Anda di halaman 1dari 16

Abstrak

Sistem urogenitalis adalah sistem tentang urologi dan alat genital dalam traktus urogenitalis
baik laki-laki maupun wanita. Didalam tubuh kita terdapat sepasang ginjal yang berfungsi
untuk reabsorbsi, sekresi, dan ekskresi darah dalam tubuh kita. Hasil ekskresi yang akan
dikeluarkan dari tubuh kita adalah urin melalui ureter, vesika urinaria, dan uretra. Didalam
vesika urinaria terdapat otot-otot polos dan epitel-epitel yang akan mengatur proses
pengeluaran urin yang diatur dari sistem syaraf pusat kita. proses pengeluaran urin ini kita
sebut mikturisi. Proses mikturisi ini melibatkan kerja otot-otot sfingter pada vesika urinaria
dan uretra serta refleks berkemih dari pusat syaraf kita. bila vesika urinaria sudah penuh
maka akan ada implus syaraf yang akan meregang otot sfingter uretra internus dan eksternus
yang nantinya urin dalam vesika urinaria akan keluar melalui orifisium uretra eksterna.
Proses mikturisi ini dapat mengalami gangguan yang menyebabkan urin keluar disaat yang
tidak tepat. Biasanya hal ini dapat terjadi karena banyak faktor salah satunya adalah karena
faktor jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita yang dapat menggangu proses miksi.
Gangguan ini biasanya disebut dengan inkontenensia urin.
Kata kunci: urogenitalis, urin, mikturisi, vesika urinaria, uretra, ureter, ginjal.
Abstract
Urogenital system is the system of urological and genital apparatus in the urogenital tract of
both men and women. There is a pair in our body functioning kidney for reabsorption,
secretion, and excretion of blood in our body. Excretion results that will be removed from our
body is urine through the ureters, bladder, and urethra. Contained within the bladder smooth
muscle and epithelial-epithelial processes that will regulate urine output set of our central
nervous system. The urine output process we call micturition. Micturition process involves
working the muscles of the sphincter at the bladder and urethra and micturition reflex of our
nerve center. when the bladder is full it will be a nerve implus that will stretch the muscle and
the external urethral sphincter internus which will be urine in the bladder out through the
external urethral orifice. This process can micturition disorder that causes urine out when
that is not right. Usually this can happen due to many factors one of which is because of the
number of children born to a woman who can disturb the process of micturition. This
disorder is usually called inkontenensia urine.
Keywords: urogenital, urine, micturition, bladder, urethra, ureter, kidney.

Pendahuluan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap
zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Proses metabolisme di dalam tubuh
merupakan suatu proses kimia untuk berbagai keperluan tubuh. Salah satu produk dari proses
tersebut adalah dihasilkannya zat-zat sisa yang akan dikeluarkan melalui alat ekskresi yaitu
sistem urinaria. Sistem urinaria atau sistem kemih berperan dalam homeostatis dengan
membantu mengatur komposisi elektrolit serta pH lingkungan internal dengan mengeliminasi
produk-produk sisa metabolisme. Alat-alat dalam traktus sistem urinaria manusia terdiri dari
ginjal (ren), ureter, vesika urinaria dan urethra. Ginjal berperan penting dalam
mempertahankan homeostatis atau keseimbangan cairan didalam tubuh kita.
Makroskopis Saluran Kemih
Sistem kemih atau sistem urinaria yang ada pada manusia melibatkan beberapa organ,
yaitu ginjal, ureter, vesika urinaria atau kandung kemih, dan uretra. Dalam proses berkemih
akan terjadi sebuah keadaan dimana urin yang ada di dalam tubuh kita ditampung sementara
sebelum dikeluarkan keluar tubuh. Tempat penampungan urin sementara inilah yang disebut
dengan vesika urinaria atau kandung kemih. Apabila pada vesika urinaria ini mengalami
gangguan, seperti pada sfingternya, maka kemih yang seharusnya tertahan sementara didalam
vesika urinaria akan lebih cepat keluar dibandingkan dengan keadaan yang normal.

Alat-alat Kemih1,2
Alat-alat kemih dalam pelvis terdiri dari kedua ureter yang mengantar urin dari ren,
vesica urinaria yang mengumpulkan urin, urethra yang menyalurkan urin ke luar.1
Ureter melintas lewat tepi pelvis (tepi apertura pelvis superior), ventral terhadap pangkal
arteria iliaca externa. Masing-masing ureter melintas ke arah dorsokaudal pada dindingdinding pelvis lateral, di luar peritoneum parietale dan ventral terhadap arteria iliaca interna.
Kemudian masing-masing ureter membelok ke arah ventromedial, kranial, dari musculus
levator ani dan memasuki vesica urinaria.

Pada orang dewasa vesika urinaria merupakan organ pelvis. Letaknya dibelakang
pubis dan di bagian superior dilapisi peritoneum. Fungsinya sebagai penampung urin dan
kapasitasnya sekitar 500 ml. Struktur vesika urinaria berbentuk piramid. Dan dari situ
terdapat suatu korda fibrosa, yaitu urakus, yang berjalan ke atas menuju umbilikus menjadi
ligamentum umbilikale media. Basis vesika urinaria bebentuk segitiga. Pada pria, vesikula
seminalis terletak dipermukaan posterior luar vesika urinaria dan dipisahkan oleh vas
deferens. Sedangkan pada wanita, diantara vesika urinaria dengan rectum ada vagina. Leher
vesika urinaria menyatu dengan prostat pada pria sedangkan pada wanita langsung melekat
pada fascia pelvis.Fascia pelvis menebal membentuk ligamentum puboprostatikum (pria) dan
ligamentum pubovesicale (wanita) untuk menahan leher vesika urinaria pada tempatnya.

Gambar 1. Vesica urinari pada laki-laki dan perempuan.3


Vesica urinaria merupakan kantong berotot yang dapat mengempis, terletak
dibelakang simfisis pubis. Fungsi vesica urinaria:4,5

Sebagai tempat penyimpanan urine

mendorong urine keluar dari tubuh.

1. Apex vesika urinaria


Apex atau puncak vesika urinaria terletak tepat di belakang tepi atas symphisis ossis
pubis. Semasa janin, apex dihubungkan ke umbilikcus oleh urachus (sisa kantong
allantois). Setelah lahir, urachus menutup dan berubah menjadi lig. Umbilicalis
medialis. Apex ditutupi oleh peritoneum dan berbatasan langsung dengan ileum dan
colon sigmodeum.
2. Dasar vesika urinaria

Dasar vesika urinaria dibentuk oleh permukaan dorsal dan berbentuk segitiga. Pada
sudut laterosuperior dextra dan sinistra dapat dijumpai muara ureter, sedangkan pada
sudut inferior dapat dijumpai orificium urethrae internum.
3. Dinding vesika urinaria
Dinding vesika urinaria terdiri dari 1 dinding superior dan 2 dinding lateroinferior.
Dinding lateroinfrior berhubungan dengan m. obturator internus di sebelah cranial dan
m. levator ani di sebelah distal. Pertemuan kedua dinding lateroinferior di caudah
disebut dengan cervix vesicae.
4. Collum vesica urinaria
Collum vesica urinaria pada laki-laki berbatasan dengan permukaan atas gl. Psostata.
Collum vesica urinaria difiksasi oleh lig. puboprostatica pada laki-laki atau lig.
pubovesicale pada wanita.
Perdarahan dan Persarafan Vesica Urinaria
Berasal dari arteri iliaca eksterna, a.iliaca interna, dan a.vesicalis yang akan memasok
darah ke bagian ureter dalam pelvis. Arteri-arteri yang pada wanita paling konstan
menyalurkan darah ke bagian ureter ini dimana merupakan cabang dari a.uterina. Persyarafan
vesika urinaria yaitu saraf motoris menuju m. Detrusor berasal dari serabut parasimpatis
eferen dari S2-4. serabut dari sumber yang sama membawa serabut inhibitor ke sfingter
interna sehingga miksi menjadi terkoordinasi. Sebaliknya serabut eferen simpatis
menghambat detrusor dan menstimulasi sfingter.1,2
Pendarahan4
1. Arteriae vesicales superior
Aa. Vesicales superior merupakan cabang dari a. umbilicalis bagian proximal.
Sedangkan a. umbilicalis bagian distal akan melanjut sebagai lig. imbilicalis laterlis.
Aa. Vesicales superior mendarahi fundus dan akhirnya beranastomosis dengan a.
epigastrica inferior.
2. Arteriae vesicales inferior
Aa. Vesicales inferior mendarahi bagian caudal dan lateral permukaan depan vesica
urinaria, serta glandula prostata.
3. Arteria vesiculodeferntialis
A. vesiculodeferntialis merupakan cabang dari A. iliaca interna dan mendarahi 1/3
permukaan posterior vesica urinaria, glandula vesiculosa, dan ductus deferentialis.
Pada wanita, a. vesiculodeferntialis disebut a. uterine dan mendarahi ovarium dan
vagina.

Pembuluh balik4
Aliran pembuluh darah balik dari vesica urinaria bermuara ke plexus venosus vesicales
yang berhubungan dengan plexus venosus prostaticus, dan kemudian darah dialirkan ke
v.illiaca interna. Sedangkan aliran getah bening bermuara ke nnll. Illiaca interna dan nnll.
Illiaca externa.

Uretra merupakan organ yang berfungsi menyelurkan urine ke bagian luar. Fungsi
uretra pada wanita berbeda dengan yang terdapat pada laki-laki. Pada laki-laki, uretra
digunakan sebagai tempat pengaliran urine dan sistem reproduksi, berukuran panjang 13,716,2 cm, dan terdiri dari tiga bagian: yaitu prostat, selaput (membran) dan bagian yang
berongga (ruang). Pada wanita panjang 3,7-6,2 cm dan hanya berfungsi sebagai tempat
penyaluran urine kebagian luar tubuh.3

Ureter4
Saluran ginjal (ureter) berbentuk seperti pipa yang sedikit memipih, dengan diameter
4-7 mm. Panjangnya bervariasi, sekitar 30cm pada pria dan 29cm pada wanita. Lumen ureter
berbentuk celah sempit dan mempunyai penampilan seperti bintang karena lapisan
mukosanya terlipat secara longitudinal. Gerak peristaltik mendorong urine melalui ureter.
Kedua ureter menembus dinding kandung kemih sepanjang 2cm di dalam kandung kemih dan
berakhir pada suatu celah sempit yang disebut ostium ureter. Jika aliran urine terhalang, otototot ureter di atas tempat penyumbatan akan ceoat berhipertrofi. Selama proses kehamilan,
ureter dapat melebar dan memanjang. Ureter memiliki persarafan sensoris.
Uretra Pria6
Pada laki-laki uretra berjalan berkelok- kelok melalui tengah- tengah prostat
kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagian penis
panjangnya 20 cm. Ureter ada laki-laki terdiri dari :
1. Uretra Prostatica
2. Uretra Membranosa
3. Uretra Kavernosa
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan
sibmukosa.

Uretra pria mulai dari orifisium uretra interna didalam vesika urinaria sampai orifisium
uretra eksterna. Pada penis pajangnya 17,5-20 cm yang terdiri dari bagian-bagian berikut:
Uretra prospatika metupakan saluran terlebar, panjangnya 3 cm, berjalan hampir
vertikulum melalui glandula prostat, mulai dari basis sampai ke apeks dan lebih dekat
kepermukaan anterior.
Pada dinding posterior terdapat krista uretralis yang berbentuk kulit yang dibentuk oleh
penonjolan membran mukosa dan jaringan dibawahnya dengan panjang 15-17 cm tinggi 3
cm. Pada kiri dan kanan krista uretralis terdapat sinus prostatikus yang ditembus oleh
orifisium duktus prostatikus dari lobus lateralis glandula prostata dan duktus dari lobus
medial glandula prostata bermuara dibelakang krista urertalis.
Uretra Pras Membranasea ini merupakan saluran yang paling pendek dan paling
dangkal, berjalan mengarah kebawah dan kedepan diantara aspek glandula prostata dan
bulbus uretra.
Uretra Pars Kavernosus merupakan saluran panjang dari uretra dan terdapat didalam
korpus kavernosus uretra, panjangnya kira-kira 15 cm, mulai dari pars membranasea sampai
ke orifisium dari diafragma urogenitalis.
Uretra Wanita6
Uretra pada wanita, terletak dibelakang simfisis pubis berjalan miring sedikit kearah
atas, panjangnya 3 4 cm. Lapisan uretra wanita terdiri dari tunika muskularis (sebelah luar),
lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah
dalam). Muara uretra pada wanita terletak disebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina)
dan uretra disini hanya sebagai saluran ekskresi.5
Vesica urinaria

Lapisan otot polos dinding vesica urinaria serupa dengan lapisan otot di ureter, kecuali
ketebalannya. Dinding vesica urinaria terdiri atas mukosa, muskularis, dan serosa pada permukaan
superior vesica urinaria, permukaan inferior nya ditutupi oleh adventisia yang menyatu dengan
jaringan ikat struktur-struktur dekatnya.
Mukosa vesika yang kosong tampak berlipat-lipat, dilapisi oleh epitel transisional yang
membentuk lamina propia di bawahnya. Epitel transisional mengandung lebih banyak lapisan sel dan
lamina propria lebih lebar daripada yang di ureter. Jaringan ikat di dalamnya mengandung lebih
banyak serat elastin.
Muskularisnya tebal dan ketiga lapisan di bagian leher vesika urinaria tersusun dalam berkas
yang saling beranastomosis dengan jaringan ikat longgar di antaranya. Pada vesika kosong, sel-sel
superfisial epitel transisional berbentuk kuboid atau silindris rendah. Bila vesika penuh dan epitel
transisionalnya diregangkan, sel-selnya menjadi gepeng. Membran permukaan asidofilik sel-sel
superfisial tampak jelas. 7

Ureter6
Mukosa pembatas terdiri atas epitel transitional yang disokong lamina propria. Sel ini
bervariasi bentuk dari kuboid sampai gepeng (bila organ dalam keadaan direnggankan), dan
permukaanya tidak teratur disertai identasi (lekukan). Muskularis tebal dan terdiri atas berkas
sel otot polos yang dipisahkan berkas-berkas jaringan ikat: longitudinal (dalam), sirkular
(tengah), longitudinal (luar).

Uretra5
Panjang uretra pria antara 15-20 cm, dibagi dalam 3 bagian: pars prostatika, pars
membranasea, pars spongiosa. Epitel pembatas pars prostatika ialah transitional, tetapi pada
baguan lain berubah menjadi epitel berlapis atau bertingkat silindris, dengan bercak-bercak
epitel berlapis gepeng. Ureter pada wanita jauh lebih pendek, hanya 4 cm. Muskularis terdiri
atas dua lapisan otot polos tersusun serupa dengan yang ada pada ureter, tetapi diperkuat
sfingter otot rangka pada muaranya.

Mekanisme Kerja Ginjal


Mekanisme Pembentukan Urin5,7,10
Filtrasi
Filtrasi darah terjadi di glomerulus, yaitu jaringan kapiler dengan struktur spesifik
dibuat untuk menahan komponen selular dan medium-molekular-protein besar ke dalam
sistem vaskuler, menekan cairan yang identik dengan plasma di elektrolitnya dan komposisi
air. Cairan ini disebut filtrate glomerular. Tumpukan glomerulus tersusun dari jaringan
kapiler. Di mamalia, arteri renal terkirim dari arteriol afferent dan melanjut sebagai arteriol
eferen yang meninggalkan glomerulus. Tumpukan glomerulus dibungkus didalam lapisan sel
epithelium yang disebut kapsula bowman. Area antara glomerulus dan kapsula bowman
disebut rongga bowman (bowman space) dan merupakan bagian yang mengumpulkan filtrat
glomerular, yang menyalurkan ke segmen pertama dari tubulus proksimal. Struktur kapiler
glomerular terdiri atas 3 lapisan yaitu : endothelium capiler, membran dasar, epitelium
visceral. Endothelium kapiler terdiri satu lapisan sel yang perpanjangan sitoplasmik yang
ditembus oleh jendela atau fenestrate.
Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air dan solute
menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah didalam kapiler dan tekanan
oncotik dari cairan di dalam bowman space merupakan kekuatan untuk proses filtrasi.
Normalnya tekanan oncotik di bowman space tidak ada karena molekul protein yang
medium-besar tidak tersaring. Rintangan untuk filtrasi (filtration barrier) bersifat selektif
permeabel. Normalnya komponen seluler dan protein plasma tetap didalam darah, sedangkan
air dan larutan akan bebas tersaring.
Pada umunya molekul dengan raidus 4nm atau lebih tidak tersaring, sebaliknya
molekul 2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasan. Bagaimanapun karakteristik juga
mempengaruhi kemampuan dari komponen darah untuk menyebrangi filtrasi. Selain itu
beban listirk (electric charged) dari setiap molekul juga mempengaruhi filtrasi. Kation
(positif) lebih mudah tersaring dari pada anion. Bahan-bahan kecil yang dapat terlarut dalam
plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan
urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus
berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak
mengandung protein.
8

Dari hasil filtrasi ini, filtrat glomerular kira-kira 180 liter per hari. Dari volume ini,
99% direabsorbsi oleh ginjal sedangkan 1% nya dikeluarkan sebagai urine yaitu sekitar1-2
liter perhari. Filtrasi pada ginjal ini diukur sebagai laju filtrasi glomerulus (glomerular
filtration rate, GFR). Besar GFR pada orang dewasa yaitu sekitar 125 ml per menit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi GFR antara lain:

Tekanan arteri, bila tekanan arteri meningkat, ini jelas meningkatkan tekanan di dalam
glomerulus, sehingga laju glomerulus meningkat, tetapi peningakatan filtrasi masih di

atur oleh autoregulasi untuk menjaga tekanan glomerulus yang meningkat drastic.
Efek kontriksi arteriol aferen, pada laju filtrasi glomerulus kontriksi arteriol aferen
menurunkan kecepatan aliran darah ke dalam glomerulus dan juga menurunkan

tekanan glomerulus, akibatnya terjadi penurunan terjadi penurunan glomerulus.


Efek kontriksi arteri eferen, kontriksi ateriol eferen meningkatan tahanan terhadap
aliran keluar dari glomerulus dan ini akan meningatkan laju glomerulus dan
filtrasinya, tetapi bila penyempitan arteri terlalu besar dan aliran darah sangat

terhalang maka laju filtrasi juga akan menurun.


Efek aliran darah glomerulus atau laju filtrasi glomerulus, bila arteiol eferen dan
eferen berkontraksi, maka jumlah darah yang mengalir ke glomerulus tiap menitnya
akan menurun. Kemudian karena cairan filtrasi dari glomerulus maka konsentrasi
protein plasma dan tekanan osmotic koloid plasma dalam glomerulus akan meningkat.
Sebaliknya ini akan melawan filtrasi, sehingga bila aliran darah glomerulus turun
secara bermakna di bawah normal, maka laju filtrasi mungkin menjadi tertekan secara
serius walaupun tekanan glomerulus tinggi.

Reabsorpsi
Reabsorbsi merupakan salah satu cara dari ginjal dalam mempertahankan air dan
elektrolit dalam tubuh. Pada ginjal, Tubulus kontortus proksimal mereabsorbsi 84-90% air
yang ada dalam filtrat, 80% natrium, sebagian besar kalium, bikarbonat, klorida,fosfat,
glukosa dan asam amino. Tubulus kontortus distal berperan dalam mengatur terhadap ion
natrium, kalium, bikarbonat, fosfat,serta hidrogen dan tubulus koligentes menghasilkan urin.
Selain itu, terdapat juga mekanisme lain yang dapat mencegah berkurangnya air dan
elektrolit yaitu melalui respon hormonal. Hormon ADH (Anti Deuretic Hormon) merupakan
salah satu contoh dari hormon yang mengatur kesetimbangan air dan elektrolit tubuh. ADH
ini merupakan hormon yang dihasilkan oleh oleh hipotalamus,disimpan, dan dikeluarkan oleh
9

kelenjar hipofisis sebagai respons terhadap perubahan dalam osmolaritas plasma. Bila asupan
air kurang atau air banyak yang hilang, maka ADH akan dikeluarkan sehingga permeabilitas
air meningkat dan mengakibatkan air direabsorbsi dan dikembalikan kedalam darah.
Sekresi
Sekresi tubulus melibatkan transportasi transepitel seperti yang dilakukan epitel
reabsorpsi tubulus, tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorpsi, sekresi
tubulus dapat aktif dan pasif.bahan yang paling penting disekresi adalah ion hidrogen dan ion
kalium, anion dan kation organik, serta senyawa-senyawa asing bagi tubuh.
Sekresi Ion Hidrogen
Sekresi H+ ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa
tubuh. Ion hidrogen dapat ditambahkan ke cairan filtrasi melalui proses sekresi di tubulus
proksimal, distal, dan koligens. Tingkat konsentrasi H+ bergantung pada keasaman tubuh.
Sekresi Ion Kalium
Ion kalium adalah zat yang secara selektif berpindah dengan arah berlawanan diberbagai
bagian tubulus; zat ini secara aktif direabsorpsi di tubulus proksimal dan secara aktif
disekresi di tubulus distal dan koligens. Sekresi ion kalium di tubulus distal dan pengumpul
digabungkan dengan reabsorpsi Na+ melalui pompa Na+-K+ basolateral yang berganung
energi. Pompa ini tidak saja memindahkan Na + ke luar ke ruangan lateral, tetapi juga
memindahkan K+ ke dalam sel tubulus. Konsentrasi K+ intrasel yang meningkat mendorong
difusi K+ dari sel ke dalam lumen tubulus. Perpindahan menembus membran luminal
berlangsung secara pasif melalui sejumlah besar saluran K+ di sawar tersebut. Dengan
menjaga konsentrasi K+ di cairan interstisium rendah, yaitu memindahkan K+ ke dalam sel
tubulus. Dari cairan interstium di sekitarnya, pompa basolateral mendorong difusi pasif K +
keluar dari plasma kapiler peritubulus ke dalam cairan interstisium. Kalium yang keluar
melalui cara ini kemudian dipompakan ke dalam sel, dan dari tempat ini kalium berdifusi ke
dalam lumen. Dengan cara ini, pompa basolateral secara aktif menginduksi sekresi netto K +
dari plasma kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus.

Pengaturan GFR (Glomerulus Filtration Rate) 8


Rata-rata GFR normal pada laki-laki sekitar 125 ml/menit. GFR pada wnita lebih
rendah dibandingkan pada pria.Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya GFR antara lain

10

ukuran anyaman kapiler, permiabilitas kapiler, tekanan hidrostatik, dan tekanan osmotik yang
terdapat di dalam atau diluar lumen kapiler. Proses terjadinya filtrasi tersebut dipengaruhi
oleh adanya berbagai tekanan sebagai berikut:
a. Tekanan kapiler pada glomerulus 50 mm HG
b. Tekanan pada capsula bowman 10 mmHG
c. Tekanan osmotic koloid plasma 25 mmHG.
Ketiga faktor diatas berperan penting dalam laju peningkatan filtrasi. Semakin tinggi
tekanan kapiler pada glomerulus semakin meningkat filtrasi dan sebaliknya semakin tinggi
tekanan pada capsula bowman.serta tekanan osmotic koloid plasma akan menyebabkan
semakin rendahnya filtrasi yang terjadi pada glomerulus.6
Autoregulasi Ginjal9
Perubahan arteri menyebabkan perubahan jelas dalam pengeluaran urin, tekanan ini
dapat berubah dari sekecil 75 mmHg sampai setinggi 160 mmHg. Hal ini menyebabkan
perubahan yang sangat kecil atas laju filtrasi glomerolus. Karena nefron memerlukan laju
filtrasi glomerolusyang optimum jika ia melakukan fungsinya. Laju filtrasi glomerolus lebih
besar / kecil 5 % dapat menyebabkan pengaruh yang besar yaitu kehilangan cairan yang
berlebihan kedalam urin. Ekskresi produk produk sisa yang diperlukan terlalu kecil.
Autoregulasi ginjal berupa:

Mekanisme umpan balik vasodilator dan vasokonstriktor arteriol aferen.


Mekanisme autoregulasi laju filtrasi glomerolus umpan balik tubuloglomerolus:
Mekanisme ini mungkin timbul seluruhnya atau hampir seluruhnya pada kompleks
justaglomerolus yang mempunyai sifat laju filtrasi glomerolus yang rendah
memungkinkan reabsorpsi klorida yang berlebihan didalam tubulus sehingga
menurunkan konsentrasi ion klorida, pada makula densa.8
Mekanisme Reapsorbsi Glukosa9
Glukosa, asam amino, dan bikarbonat direabsorpsi bersama-sama dengan Na + di
bagian awal tubulus proksimal. Mendekati akhir tubulus, Na + akan direabsorpsi bersama
dengan Cl-. Glukosa merupakan contoh zat yang direabsorpsi melalui transport aktif
sekunder.
Ambang ginjal untuk glukosa ialah kadarnya di plasma yang pertama kali
menyebabkan glukosa ditemukan di urin dalam jumlah melebihi jumlah kecil yang biasa
diekskresi. Ambang ginjal untuk glukosa adalah 180mg%.
Mekanisme reabsorpsi glukosa ini juga diatur oleh beberapa hormon, antara lain:
11

Aldosteron
Hormon ini berperan penting dalam mekanisme reabsorpsi glukosa dengan
meningkatkan reabsorpsi natrium pada tubulus distalis sehingga otomatis glukosa juga akan
ikut tereabsorpsi dan tidak ikut di ekskresikan ke dalam urine. Selain itu hormon ini juga
meningkatkan eksresi ion kalium. Pengeluaran hormon aldosteron ini dipengaruhi oleh
tubuloglomerular feedback, di mana nanti akan terbentuk Renin Angiotensin Aldosteron
System (RAAS) yang nantinya akan merangsang pengeluaran aldosteron.
Renin
Hormon

ini

merupakan

hormon

yang

dihasilkan

oleh

sel-sel

aparatus

juxtoglomerulus yang terletak di dinding arteriol afferen dan efferen. Hormon renin inilah
yang nanti akan aktif ketika kadar natrium rendah akibat dari rangsangan macula densa, yaitu
osmoreseptor yang berada di antara arteriol afferen dan efferen. Renin nanti akan merubah
angiotensinogen menjadi angiotensin I dan dengan bantuan Angiotensin Converting Enzyme
(ACE), mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II yang nantinya akan menaikkan
tekanan darah serta GFR. Hormon renin ini akan merangsang juga pengeluaran dari hormon
aldosteron.
Insulin
Hormon ini merupakan hormon yang menurunkan kadar gula darah. Hormon ini
dihasilkan oleh organ pankreas. Pada penderita diabetes, kadar hormon insulin rendah
sehingga kadar gula dalam darah meningkat, menyebabkan adanya kandungan glukosa dalam
urine.9
Mikturisi (berkemih)9
Mikturisi adalah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin.
Mikturisi melibatkan dua tahap utama:
Pertama, kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya
meningkat melampaui nilai ambang batas. Keadaan ini akan mencetuskan tahap kedua, yaitu
adanya reflek saraf (disebut reflex mikturisi) yang akan mengosongkan kandung kemih atau,
jika gagal, setidaknya akan menyebabkan keinginan berkemih yang disadari. Meskipun reflex
mikturisi adalah reflex medulla spinalis yang bersifat autonomi, reflex ini dapat dihambat
atau difasilitasi oleh pusat-pusat di korteks serebri atau batang otak.8
12

Peran Kandung Kemih9


Kandung kemih dapat menampung fluktuasi volume urin yang besar. Kandung kemih
terdiri dari otot polos yang dilapisi bagian dalamnya oleh suatu jenis epitel khusus. Otot polos
dan epitel ini secara aktif ikut serta dalam kempuan kadung kemih mengakomondasi
perubahan besar volume kandung kemih. Otot polos kandung kemih banyak mengadung serat
parasimpatis, yang stimulasinya menyebabkan kontraksi kandung kemih. Namun, pintu
keluar dari kandung kemih dijaga oleh suatu sfingter.
Peran Sfingter Uretra9
Sfingter adalah cincin otot polos yang ketika berkontraksi akan menutup saluran
melalui suatu lubang. Sfinger uretra internusnya terdiri dari otot polos yang di kendalikan
secara involunter. Di bagian bawah saluran keluar uretra dilingkari oleh satu lapisan otot
rangka, sfingter uretra eksternus. Sfingter ini diperkuat oleh diafragma pelvis. Neuron-neuron
motorik yang mempersyarafi sfingter eksternus dan diafragma pelvis terus-menerus
mengeluarkan sinyal dengan tingkat sedang kecuali jika mereka dihambat sehingga otot-otot
ini terus berkontraksi secara tonik untuk mencegah keluarnya urin dari uretra. Dalam keadaan
normal ketika kandung kemih melemas dan terisi, baik sfinger internus maupun eksternus
menutup agar urin tidak menetes. Selain itu karena sfinger eksternus dan diafragma pelvis
adalah otot rangka dan karenanya berada di bawah kontrol sadar maka orang dapat secara
sengaja mengontraksikan keduanya untuk mencegah pengeluaran urin meskipun kandung
kemih berkontraksi dan sfingter internus terbuka.
Refleks Berkemih9,12
Miksi atau berkemih, proses pengosongan kandung kemih, diatur oleh dua mekanisme
: reflex berkemih dan control volunteer. Reflex berkemih terpicu ketika reseptor regang di
dalam dinding kandung kemih terangsang. kandung kemih pada orang dewasa dapa
menampung hingga 200-400ml urin sebelum tegangann di dindingnya mulai cukup
meningkat untuk mengaktifkan reseptor regang. Semakin besar tegangan melebihi ukuran ini,
semakin besar tingkat pengaktifan reseptor. Serat-serat aferen dari reseptor regang membawa
implus ke medulla spinalis dan akhirnya, melalui antarneuron, merangsang saraf parasimpatis
untuk kandung kemih dan menghambat neuron motorik ke sfingter eksternus. Stimulasi saraf
parasimpatis kandung kemih menyebabkan organ ini berkontraksi. tidak ada mekanisme
khusus yang dibutuhkan untuk membuka sfingter internus.
13

Perubahan bentuk kandung kemih selama berkontraksi akan secara mekanis menarik
terbukanya sfingter internus. Secara bersamaan, sfingter eksternus melemas karena neuronneuron motorik dihambat. Kini kedua sfingter terbuka dan urin terdorong melalui uretra oleh
gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi kandung kemih. Reflex berkemih ini, yang seluruhnya
adalah reflex spinal, mengatur pengosongan kandung kemih oada bayi. Segera setelah
kandung kemih terisi cukup untuk memicu reflex, bayi secara otomatis berkemih.
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Urin10,13
1. Hormon
ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus
yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas
dan menurunkan cairan ekstrasel.
Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di
tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi
kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin.
Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi
merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan
pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi
ginjal.
2. Renin
Selain itu ginjal menghasilkan Renin; yang dihasilkan oleh sel-sel apparatus
jukstaglomerularis pada :
Konstriksi arteria renalis ( iskhemia ginjal )
Terdapat perdarahan ( iskhemia ginjal )
Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra )
Innervasi ginjal dihilangkan
3. Transplantasi ginjal ( iskhemia ginjal )
Sel aparatus juxtaglomerularis merupakan regangan yang apabila regangannya turun
akan mengeluarkan renin. Renin mengakibatkan hipertensi ginjal, sebab renin
mengakibatkan aktifnya angiotensinogen menjadi angiotensin I, yg oleh enzim lain diubah
menjadi angiotensin II; dan ini efeknya menaikkan tekanan darah.
4. Zat - zat diuretik
Banyak terdapat pada kopi, teh, alkohol. Akibatnya jika banyak mengkonsumsi zat
diuretik ini maka akan menghambat proses reabsorpsi, sehingga volume urin bertambah.
14

Komposisi Urin11,13
Urin mengandung sekitar 95% air. Komposisi lain dalam urin normal adalah bagian
padaat yang terkandung didalam air. Ini dapat dibedakan beradasarkan ukuran ataupun
kelektrolitanya, diantaranya adalah molekul organik : Memiliki sifat non elektrolit dimana
memiliki ukaran yang relatif besar, didalam urin terkandung : Urea CON2H4 atau
(NH2)2CO, Kreatin, Asam Urat C5H4N4O3, dan subtansi lainya seperti hormone. Ion :
Sodium (Na+), Potassium (K+), Chloride (Cl-), Magnesium (Mg2+, Calcium (Ca2+). Dalam
Jumlah Kecil : Ammonium (NH4+), Sulphates (SO42-), Phosphates (H2PO4-, HPO42-,
PO43-), warna : Normal urine berwarna kekuning-kuningan. Obat-obatan dapat mengubah
warna urine seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi
adanya penyakit.
Bau normal urine berbau aromatik yang memusingkan. Bau yang merupakan indikasi
adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu. Berat jenis : Adalah berat
atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu volume yang sama dari yang
lain seperti air yang disuling sebagai standar. Berat jenis air suling adalah 1,009 ml. Normal
berat jenis : 1010 1025. Kejernihan : Normal urine terang dan transparan. Urine dapat
menjadi keruh karena ada mukus atau pus. pH : Normal pH urine sedikit asam (4,5 - 7,5).
Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali
karena aktivitas bakteri.

Kesimpulan
Sistem urinaria pada manusia meliputi beberapa organ yaitu ginjal atau ren, ureter,
vesika urinaria atau kandung kemih, dan uretra. Pada kasus seorang perempuan yang susah
menahan kemihnya bisa disimpulkan bahwa otot sfingter yang ada sudah berkurang
elastisitasnya ditambah lagi dengan pasien tersebut memiliki banyak anak, keelastisitasannya
pun semakin berkurang, sehingga saat rasa ingin berkemih muncul sfingter uretra externa
tidak dapat berkontraksi secara maksimal, akibatnya kemih yang seharusnya bisa ditahan
menjadi tidak bisa ditahan lagi.

Daftar Pustaka
15

1. Moore KL, Agur AMR. Anatomi klinis dasar. Jakarta: EGC: 2002.h. 155.
2. Faiz O, Moffat H. At a Glance Anatomi. Jakarta: Erlangga; 2006.h.125-32.
3. Gambar diambil dari http://medicina-islamica-lg.blogspot.com/ , tanggal 27
September 2014.
4. Inggriani Y. Buku ajar traktus urogenitalis. Edisi 2. Jakarta: Bagian Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana; 2012.h.32-4.
5. Wibowo D. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo.h.89-90.
6. Carneiro J, Carlos L. Histologi Dasar. Jakarta: EGC;2005.h.223-8.
7. Gibson J. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Edisi 2. Jakarta: EGC;
2003.h. 178-9.
8. Tambayong J. Buku ajar histologi. Edisi 12. Jakarta; EGC; 2002. Hal 256-7
9. Carneiro J, Carlos L. Histologi Dasar. Jakarta: EGC;2005.h.223-8.
10. Wahab A S. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC; 2007. Hal 239-41
11. Sherwood L. Fisiologi manusia. Jakarta:EGC;2009. Hal 594-97.
12. Parker S. Sistem Urin. Dalam Ensiklopedia Tubuh Manusia. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2007.h.194-9.
13. Murray, Robert K. Biokimia harper. Jakarta: EGC; 2006.h.109-15.

16

Anda mungkin juga menyukai