Secara umum prosedur diagnosa dapat dibagi menjadi empat bagian, antara lain: (1)
melakukan anamnesa dan mencatat riwayat pasien, (2) melakukan pemeriksaan terhadap
pasien (pemeriksaan fisik dan laboratorium), (3) Evaluasi dari hasil anamnesa dan hasil
pemeriksaan fisik serta laboratorium yang akan menuntun ke arah perumusan suatu diagnosa,
(4) Penilaian resiko medis untuk pasien-pasien gigi . suatu diagnosis penyakit periodontal
dapat ditegakkan melalui diagnosis klinis, radiografi, dan teknik lanjutan.
Pemeriksaan Intra Oral
Pemeriksaan gigi
Kegoyahan gigi dapat diperiksa secara klinis dengan cara: gigi dipegang dengan kuat
diantara dua instrumen atau dengan satu instrumen dan satu jari, dan diberikan sebuah
usaha untuk menggerakkannya ke segala arah. kegoyahan gigi dibedakan menjadi :
i. Derajat 1 kegoyangan gigi yang sedikit lebih besar dari normal
ii. Derajat 2 kegoyangan gigi sekitar 1 mm
iii. Derajat 3 kegoyangan gigi lebih dari 1 mm pada segala arah atau gigi
dapat ditekan ke arah apikal.
Pemeriksaan periodonsium
Pemeriksaan periodonsium harus sistematik, dimulai dari regio molar baik pada maksilla
maupun mandibula kemudian diteruskan ke seluruh rahang. Semua temuan pada pemeriksaan
periodonsium ini dicatat pada periodontal chart sehingga berguna sebagai catatan kondisi
pasien dan untuk evaluasi respon pasien terhadap perawatan. Hal-hal yang perlu dilakukan
pada tahap ini adalah pemeriksaan plak dan kalkulus, gingiva, poket periodontal, penentuan
aktivitas penyakit, jumlah gingiva cekat, alveolar bone loss, palpasi, supurasi, dan abses
peridontal
Gingiva
Gingiva harus dikeringkan terlebih dahulu untuk mendapatkan observasi yang akurat. Selain
melalui pemeriksaan secara visual dan eksplorasi dengan instrumen, pemeriksaan dilakukan
dengan palpasi yang erat namun halus. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan patologis
pada kelentingan normal dan mengetahui lokasi pembentukan pus. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan pada saat pemeriksaan gingiva antara lain: warna, ukuran, kontur,
konsistensi, tekstur permukaan, posisi, kemudahan untuk berdarah, dan rasa nyeri. Dari
pemeriksaan klinis, inflamasi gingiva menghasilkan dua respon dasar jaringan, yaitu
edematous dan fibrotik. Respon jaringan yang edematous memiliki karakteristik halus,
glossy, halus dan gingiva berwarna merah. Respon jaringan yang fibrotik memiliki
karakteristik seerti gingiva normal namun lebih kuat, berstippling, dan opaque, walaupun
terkadang lebih tebal dan marginnya terlihat membulat.
Pemeriksaan penunjang
3. Kegoyangan gigi
4. Posisi dan kondisi prosesus alveolar di permukaan fasial dan lingual
5. Keterlibatan furkasi tahap awal
6. Tingkat perlekatan jaringan ikat dan epitel jungsional
Diagnosis dan different diagnosis
Diagnosis Periodontitis agressive lokalis adalah penyakit peridontal yang muncul pada masa
pubertas. Gambaran klinis ditandai dengan kehilangan tulang vertikal yang hebat pada molar
pertama tetap, dan mungkin pada insisif tetap. Biasanya, akumulasi plak sedikit dan mungkin
tidak terlihat atau hanya sedikit inflamasi yang terjadi. Predileksi penyakit lebih banyak pada
wanita dengan perbandingan wanita:pria 3:1. Bakteri yang terlibat pada tipe ini adalah
Actinobacillus actinomycetemcomittans. Bakteri ini menghasilkan leukotoksin yang bersifat
toksis terhadap leukosit, kolagenase, endotoksin, dan faktor penghambat fibroblas. Selain
bentuk terlokalisir, juga terdapat bentuk menyeluruh yang mengenai seluruh gigi-geligi.
Different diagnosis periodontitis kronis adalah tipe periodontitis yang berjalan lambat, terjadi
pada 35 tahun keatas. Kehilangan tulang berkembang lambt dan didominansi oleh bentuk
horizontal. Faktor etiologi utama adalah faktor lokal terutama bakteri gram negatif. Tidak
ditemukan kelainan sel darah dan disertai kehilangan tulang
DAFTAR PUSTAKA
Carranza, F.A. 1990. Glickman's clinical Periodontology 7th Ed.Philadelphia : W.B Saunders
Company
Fedi, F.J., Vernino, A.R., Gray, J.L. 2004. Silabus Periodonti Edisi 4. Jakarta : EGC