2.
truncus coeliacus
A.hepatica communis
A.cystica
V mesentrica superior dan v lienalis
V.porta hepatis
A.hepatica propria
Ramus dextra
ramus
sinistra
Ramus dextra
Ramus sinistra
Page 1
Page 2
Di anatra dua sel hati disebut canaliculi biliaris dan menuju ke perifeer lobulus dijumpai ductus biliaris intra
lobular saluran Herring dengan dinding dibatasi sel hati dan saluran epitel selapis kubis.
Sintesis di hepar
Page 3
Metabolisme
karbohidrat
Glukosa
darah
dalam
masuk
hepatica
kemudian masuk
ke
Selanjutnya
glukosa
menjadi glikogen
(glikogenesis).
sel
hati.
diubah
Sebaliknya, jika tubuh kekurangan glukosa, maka glikogen akan segera diubah lagi menjadi glukosa
(glikogenolisis). Hal ini dapat terjadi di hati karena hati memiliki kedua enzim yang berperan dalam katabolisme
maupun anabolisme karbohidrat. Glukagon berperan merangsang proses glikogenolisis dan glukoneogenesis.
Insulin berperan untuk meningkatkan sintesis glikogen. Makanan yang banyak mengandung KH akan
merangsang sekresi insulin dan mencegah sekresi glukagon. Insulin berfungsi mempermudah dan mempercepat
masuknya glukosa ke dalam sel dengan meningkatkan afinitas molekul karier glukosa. Glukosa setelah berada
di dalam sel, oleh insulin akan disimpan atau disintesis menjadi glikogen baik di hati, otot, atau jaringan lain.
Glikogenesis
Glukosa setelah masuk ke dalam sel akan bergabung dengan gugus posfat radikal menjadi Glu-6-P (Posforilasi):
Posforilasi glukosa tersebut bersifat reversibel. Glu-6-P dapat langsung digunakan untuk sumber energi atau
disimpan dalam bentuk glikogen. Jika konsumsi karbohidrat berlebihan sehingga intake glukosa melimpah
sedangkan pembongkaran glukosa untuk sumber tenaga berkurang, maka glukosa akan diubah menjadi glikogen
(glikogenesis). Glikogenesis diregulasi oleh insulin. Pembentukan glikogen dapat terjadi di semua sel tubuh
terutama di hati dan otot (5-8 % dari seluruh sel). Selain itu, glukosa dapat dipecah menjadi asetil Ko-A
kemudian diubah menjadi lemak yang kemudian disimpan di dalam hati dan jaringan adiposa (lemak) terutama
di peritoneum.
Glikolisis
Glukosa di dalam sitoplasma akan dipecah secara enzimatis berantai menjadi asam piruvat dengan
menghasilkan 2 mol ATP. Proses ini disebut respirasi anaerob (glykolisis anaerob). Ada 2 (dua) jalur yaitu:
1. Jalur Embden Meyerhof
2. Heksosamonoposfat shunt
Asam piruvat selanjutnya akan mengalami beberapa kemungkinan diubah menjadi:
Page 4
Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan protein saling berkaitan 1
Metabolisme Lemak
Unsur lemak dalam makanan (dietary lipids) yang memiliki peranan penting dalam proses fisiologis adalah:
Trigliserida terusun atas asam lemak (free fatty acids, FFA) dan gliserol.
Kolesterol kebanyakan berasal dari kolesterol.
Asam lemak setelah diserap oleh sel mukosa usus halus dengan cara difusi, kemudian di dalam sel mukosa asam
lemak dan gliserol mengalami resintesis (bergabung lagi) menjadi trigliserida. Kolesterol juga mengalami
reesterifikasi menjadi ester kolesterol. Trigliserida dan ester kolesterol bersatu diselubungi oleh protein menjadi
kilomikron (chylomicron). Protein penyusun selubung kilomikron disebut apoprotein. Selubung protein
berfungsi mencegah antarmolekul lemak bersatu dan membentuk bulatan besar yang dapat mengganggu
sirkulasi darah.
Kilomikron keluar dari sel mukosa usus secara eksositosis (kebalikan dari pinositosis) kemudian
diangkut lewat sistem limfatik (ductus thoracicus cysterna chili) dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi
darah (vena subclavia). Kilomikron di dalam pembuluh darah dihidrolisis oleh enzim lipase endotel menjadi
menjadi asam lemak (FFA) dan gliserol. FFA dibebaskan dari kilomikron dan selanjutnya disimpan dalam
jaringan lemak (adipose tissue) atau jaringan perifer.
Kilomikron yang telah kehilangan asam lemak dengan demikian banyak mengandung kolesterol dan
tetap berada di dalam sirkulasi disebut chylomicron remnant (sisa kilomikron) dan akhirnya menuju ke hati yang
selanjutnya didegradasi di dalam lisosom. Sedangkan gliserol langsung diabsorpsi ke pembuluh darah porta
hepatica.
Metabolisme FFA
Page 5
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Bb6-Metabolisme.pdf
Fungsi hati sbg metabolisme lemak
Hati tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan katabolisis
asam lemak
a)
b)
c)
d)
Metabolisme protein
Beberapa asam amino diubah menjadi glukosa. Asam amino yang tidak dibutuhkan diubah menjadi urea dan
asam urat, yang dikeluarkan dari dalam sel hati ke dalam darah untuk diekskresi oleh ginjal.
Mekanisme transminasi
Transaminasi adalah proses perubahan asam amino menjadi jenis asam amino lain. Proses transaminasi
didahului oleh perubahan asam amino menjadi bentuk asam keto, secara skematik digambarkan sebagai berikut:
Alanin + -ketoglutarat piruvat + glutamat
Transaminasi terjadi pada berbagai jaringan. Selain itu, transaminasi juga terjadi di dalam sirkulasi darah akibat
adanya kerusakan pada jaringan karena proses patologik, sebagai contoh SGOT (serum glutamic-oxaloacetic
transaminase) yang meningkat akibat infark miokard (kerusakan otot jantung karena adanya sumbatan
pembuluh darah yang mensuplai kebutuhan otot jantung).
Fungsi hati sbg metabolisme protein
Page 6
Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi darah
Misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X
b) Protein plasma untuk mengangkut hormon tiroid,steroid,dan kolesterol dalam darah
Sekresi di hepar
Fungsi hati untuk sekresi
Sel-sel hepatosit sekresi empedu kanalikulus biiaris duktus biliaris duktus biliaris communis
duodenum.
Empedu akan disekresikan saat ingesti makanan. Empedu akan disimpan dan dipekatkan di
kandung empedu. Setelah disekresikan ke duodenum,garam empedu di reabsorbsi dan di daur ulang
Metabolisme bilirubin
FISIOLOGI PEMBENTUKAN BILIRUBIN
1.
Produksi :
Sebagian besar
bilirubin
terbentuk
sebagai
akibat
degradasi
hemoglobin
pada
sistem
retikuloendotelial.Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatos lebih tinggi daripada bayi yang
lebih tua.Satu gr hemoglobin dapat menghasilkan 35mg bilirubin indirek.Bilirubin indirek yaitu
bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo, yang bersifat tidak larut dalam air tetapi
2.
Page 7
ligandin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin.
Konjugasi :
Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukoronide walaupun ada
sebagian
kecil
dalam
bentuk
monoglukoronide.Glukoronide
transferase
merubah
bentuk
sinar.
Ekskresi :
Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi direk yang larut dalam air dan diekskresi dengan cepat ke
sistem empedu kemudian ke usus.Dalam usu bilirubin direk ini tidak diabsorbsi, sebagian kescil
bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan direabsorbsi.Siklus ini disebut siklus
enterohepatis.
Patogenesis ikterus
Ikterus terjadi karena hiperbilirubinemia yaitu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah sangat tinggi
yang disebabkan peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi atau peningkatan peningkatan bilirubin
terkonjugasi. Penyebab gangguan ikterus dapat timbul dari :
Over produksi
Peningkatan hemolisis darah menyebabkan peningkatan produksi bilirubin. Ikterus yang timbul sering
disebut ikterus hemolitik. Konjugasi dan transfer bilirubin berlangsung normal, tetapi suplai bilirubin
tak terkonjugasi melampaui kemampuan sel hati. Pada keadaan ini peningkatan terjadi pada bikilubin
tak terkonjugasi dalam plasma. Peningkatan bilirubin tak terkonjugasi di plasma sebagai usaha tubuh
untuk mengurangi kadar bilirubin indirek ke dalam hati, begitu pula ekskresi bilirubin oleh sel hati
meningkat. Hal ini mengakibatkan pembentukan urobilinogen meningkat.
Penyebab ikterus hemolitik : hemoglobin abnormal (cickle sel anemia), kelainan eritrosit (sferositosis
Gilbert.
Gangguan ekskresi bilirubin ke dalam empedu (disfungsi intrahepatik atau obstruksi mekanik
ekstrahepatik)
Gangguan ekskresi bilirubin terkonjugasi oleh hepatosit akan menimbulkan masuknya kembali
bilirubin terkonjugasi ke sirkulasi sistemik. Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik akan menimbulkan
hiperbilirubinemia terkonjugasi disertai bilirubinuria. Penyebab obstruksi : batu empedu, karsinoma
Page 8
Page 9
Epidemiologi hepatitis A
Wabah hepatitis tipe A sering terjadi dalam lingkungan sekitar yang dekat. Cara transmisi melalui fekal oral.
Spesimen tinja bersifat infeksius selama 2 minggu sebelum dan 2 minggu setelah gejala ikterus. Dalam
lingkungan yang padatdan sanitasi yang buruk. Penyakit ini paling seri ng bermanifestasi pada anak dan remaja
dengan angka tertinggi pada usia antara 5 dan 14 tahun. Ledakan epidemik hepatitis A yang mendadak biasanya
disebabkan oleh kontaminasi fekal pada suatu sumber air atau makanan. Contohnya, kasus konsumsi tiram
mentah atau kerang yang kurang di masak dengan benar dan berasal dari air yang tercemar. HAV tidak
ditularkan melalui penggunaan jarum suntik dan transfusi darah. Hepatitis virus A jarang terjadi melalui
trnasfusi darah karena stadium viremia infeksi terjadi selama fase prodormal dan mempunyai durasi yang
singkat, titer virus dalam darah rendah. Selain itu, transmisi melalui sekret nasofaring masih sedikit. Prevalensi
tertinggi berasal dari kelompok sosioekonomi rendah.
Patogenesis dan patofisiologi hepatitis A
Diawali dengan masuknya virus kedalam saluran pencernaan,kemudian masuk kealiran darah menuju hati(vena
porta) ,lalu menginvasi ke sel parenkim hati. Di sel parenkim hativirus mengalami replikasi yang menyebabkan
sel parenkim hati menjadi rusak. Setelah itu virus akan keluar dan menginvasi sel parenkim yang lain atau
masuk kedalam ductus biliarisyang akan dieksresikan bersama feses. Sel parenkim yang telah rusak akan
merangsang reaksi inflamasi yang ditandai dengan adanya agregasi makrofag, pembesaran sel kupfer yang akan
menekan ductus biliaris sehinnga aliran bilirubin direk terhambat, kemudian terjadi penurunan eksresi bilirubin
ke usus. Keadaan ini menimbulkan ketidakseimbangan antara uptake dan ekskresi bilirubin dari sel hati
sehingga bilirubin yang telah mengalami proses konjugasi (direk) akan terus menumpuk dalam sel hati yang
akan menyebabkan reflux (aliran kembali keatas) ke pembuluh darah sehingga akan bermanifestasi kuning pada
jaringan kulit terutama pada sklera kadang disertai rasa gatal dan air kencing seperti teh pekat akibat partikel
bilirubin direk berukuran kecil sehingga dapat masuk ke ginjal dan di eksresikan melalui urin. Akibat bilirubin
direk yang kurang dalam usus mengakibatkan gangguan dalam produksi asam empedu (produksi sedikit)
sehingga proses pencernaan lemak terganggu (lemak bertahan dalam lambung dengan waktu yang cukup lama)
yang menyebabkan regangan pada lambung sehingga merangsang saraf simpatis dan saraf parasimpatis
mengakibatkan teraktifasi nya pusat muntahyang berada di medula oblongata yang menyebabkan timbulnya
gejala mual, muntah danmenurun nya nafsu makan.(Kumar,Cotran,Robbins.
Edisi7.Jakarta:EGC,2007)
Page 10
b.
yang aktif. Pada fase ini terjadi transmisi atau penularan yang besar.
Fase prodromal atau pre-ikterik
Berlangsung selama beberapa hari s/d seminggu, fase ini simptomatik dengan gejala yang ditimbulkan yaitu
c.
kehilangan nafsu makan, pusing, nyeri perut, mual dan muntah, demam, diare, urin berwarna gelap,
Fase ikterik
Berlangsungnya jaundice karena bilirubin total melebihi 20-40 mg/l. Fase ikterik secara umum di mulai 10 hari
gejala awal. Demam seringkali timbul beberapa hari setelah jaundice. Viremia berakhir setelah timbul hepatitis,
d.
meskipun dalam feses masih bersifat infeksius selama 1-2 minggu. Manifestasi ekstrahepatik jarang terjadi.
Fase konvalesen
Fase ini merupakan fase penyembuhan. Relaps dapat terjadi pada 3-20% pasien pada 4-15 minggu setelah gejala
awal selesai. Hepatitis cholestatic dengan bilirubin yang tinggi dalam beberapa bulan juga sekali-sekali harus
diamati.
http://www.who.int/csr/disease/hepatitis/HepatitisA_whocdscsredc2000_7.pdf
Diagnosis dan Diagnosis Banding
ANAMNESIS
Sclera mata ikterik
Urin seperti air teh
Demam, mual, muntah
Ditempat tinggal menderita penyakit serupa
PEMERIKSAAN FISIK
Sclera mata ikterik
Nyeri hipokondrium kanan
Hepar teraba 3 cm dibawah arcus costae
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Virus marker
IgM anti-HAV dapat dideteksi selama fase akut dan 3-6 bulan setelahnya. Anti-HAV yang positif
tanpa IgM anti-HAV mengindikasikan infeksi lampau.
Pemeriksaan
Alkalin fosfatase
Untuk mengukur
Enzim yang dihasilkan di dalam hati,
Hasilnya menunjukkan
Penyumbatan saluran empedu,
Alanin Transaminase
: hepatitis
Page 11
(ALT)/SGPT
(hepatosit).
Aspartat
Transaminase
(AST)/SGOT
mengalami luka.
Bilirubin
Gamma glutamil
transpeptidase
(GGT)
penyakit pankreas.
Laktat
Dehidrogenase
(LDH)
Nukleotidase
Albumin
Kerusakan hati.
Fetoprotein
Sirosis bilier primer, penyakit
autoimun. Contoh : hepatitis
Antibodi untuk melawan
mitokondria. Antibodi ini adalah
Antibodi
mitokondria
Page 12
Protombin Time
Pemeriksaan
Alkalin fosfatase
Untuk mengukur
Enzim yang dihasilkan di dalam
Hasilnya menunjukkan
Penyumbatan saluran
beberapa kanker.
Alanin
Transaminase
Contohnya : hepatitis
(ALT)/SGPT
terluka (hepatosit).
Aspartat
otak.
Transaminase
(AST)/SGOT
Bilirubin
mengalami luka.
Gamma glutamil
transpeptidase
(GGT)
penyakit pankreas.
Laktat
Dehidrogenase
(LDH)
mengalami luka.
Obstruksi saluran empedu,
gangguan aliran empedu.
Page 13
Nukleotidase
Albumin
Fetoprotein
Antibodi
mitokondria
Protombin Time
Nilai Normal
ALT . 7 - 55 unit per liter (U/L)
AST. 8 - 48 U/L
ALP. 45 - 115 U/L
Albumin. 3.5 - 5.0 gram per desiliter(g/dL)
Total Protein. 6.3 7.9 g/dL
Bilirubin. 0.1 1.0 mg/dL
GGT. 0 30 U/L
DIAGNOSIS BANDING
inveksi virus: mononukleus infeksiosa, sitomegalovirus, herpes simpleks, coxackie virus, toxoplsmosis, druginduced hepatitis; hepatitis aktif kronis; hepatitis alkoholik; kolesistitis akut; kolestasis; gagal jantung kanan
dengan kongesti hepar; kanker metastasis; dan penyakit genetik/metabolik (penyakit Wilson, defisiensi alfa-1antitripsin).
Tatalaksana
Pasien dirawat bila ada dehidrasi berat dengan kesulitan masukan per oral, kadar SGOT-SGPT > 10
kali nilai normal, perubahan prilaku atau penurunan kesadaran akibat ensefalopati hepatitis fulminan
dan prolong atau relapsing hepatitis.
Page 14
mempercepat proses
Istirahat
Bed rest pada fase akut, untuk kembali bekerja perlu waktu berangsur-angsur.
2.
Diet
Diberikan sedikit-sedikit
3.
Medikamentosa (simtomatik)
Komplikasi
Hepatitis fulminan dapat terjadi, dimana kenaikan kadar bilirubin serum progresif disertai dengan
kenaikan awal dalam aminotransferase yang disertai dengan turunnya ke nilai normal atau rendah.
Fungsi sintesis hati menurun dan protrombin timr menjadi memanjang, sering disertai pendarahan.
Albumin serum turun menimbulkan edema dan asites.
Ammonia biasanya naik dan sensorium menjadi berubah, memburuk dari mengantuk ke pingsan dan
kemudian koma. Pemburukan pada penyakit stadium akhir dan kematian dapat terjadi kurang dari 1
minggu.
Pencegahan
Menurut WHO, ada beberapa cara untuk mencegah penularan hepatitis A,antara lain
Hampir semua infeksi HAV menyebar dengan rute fekal-oral, maka pencegahan
dapat
dilakukan
dengan
hygiene perorangan yang baik, standar kualitas tinggi untuk persediaan air publik dan pembuangan limbah
Page 15
Imunisasi aktif
Vaksin dilemahkan hidup telah dievaluasi tetapi telahmenunjukkan imunogenisitas dan belum
efektif bila diberikan secara oral. Penggunaan vaksin ini lebih baik daripada pasif profilaksis bagi mereka
yang berkepanjangan atau berulang terpapar hepatitis A.
Variabel
Sebelum Pemajanan (wisatawan ke daerah endemik)
< 3 bulan perjalanan
> 3 bulan perjalanan
Sesudah Pemajanan
Kontak rumah tangga dan intim
Perawatan harian atau perawatan pengawasan
Wabah sumber biasa
Kontak secara kebetulan
Dosis
Vaksin Ig : 0,02 mL/kg
Vaksin Ig: 0,006 mL /kg setiap 4-6 bulan
Ig : 0,02 ml/kg dalam 2 minggu
Ig : 0,02 ml/kg dalam 2 minggu
Ig : 0,02 ml/kg dalam 2 minggu
Tidak ada
Prognosis
Gejala hepatitis biasanya ringan dan hilang dengan sendirinya, kebanyakan pasien dapat sembuh dalam waktu 3
sampai 6 bulan. Penyakit ini jarang berkembang ke arah komplikasi seperti hepatitis recurent atau gagal hati
atau hepatitis fulminant. Kematian pada hepatitis A jarang terjadi.
http://www.emedicinehealth.com/hepatitis_a/page12_em.htm
Page 16