Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

GERAKAN SAYANG IBU


Di Susun Oleh : Kelompok III
Karmila Hasibuan
Radiatul Mardiyah
Sari Devi
Sukmawati Br Pandiangan
Dosen Pembimbing : Lidia Fitri, Amd.Keb, SKM, M.Kes

AKADEMI KEBIDANAN HELVETIA


PEKANBARU
T. A 2016 / 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nyalah sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik dan
tepat waktu. Sebagai bahan untuk melengkapi tugas terstruktur, dengan tema
Asuhan kebidanan

komunitas. Tidak lupa ucapan terima kasih kami

hanturkan kepada ibu Lidia Fitri, amd.keb,SK M,M.Kes selaku pembimbing

kami yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, serta teman-teman
yang terus memberikan motivasi dalam menyelesaikan makalah kami ini. Kami
sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami menyambut baik kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun untuk perbaikan dan masukan dimasa akan datang.
Akhir kata kami selaku kelompok penulis berharap agar selaku pembaca dapat
puas dan mendapatkan informasi yang kami sampaikan. Dan atas perhatiannya
kami ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, April 2016

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar Isi ....................................................................................................
Bab I Pendahuluan
a. Latar Belakang .....................................................................................
b. Rumusan Masalah ................................................................................
c. Tujuan ..................................................................................................
Bab II Pembahasan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Dasar-dasar pelaksanaan gerakan sayang ibu .....................................


Tujuan gerakan sayang ibu ..................................................................
Sasaran gerakan sayang ibu..................................................................
Ruang lingkup gerakan sayang ibu.......................................................
Strategi gerakan sayang ibu..................................................................
Perencanaan dan pelaksanaan gerakan sayang ibu..............................
Pelaksanaan kegiatan gerakan sayang ibu........................................
Indikator keberhasilan sebelum dan sesudah GSI............................
Hambatan..............................................................................................
Model asuhan kebidanan
Asuhan sayang ibu

Bab III Penutup


a. Kesimpulan ..........................................................................................
b. Saran ....................................................................................................
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gerakan sayang ibu ( GSI ) adalah gerakan yang mengembangkan kualitas
kemampuan utamanya melalui percepatan penurunan angka kematian ibu
yang dilaksanakan bersama sama oleh pemerintahan dan masyarakat dalam
rangka

meningkatkan

sumber

daya

manusia

dengan

meningkatkan

pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian dalam upaya integrative dan sinergis.


GSI didukung oleh Aiansi Pita Putih ( White Ribbon Alliance ), yaitu suatu
aliansi yang ditujukan untuk mengenang semua wanita yang meninggal
karena kehamilan dan melahirkan. Pita putih merupakan symbol kepedulian
terhadap keselamatan ibu yang menyatukan individu, organisasi dan
masyarakat yang berkerjasama untuk mengupayakan kehamilan dan
persalinan yang aman bagi setiap wanita.
Pada dasawarsa terakhir ini, dunia internasional nampaknya benarbenarterguncang. Bagaimana tidak jika setiap tahun hampir sekitar setengah
juta wargadunia harus menemui ajalnya karena persalinan. Dan nampaknya
hal ini menarik perhatian yang cukup besar sehingga dilakukannya berbagai
usaha untuk menanggulangi masalah kematian ibu ini.Usaha tersebut terlihat
dari beberapa program yang dilaksanakan olehorganisasi internasional
misalnya program menciptakan kehamilan yang lebih aman(making
pregnancy

safer

program)

yang

dilaksanakan

oleh

WHO

(World

HealthOrganisation), atau program Gerakan Sayang Ibu (Safe Motherhood


Program) yangdilaksanakan oleh Indonesia sebagai salah satu rekomendasi
dari konferensiinternasional di Mesir, Kairo tahun 1994. Selain usaha-usaha
tersebut, ada pulabeberapa konferensi international yang juga bertujuan untuk
menurunkan angkakematian ibu seperti Internasional Conference on
Population and Development, diCairo, 1994 dan the World Conference on
Women, di Beijing, 1995. (

Rahima; Pusat Pendidikan dan Informasi Islam dan Hak-hak


Perempuan_rahima2000@cbn.net.id copyrightRahima 2001
)Kemudian lihat kembali sejak diadakan Konferensi Safe Motherhood
diNairobi, Februari 1987, masalah kematian ibu yang berkaitan dengan
kehamilanmemang sudah menjadi persoalan global. Sejak itu makin banyak
informasi tentangangka kematian ibu (AKI) beredar dan tercantum beberapa
kali dalam buku UNDP,Human Development Report. Dalam edisi 1996
dicantumkan, AKI di seluruh duniaadalah 307 per 100.000 kelahiran, yakni
28 untuk negara-negara industri dan 384untuk negara-negara sedang
berkembang. Variasinya besar sekali, dari 0 diLuksemburg dan Malta sampai
lebih dari 1.500-100.000 kelahiran di Bhutan,Afghanistan, dan Sierra
Leone.Di buku itu AKI Indonesia diperkirakan 650 per 100.000. Perkiraan
resmi diIndonesia lebih rendah, 425 per 100.000 kelahiran pada awal PJP II
(1994). KiranyaAKI 425 lebih realistis. Memang sulit memperkirakan AKI
karena kejadiannya jarangdan cenderung dirahasiakan orang. AKI 425 itu
termasuk tinggi, paling tinggi diASEAN. Vietnam mempunyai AKI 120,
Malaysia 59, dan Singapura 10.
2.2 Sekilas Tentang GSI
Awal dari kemunculan Gerakan Sayang Ibu ini tepat pada puncak
acaraperingatan Hari Ibu pada tahun 1996. Acara tersebut diadakan di Desa
Jaten,Karanganyar, tempat kelahiran Ibu Tien Soeharto (almarhumah). Pada
kesempatan ituPresiden Soeharto meluncurkan Gerakan Sayang Ibu, yang
tujuannya mempercepatpenurunan AKI. Sebelumnya, pada 19-21 Juni 1996,
diadakan Lokakarya PenurunanAngka Kematian Ibu di Jakarta. Di situ
Presiden menekankan perlunya percepatanpenurunan AKI. Karena memang
tanpa percepatan penurunan angka kematian ibuhamil dan bersalin, maka
kemajuan

wanita

yang

telah

dicapai

pada

waktu

itu

dirasatidak

lengkap.Adapun struktur organisasi dari gerakan ini terlihat cukup kompleks,


daritingkat pusat sampai ke tingkat desa memiliki tugas pokok masing-

masing. Di tingkatpusat dibentuk Kelompok Kerja (Pokja) dan Tim Asistensi


Gerakan Sayang Ibu. Ditingkat kabupaten dibentuk Pokja Gerakan Sayang
Ibu, diketuai bupati. Di tingkatkecamatan dibentuk Satuan Tugas (Satgas)
Sayang Ibu, diketuai camat.Di tingkat desa/kelurahan dibentuk Satgas Sayang
Ibu, diketuai kepaladesa/ketua umum LKMD. Diangkat dua ketua pelaksana,
sekretaris, dan anggota-anggota. Tugas pokok mereka adalah menghimpun
data tentang ibu hamil dan
bersalin, memberikan penyuluhan, dan mengumpulkan dana untuk
ambulans desa
serta tabungan ibu bersalin.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DASAR-DASAR PELAKSANAAN GERAKAN SAYANG IBU
Gerakan sayang ibu (GSI) adalah gerakan yang mengembangkan kualitas
perempuan utamnya melalui percepatan penurunan angka kematian ibu yang
dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat dalam rangka
meningkatkan sumber daya manusia dengan meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, dan kepedulian dalam upaya integrative dn sinergis.
GSI didukung pula oleh Aliansi Pita Putih (White Ribbon Alince), yaitu
suatu aliansi yang ditujukan untuk mengenang semua wanita yang meninggal
karena kehamilan dan melahirkan. Pita putih merupakan simbol kepedulian
terhadap eselamatan ibu yang menyatukan individu , organisasi, masyarakat
yang bekerja sama untuk mengupayakan kehamilan dan persalinan yang aman
bagi setiap wanita.
Terdapat 3 unsur pokok GSI. Pertama: Gerakan sayang ibu merupakan
gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat bersama dengan pemerintah.
Kedua: Gerakan sayang ibu mempunanyai tujuan untuk peningkatan dan
perbaikan kualitas hidup perempuan sebagai sumber daya manusia. Ketiga:
gerakan sayang ibu bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kematian
ibu karena hamil, melahirkan dan nifas.
2.2 TUJUAN GERAKAN SAYANG IBU
1. Menurunkan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas serta
menurunkan angka kematian bayi.
2. Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai Penyakit
menular Seksual (PMS).
3. Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai perawatan
kehamilan, proses melahirkan yang sehat, pemberian ASI Ekslusif dan perawatan
bayi.
4. Memantapkan komitmen dan dukungn terhadap Gerakan Sayang Ibu.

5. Meningkatkan kepedulian dan dukungan sector terkait terhadap upaya-upaya


penanggulangan penyebab kematian ibu dan bayi secara terpadu.
6. Memantapkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam mengembangkan
dan membangun mekanisme rujukan sesuai dengan kondisi daerah.
7. Meningkatkan kepedulian dan peran serta institusi masyarakat dan swasta
(LSM, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi) dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dalam pengumpulan data ibu hamil,
bersalin dan nifas di tingkat kelurahan dan kecamatan.
8. Meningkatkan fungsi dan peran institusi kesehatan baik pemerintah maupun
swasta dalam pelayanan kesehatan yang aman, ramah dan nyaman bagi ibui dan
bayi.
9. Meningkatkan upaya masyarakat dalam mengubah budaya masyarakat yang
merugikan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas serta bayi yang dilahirkan.
10. Meningkatkan upaya pengembangan dana perawatan ibu hamil, bersalin, nifas
serta perawatan bayi di setiap wilayah kelurahan dibawah koordinasi camat
.
2.3 SASARAN GERAKAN SAYANG IBU
a) Langsung

: Caten (Calon Penganten)

Pasangan Usia Subur (PUS)


Ibu hamil, bersalin dan nifas
Ibu meneteki masa perawatan bayi
Pria/Suami dan seluruh anggota keluarga
b) Tidak langsung : Sektor terkait
Institusi kesehatan
Institusi Masyarakat
Tokoh masyarakat dan agama
Kaum bapak/pria
Media massa

2.4 RUANG LINGKUP GERAKAN SAYANG IBU


a) Meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak melalui upaya penurunan
angka kematian ibu dan bayi.
b) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku suami istri dan masyarakat
mengenai hak-hak Reproduksi dan Kesehatan Reproduksi.
c) Menghilagkan hambatan-hambatan yang mempengaruhi upaya peningkatan
kualitas hidup perempuan.
2.5 STRATEGI GERAKAN SAYANG IBU
Melalui pendekatan kemasyarakatan, dikembangkan dalam bentuk :
1. Desentralisasi
2. Kemandirian
3. Keluarga
4. Kemitraan
2.6 PERENCANAAN dan PELAKSANAAN GERAKAN SAYANG IBU
Melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah
2. Penentuan masalah
3. Penentuan tujuan
4. Pengembangan alternatif pemecahan masalah
5. Penentuan rencana operasional
Terdiri dari

: Langkah kegiatan ( jadwal kegiatan)


Tenaga pelaksana
Dukungan dana dan saran
Monitoring dan Pelaporan
Evaluasi kegiatan

2.7 . PELAKSANAAN KEGIATAN GERAKAN SAYANG IBU

Unsur Opersional
a.

Kegiatan advokasi dan KIE

b. Pengembangan pesan advokasi dan KIE GSI


c.

Pemberdayaan dalm keluarga, masyarakat dan tempat pelayanan kesehatan

d. Memadukan kegiatan GSI, pondok bersalin dan posyandu


2. Unsur Pendukung
a.

Orientasi dan penelitian

b. Pendataan, pemantauan, pemetaan bumil, bulin, bufas dan bayi


c.

Pengembangan tata cara rujukan

d. Mendukung upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan


e.

Peningkatan peran bidan

Tugas Pokok Satgas Gerakan Sayang Ibu meliputi :


a)

Menyusun rencana kerja dalam rangka menurunkan AKI dan AKB serta

mengumpulkan dana untuk ambulance kecamatan dan tabulin.


b) Advokasi kepada TOMA, TOGA dan TOPOL dapat mendukung GSI wilayah
tersebut.
c)

Penyuluhan kepada keluarga serta bumil, bulin, bufas dan ibu yang

mempunyai bayi di masyarakat.


d) Mengumpulkan data informasi bumil, bulin, bufas dan bayi yang dilakukan.
e) Memberikan tanda pada bumil beresiko tinggi untuk kemudian dipantau dan
di informasikan ke bidan puskesmas.
f)

Membantu merujuk.

Memantau Keberhasilan Gerakan sayang Ibu (GSI)


Beberapa hal yang perlu dipantau untuk melihat keberhasilan
pelaksanaan GSI antara lain :
a) Sektoral terkait berperan aktif dalam kegiatan operasional
b) Setiap persalinan ditolong oleh tenakes
c) Kecamatan dan kelurahan dapat melaksanakan kegiatan KIE dengan baik
d) Kecamatan dan kelurahan dapat melakukan rujukan dengan baik artinya :

Tersedianya kendaraan untuk membantu bumil melahirkan dan nifas yang

membutuhkan

Tersedianya biaya untuk rujukan


Sarana pelayanan kedaruratan medik untuk setiap kasus emergensi

kehamilan, persalinan dan nifas


2.8 INDIKATOR KEBERHASILAN SEBELUM DAN SESUDAH GSI
Semakin dan mantapnya peranan organisasi masyarakat dalam GSI, seperti :
1. Meningkatkan dan mantapnya masyarakat menjadi kader KIE GSI
2. Mendata ibu hamil dalam lingkungannya termasuk data mengenai :

Jumlah ibu hamil

Umur kehamilan, riwayat kehamilan, persalinan dan rencana persalinan

Mengenai kehamilan yang beresiko dan rencana tindak lanjutnya

3. Menyampaikan data-data tersebut kepada Satgas GSI setempat


4. Semakin tumbuhnya ide-ide baru dari masyarakat
Semakin meningkat dan mantapnya pengetahuan dan pemahaman mengenai GSI,
seperti :
1.

Mengenai kelainan kehamilan sedini mungkin dan segera membawanya ke

fasilitas kesehatan.
2. Mempersiapkan biaya persalinan dan perlengkapan bayi
3. Memeriksakan ibu hamil di sarana kesehatan atau bidan terdekat minimal 4
kali
4.

Mempersiapkan segala kemungkinan yang dapat timbul selama kehamilan

dan persalinan (mempersiapkan donor darah, kendaraan, dsb)


5. Melaksanakan keadilan dan kesetaraan gender dalam rumah tangga
6. Memberi keluarga untuk mendapatkan pendidikan
Setinggi mungkin sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga :
1. Menghindarkan perkawinan remaja putri sebelum usia 20 tahun

2.

Suami-istri merencanakan jumlah anak, waktu mengandung dengan

mempertimbangkan

kesehatan

istri

serta

memberi

peluang

istri

untuk

meningkatkan potensinya dalam berbagai bidang kehidupan


3. Semua kehamilan merupakan kehamilan yang diinginkan
4.

Memperhatikan makanan ibu hamil dan menghindarkan ibu hamil bekerja

keras
Ibu hamil semakin mengenali masalah kehamilan seperti :
1. Menyiapkan biaya persalinan dan perawatan bayi
2. Melaksanakan berbagai kegiatan demi kesehatan kehamilan dan kelahirannya
3. Memberikan perawatan kepada bayi yang dilahirkan
2.9 HAMBATAN
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah baik dengan GSI ataupun Safe
Motherhood telah memungkinkan ditambahnya sarana dan prasarana untuk
mengajak ibu hamil dan melahirkan makin dekat pada pelayanan medis yang
bermutu.
Akan tetapi GSI juga menemui hambatan dalam pelaksanaannya, antara lain :
1. Secara Struktural
Berbagai program tersebut masih sangat birokratis sehingga
orientasi yang terbentuk semata-mata dilaksanakan karena ia adalah program
wajib yang harus dilaksanakan berdasarkan SK (Surat Keputusan).
2. Secara Kultural
Masih kuatnya anggapan/pandangan masyarakat bahwa kehamilan dan
persalinan hanyalah persoalan wanita.

2.9 MODEL ASUHAN KEBIDANAN


1. prinsip-prinsip sayang ibu
Asuhan kebidanan merupakan metode pemberian asuhan yang berbeda
dengan model perawatan medis. Bidan-bidan diseluruh dunia sependapat bahwa
prinsip-prinsip asuhan kebidanan adalah sebagai berikut :
1.

Memahami bahwa kelahiran anak merupakan suatu proses alamiah dan

fisiologis
2.

Menggunakan cara-cara yang sederhana, tidak melakukan intervensi tanpa

adanya indikasi sebelum berpaling ke teknologi


3. Aman, berdasarkan fakta, dan memberi konstribusi pada keselamatan jiwa ibu
4.

Terpusat pada ibu, bukan terpusat pada pemberi asuhan kesehatan/lembaga

(Sayang Ibu)
5. Menjaga privasi dan kerahasiaan ibu
6. Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional
7.

Memastikan bahwa kaum ibu mendapatkan informasi, penjelasan dan

konseling yang cukup


8.

Mendorong ibu dan keluarga agar menjadi peserta aktif dalam membuat

keputusan setelah mendapat penjelasan mengenai asuhan yang akan mereka


dapatkan
9. Menghornati praktek-praktek adapt, dan keyakinan agama mereka
10. Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan social ibu/keluarganya
selama masa kelahiran anak
11. Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit
Penggunaan obat-obatan atau prosedur pengobatan selama kehamilan, persalinan,
atau postpartum secara rutin, dapat mengakibatkan terjadinya cedera bagi ibu
dan bayinya. Contoh-contoh semacam itu yang sudah memperlihatkan tidak
adanya bukti-bukti manfaatnya seperti episiotomi, enema dan penghisapan bagi
semua bayi secara rutin. Bidn yang sudah terampil perlu mengetahui kapan untuk
tidak melakukan sesuatu apapun. Asuhan selama masa kehamilan, kelahiran dan
postpartum dan juga pengobtan komplikasi harus didasarkan bukti-bukti ilmiah.

JANGAN MENYAKITI artinya bahwa intervensi tidak boleh dilakukan tanpa


indikasi-indikasi. Bidan yang sudah terampil mengetahui waktu yang tepat untuk
tidak melakukan tindakan apapun.
Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses normal., alamiah dan sehat.
Sebagai bidan kita harus mendukung dan melindungi proses persalinan. Sebagai
bidan kita yakin bahwa model asuhan kebidanan, mendukung dan melindungi
proses persalinan normal dan merupakan cara yang paling sesuai bagi mayoritas
kaum ibu selama kehamilan dan persalinan.
2. ASUHAN SAYANG IBU
Dokumen WHO/Safe Motherhood menjelaskan salah satu cara untuk
memberikan asuhan yang bersifat Sayang Ibu. Diseluruh dunia asuhan jenis ini
kini sedang dimasyarakatkan dan sudah terbukti efektif karena kaum ibu merasa
nyaman dengan asuhan ini dan akan terus berupaya mendapatkannya. Hal ini
kebetulan pula konsisten dengan caranya bidan-bidan memberikan jasa
pelayanannya secara tradisional.
Jika layanan diberikan dengan penuh hormat dan rasa peduli yang peka sesuai
kebutuhan ibu serta memberikan rasa percaya yang besar, maka ibu akan lebih
memilih asuhan yang seperti ini dan merekomendasikan hal ini pada ibu-ibu yang
lain.
Badan Coalition for Improving Maternity Services (CIMS) melahirkan Safe
Motherhood Initiative pada tahun 1987. Badan ini terdiri dari sejumlah individu
dan organisasi nasional yang misiny untuk mempromosikn kesempurnaan model
asuhan persalinan yang dapat meningkatkan hasil kelhiran serta menghemat biaya.
Misi ini berdasarkan penelitian, saying ibu, bayi dan kelurganya dan
memfokuskan pada pencegahan dan kesempurnaan sebagai alternative untuk
penapisan, diagnosa dan program perawatan yang berbiaya tinggi.
Salah satu prinsip yang mendasari pemikiran ini ialah bahwa model asuhan
kebidanan ini, yang mendukung dan melindungi proses kelahiran normal,

merupakan langkah yang paling sesuai untuk mayoritas ibu selama masa
kehamilan dan melahirkan. Badan ini merumuskan 10 langkah bagi rumah
sakit/pusat pelayanan persalinan/rumah-rumah biasa yang harus diikuti agar
supaya bisa mendapatkan predikat sayang ibu. Sebagaimana dikutip dari bahan
CIMS dalam bacaan tersebut, kesepuluh langkah tersebut ialah :
1.

Menawarkan suatu askes kepada semua ibu yang sedang melahirkan untuk

mendapatkan seseorang yang akan menemani (suami,anak-anak,teman) menurut


pilihannya

dan

mendapatkan

dukungan

emosional

serta

fisik

secara

berkesinambungan.
2.

Memberi informasi kepada public mengenai praktek-praktek tersebut,

termasuk intervensi-intervensi dan hasil asuhannya.


3.

Memberikan asuhan yang sifatnyapeka dan responsive bertalian dengan

kepercayaan, nilai dan adat istiadat yang dianut ibu.


4.

Memberi kebebasan bagi ibu yang akan melahirkan untuk berjalan-jalan,

bergerak kemanapun ia suka dan mengambil posisi pilihannya serta menasehati


agar tidak mengambil posisi lithotomi (kecuali jika komplikasi yang dialami
mengharuskan demikian).
5. Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang
berkesinambungan (yakni, berkomunikasi dengan pemberi asuhan sebelumnya
rujukan sudah terjadi, dan menghubungkan ibu dengan nara sumber masyarakat
yang mungkin ia perlukan, misalnya konseling pemberian ASI/keluarga
berencana.
6. Tidak rutin menggunakan praktek-praktek dan prosedur yang tidak didukung
oleh penelitian ilmiah tentang manfaatnya, termasuk dan tidak terbatas pada :

Pencukuran

Enema

IV (Intravena)

Menunda kebutuhan gizi

Merobek selaput ketuban secara dini

Pemantauan janin secara elektronik

Dan juga agar membatasi penggunaan oxytocin, episiotomi dan bedah Caesar
dengan menetapkan tujuan dan mengembangkan cara mencapai tujuan tersebut.
7.

Mengajarkan petugas pemberi asuhan dalam metoda meringankan rasa

nyeri tanpa penggunaan obat-obatan.


8.

mendorong semua ibu (dan keluarganya), termasuk mereka yang bayinya

sakit dan kurang bulan, agar mengelus, mendekap, memberi ASI dan mengasuh
bayinya sendiri sedapat mungkin.
9.

Menganjurkan agar jangan menyunat bayi baru lahir jika bukan karena

kewajiban agama.
10.

Berupaya untuk mencapai ketentuan WHO-UNICEF mengeni Sepuluh

Langkah Sayang Bayi Prakarsa RS untuk mempromosikan pemberia ASI yang


baik.
CIMS menyatakan bahwa lndasan filosofis dari suhan saying ibu adalah sebagai
berikut :
1.

Kelahiran adalah suatu proses alamiah

Kelahiran adalah suatu proses normal, alamiah dan sehat. Sebagai bidan, kita
harus mendukung dan melindungi proses kelahiran tersebut. Sebgai bidn kita
percaya bahwa model asuhan kebidanan yang mendukung dan melindungi proses
normal dari kelahiran, adalah yang paling sesuai bagi sebagian besar wanita
selama masa kehamilan dan kelahiran.
2.

Pemberdayaan

Ibu-ibu beserta keluarganya memiliki kearifan dan lebih memahami apa yang
mereka perlukan untuk bisa melahirkan. Keyakinan dan kemampuan seorang
wanita untuk melahirkan dan mengasuh bayinya akan diperkuat atau diperlemah

oleh setiap orang yang turut memberi asuhan, serta oleh lingkungan dimana ia
melahirkan.
Jika kita bersifat negative dan megeritik, hal itu akan dapat mempengaruhi sorang
ibu. Bahkan dapat juga mempengaruhi lamanya proses persalinan tersebut.
Sebagai bidan kita harus mendukung wanita yang sedang melahirkan dan bukan
untuk mengendalikan proses kelahiran tersebut. Kita harus menghormati bahwa
ibu tersebut merupakan actor utama dan bahwa si pemberi asuhan merupakan
actor pendukung Selma proses persalinan tersebut.
3.

Otonomi

Ibu beserta keluarganya memerlukan informasi agar supya mereka bisa membuat
keputusan yang sesuai dengan keinginannnya. Kita harus mengetahui dan
menjelaskan informsi secara benar tentang resiko dan keuntungan dari semua
prosedur, obat-obtan, dan tes. Kita juga harus mendukung ibu untuk membuat
keputusan sesuai pilihannya sendiri mengenai apa yang terbaik baginya dan
bayinya berdasarkan nilai-nilai dan kepercayaan yang dianutnya (termasuk
kepercayaan adat dan agamanya.
4.

Jangan Menimbulkan Penderitaan

Intervensi sebaiknya tidak dilakukan sebagai sesuatu yang rutin, kecuali ada
indikasi kearah itu. Pengobatan dalam kehamilan, melahirkan atau pada masa
postpartum dengan pengujian dan obat-obatan serta prosedur secara rutin dapat
menimbulkan resiko, baikbagi ibu mupn bayinya. Contoh-contoh dari prosedur
semacam itu yng sudah terbukti tidak ada mnfaat nyata adalah meliputi episiotomi
rutin bagi para primipara, enema, dan penghisapan lender bagi semua bayi baru
lahir. Bidan yang terampil perlu memahami kapan untuk tidak melakukan apapun.
Asuhan selama kehamilan, melahirkan dan masa postpartum, dan juga pengobatan
untukkomplikasi harus didasari bukti ilmiah.

5.

Tanggung Jawab

Setiap pemberi asuhan bertabggung jawab atas kualitas yang diberikannya.


Praktek suhan persalinan seharusnya tidak didasari pada kebutuhan si pemberi
asuhan tetapi semata-mata untuk kebutuhan ibu dan bayi. Asuhan berkualitas
tinggi yang berfokus pada klien, dan bersifat saying ibu yang berdasarkan pada
penelitian ilmiah merupakan tanggung jawb dari setiap bidan.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Gerakan sayang ibu (GSI) adalah gerakan yang mengembangkan kualitas
perempuan utamnya melalui percepatan penurunan angka kematian ibu yang
dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat dalam rangka
meningkatkan sumber daya manusia dengan meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, dan kepedulian dalam upaya integrative dn sinergis.
3.2 SARAN
Diharapkan dengan terbentuknya Pembinaan kader dan GSI (Gerakan
Sayang Ibu) dapat berperan dalam menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi. Dengan menurunnya AKI dan AKB akan mencerminkan Bangsa
yang Sehat dan Berkualitas dalam bidang Kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Bari saifudin, abdul. 2002. buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal. Jakarta : yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prof. Dr. Azwar, Azrul. MPH. 2002. asuhan persalinan normal. Jakarta : tim revisi
edisi 2007.

Anda mungkin juga menyukai