang penting dalam pertumbuhan
tanaman. Gejala yang ditimbulkan oleh tanaman yang sakit dapat diamati melalui
fungsi fisiologis. Tanaman dikatakan sehat atau normal, apabila tanaman tersebut
dapat melaksanakan fungsi-fungsi fisiologisnya sesuai dengan potensi genetik
terbaik yang dimilikinya.
Gejala penyakit berhubungan erat dengan tanda penyakit. Tanda penyakit
adalah semua struktur patogen yang terdapat pada permukaan tanaman yang dapat
dilihat secara makroskopis dan struktur tersebut berasosiasi dengan tanaman yang
sakit. Untuk mendiagnosis penyakit secara cepat dan tepat, tidak hanya melihat
dari gejala penyakit, tetapi juga melihat dari tanda penyakitnya sehingga dapat
dengan mudah menanggulanginya.

B. Rumusan masalah
1. Apa saja penyakit utama yang menyerang tanaman padi?
2. Bagaimana gejala, penyebab, faktor yang mempengaruhi dan cara
pengendaliannya?
C. Tujuan
1. Mengetahui penyakit utama yang menyerang tanaman padi
2. Mengetahui gejala, penyakit, faktor yang mempengaruhi
pengendaliannya.

dan cara

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air serta tumbuh di daerah tropis atau subtropis pada 45 0 LU
450 LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan.
Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun.
Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Padi memerlukan ketinggian 0650 m dpl dengan temperatur 22-270C untuk dataran rendah, sedangkan di dataran
tinggi 650-1500 m dpl dengan temperatur 19-23 0C. Tanaman padi memerlukan
penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Selain itu, adanya angin akan
berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan, tetapi jika terlalu kencang akan
merobohkan tanaman (Prayitno, 2014).
Tanaman padi dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, tetapi untuk padi yang
ditanam di lahan persawahan memerlukan syarat-syarat tertentu, karena tidak
semua jenis tanah dapat dijadikan lahan tergenang air. Sistem tanah sawah, lahan
harus tetap tergenang air agar kebutuhan air tanaman padi tercukupi sepanjang
musim tanam. Oleh karena itu, jenis tanah yang sulit menahan air kurang cocok
dijadikan lahan persawahan. Sebaiknya tanah yang sulit dilewati air sangat cocok
dibuat lahan persawahan (Prayitno, 2014).

III. PENYAKIT TANAMAN PADI

A. Penyakit Kresek
1. Gejala
Gejala awal dari serangan ini adalah adanya bercak-bercak nekrosis di
sekitar tepi daun, yang semakin lama akan menyatu dan berubah warna
menjadi kering kecoklatan. Ciri khas dari serangan penyakit ini adalah daun
yang kering tetapi tulang daunnya masih kelihatan segar. Penyakit kresek
biasanya menyerang pada saat tanaman mulai memasuki masa generatif atau
pada usia 50 hst. Pada tahap lanjut, bagian yang kering akan semakin
meluas ke arah tulang daun hingga seluruh daun akan tampak mengering.
Penyakit ini biasanya menyerang tanaman melalui luka-luka yang ada pada
jaringan daun seperti luka akibat mekanis, contohnya pemotongan daun
pada saat akan tanam ataupun terkena angin kencang sehingga banyak daun
yang pecah.

Gambar 1. gejala serangan penyakit kresek pada padi (Sumber: Hidarto, 2014)

Gambar 2. gejala serangan penyakit kresek pada padi di lapangan


3. Penyebab

Gambar 3. bakteri campestri pv. oryzae (X. oryzae) (Prayitno, 2014).


Penyebab penyakit ini adalah bakteri Xanthomonas campestri pv.
oryzae (X. oryzae). Bakteri ini bersifat gram negatif, berbentuk batang
pendek dengan ukuran 0,45-0,75 x 0,65-2,1 , dengan satu flagella polar di
salah satu ujungnya dengan ukuran 0,03,-8,75 . Koloni bakteri berwarna
kekuningan. Patogen ini mempunyai tingkat virulensi yang bervariasi
berdasarkan kemampuannya menginfeksi varietas padi yang mempunyai
gen dengan resistensi yang berbeda dan interaksi antara gen virulen patogen

dan gen tahan tanaman. Sifat virulensi patogen sangat mudah berubah,
bergantung pada kondisi lingkungannya (Sudir et al.,2012).
Bakteri ini dapat masuk ke jaringan tanaman melalui hidatoda pada
tepi daun,luka pada daun, atau akar yang putus. Sumber penularan bakteri
ini adalah benih, jerami, tunggul, atau anakan yang terinfeksi, dan gulma
yang menjadi inang. Penyebarannya dilakukan oleh angin yang kencang,
embun, air hujan, dan air irigasi. Pada awal pagi hari terdapat lendir yang
kemudian mengeras menjadi butiran kecil pada permukaan daun yang
terinfeksi. Permukaan daun yang lembab melarutkan butiran-butiran
tersebut sehingga sel-sel bakteri dapat menyebar dengan bebas (Prayitno,
2014).
3.

Faktor yang Mempengaruhi


Bakteri ini dapat bertahan hidup dalam tanah, jerami tanaman
terinfeksi, sisa-sisa tanaman, gabah atau benih, dan gulma. Bakteri
Xanthomonas sp. ini dapat bertahan di tanah selama 1-3 bulan, bergantung
pada kelembaban dan kemasaman tanah. Jerami sisa tanaman yang
terinfeksi dan tanaman inang selain padi dapat menjadi sumber penularan
penyakit dari musim ke musim. Bakteri juga dapat bertahan dalam biji
sampai beberapa saat, sheingga penularan dapat terjadi melalui benih.
Bakteri ini dapat bertahan pada gulma seperti Leersia sayanuka, L. japonica,
Zezania latifolia, dan Leptochloa chinensis sebagai inang alternatif (Sudir et
al., 2012).
Varietas padi yang ditanam akan menentukan perkembangan penyakit.
Pada varietas rentan, terutama pada saat cuaca lembab dan pemupukan N

dosis tinggi tanpa diimbangi oleh pupuk K, penyakit ini berkembang sangat
cepat. Kelembaban yang tinggi dapat mempercepat perkembangan penyakit
ini. Oleh karena itu, penyakit ini sering timbul pada musim hujan, terutama
apabila hujan disertai angin kencang, yang berperan dalam penularan dan
penyebaran

patogen.

Pertanaman

yang

diari

secara

terus-menerus

membentuk kondisi lingkungan yang menyebabkan penyakit berkembang


lebih baik. Begitu pula tanaman yang terlalu rapat, sangat mendukung
perkembangan penyakit. Pertanaman dengan jarak tanam rapat selain
menciptakan kondisi lingkungan dengan kelembaban tinggi juga akan
mempermudah penularan dari satu tanaman ke tanaman lain. Terjadinya
pergesekan antar daun yang sudah terinfeksi dengan daun yang masih sehat
akan mempercepat terjadinya infeksi patogen (Sudir et al., 2012).
4. Rekomendasi
1) Pencegahan
a. Menggunakan benih yang sehat.
b. Perendaman beni menggunakan larutan Corynebacterium dosis 5-10
c.
d.
e.
f.
g.

cc/liter air selama kurang lebih 30 menit.


Tidak memotong ujung daun pada bibit yang ditanam.
Penggunaan pupuk organik dan pupuk berimbang.
Mengurangi dosis pupuk N dalam bentuk Urea.
Tidak menggunakan benih dari tanaman yang terserang.
Bersihkan singgang dan gulma yang mungkin menjadi inang alternatif

di antara musim tanam.


h. Pembuatan peta komposisi dan penyebaran patotipe patogen di suatu
wilayah.
2) Pengendalian
a. Lakukan penyemprotan

dengan

pestisida

organik

Corynebacterium secara berkala sebelum terjadinya serangan

seperti

b. Penggunaan Mitol 20EC dengan cara dilakukan pada saat tanaman


berumur 10-15,25-30, 40-45, dan 65 hst dengan konsentrasi 3-5
ml/liter dengan cara disemprotkan pada tanaman (Prayitno, 2014).
B. Hangus Palsu
1. Gejala
Bulir-bulir padi berubah menjadi gumpalan spora yang berukuran
sampai 1 cm. Gumpalan spora tersebut mula-mula berwarna kuning sampai
orange kemudian menjadi hijau gelap.

Gambar 4. gejala serangan penyakit hangus palsu (Sumber: Prayitno, 2014).

Gambar 5. gejala serangan penyakit hangus palsu dilapangan


2. Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Ustilaginoidea virens. Infeksi
terjadi persis sebelum pengisian bulir. Penularan terjadi lewat udara.

Gambar spora Ustilaginoidea virens (Sumber: Agridr, 2016)


3. Faktor yang Mempengaruhi
Penyakit lebih banyak terdapat pada kondisi lembab, banyak hujan,
mendung pada masa pembungaan, dan tanaman yang dipupuk N dengan
dosis tinggi.
4. Rekomendasi
Penyakit noda palsu/ hangus palsu biasanya sampai saat ini bukanlah
penyakit yang penting karena luas dan intensitas serangannya yang rendah
sehingga belum perlu dilakukan tindakan pengendalian. Namun jika ingin

mencegahnya bisa dilakukan dengan pengurangan penggunaan urea dan


penggunaan sistem tanam jajar legowo..

IV.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penyakit utama yang ditemukan pada tanaman padi yaitu hawar daun
bakteri /penyakit kresek dan penyakit hangus palsu.
2. Gejala penyakit hawar daun berupa bercak nekrosis di tepi daun yang
disebabkan oleh Xantomonas oryzae, faktor yang mempengaruhi salah
satunya yaitu kelembaban dan kemasaman tanah, cara pengendalian salah
satunya menggunakan tanaman varietas tahan.
3. Gejala penyakit hangus palsu berupa butir padi yang berubah menggumpal
oleh spora yang disebabkan oleh Ustilaginoidea virens, faktor yang
mempengaruhi salah satunya yaitu kelembaban udara, cara pengendalian
salah satunya menggunakan tanaman varietas tahan.

DAFTAR PUSTAKA

Prayitno, H. 2014. Informasi Teknologi Pertanian: Penyakit Kresek pada


Tanaman Padi. Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan,
Bulungan.
Sudir, B. Nuryanto, dan Triny S. Kadir. 2012. Epidemiologi, Patotipe, dan
Strategi Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi, Subang, Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai