Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Disadari atau tidak, penggunaan bahasa akan berubah sesuai dengan kebutuhan
penuturnya. Sebagai contoh, bahasa yang digunakan saat seseorang berpidato atau
berceramah dalam sebuah seminar akan berbeda dengan bahasa yang digunakannya saat
mengobrol atau bercengkrama dengan keluarganya. Bahasa itu akan berubah lagi saat ia
menawar atau membeli sayuran di pasar. Kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya ini
disebut ragam bahasa. Dalam penggunaan bahasa (Indonesia) dikenal berbagai macam
ragam bahasa dengan pembagiannya masing-masing, seperti ragam formal-semi formalnonformal; ujarantulisan; jurnalistik; iklan; populer dan ilmiah. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia(2001) dijelaskan bahwa ilmiah adalah bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan;
memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa karya tulis ilmiah adalah karya tulis yang bersifat keilmuan. Sifat keilmuan ini terlihat
pula dalam penggunaan bahasanya. Ragam bahasa yang digunakan dalam sebuah karya tulis
ilmiah adalah ragam bahasa ilmiah.Ragam bahasa ilmiah merupakan bahasa dalam dunia
pendidikan. Karena penutur ragam bahasa ini adalah orang yang berpendidikan, bahasa yang
digunakan adalah bahasa yang dipelajari di sekolah/institusi pendidikan. Ragam bahasa ini
dikenal pula dengan istilah ragam bahasa baku/standar.
Menurut Hasan Alwi dkk. (2003: 1314), ragam bahasa ini memiliki dua ciri,

yaitu kemantapan dinamis dan kecendikiawan. Kemantapan dinamis berarti aturan dalam
ragam bahasa ini telah berlaku dengan mantap, tetapi bahasa ini tetap terbuka terhadap
perubahan (terutama dalam kosakata danistilah). Ciri kecendikiawan terlihat dalam penataan
penggunaan bahasa secara teratur, logis, dan masuk akal. Ragam bahasa ini bersifat kaku dan
terikat pada aturan-aturan bahasa yang berlaku. Sebagai bahasa baku, terdapat standar
tertentu yang harus dipenuhi dalam penggunaan ragam bahasa ilmiah. Standar tersebut
meliputi penggunaan tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia baku. Tata bahasa Indonesia
yang baku meliputi penggunaan kata, kalimat, dan paragraf yang sesuai dengan kaidah baku.
Kaidah tata bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan
aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia. Sementara itu, kaidah ejaan
bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.
Sesuai dengan ragam bahasanya, aturan-aturan ini mengikat penggunaan bahasa dalam karya
tulis ilmiah.

Karya tulis ilmiah terbagi menjadi enam jenis, yaitu skripsi, tesis, disertasi (tugas akhir
dalam pendidikan tinggi); laporan penelitian; makalah seminar; artikel ilmiah; makalah; dan
laporan eksekutif. Pembahasan karya tulis ilmiah dalam tulisan ini akan difokuskan pada
artikel ilmiah. Pemilihan ini dilakukan dengan dasar pemikiran artikel ilmiah yang dimuat
dalam jurnal/ majalah ilmiah merupakan salah satu bentuk karya tulis ilmiah yang sudah
dipublikasikan.

1.2 Rumusan Masalah


Penggunaan bahasa ilmiah diikuti dengan tuntutan mengikuti kaidah tata bahasa dan
ejaan bahasa Indonesia yang baku. Namun, ada pula penulis artikel ilmiah yang
menggunakan susunan kalimat kurang baku Ada dua rumusan masalah yang akan dibahas
dalam tulisan ini. Rumusan masalah tersebut adalah bagaimana Kaidah penulisan huruf dan
tanda baca dalam karangan ilmiah?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah mendeskripsikan kaidah penulisan huruf dan tanda baca
dalam karangan ilmiah.

1.4 Metode
Analisis kaidah penulisan huruf dan tanda baca dalam karangan ilmiah pada tulisan ini
dilakukan dengan analisis pustaka. Sebagai alat bantu untuk mendeskripsikan bahasa ilmiah,
digunakan kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan oleh
Pusat Bahasa Indonesia, yaitu Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Etika dan Kode Etik Penulisan Karya Ilmiah

Etika dan kode etik yang lazim ditumbuhbudayakan dalam penulisan karya ilmiah
harus diikuti. Hak cipta dan paten dari segi hukum harus diikuti dan difahami dengan baik.
Penulis harus memahami etika penulisan karya ilmiah secara baik. Kode etik adalah normanorma yang telah diterima dan diakui oleh masyarakat dan citivitas akademik perlu
diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah. Norma ini berkaitan dengan pengutipan,
perujukan, perijinan terhadap bahan yang digunakan, dan penyebutan sumber data ataupun
informan.

2.2 Bahasa dan Tanda Baca


Bahasa tulisan dapat dimengerti dengan baik bila kalimat-kalimat yang telah ditulis
sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Tandabaca berperan penting
dalam bahasa tulisan. Tanda baca yang tidak lengkap dapatmenyebabkan isi tulisan sulit
dimengerti. Oleh karena itu dalam bab ini dibahas aturan-aturan penulisan tanda baca, katakata serta judul-judul yang menjadimateri dalam tulisan tersebut.

1. Penulisan Tanda Baca

Tanda baca titik (.), titik dua (:), titik koma (;), tanda seru (!), persen (%), dan

tanda tanya (?) diketik rapat dengan huruf yang mendahuluinya.

Tidak Baku
Sampel dipilih secara acak .
Jumlahnya sekitar 10 %
Adapun asumsi-asumsi yang digunakan adalah :

Baku
Sampel dipilih secara acak.
Jumlahnya sekitar 10%.

Adapun asumsi-asumsi yang digunakan adalah:

Tidak ada spasi (jarak) antara kata di dalam kurung dengan tanda kurungdan tanda kutip.

Tidak Baku
Kelima kelompok sepadan .
Kesalahan ( error ) dapat diabaikan.

Baku
Kelima kelompok sepadan.
Kesalahan (error) dapat diabaikan.
Tanda sama dengan (=), lebih besar (>), lebih kecil(<), tambah (+), kurang (-), kali (x),
dan bagi (:) diketik dengan spasi satu ketukan sebelum dan sesudahnya.

Tidak Baku
P=0,01

S:T=Y

A>B

C<G

A+B=C

Bentuk Baku
P = 0,01

S:T=Y

A>B

C<G

A+B=C
Jika dalam penulisan persamaan dengan menggunakan wordprocessor seperti Microsoft
Office, maka persamaan-persamaan diketik dengan equation editor yang secara otomatis
sudah memberikan jarak yang cukup untuk tanda sama dengan, lebih kecil, lebih besar,
tambah, kurang, kali dan bagi. Konsistensi dalam penggunaan simbol sangat penting
dipertahankan dalam penulisan.Bila symbol ditulis dengan huruf miring maka penjelasan
dalam teksnya juga harus ditulis dengan huruf miring.Berikut ini diberikan contoh hasil
persamaan yang ditulis dengan equation editor dalam Microsoft Office.

A+ B = C
x = a2 + c
D > 4 b2 4abc

2. Penulisan Kata

Penulisan kata dapat dikelompokkan atas kata dasar, kata turunan, kata ulang, kata
gabungan, kata depan, partikel, dan kata ganti.

3. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis satu kesatuan.


Contoh:
Buku ini buku baru
Kelas itu penuh sesak
Siswa sedang makan nasi

4. Kata Turunan

Kata turunan adalah kata dasar yang telah berubah karena mendapatkan imbuhan baik
itu awalan, sisipan, dan akhiran.Kata dasar tersebut telah dirangkai dengan imbuhan-imbuhan
itu.Dari contoh-contoh ini diharapkan dapat mengingat kembali aturan- turan yang berlaku
dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
berkembang biak
melipatgandakan
memberitahukan

berwisata
belajar
beri tahukan
merindukan
pascasarjana
dasawarsa
dwiwarna

5. Kata Ulang

Bentuk kata ulang harus ditulis lengkap dengan kata hubung. Contoh: pura-pura, matamata, hura-hura, mondar-mandir, sayur-mayur, undang undang, kupu-kupu, lauk-pauk.

6. Kata Depan

Kata depan, di, ke, dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Contoh:
Ibu pergi ke Bandung
Paman datang dari Bali
Kakak tiba di Singapura

7. Kata Ganti

Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata-kata yang mengikutinya. ku, mu
dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh: Bukuku dan bukumu tertinggal di meja perpustakaan. Apa pun yang kaumiliki tidak
dapat dipinjam.

8. Partikel

Partikel lah, kah, tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Marilah kita berangkat ke kampus.
Siapkah yang menang dalam pertandingan nanti?

Partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya kecuali untuk kata-kata
yang telah dianggap terpadu benar seperti meskipun, adapun, kendatipun, maupun,
sungguhpun, andaipun, biarpun, bagaimanapun, dan kalaupun.
Contoh: Dia pun mengetahui sindikat tersebut.
Mobil-mobil besar pun diijinkan melewati jalan ini.

9. Penulisan Judul

Penulisan judul yang umum digunakan dalam penulisan karya ilmiah sangat penting
untuk diuraikan di sini. Dengan demikian keseragaman dalam tulisan karya ilmiah yang
diatur dengan panduan ini dapat diperoleh. Judul Bagian dan Sampul Depan Laporan Judul
Bagian ditulis dengan gaya penulisan semua huruf kapital. Bila terdiri atas beberapa baris,
maka baris pertama paling panjang dan baris berikutnya lebih pendek serta ditulis dengan
gaya di tengah-tengah.
Contoh:
PENGEMBANGAN MESIN PENDINGIN HEMAT ENERGI
STUDI TEKNO EKONOMI DALAM PERANCANGAN MESIN

Judul Bab
Judul bab ditulis dengan gaya penulisan huruf pertama kapital kecuali partikelatau kata
depan.
Contoh:
Bab III
Prosedur Optimasi dan Formulasi
Bab I
Pendahuluan
Bab IV
Pengujian dan Analisis

Judul Subbab
Judul bab juga ditulis dengan gaya penulisan huruf pertama kapital kecuali partikel atau kata
depan.
Contoh:
Subbab pada Bab II
2.2 Ulasan Singkat Penelitian Terdahulu
2.3 Prinsip Dasar
Subbab pada Bab III
3.3 Metode Optimasi dan Parameter Studi
3.4 Penurunan Formulasi dan Pemrograman
10. Penyingkatan Kata

Tulis penuh semua singkatan seperti: dan lain lain, dan sebagainya, dan seterusnya
(bukan ditulis dengan cara ini: dll., dsb., dst.). Penyingkatan suatu istilah dapat diberlakukan,
bila memang istilah tersebut panjang dan terlalu sering muncul dalam teks.Untuk
penyingkatan ini, kepanjangan istilah tersebut harus dimuculkan pertama kali ketika istilah
tersebut pertama kalinya disebutkan dalam teks.

11. Penggunaan dan Penulisan Istilah Asing

Sesuai dengan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, istilahistilah


keilmuwan ataupun teknik yang telah dibakukan sebaiknya digunakan dengan benar. Istilahistilah asing yang sudah punya pandaan dalam bahasa Indonesia, sebaiknya penggunaan
istilah Indonesia yang diutamakan.

2.3 Penggunaan Huruf


Ejaan bahasa Indonesia menggunakan aksara Latin, yang terdiri dari 26 huruf. Setiap
huruf digunakan untuk melambangkan satu bunyi atau satu fonem, kecuali gabungan
huruf kh, ng, ny, dan sy yang juga digunakan untuk melambangkan satu bunyi, serta
huruf e yang digunakan untuk melambangkan dua buah bunyi. Sementara huruf qdan x hanya
digunakan pada kata serapan tertentu.
Secara ortografi[1], kita kenal adanya empat macam huruf, yaitu (1) huruf kapital, (2)
huruf biasa atau huruf kecil, (3) huruf miring, dan (4) huruf tebal (bold, fat).

2.3.1 Penggunaan Huruf Kapital


Huruf kapital atau sering juga disebut huruf besar digunakan pada :
(a) huruf pertama kata awal kalimat. Misalnya,

Pada satu proses


Apa maksudnya ?

10

Kita tidak tahu maksudnya

(b) huruf pertama pada kata pertama pada petikan langsung atau kalimat langsung,

Hakim bertanya, Nama Saudara siapa ?


Poltak berseru, "Diam kau!"
Petugas polantas berkata, " Tolong tunjukkan SIM dan STNK!"

(c) huruf pertama kata atau ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, nama kitab

suci, nama agama, termasuk kata gantinya. Misalnya :


Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih; Quran, Weda, Islam, Kristen, Katolik.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau ridhoi.
Mohon ampunlah kepada-Nya.
(d) huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama diri.

Misalnya :
Mahaputera Yamin; Sultan Hasanudin; Haji Agus Salim; Imam Syafi'i; Nabi
Muhammad.

Namun, kalau tidak diikuti nama diri, huruf kapital itu tidak digunakan. Misalnya,
Tahun ini ia pergi naik haji.
Beliau baru dinobatkan jadi sultan.
Banyak orang mengaku nabi pada awal abad ke-21 ini.

(e) huruf pertama unsur nama jabatan dan nama pangkat yang diikuti nama diri, atau yang

digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya :
Wakil Presiden Budiono.

11

Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian.


Gubernur DKI Jaya.
Profesor Doktor Bejo Suyanto.

Namun, kalau tidak diikuti nama diri, nama jabatan, nama orang, nama instansi atau nama
tempat, huruf kapital itu tidak dipakai. Misalnya :
Siapa gubernur yang baru dilantik itu.
Beberapa orang jenderal hadir di situ.
Kemarin Letnan Jenderal Ahmad dilantik menjadi jenderal.

(f) huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contohnya :

Halim Perdana Kusuma.


Wage Rudolf Supratman.
Helvy Tiara Rosa.

Namun, kalau nama orang itu digunakan sebagai nama benda, nama jenis, dan nama ukuran,
maka huruf kapital tidak digunakan. Contohnya :
mesin diesel
10 volt
5 ampere

(g) huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa. Contohnya :

bangsa Indonesia
suku Batak

12

bahasa Inggris
Namun, kalau nama bangsa, nama suku bangsa dan nama bahasa itu digunakan sebagai bentuk
dasar sebuah kata turunan, huruf kapital itu tidak digunakan. Contohnya :
mengindonesiakan kata asing
agak kejawa-jawaan
wanita yang kebelanda-belandaan

(h) huruf pertama nama tahun, nama bulan, nama hari, nama hari raya, dan nama peristiwa

sejarah. Contohnya :
tahun Hijriah
bulan Agustus
hari Jumat
hari Natal
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

(i) huruf pertama nama geografi. Contohnya :

- Asia Tenggara

- Bukit Barisan

- Gorontalo

- Danau Limboto

- Gunung Salak

- Selat Sunda

- Teluk Jakarta

- Kali Brantas

Namun, pada istilah geografi


kapital tidak digunakan. Contohnya :

yang

bukan

merupakan

nama

diri,

huruf

berlayar ke teluk

13

mandi di kali
menyeberangi selat
menuju arah utara

Pada nama geografi yang dipakai sebagai nama jenis, huruf kapital juga tidak digunakan.
Contohnya :
- garam inggris

- gulajawa

- salak bali

- dodol garut

- sate madura

- pisang ambon

(j) huruf pertama unsur-unsur nama negara, nama lembaga pemerintahan, dan nama

dokumen resmi; kecuali kata seperti, dan, atau, ataupun kepada. Contoh :
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Departeman Pendidikan Nasional
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57, Tahun 1972

Namun, simak contoh berikut !


menurut undang-undang yang berlaku
menjadi sebuah negara republik
beberapa badan hukum

(k) huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga

pemerintahan, dan dokumen resmi. Contoh :

14

Undang-Undang Dasar 1945


Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial

(1) huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan;

kecuali kata di, ke, dan, yang untuk; yang tidak terletak pada posisi awal. Contohnya :
Bukunya berjudul Membongkar Gurita Cikeas
Dia agen surat kabar Media Indonesia
Bacalah majalah Tempo minggu lalu

(m) huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Contohnya :

Dr. doktor
M.A. master of art
Prof. profesor
Tn. tuan
Sdr. saudara

(n) huruf pertama kata perkerabatan seperti bapak, ibu, kakak, saudara, dan adik yang dipakai
sebagai kata ganti, kata sapaan, atau kata sebutan (pengacuan). Contoh :
"Kapan Bapak berangkat ?" tanya Hasan
Adik bertanya, "Itu apa, Bu ?"
"Silakan duduk, Kak " kata Adi

15

Besok Paman akan datang

Namun, bila kata perkerabatan dipakai sebagai istilah perkerabatan, huruf kapital tidak
digunakan.
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita
Semua kakak dan adik saya sudah menikah

(o) huruf pertama kata ganti Anda. Contoh :


Apakah Anda sudah berkeluarga ?
Surat Anda sudah kami terima

2.3.2 Penggunaan Huruf Kecil


Huruf kecil digunakan pada tempat yang tidak menggunakan huruf kapital.

2.3.3 Penggunaan Huruf Miring


Huruf miring digunakan untuk :

(a) menuliskan nama buku, nama majalah, dan nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

Contoh :
Bukunya berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang
Setiap pagi dia membaca koran Kompas
Majalah Bahasa dan Sastra terbitan Pusat Bahasa
(b)

menuliskan istilah ilmiah, dan kata atau ungkapan asing yang ejaannya belum
disesuaikan. Contoh :

16

Nama ilmiah nyamuk penyebab deman berdarah adalah aedes agypti


Politik devide et empera pernah merajalela di negara kita
Bailout pada Bank Century menjadi topik pembicaraan di DPR

(c) menuliskan kata-kata yang dianggap belum baku. Contoh :

Beliau memang nggak tahu


Keadaan semakin semrawut
Di sini kamu jangan berlaku neko-neko

(d) menuliskan kata atau huruf yang dianggap penting dalam sebuah teks. Contoh :

Buatlah kalimat dengan kata apalagi dan kata lagi pula


Dalam bab ini tidak dibicarakan penulisan huruf kapital
Dia bukan menipu, melainkan ditipu

2.3.4 Penggunaan Huruf Tebal (bold, fat)


Penggunaan huruf tebal belum atau tidak diatur dalam pedoman EYD (ejaan yang
disempurnakan); tetapi tampaknya huruf tebal digunakan pada kata-kata yang dianggap
penting. Dalam tulisan tangan atau ketikan manual kata-kata yang akan dicetak tebal diberi
dua garis bawah.

2.4

Penggunaan Tanda Baca

Dalam bahasa tulis, tanda baca ini sangat penting karena dengan adanya tanda baca itu
kita akan terbantu untuk dapat memahami suatu tulisan. Dalam sistem ejaan dikenal adanya
tanda baca titik (.), koma (,), titik koma (;), titik dua (:), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda

17

petik ("......"), tanda hubung (-), tanda pisah (), tanda kurung ([......]), tanda garis miring (/),
dan tanda penyingkat ('). Bagaimana menggunakan tanda baca itu, dijelaskan di bawah.

2.4.1

Penggunaan Tanda Titik ( . )

(a) Tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Misalnya :
Ayahku mantan anggota DPR.
KPK menahan Anggodo Widjoyo kemarin.
Partai koalisi mulai retak.

(b) Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
Misalnya :
pukul 3.15.10 (pukul 3 lewat 15 menit 20 detik)
(c) Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan

jangka waktu.
Misalnya :
5.35.20 jam (5 jam, 35 menit, 20 detik)
0.25.30 jam (25 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)

(d) Tanda titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.

Misalnya :
Penduduk di desa itu ada 25.325 orang

18

Harganya Rp 4.850.000, Gempa di sana menelan 1.274 jiwa tewas

(e) Tanda titik tidak digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang

tidak menunjukkan jumlah.


Misalnya :
Dia lahir tahun 1951 di Surabaya
Nomor teleponnya adalah 8657712
Nomor pendaftarannya adalah 2657718

(f) Tanda titik tidak digunakan pada akhir judul berita, judul karangan, judul tabel, dan

sebagainya.
Misalnya :
Tabrakan Beruntun di Jalan Tol
Habis Gelap Terbitlah Terang
Masalah Kawin Siri-di Indonesia

(g) Tanda titik tidak digunakan di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat; dan (2)

nama dan alamat penerima surat.


Misalnya :
Jalan Taman Malaka Utara 5 Jakarta Timur
25 Februari 2010

2.4.2

Penggunaan Tanda Koma ( , )

19

Tanda baca koma ( , ) digunakan dengan aturan sebagai berikut :


(a) digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

Misalnya :
Yang hadir anggota fraksi Golkar, fraksi PDIP, fraksi PKS, dan fraksi Demokrasi
Yang salah jawaban nomor 8, 9, 12, 13, dan 15

(b) digunakan untuk memisahkan bagian kalimat setara yang satu dari bagian kalimat setara

lainnya yang didahului oleh konjungsi seperti tetapi dan melainkan.


Misalnya :
Saya ingin hadir, tetapi tidak diundang
Yang menyusahkan rakyat bukan hanya penjahat, melainkan juga pejabat

(c) digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat bila anak kalimat itu

mendahului induk kalimat.


Misalnya :
Karena sakit, dia tidak jadi datang
Kalau diundang, saya tentu datang

Catatan :
Kalau anak kalimat berada di belakang induk kalimat, maka tanda koma itu tidak
digunakan.
Misalnya :
Dia tidak jadi datang karena sakit
Saya tentu datang kalau diundang

20

(d) digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antar-kalimat yang terdapat pada

awal kalimat sepertijadi, oleh karena itu, akan tetapi, maka dan sebagainya.
Misalnya
Jadi, utangmu semua menjadi 10 juta rupiah
Oleh karena itu, kita harus selalu waspada
Akan tetapi, saya masih akan mencoba lagi tahun depan

(e) digunakan di belakang kata seruan seperti oh, nah, aduh, ya, alangkah, dan kasihan di

dalam sebuah kalimat.


Misalnya :
Oh, begitu ?
Wah, bukan main besarnya!
Hati-hati, ya, nanti jatuh

(f) digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

Misalnya :
Kata ibu, "Saya senang sekali."
"Saya gembira sekali", kata bapak, "karena terpilih jadi anggota DPR."

(g) digunakan di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk

membedakannya dari singkatan nama diri, nama keluarga atau marga.


Misalnya :
Dr. Ahmad Dimyati, S.H

21

Ny. Komala Sari, MA.


Abdul Aziz, M. Hum.

(h) digunakan di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan

dengan angka.
Misalnya :
12,5 Cm
Rp 1.255,25

(i) digunakan untuk mengapit keterangan tambahan (aposisi) yang sifatnya tidak membatasi.

Misalnya :

Ruhut Sitompul, anggota pansus dari partai Demokrat, sering membuat ulah
Sukarno, presiden pertama RI, dimakamkan di Blitar
Banyak anggota DPR, dari fraksi mana pun, disinyalir sering bolos dari sidang

(j) dapat digunakan untuk menghindari salah baca dan salah paham di belakang keterangan

yang terdapat pada awal kalimat.


Misalnya :
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang sungguhsungguh
Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan banyak terima kasih
Menurut keterangan bapak, Iskandar adalah anggota DPRD yang baru dilantik

22

(k) tidak digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringnya

dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya :
"Saudara bekerja di mana?" tanya ayah
"Ayo kita serang !" teriaknya keras-keras

2.4.3

Penggunaan Tanda Koma ( ; )

Tanda titik koma dapat digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara.
Misalnya :
Malam semakin larut; pekerjaan belum selesai juga; aku jadi bingung
Ayah membaca koran di ruang tamu; ibu sibuk di dapur; adik mengerjakan PR; saya
sendiri asyik menonton televisi

Catatan :
Jika kita lihat contoh di atas, sebenarnya tanda titik koma itu bisa diganti dengan tanda koma.
2.4.4

Penggunaan Tanda Titik Dua ( : )


Tanda titik dua dapat digunakan :

(a)

pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya :

Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari
Hanya ada dua pilihan bagi pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati

Namun, bila rangkaian kata itu merupakan pelengkap (objek) yang mengakhiri pernyataan,
tanda titik dua itu tidak perlu digunakan.

23

Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari


Fakultas ini memiliki jurusan pendidikan anak terbelakang dan anak usia dini

(b) sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.


Misalnya :
Ketua

: Abdul Aziz

Sekretaris

: Ny. Sarbini

Bendahara

: Ny. Waluyo

Tempat sidang

: Gedung A, ruang 208

dst.

24

BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Tanda baca titik (.), titik dua (:), titik koma (;), tanda seru (!), persen (%), dan tanda tanya (?)
diketik rapat dengan huruf yang mendahuluinya.
2. Ejaan bahasa Indonesia menggunakan aksara Latin, yang terdiri dari 26 huruf. Setiap huruf
digunakan untuk melambangkan satu bunyi atau satu fonem, kecuali gabungan huruf kh, ng,
ny, dan sy yang juga digunakan untuk melambangkan satu bunyi, serta huruf e yang
digunakan untuk melambangkan dua buah bunyi. Sementara huruf qdan x hanya digunakan
pada kata serapan tertentu.

25

3. Dalam sistem ejaan dikenal adanya tanda baca titik (.), koma (,), titik koma (;), titik dua (:),
tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda petik ("......"), tanda hubung (-), tanda pisah (), tanda
kurung ([......]), tanda garis miring (/), dan tanda penyingkat (').
4.

Tanda baca mempunyai banyak jenis dan tipenya yang masing-masing mempunyai

fungsi yang tidak sama. Fungsi tanda baca secara umum adalah untuk menjaga keefektifan
komunikasi, berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan , dan juga
intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar
bahasa, lokasi, waktu, dan terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya
spesifik yang karenanya tergantung pada pilihan penulis. Setiap tanda baca mempunyai
aturan penggunaan dan fungsinya sendiri yang tidak dapat diganggu gugat. Penggunaan yang
salah akan menyebabkan kericuhan dan mengganggu kelancaran komunikasi.

3.5 Saran
Dalam menuliskan karangan ilmiah perlu memerhatikan kaidah penulisan karangan
ilmiah, terutama kaidah penulisan huruf dan tanda baca yang sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan.

26

27

Anda mungkin juga menyukai