Disusun oleh :
Yoga Yunarto
(1203030009)
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK ELEKTRO S1
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini kami laksanakan sebagai salah satu tugas yang di berikan oleh dosen unntuk
melengkapi nilai dari matakulia technopreneurship. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
penulisan Makalah ini tidak mungkin selesai tanpa adanya dukungan dari beberapa pihak yang
terus membantu hingga Makalah ini dapat terselesaikan.
Atas bantuan tersebut penulis ucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada semua pihak
yang telah mendoakan. Penulis juga menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan
demi kesempurnaan laporan yang penulis buat ini.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak. Dan semoga Allah swt selalu menyertai dan
meridloi-Nyadalam upaya turut ikut serta mencerdaskan kehidupan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ekonomi Islam atau Ekonomi berbasis Syariah adalah sebuah sistem ekonomi yang memiliki
tujuan utama untuk kesejahteraan umat. Sistem ekonomi syariah berpedoman penuh pada AlQuran dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi
prosedur transaksinya sepenuhnya untuk kemaslahatan masyarakat, sehingga tidak ada satu
pihak yang merasa dirugikan. Kesejahteraan masyarakat dalam Ekonomi Islam tidak hanya
diukur dari aspek materilnya, namun mempertimbangkan dampak sosial, mental dan spiritual
individu serta dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan.
Negara kita Indonesia tidak membatasi warga negaranya untuk berwirausaha, justru sangat
mendukung berkembangnya entrepreneur dengan kebijakan pemerintah yang membuka
peminjaman skala mikro atau makro pada bank-bank milik BUMN.
Dalam islam, berdagang atau bisnis atau wirausaha sangat dianjurkan, karena nabi kita pun
seorang wirausahawan. Ada suatu nilai yang terkandung dalam islam terkait wirausaha, yakni
jujur dan amanah serta berbisnislah yang wajar dan tidak melampaui batas. Islam sendiri
menganjurkan umatnya untuk menjadi kaya. Maka dari itu dengan berwirausaha menurut
risalah nabi muhammad SAW berarti kita mencintai suri tauladan kita.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai metode
penetuan harga pada akad transaksi murabahah yang dilaksanakan pada bisnis syariah.
Penelitian ini berjudul Ekonomi Islam Dan Wirausaha Islami
B.
Masalah
Dalam karya tulis ini kami akan berusaha membahas pendeskripsian sedetail mungkin
mengenai Ekonomi Islam itu sendiri serta bagaimana hal tersebut dapat digunakan sebagai
salah satu peraturan keuangan negara. Begitu pula dengan berbagai akibat dari penggunaan
Sistem Ekonomi Islam pada lembaga keuangan tersebut serta bagaimana solusi yang harus
dilakukan demi membasmi hal ini dan mencegah terjadi krisis lagi.
B.2. Perumusan Masalah
1. Apakah konsep ekonomi kerakyatan yang diusung dalam periode-periode sebelumnya akan
mampu membangun ekonomi atas dasar prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan
yang adil dan beradab ?
2. bagaimana dan mengapa layanan ekonomi syariah begitu marak bermunculan di Indonesia ?
3. Apakah ekonomi neoklasik atau konvensional begitu dominan kedudukannya baik secara
akademis maupun dari segi pembentukan kebijakan negara sehingga menggeser perhatian
utama dari ekonomi syariah ?
4. Apakah sistem politik ekonomi Indonesia itu sesuai dengan konsep dasar ekonomi dalam
perspektif Islam ?
5.
6.
7.
8.
9.
BAB II
2.1. LANDASAN TEORI
Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, antara lain disebutkan bahwa pemerintahan
negara dibentuk untuk memajukan kesejahteraan umum. Banyak ukuran yang dapat
digunakan untuk mengukur kesejahteraan umum. Lapangan kerja merupakan salah satu ukuran
utama yang dapat dan perlu dimanfaatkan. Lapangan kerja produktif yang mencukupi
merupakan sarana utama bagi masyarakat untuk memperoleh pendapatan dengan halal.
Lapangan kerja menyangkut harga diri, dan pengangguran yang berkepanjangan akan berarti
hilangnya harga diri selain dari menurunnya tingkat hidup bagi yang bersangkutan. Oleh karena
itu pengangguran haruslah dihapuskan utamanya dengan mengambil kebijakan negara yang
tepat dalam memperluas lapangan kerja produktif.
Ditinjau dari segi penghapusan pengangguran maka dapatlah disampaikan bahwa pembangunan
perekonomian Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari keberhasilan. Sebaliknya
semakin meningkatnya pengangguran walaupun telah dicapai berbagai kemajuan di bidang
pertumbuhan ekonomi dan ukuran-ukuran yang sejalan dengan pertumbuhan. Hal demikian
terlihat dari pengalaman selama pelaksanaan pembangunan dalam Pembangunan Jangka
Panjang Pertama (PJP I).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup tinggi khususnya ekspor non-migas. Nilai keseluruhan
ekspor ekspor non migas meningkat menjadi sekitar 43 kali, yaitu dari US$ 872 juta pada tahun
1968 diperkirakan menjadi US$ 37,2 miliar pada tahun 1993/94. Peningkatan pesat ini terutama
berasal dari ekspor nonmigas yang meningkat menjadi sekitar 50 kali, yakni dari US$ 569 juta
pada tahun 1968 diperkirakan menjadi US$ 28,2 miliar pada tahun 1993/94, dan peranannya
mencapai 75,8 % dari nilai seluruh ekspor.
Namun pada saat bersamaan pengangguran juga meningkat. Pada tahun 1980, pengangguran
terbuka berjumlah hanya 891 ribu orang atau 1,7 % dari angkatan kerja. Pada tahun 1990
jumlah pengangguran meningkat menjadi 2.365 ribu orang atau meningkat dengan 10.3 % pertahun. Pada tahun 1995, pengangguran terbuka meningkat lagi menjadi 3,2 % dari angkatan
kerja atau 6.304 ribu orang atau 21,7% setiap tahun. Pada tahun 2000 ke atas, keadaan
cenderung bertambah suram. Menurut perhitungan Bappenas, sebagaimana yang dimuat di
Harian Kompas tanggal 5 September 2006, pertambahan angkatan kerja tahun 2000 adalah 0,94
juta orang, tahun 2001 berjumlah 3,18 juta, tahun 2002 berjumlah 1,97 juta, tahun 2003
berjumlah 1,85 juta, tahun 2004 berjumlah 1,34 juta, tahun 2005 berjumlah 1,83 juta orang.
Rata-rata per-tahun tambahan orang yang membutuhkan pekerjaan adalah 1,85 juta orang.
Perlu diperhatikan angka pengangguran menyangkut jumlah manusia, angka riil bukan ukuran
uang yaitu pendapatan atau konsumsi yang diukur dengan uang, seperti halnya ukuran
kemiskinan yang bisa naik turun dengan naik turunnya inflasi dan jumlah dana yang disalurkan
untuk mengatasi kemiskinan absolut. Bagaimanapun kemiskinan cenderung meningkat dengan
semakin meningkatnya pengangguran. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa langkahlangkah yang diambil oleh pemerintahan negara selama ini telah gagal meningkatkan
kesejahteraan bagi seluruh rakyat.
Dalam laporan ini kemampuan untuk menolong diri sendiri dan sesama sangat diperlukan.
Kemampuan semacam ini baru dapat diberikan oleh mereka yang memiliki daya inisiatif,
kreatif, berpikir positif, inovatif, bermental disiplin, konsisten, pantang menyerah, dan selalu
bergairah. Orang seperti ini sangat dibutuhkan dalam kehidupan yang memiliki jiwa
wiraswasta.
Menurut INPRES No 4 tahun 1995, kewirausahaan adalah semangat perilaku dan kemampuan
seseorang dalam menangani kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan,
menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi.
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A.
Ekonomi
Ekonomi islam adalah usaha-usaha yang bertujuan menciptakan kesejahteraan manusia melalui
alokasi dan distribusi sumber-sumber daya yang langka sesuai dengan maqhasid, tanpa
mengekang kebebasan individu secara berlebihan, menimbulkan ketidak seimbangan makro
ekonomi dan ekologi, atau melemahkan keluarga dan solidaritas sosial dan jalinan moral dari
masyarakat.
Maqashid syariah adalah tujuan dari ekonomi islam. Yaitu memiliki tujuan mewujudkan
kemaslahantan manusia, yang terletak pada perlindungan terhadap agama, jiwa, akal,
keturunan, dan kekayaan. Maqashid berbeda dengan ekonomi konvensional, yaitu dalam
maqashid sangaan bedampak signifikan pada keimanan yaitu dampak pada hakikat, kuantitas
dan kualitas kebutuhan material dan non-material manusia beserta cara-cara pemuasannya.
Maqashid juga beerfungsi sebagai filter-filter yang mengkontrol self-interest dalam batas social
interest. Filter ini menyerang pusat masalah dalam ekonomi konvensional yaitu iklim yang
tidak terbatas terhadap sumbeer daya (unlimited wants) dengan cara mengubah perilaku
manusia aga selaras dengan tujuan-tujuan yang normatif.
a. Imam Asy Syalibi membagi maqashid ke dalam 3 bagian, yaitu :
1. Dhahuriat adalah landasan kesejahteraan manusia di dunia dan akhirat terletak pada
pemeliharaan lima unsur pokok kehidupan manusia. Pengabaian terhadap maqashid dhahuriat
ini akan menimbulkan kerusakan di muka bumi dan hukuman di akhirat kelak. Dhahuriat
adalah dasar pokok bagi dhahuriat yang lain. Artinya kerusakan pada dhahuriat menyebabkan
kerusakan pada maqadish hajiat dan tahsiniat.
bumi ini yang berkewajiban mengelola sumber daya alam. ( Hud : 61 ). Karekter ini merupakan
derivasi dari karakter umat islam sebagai "Ummatan Wasathan"(umat moderat).
A.1. Karakteristik Ekonomi Islam
a) Hubungan Milik dalam Islam menurut Sadr memiliki dua konsep kepemilikan yakni
kepemilikan pribadi dan kolektif. Kepemilikan Kolektif dibagi lagi menjadi dua sub yakni
kepemilikan publik dan negara. Kpemilikan pribadi terbatas pada hak memetik hasil, prioritas,
dan hak menghentikan orang lain terhadap penggunaan kepemilikan. Perbedaan kepemilikan
publk dan negara terletak pada penggunaan. Sadr menyandarkan hampir seluruh
kepercayaannya pada kepemilkan negara karena itu ia menempatkan otoritas lebih besar kepada
otoritas negara.
b) Peranan Negara dalam pengalokasian sumber daya dan kesejahteraan publik. Negara
mempunyai kekuasaan sehingga mempunyai tanggungjawab yang besar untuk menciptakan
keadilan. Hal ini dapat dilihat pada fungsi negara sebgai berikut: distribusi sumberdaya alam
kepada individu yang didasarkan pada keinginan dan kepastian untuk bekerja. pelaksanaan
yang tepat sesuai dengan konstitusi yang sah pada penggunaan sumber daya memastikan
keseimbangan sosial. Pada akhirnya kekuasaan yang dimiliki negara dipercaya untuk
meciptakan kedinamisan yang sesuai menurut situasi zaman yang ada. Sadr memandang bahwa
mujtahidun adalah sebuah negara. Maksudnya tiap negara memiliki ahli hukum atau memiliki
beberapa dewan penasehat.
c) Larangan riba dan pelaksanaan zakat menurut sadr terbatas pada uang modal. Dan zakat
merupakan tugas Negara untuk mengurangi kemiskinan dan menciptakan keseimbangan sosial.
adalah terciptanya keseimbangan sosial dengan tidak mengarah pada keseimbangan standar
hidup antara miskin dan kaya.
bahwa semua sumberdaya yang merupakan amanah dari Allah harus digunakan untuk
merefleksikan tujuan syariah antara lain yaitu; pemenuhan kebutuhan (needfullfillment),
menghargai sumber pendapatan (recpectable source of earning), distribusi pendapatan dan
kesejah-teraan yang merata (equitable distribution of income and wealth) serta stabilitas dan
pertumbuhan (growth and stability).
Keunggulan Ekonomi Syariah Sistem ekonomi syariah sangat berbeda dengan ekonomi
kapitalis, sosialis maupun komunis. Ekonomi syariah bukan pula berada ditengah-tengah ketiga
sistem ekonomi itu. Sangat bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih bersifat individual,
sosialis yang memberikan hampir semua tanggungjawab kepada warganya serta komunis yang
ekstrim, ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan
tidak boleh di transaksikan.
Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat,
memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha. Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al Qur'an,
dan hanya prinsip-prinsip yang mendasar saja. Karena alasan-alasan yang sangat tepat, Al
Qur'an dan Sunnah banyak sekali membahas tentang bagaimana seharusnya kaum Muslim
berprilaku sebagai produsen, konsumen dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem
ekonomi. Sebagaimana diungkapkan dalam pembahasan diatas, ekonomi dalam Islam harus
mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.
Kesatuan (unity)
2.
Keseimbangan (equilibrium)
3.
4.
Tanggungjawab (responsibility)
Manusia sebagai wakil (khalifah) Tuhan di dunia tidak mungkin bersifat individualistik, karena
semua (kekayaan) yang ada di bumi adalah milik Allah semata, dan manusia adalah
kepercayaannya di bumi. Didalam menjalankan kegiatan ekonominya, Islam sangat
mengharamkan kegiatan riba, yang dari segi bahasa berarti "kelebihan". Dalam Al Qur'an surat
Al Baqarah ayat 275 disebutkan bahwa Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Sistem Ekonomi Islam Ekonomi islam diibaratkan sebagai bangunan yang
utuh, jadi memiliki tiang yang kokoh untuk menyang dan atap untuk berteduh. Tiang dari
Ekonomi Islam Multiple ownership, islam mengakui jenis-jenis kepemilikan yang berharga.
Dalam kapitalis menghargai kepemilikan individu, sedang dalam sosialis diakui kepemilikan
bersama. Freedom to act, dalam ekonomi islam setiam manusia memiliki kebebasan untuk
bertindak. Bukan dilarang asal sesuai dengan kerangka-kerangka ajaran Islam.
Sosial justice, dalam islam meski harta yang kita dapat adalah usaha kita, namun itu juga ada
unsur orang lain di dalamnya oleh karenanya islam memerintahkan kita untuk malakukan zakat.
Atap Ekonomi Islam Akhlak dalam ekonomi islam dianalogikan dengan etika dalam
beraktivitas ekonomi. Dengan akhlak manusia menjalankan aktivitasnya tidak akan sampai
merugikan orang lain dan tetap menjaga sesuai syariat.
A.3. Sistem Ekonomi Islam
Sistem ekonomi Islam hadir jauh lebih dahulu dari system ekonomi Sosialis/komunis dan
sistem ekonomi Kapitalis, yaitu pada abad ke 6, sedangkan kapitalis abad 17, dan sosialis abad
18.
Dalam sistem ekonomi Islam, yang ditekankan adalah terciptanya pemerataan distribusi
pendapatan, seperti tercantum dalam Q.S. Al-Hasyr ayat 7 : Apa saja harta rampasan (fai-i)
yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota
maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya
saja di antara kamu.
e. Prinsip Ekonomi Islam
Menurut Yusuf Qardhawi (2004), ilmu ekonomi Islam memiliki tiga prinsip dasar yaitu tauhid,
akhlak, dan keseimbangan. Karasteristik Ekonomi Islam bersumber pada Islam itu sendiri yang
meliputi tiga asas pokok. Ketiganya secara asasi dan bersama mengatur teori ekonomi dalam
Islam, yaitu asas akidah, akhlak, dan asas hukum (muamalah).
B. Wirausaha Islami
Sebetulnya kenapa penulis menjadikan wirausaha yang islami sebagai judul, itu karena
mengingat globalisasi yang masiv sehingga dikhawatirkan umat islam dalam menjalankan
bisnis menghalalkan segala cara untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya dan telah lupa
dan kehilangan sebuah landasan untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul nya.
Wirausaha yang islami bukan harus selalu bisnis yang berkaitan dengan obyek dalam islam,
misal kopiah, sajadah, peralatan sholat dll. Melainkan wirausaha yang islami adalah proses
bisnis atau usaha yang didasari nilai keislaman dan selalu mengingat perintah dan larangannya.
B.1. Pengertian Wirausaha Islami
Wirausaha berasal dari kata "wira" dan "usaha", yang berarti usaha sendiri. Wirausaha adalah
kegiatan yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok orang dengan melihat peluang yang
ada, kemudian membuka usaha dalam bidang produksi atau distribusi barang ekonomi atau
jasa, memelihara dan membesarkannya dengan mencurahkan pikiran, waktu dan tenaganya
dengan maksud untuk memperoleh keuntungan.
B.2. Wirausaha dalam sejarah Islam
Nabi Muhammad SAW sudah berbisnis kecil-kecilan pada usia kurang dari 12 tahun (jauh
sebelum menjadi Rasul) dengan cara membeli barang dari suatu pasar dan kemudian
menjualnya kepada orang lain dengan maksud memperoleh keuntungan.
Aktivitas bisnis tersebut dilakukan dengan maksud untuk meringankan beban pamannya Abu
Thalib. Dalam usahanya tersebut, beliau bersama dengan pamannya Abu Thalib juga pernah
melakukan pejalanan dagang ke Syiria.
Bisnis nabi Muhammad SAW terus berkembang sampai kemudian Khadijah menawarkan
kemitraan bisnis dengan sistem profit sharing.
Selama bermitra dengan Khadijah, nabi Muhammad SAW telah melakukan pejalanan ke pusat
bisnis di Habasyah (Ethopia), Syria dan Jorash. Setelah menikah dengan Khadijah, usaha
dagangnya tetap berjalan dengan bertindak sebagai manajer sekaligus mitra usaha istrinya.
Kegiatan wirausaha pada jaman nabi terus mengalami perkembangan karena para sahabat dan
orang-orang shaleh pada waktu itu termotivasi dengan adanya ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits
yang memerintahkan untuk berusaha.
3. Landasan Syari
a) "Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah
karunia Allah, dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung". (Q.S Al
Jumuah, 62:10)
b) "Sungguh seandainya salah seorang di antara kalian mengambil beberapa utas tali, kemudian
pergi ke gunung kemudian kembali memikul seikat kayu bakar dan menjualnya, kemudian
dengan hasil itu Allah mencukupkan kebutuhan hidupmu, itu lebih baik daripada memintaminta kepada sesama manusia, baik mereka memberi maupun tidak" (H.R. Bukhari).
c) "Pedagang yang jujur lagi terpercaya adalah bersama-sama nabi, orang-orang shadiqin, dan
para syuhada" (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
d) "Perhatikan olehmu sekalian, sesungguhnya perdagangan itu di dunia ini adalah sembilan
dari sepuluh pintu rezeki" (H.R. Ahmad).
e) Pernah suatu saat Rasulullah ditanya oleh para sahabat, "Pekerjaan apa yang paling baik ya
Rasulullah " maka Rasulullah menjawab, "Seorang yang bekerja dengan tangannya sendiri dan
setiap jual beli yang bersih" (H.R. Al-Bazzar)
vertikal maupun horisontal, membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam sistem
Islam.
2. Keseimbangan (Equilibrium/Adil)
Islam sangat mengajurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis, dan melarang berbuat curang
atau berlaku dzalim. Rasulullah diutus Allah untuk membangun keadilan. Kecelakaan besar
bagi orang yang berbuat curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang
lain meminta untuk dipenuhi, sementara kalau menakar atau menimbang untuk orang selalu
dikurangi.
Kecurangan dalam berbisnis pertanda kehancuran bisnis tersebut, karena kunci keberhasilan
bisnis adalah kepercayaan.
Al-Quran memerintahkan kepada kaum muslimin untuk menimbang dan mengukur dengan
cara yang benar dan jangan sampai melakukan kecurangan dalam bentuk pengurangan takaran
dan timbangan.
Laporkan iklan?
Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang
benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya, (Q.S. al-Isra: 35).
Dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan untuk berbuat adil,tak
terkecuali pada pihak yang tidak disukai. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat AlMaidah ayat 8 yang artinya: Hai orang-orang beriman,hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah SWT,menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-sekali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil.Berlaku adillah karena adil lebih dekat dengan takwa.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://fadhilwahyudi.multiply.com/journal/item/44/MUTIARA_KEGIATAN_WIRAUSAHA_
MENURUT_ISLAM
http://insaniaku.files.wordpress.com/2009/03/4-islam-dan-mental-kewirausahaan-subur.pdf
http://islamkuno.com/2008/02/01/pemberdayaan-masyarakat-dan-kewirausahaan/
http://www.scribd.com/doc/4933265/PENGELOLAAN-KEWIRAUSAHAAN
http://www.waspada.co.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=10450
http://ekonomiislamindonesia.blogspot.com/2012/08/membangun-ekonomi-syariah-diindonesia.html
http://repository.unhas.ac.idbitstreamhandle1234567891265BAB%20I.pdfsequence=2
http://sulaimanbrbs.blogspot.com/2012/07/proposal-kewirausahaanislam.htmlhttp://sulaimanbrbs.blogspot.com/2012/07/proposal-kewirausahaan-islam.html
http://turofiana.blogspot.co.id/2013/02/ekonomi-islam-dan-wirausaha-islami_4467.html
(https://www.islampos.com/inilah-5-ketentuan-etika-bisnis-dalam-islam-109003/ )